• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODELPEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE MAKE A MATCH PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS III SDN 35 CUPAK KABUPATEN SOLOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN MODELPEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE MAKE A MATCH PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS III SDN 35 CUPAK KABUPATEN SOLOK"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

i

Skripsi

Diajukan kepada FakultasTarbiyah dan Keguruansebagai Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)pada Jurusan

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Oleh

Nunung Permata 1314070862

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) IMAM BONJOL PADANG

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Tipe Make A Match pada Mata Pelajaran IPA kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Imam Bonjol Padang, 2017.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil belajar mata pelajaran IPA peserta didik kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok masih belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal) yaitu nilai 75. Berdasarkan ulangan harian mata pelajaran IPA peserta didik yang dinyatakan tuntas hanya 6 orang dan yang belum tuntas 10 orang. Hal ini disebabkan karena peserta didik masih kurang aktif dalam proses pembelajaran IPA, proses pembelajaran pserta didik lebih banyak menghafal, penguasaan materi peserta didik belum optimal, Hasil belajar IPA peserta didik masih rendah dan banyak peserta didik yang belum mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu nilai 75. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka

rumusan masalah penelitian adalah “apakah terdapat perbedaan hasil belajar

peserta didik melalui penerapan model pembelajaran Make A Match dalam pembelajaran IPA di kelas III SN 35 Cupak Kabupaten Solok. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik untuk meningkatkan hasil belajar adalah dengan menerapkan model pembelajaran Make A Match. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah menerapkan model pembelajaran Make A Match di kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok.

Jenis penelitian ini adalah PraEksperimen. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah One Group Pretest – Posttest Desain, yaitu eksperimen yang dilakukan terhadap satu kelompok saja, tanpa kelompok pembanding. Populasi pada penelitian adalah seluruh peserta didik kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok yang terdaftar pada tahun ajaran 2016-2017. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Instrument yang digunakan adalah berupa tes objektif .

(6)

vi

Syukur Alhamdulillah penulis aturkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran

Cooperative Tipe Make A Match pada Mata Pelajaran IPA Kelas III

SDN 35 Cupak Kabupaten Solok. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu pada Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, peneliti banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Ilman Nasution, M. A sebagai pembimbing I dan Ibu Dr. Hj. Prima Aswirna, S.Si., M.Sc. sebagai pembimbing II.

2. Bapak Dr. Mulyadi, S. Ag, M. Pd sebagai ketua Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang.

3. Bapak Martanto, S.Pd dan Ibu Saniar, S. Pd sebagai Kepala Sekolah dan guru kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok.

4. Ibu Nurhasnah, M.Si sebagai Penasehat Akademik

5. Bapak Prof. Dr. H. Gusril Kenedi, M.Pd sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang.

6. Teman – teman PGMI angkatan tahun 2013 yang sudah memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

vii

perhatian dukungan dan motivasi baik moril maupun materil.

Semoga semua bantuan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis bernilai Ibadah dan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Dengan keredaan hati penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Padang, 9 Agustus 2017 Penulis

(8)

viii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 8

C.Pembatasan Masalah ... 9

D.Rumusan Masalah ... 9

E.Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………... 12 A.Landasan Teori ... 12

1. Pembelajaran IPA ... 12

a. IPA dalam Perspektif Al-Qur’an ... 12

b. Pengertian Pembelajaran IPA di SD/MI ... 14

c. Pembelajaran IPA di SD/MI ... 15

d. Komponen Pembelajaran IPA di SD/MI ... 20

e. Ruang Lingkup IPA di SD/MI ... 22

(9)

ix

b. Tujuan Model Pembelajaran Make A Match ... 26

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Make A Match ... 27

d. Kelebihan Model Pembelajaran Make A Match ... 32

e. Kekurangan Model Pembelajaran Make A Match ... 34

3. Materi IPA SD/MI ... 35

a. Pengaruh Cuaca terhadap Kegiatan Manusia ... 35

b. Cara Memelihara dan Melestarikan Lingkungan ... 36

4. Hasil Belajar ... 41

a. Pengertian Hasil Belajar ... 41

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 41

c. Klasifikasi Hasil Belajar ... 42

B.Penelitian Relevan ... 43

C.Hipotesis ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….. 47 A.Metode Penelitian dan Jenis Penelitian ... 47

B.Tempat Penelitian ... 48

C.Populasi dan Sampel Penelitian ... 48

D.Variabel Penelitian ... 48

E.Data dan Sumber Data ... 49

F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 50

G.Desain Penelitian ... 56

H.Teknik Analisa Data ... 57

I. Prosedur Penelitian ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 68 A.Deskripsi Data ... 68

(10)

x

BAB V PENUTUP ………. 81

A.Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(11)

xi

Tabel 1.1. Persentase ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas III ... 7

Tabel 3.1. Koefisien Reabilitas tes ... 52

Tabel 3.2. Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 54

Tabel 3.3. Klasifikasi Daya Pembeda Soal ... 55

Tabel 3.4. Desain Penelitian One Group Pretest Posttes Design... 57

Tabel 3.5. Skenario Pembelajaran Pada Kelas III ... 63

Tabel 4.1. Hasil Nilai Pretest Peserta Didik Kelas III ... 68

Tabel 4.2. Hasil Nilai Posttest Peserta Didik Kelas III ... 69

Tabel 4.3. Hasil Nilai Rata-rata Pretest Peserta Didik Kelas III ... 71

Tabel 4.4. Hasil Rata-rata Posttest Peserta Didik Kelas III ... 71

Tabel 4.5. Selisih Nilai Pretest dan Posttest ... 72

(12)

xii

I. Kisi-Kisi Uji Coba... 85

II. Soal Uji Coba ... 87

III. Hasil Analisis Soal Uji Coba... 93

IV. Tabulasi Nilai Uji Coba ... 94

V. Reabilitas Soal Uji Coba ... 95

VI. Efektivitas Treatment ... 97

VII. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ... 99

VIII. Soal Pretest dan Kunci Jawaban ... 139

IX. Soal Posttest dan Kunci Jawaban ... 144 X. Surat Keputusan Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

IAIN Imam Bonjol Padang

XI. Surat Mohon Izin Penelitian Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang

XII. Surat Izin Penelitian Dinas Pendidikan Kabupaten Solok

(13)

1

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan sektor yang mendukung dalam peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia (human resources development) untuk menjawab tantangan masa depan yang berat akibat

makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan dari institusi pendidikan, yaitu sekolah merupakan salah satu tolak ukur dan modal dalam membangun bangsa dan negara menjadi lebih baik lagi.1

Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan juga diartikan sebagai perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan. Maka seluruh upaya pendidikan membutuhkan model maupun media tertentu agar peserta didik memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan, rasional, dan berbasis pada ilmu pengetahuan.2

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar

1

Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 17

2

(14)

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual agama, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.3

Tercapainya suatu pendidikan yang berkualitas ditandai dengan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 adalah untuk “mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”4

Meningkatkan pendidikan itu adalah dengan cara mengembangkan sistem pembelajaran yang lebih baik lagi. Pendidikan itu bukan hanya sekedar mentransfer ilmu dari pendidik kepada peserta didik, tetapi pendidikan itu menjadi wahana bagi peserta didik untuk menimba ilmu dan juga mendapatkan bimbingan, pembinaan, serta mendapatkan kasih sayang dari pendidik.

Permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera dicari pemecahannya adalah masalah kualitas pendidikan, khususnya

3

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 2003, Undang-Undang Republik Indoneia Nomor 23 Tahun. 2003, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2003), h. 2

4

(15)

kualitas pembelajaran. Dari berbagai kondisi dan potensi yang ada, upaya yang dapat dilakukan berkenaan dengan peningkatan kualitas di sekolah adalah mengembangankan sistem pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas pesera didik (children centre) dan memfasilitasi kebutuhan peserta didik akan kebutuhan belajar yang menantang, aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dengan mengembangkan dan menerapkan berbagai metode, strategi, pendekatan, dan model pembelajaran yang tepat.5

Kegiatan saat pembelajaran pendidik dituntut harus mampu menciptakan suasana interaksi yang baik agar peserta didik termotivasi dan suasana interaksi yang baik. Dalam perkembangan sekarang ini unsur yang paling menentukan adalah pelaksanaan pengajaran yakni pendidik, sebab pendidik bertanggung jawab dalam membentuk peserta didik untuk memperoleh berbagai pengetahuan dan pengalaman agar terjadi perubahan baru melalui kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik melalui fasilitas yang telah disediakan. Beberapa ciri seorang pendidik profesional dalam bidang pekerjaannya yaitu: (1) memiliki landasan pengetahuan dan wawasan yang kuat, (2) memiliki sistem seleksi dan sertifikasi, (3) memiliki kesadaran profesional yang tinggi, dan (4) memiliki militansi individual.6

5

Rusman, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h. 12

6

(16)

Seorang pendidik mata pelajaran IPA yang profesional harus memahami kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran. Dalam melaksanakan proses pembelajaran tersebut pendidik harus memfasilitasi berkembangnya keterampilan peserta didik sebagai pengalaman belajar.7

IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembnag melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.8

Hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai proses IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.9

IPA bukan merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan, tetapi pengajaran yang banyak memberi peluang bagi peserta didik untuk mampu memecahkan permasalahan yang terjadi di lingkungannya. Jika dicermati lebih lanjut materi pembelajaran IPA di SD telah dekat dengan lingkungan peserta didik. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah

7

Ibid, h. 160 8

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 136 9

(17)

peserta didik dalam mengenal konsep-konsep IPA secara langsung dan nyata, namun pada kenyataannya pendidik membelajarkan IPA cenderung bersifat hafalan tanpa tahu bagaimana pengaplikasikan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pembelajaran lebih bersifat kaku tidak bisanya terlihat bakat atau bisa memupuk bakat dari peserta didik itu sendiri.

Pembelajaran IPA merupakan komponen yang dapat membantu manusia memiliki kesiapan pengetahuan dan memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan gejala alam yang menganggu kehidupan manusia serta dapat mengambil keputusan yang berkaitan dengan ketersedian dan kebermanfaatan sumber daya alam bagi kesejahteraan masyarakat.

Pembelajaran IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga peserta didik dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori, dan sikap ilmiah peserta didik itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Sehingga perlu dikembnagkan suatu model pembelajaran IPA yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan ide-idenya.10

Observasi yang telah penulis lakukan pada kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok, diketahui bahwa pendidik sudah menggunakan model pembelajaran tapi masih belum optimal dalam menerapkannya, pembelajaran IPA masih bersifat pada pendidik sebagai sumber ilmu

10

(18)

pengetahuan yang utama, sedangkan aktivitas peserta didik itu sendiri cenderung pasif dan penjelasannya masih dilakukan dengan cara metode ceramah. Pada umumnya peserta didik diminta membaca buku paket, menghafal, kemudian langsung dijelaskan oleh pendidik, dan diminta untuk menjawab soal-soal yang ada dalam buku paket atau buku lembar kerja peserta didik (LKPD).

Proses pembelajaran kurang menarik sehingga peserta didik tidak mau bertanya langsung kepada pendidik. Banyak juga peserta didik yang jarang memperhatikan pelajaran yang disampaikan, berjalan-berjalan di dalam kelas, menganggu teman-teman dalam kelas, dan kebanyakan dari mereka kurang terjalin hubungan yang baik dengan teman-teman sekelas. Hal ini menjadi pnyebab tujuan pembelajaran menjadi tidak maksimal dengan suasana yang lebih bersifat individual.

wawancara yang telah peneliti lakukan dengan pendidik kelas III “S” di SDN 35 Cupak Kabupaten Solok bahwa dalam pembelajaran pendidik langsung menjelaskan materi dan menanamkan konsep, sehingga peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran IPA, setelah menjelaskan materi peserta langsung diminta untuk mengerjakan soal yang ada di lembar kerja peserta didik (LKPD).

(19)

75. Dari 16 orang peserta didik sebanyak 6 orang yang memperoleh nilai diatas KKM dan selebihnya 10 orang peserta didik masih memperoleh nilai dibawah KKM. Hal tersebut tergambar dalam Tabel 1.1 di bawah ini:

Tabel 1.1. Presentase Ketuntasan Ulangan Harian mata pelajaran IPA Peserta Didik Kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok Semester I Tahun Ajaran 2016/2017 Tahun Ajaran Jumlah Peserta

didik

Tuntas )

Belum Tuntas

2015/2016 16 6 37,5% 10 62,5%

Data tabel 1.1. di atas menyatakan dari 16 peserta didik hanya 6 orang yang memperoleh nilai di atas KKM.11 Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu model pembelajaran yang bervariasi dan membuat peserta didik lebih aktif, dengan cara menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan yaitu peserta didik terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

Peneliti memberikan solusi untuk menerapkan model dalam pembelajaran IPA, yaitu dengan menggunakan model Cooperative Make A Match atau mencari pasangan. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan

atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan material atau perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film-film, tipe-tipe, program-program media komputer. Setiap

11

(20)

model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat membantu peserta didik untuk mencapai berbagai tujuan.12

Model pembelajaran Cooperative Make A Match dikembangkan oleh Lorna Curran, dalam model pembelajaran ini peserta didik diajak mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.13 Model pembelajaran Make A Match bisa memupuk kerjasama peserta didik dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran ini lebih menarik dan nampak sebagian besar lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan peserta didik tampak sekali pada saat peserta didik mencari pasangan kartunya masing-masing.14

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilakukan kajian lebih luas dalam sebuah karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul: Penerapan Model Coopertive Tipe Make A Match pada Mata Pelajaran IPA Kelas III SDN 35

Cupak Kabupaten Solok”. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Pendidik sudah menggunakan model pembelajran tapi belum optimal dalam menerapkannya.

12

Trianto, Op.Cit, h. 52 13

Imas Kurniasih, Ragam Pengembangan Model Pembelajaran, (Jakarta: Kata Pena, 2015), h. 55

14

(21)

2. Pembelajaran masih terpusat pada pendidik sehingga pembelajaran yang terjadi cenderung satu arah.

3. Peserta didik masih kurang aktif dalam proses pembelajaran IPA. 4. Proses pembelajaran peserta didik lebih banyak menghafal.

5. Penguasaan materi peserta didik terhadap pembelajaran IPA masih belum optimal.

6. Hasil belajar IPA peserta didik masih rendah dan banyak peserta didik yang belum mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu nilai 75. C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan mencapai hasil yang diharapkan maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi:

1. Bagaimana penguasaan materi peserta didik setelah menerapkan model pembelajaran Make A Match pada pembelajaran IPA di kelas III SDN Cupak Kabupaten Solok.

2. Bagaimana hasil belajar peserta didik setelah menerapkan model pembelajaran Make A Match pada pembelajaran IPA di kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok.

D. Rumusan Masalah

(22)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar peserta didik kels III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok sebelum dan sesudah menerapkan model pembelajaran Make A Match dalam pembelajaran IPA.

F. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan serta dapat menjadi landasan bagi penelitian selanjutnya.

b. Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti sebagai calon pendidik dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran IPA yang tepat.

2. Bagi Pendidik

a) Keterampilan pendidik dalam mengajar dapat meningkat. b) Menambah wawasan pendidik dalam merancang pembelajaran

yang efektif dan efisien dalam pembelajaran IPA.

(23)

d) Memberikan wawasan bagi pendidik tentang pendekatan pembelajaran yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.

3. Bagi Peserta Didik

a) Memberikan pengalaman belajar bermakna pada peserta didik. b) Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk dapat

bekerjasama dengan orang lain.

c) Motivasi dan minat belajar peserta didik pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat meningkat.

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Pembelajaran IPA

a. IPA dalam Perspektif Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kitab induk, rujukan utama dari segala rujukan, sumber dari segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetahuan, tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan. Semua telah terkafer di dalamnya yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah (hablum minallah), sesama manusia (hablum minannas), alam, lingkungan, ilmu aqidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu empiris, ilmu agama, umum dan sebagainya.

Banyak ayat al-Qur’an yang memuat informasi tentang ilmu pengetahuan alam. Maka pembelajaran IPA sangat selaras dengan al-Qur’an tanpa terjadi perbedaan konsep dari al-Qur’an dengan kenyataan yang ada di alam. Ayat di bawah ini merupakan di antara ayat yang menerangkan tentang fenomena alam yang menjadi tanda-tanda tentang pentingnya pengetahuan alam.

Allah Swt berfirman dalam Q.S. Yunus/15: 22

(25)

Artinya: Dan kami telah menciptakan angin untuk mengawinkan dan kami turunkan hujan dari langit, lau kami beri minum kamu dengan air itu.15

Ayat di atas menekan bahwa fase pertama dalam pembentukkan hujan adalah angin. Permukaan laut dan samudera, gelembung udara yang tak terhitung jumlahnya terbentuk akibat pembentukan buih. Pada saat gelembung-gelembung ini pecah, ribuan partikel kecil dengan diameter seperatus milimeter, terlempar ke udara. Partikel-partikel ini, yang dikenal sebagai aerosol, bercampur dengan debu daratan yang oleh angin dan selanjutnya terbawa kelapisan atas asmosfier. Partikel-partikel ini dibawa naik lebih tinggi oleh nagin dan bertemu dengan uap air disana. Uap air mengembun di sekitar partikel-partikel dan berubah menjadi butiran air. Kemudian jatuh kebumi dalam bentuk hujan.16 Ayat lain yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan alam, yaitu ayat yang menerangkan tentang fungsi gunung dalam Q.S. al-Anbiyaa’/21: 31 kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan

15

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bogor: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2007), h.

16

(26)

telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.17

Ayat di atas menjelaskan bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi. Gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumpukan, lempengan yang lebih kuat menyelip dan membentuk dataran timggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi.18

Kaitan ayat di atas dengan IPA adalah menjelaskan tentang peran utama dari angin adalah pembentukkan hujan telah dinyatakan berabad-abad yang lalu dalam sebuah ayat al-Qur’an. Dan butiran -butiran air yang mula-mula berkumpul membentuk awan, kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan, maka dapat kita mengetahui proses pembentukan hujan. Dan fungsi gunung-gunung adalah untuk mencegah goncangan di permukaan bumi.

b. Pengertian Pembelajaran IPA di SD/MI

17

Departemen Agama RI, Op. Cit, h.

18

(27)

IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.19 IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi.20

Dapat dipahami bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang sistematis penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembnag melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, dan jujur serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. c. Pembelajaran IPA di SD/MI

Hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep.

19

Trianto, loc.cit. 20

(28)

Sebagai proses IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.21

Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses, dan sikap.22

hakikat IPA dapat dipahami bahwa pembelajaran sains merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah peserta didik terhadap konsep-konsep IPA. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Dengan kgiatan-kegiatan tesebut pembelajaran IPA akan mendapat pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana. Pembelajaran yang demikian dapat menumbuhkan masalah, menarik keismpulan, sehingga mampu berpikir kritis, melalui pemmbelajaran IPA.

Nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain:

1) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah ilmiah.

21

Ibid, h. 137 22

(29)

2) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.

3) Memiliki sikap ilmiah yang diperoleh dalam memecahkan masalah baik dalam kaitannya dengan sains maupun dalam kehidupan.23

IPA merupakan alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu:

1) Memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap.

2) Menananmkan sikap ilmiah.

3) Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan.

4) Mendidik peserta didik untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuwan penemunya.

5) Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan.24

Hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai berikut:

1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha esa.

23

Trianto, Op. Cit, h. 141

24

(30)

2) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi.

3) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan observasi.

4) Sikap ilmiah, antara lain objektif, jujur, terbuka, benar, kritis, dan dapat bekerja sama.

5) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam.

6) Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi.25

Semakin jelaslah bahwa pembelajaran IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga peserta didik dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah peserta didik itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendiikan.

Suatu pembelajaran tidak akan bisa dilaksanakan tanpa adanya pendidik, dan peserta didik, karena kedua unsur inilah yang akan melaksanakan pembelajaran tersebut, sehingga tercapainya tujuan

25

(31)

pembelajaran. Begitu juga dalam pembelajarn IPA yang melibatkan langsung pendidik, dan peserta didik dalam proses pembelajarannya.

Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dalam mengembangkan potensinya, dan dalam pencapaian tujuan pendidikan baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomorik. Pendidik tidak hanya mengajar dan memberikan informasi saja pada peserta didik, akan tetapi pendidik juga mempunyai tugas melatih, membimbing, serta mengarahkan peserta didik kepada materi pelajaran sehingga peserta didik mampu belajar dan bersikap sebagai manusia yang terdidik secara akademis.26

Pendidik bidang IPA yang profesional bertanggung jawab untuk memfasilitasi peserta didik dalam belajar tentang bagaimana melakukan inkuiri ilmiah dan menggunakan informasi ilmiah untuk menyelesaikan masalah dan mengambil kesimpulan. Dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk hidup dan bekerja dalam dunia masa depan yang serba tidak menentu, maka pendidik harus mampu mengembangkan pengalaman pada proses belajar peserta didik. Selain itu, pendidik harus dapat menggeser pada kegiatan pendidik mengajar (teacher orientid) menjadi lebih berorientasi pada aktivitas belajar peserta didik (student orientid).27

Peserta didik adalah makhluk individu yang mempunyai keperibadian dengan ciri-ciri yang khas sesuai dengan pertumbuhan

26

Ahmad Susanto, Op. Cit, h. 179

27

(32)

dan perkembangan. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang ingin mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang tertentu.28

Nursidik Kurniawan berpendapat bahwa terdapat beberapa karakteristik peserta didik SD yang perlu diketahui oleh peserta didik antara lain: (1) senang bermain, (2) senang bergerak, (3) peserta didik yang senang bekerja dalam kelompok, dan (4) senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.29

d. Komponen Pembelajaran IPA di SD/MI

Komponen pembelajaran adalah penentu dari keberhasilan proses pembelajaran. Komponen-komponen tersebut memiliki fungsi masing-masing dalam setiap perannya dalam proses pembelajaran.30

Pelaksanaan pembelajaran merupakan hasil integrasi dari beberapa komponen yang memiliki fungsi tersendiri dengan maksud agar ketercapaian tujuan pembelajaran dapat terpenuhi. 31

Pembelajaran memiliki komponen-komponen sebagai berikut: 1) Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar dalam Badan Nasional Standar Pendidikan yaitu:

a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

28

Sasmi Nelwati, Op.Cit, h. 140 29

Faisal, Sukses Mengawal Kurikulum 2013 di SD, (Yogyakarta: Diandra Creative, 2014), h. 23

30

Rusman, Op.Cit, h. 27

31

(33)

b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. f) Meningkatkan kesadarn untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.32

2) Sumber pembelajaran

Sumber merupakan segala bentuk atau segala sesuatu yang ada di luar diri seseorang yang bisa digunakan untuk membuat atau memudahkan terjadinya proses belajar pada diri sendiri peserta didik, apapun bentuknya, apa pun bendanya, asalkan bisa digunakan untuk memudahkan proses belajar, maka benda itu bisa dikatakan sebagai sumber belajar.

3) Strategi atau model pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan tipe pendekatan yang spesifik untuk menyampaikan informasi dan kegiatan yang mendukung penyelesaian tujuan khusus. Strategi pembelajaran pada hakikatnya merupakan penerapan prinsip-prinsip psikologi dan prinsip-prinsip pendidikan bagi perkembangan peserta didik.

4) Media Pembelajaran

32

(34)

Media pembelajaran adalah salah satu alat untuk mempertinggi proses interaksi pendidik dengan peserta didik dan interaksi peserta didik dengan lingkungan dan sebagai alat bantu mengajar dapat menunjang penggunaan metode mengajar yang digunakan oleh pendidik dalam proses belajar.

5) Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran merupakan alat indikator untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan. Evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah berdasarkan tujuan yang jelas.33

e. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD/MI

Pembelajaran IPA mempunyai ruang lingkup yang mencakup: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupannya yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan

gas.

3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

33

(35)

4) Bumi dan hasil alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.34

Uraian di atas dapat dipahami bahwa ruang lingkup bahan kajian IPA adalah makhluk hidup dan proses kehidupan, benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta.

f. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para pendidik dalam melaksanakan pembelajaran.35

Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran. Pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.36

Rusman mengutip pendapat Joyce & Well bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran

34

Badan Standar Nasional Pendidikan, Op.Cit, h. 485 35

Trianto, Op.Cit,h. 51 36

(36)

di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para pendidik boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.37

Berdasarkan uraian di atas, bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas.

Pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan peserta didik, itulah sebabnya dalam belajar, peserta didik tidak hanya berinteraksi dengan pendidik sebagai salah satu sumber belajar, tetapi tidak mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dinginkan. Pembelajaran melalui model bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan makna diri di dalam lingkungan sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok, sehingga peserta didik akan mengetahui perjalanan hidup serta aktivitas kerja keras seseorang dalam mencapai kesuksesan.38

Setiap mata pelajaran membutuhkan model dalam proses pembelajarannya, salah satunya adalah mata pelajaran IPA. Diantara model yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran IPA adalah model pembelajaran Make A Match (mencari pasangan), yaitu suatu model

37

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 133

38

(37)

yang menuntut peserta didik untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran, sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih menyenangkan, menumbuhkan kreativitas berfikir peserta didik, dan memunculkan dinamika gotong royong yang merata di seluruh peserta didik.

2. Model Pembelajaran Make A Match

a. Pengertian Model Pembelajaran Make A Match

Model pembelajaran Make A Match merupakan model pembelajaran yang menyuruh peserta didik untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.39

Model pembelajaran Make A Match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Dalam model pembelajaran ini peserta didik diajak mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.40

Model pembelajaran Make A Match baik digunakan manakala peserta didik menginginkan kreativitas berfikir peserta didik, sebab melalui pembelajaran seperti ini peserta didik diharapkan mampu untuk mencocokkan pertanyaan dengan jawaban yang ada di dalam kartu.41

39

Taufina Taufik, Mozaik Pembelajarn Inovatif, (Padang: Sukabina Press, 2009), h. 148 40

Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Ragam Pengembangan Model Pembelajaran, (Jakarta: Kata Pena, 2015), h. 55

41

(38)

Uraian pengertian model pembelajaran Make A Match di atas, maka dapat dipahami bahwa model pembelajaran Make A Match adalah suatu model pembelajaran yang dimana peserta didik diajak untuk mencari pasangan sambil belajar suatu konsep untuk mencocokkan pertanyaan dengan jawaban yang ada di dalam kartu, sehingga menginginkn kreartivitas berfikir peserta didik dengan suasana yang menyenangkan.

Penerapan model pembelajaran Make A Match, bisa memupuk kerjasama peserta didik dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan kelihatan sebagian besar peserta didik lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan peserta didik kelihatan sekali pada saat peserta peserta didik mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif, dimana pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong dan kerjasama kelompok.

b. Tujuan Model Pembelajaran Make A Match

1) Pendalaman materi, maksudnya adalah dengan menggunakan model ini dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik baik secara kognitif maupun fisik sehingga dapat mendalami materi pada pembelajaran.

(39)

peserta didik langsung bisa menggali materi dalam pembelajaran tersebut.

3) Edutainment, maksudnya adalah dalam model ini pembelajaran lebih menyenangkan, tidak kaku, sehingga peserta didik tidak jenuh dalam melakukan proses pembelajaran.42

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Make A Match

Sebelum menerapkan model ini maka terlebih dahulu pendidik mengkondisikan kelas, memilih kelompok yang akan memegang kartu pertanyaan ataupun jawaban, dalam tata pelakasanaannya materi yang akan diterapkan dalam model ini, pendidik boleh meminta peserta didik untuk membaca materinya di rumah ataupun boleh juga materi tersebut didiskusikan terlebih dahulu baru melaksanakan model pembelajaran Make A Match, dan melaksanakan langkah-langkahnya. Penerapan model ini dimulai dengan teknik, yaitu peserta didik diminta mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.

Pendidik melakukan beberapa persiapan khusus sebelum menerapkan model pembelajaran Make A Match antara lain:

1) Pendidik membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan materi yang dipelajari (jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran) kemudian menulisnya dalam kartu-kartu pertanyaan.

42

(40)

2) Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat dan menulisnya dalam kartu-kartu jawaban.

3) Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi peserta didik yang berhasil dan sanksi bagi peserta didik yang gagal.

4) Menyediakan lembaran untuk mencatat pasangan-pasangan yang berhasil.43

Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran Make A Match adalah:

1) Buatlah kartu-kartu yang berisi pertanyaan tentang materi yang akan dijarkan. Kartu pertanyaan sebanyak separuh jumlah peserta didik.

2) Buatlah kartu-kartu jawaban untuk setiap pertanyaannya.

3) Campurlah kedua set kartu dan kocoklah beberapa kali sehingga tercampur merata.

4) Bagikan kartu ke setiap peserta didik, jelaskan bahwa ini adalah latihan mencocokkan. Beberapa peserta didik mendapat pertanyaan yang meninjau kembali materi pelajaran di kelas, dan peserta didik lainnya mendapatkan jawabannya.

5) Mintalah peserta didik untuk mencari pasangan kartu masing-masing. Setelah kartu yang cocok bertemu, kedua peserta didik pemiliknya lalu duduk bersama. (mereka tidak nole memberi tahu

43

(41)

peserta didik yang lain pertanyaan dan jawaban yang tercatum di kartunya.

6) Setelah semua pasangan duduk, mintalah setiap pasangan memberikan kuis untuk teman-teman sekelas dengan mmbacakan pertanyaan di kart dan menantang teman-temannya untuk menjawab.44

Langkah-langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran Make A Match adalah:

1) pendidik menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi tinjauan (review), satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

2) Setiap peserta didik mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban.

3) Tiap peserta didik memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

4) Setiap peserta didik mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.

5) Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan diberi poin.

6) Jika peserta didik tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman yang telah disepakati bersama.

44

(42)

7) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

8) Peserta didik juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 peserta didik lainnya yang memegang kartu yang cocok.

9) pendidik bersama-sama dengan peserta didik membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.45

Langkah-langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran Make A Match adalah:

1) pendidik menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep atau topik yang cocok untuk satu bagian kartu soaldan bagian lainnya kartu jawaban.

2) Setiap peserta didik mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban.

3) Tiap peserta didik memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

4) Setiap peserta didik mencari pasangan kartu yang sesuai dengan kartunya.

5) Setiap peserta didik yang dapat menyesuaikan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

45

(43)

6) Jika peserta didik tidak dapat menyesuaikan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapat hukuman, yang telah disepakati bersama.

7) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.46

Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran Make A Match adalah:

1) Pendidik menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang sesuai untuk kartu pertanyaan dan jawaban.

2) Setiap peserta didik mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

3) Peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang sesuai dengan kartunya.

4) Peserta didik yang dapat menyesuaikan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

5) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

6) Kesimpulan.

langkah-langkah diatasa merupakan langkah-langkah dalam pelaksanaan model Make A Match, dari beberapa langkah-langkah

46

(44)

tersebut, yang diterapkan dalam pelaksaan model Make A Match di SDN 35 Cupak Kabupaten Solok adalah langkah-lngkah yang dikutipdalam buku Amaliasari Tauresia Kesuma dalam buku menyusun PTK itu gampang.

d. Kelebihan Pembelajaran Model A Match

Kelebihan model pembelajaran Make A Match adalah:

a) Peserta didik terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu.

b) Meningkatkan kreativitas belajar peserta didik.

c) Menghindari kejenuhan peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar.

d) Dapat menumbuhkan kreativitas berfikir peserta didik, sebab melalui pencocokkan pertanyaan dan jawaban akan tumbuh tersendirinya.

e) Pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media pembelajaran yang digunakan pendidik.47

kelebihan model pembelajaran Make A Match adalah:

a) Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan. b) Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian

peserta didik.

c) Mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal.

d) Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran.

47

(45)

e) Kerjasama antar sesama peserta didik terwujud dengan dinamis. f) Munculnya dinamika gotong royong yang merata seluruh peserta

didik.48

Kelebihan model pembelajaran Make A Match adalah:

a) Dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik, baik secara kognitif maupun fisik.

b) Karena ada unsur permainan sehingga menyenangkan.

c) Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajarai dan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. d) Efektif sebagai sarana melatih keberanian peserta didik untuk

tampil presentasi.

e) Efektif melatih kedispilinan peserta didik menghargai waktu untuk belajar.49

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat dipahami bahwa kelebihan model pembelajaran Make A Match adalah dapat menciptakan suasana belajar aktif menyenangkan, peserta didik terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran, menumbuhkan kreativitas peserta didik dalam belajar, mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik, menarik perhatian peserta didik, terciptanya kerjasama antar sesama peserta didik dengan baik, Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajarai dan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, Efektif sebagai sarana melatih keberanian peserta didik untuk tampil presentasi,

48

Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Op.Cit, h. 56 49

(46)

dan Efektif melatih kedispilinan peserta didik menghargai waktu untuk belajar.

e. Kekurangan Model Pembelajaran Make A Match Kekurangan model pembelajaran Make A Match adalah:

a) Sangat memerlukan bimbingan dari pendidik untuk melakukan kegiatan.

b) Waktu yang tersedia perlu dibatasi karena besar kemungkinan peserta didik bisa banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.

c) Pendidik perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.

d) Pada kelas dengan peserta didik yang banyak, jika kurang bijaksana maka yang muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali.

e) Bisa menganggu ketenangan belajar kelas di kiri kanannya.50 Kekurangan model pembelajaran Make A Match adalah:

a) Jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang.

b) Jika pendidik tidak mengarahkan peserta didik dengan baik, akan banyak peserta didik yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan.

c) Pendidik harus hati-hati dalam memberikan hukuman pada peserta didik yang tidak mendapatkan pasangan, karena mereka bisa malu.

50

(47)

d) Menggunakan model ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.51

Berdasarkan beberapa kekurangan model pembelajaran Make A Match di atas dapat dipahami bahwa pendidik harus bisa mempersiapkan dengan baik sebelum melakukan model ini, agar dalam pelaksanaan tidak terjadi hal-hal yang dapat merusak dan menganggu yang lain sehingga tujuan dari model ini dapat tercapai dengan baik dan sesuai dengan yang diinginkan.

3. Materi IPA di SD/MI

a. Pengaruh Cuaca Terhadap Kegiatan Manusia

Cuaca adalah perubahan udara pada suatu tempat dalam jangka waktu tertentu. Simbol-simbol cuaca ada empat macam yaitu:

(cerah) (berawan dan cerah)

Berawan (mendung) hujan

Pengaruh cuaca terhadap kegiatan manusia

a. Saat musim kemarau dimanfaatkan petani untuk membuat garam. b. Petani menanam padi pada saat musim hujan.

c. Bagi pilot cuaca yang buruk dapat menganggu perjalanan transportasi dan membahayakan manusia.

Pola perilaku yang dilakukan pada saat perubahan cuaca a. Memakai pakaian katun yang tipis pada saat cuaca panas.

51

(48)

b. Pada saat cuaca dingin memakai pakaian yang tebal. c. Meminum minuman yang hangat pada saat cuaca dingin. d. Meminum minuman yang dingin pada saat cuaca panas.52 b. Cara Memelihara dan Melestarikan Lingkungan

Sumber daya alam adalah bahan-bahan yang tersedia dari alam. Sumber daya alam dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Macam-macam sumber daya alam

a. Sumber daya alam yang hidup

a) Tumbuhan, semua tumbuhan termasuk ke dalam sumber daya alam, beberapa contoh tumbuhan diantaranya adalah padi, tebu, bayam, kangkung, wortel, gandum, kacang kedelai, dan lain-lain.

b) Hewan, semua hewan termasuk ke dalam sumber daya alam, beberapa contoh hewan diantaranya adalah ayam, kambing, kerbau, sapi, kuda, harimau, ular, gajah, dan lain-lain.

b. Sumber daya alam tak hidup

Beberapa diantara sumber daya alam yang tak hidup yaitu air, tanah, batu-batuan, dan lain-lain.

Pemanfaatan sumber daya alam

Sumber daya alam dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Beberapa bentuk pemanfaatan sumber daya alam yaitu:

a. Pemanfaatan tumbuhan

52

(49)

a) Kacang kedelai dimanfaatkan untuk dijadikan tempe dan tahu. b) Padi dimanfaatkan untuk menjadi nasi, sebagai bahan makanan

pokok.

c) Kayu dimanfaatkan manusia untuk membangun rumah. d) Tumbuhan kapas dimanfaatkan untuk membuat pakaian.

e) Kelapa sawit, kelapa, dan jagung dimanfaatkan untuk membuat minayk goreng.

f) Karet dimanafaatkan untuk membuat ban, sendal, dan balon. b. Pemanfaatan hewan

Daging, ikan, dan telur yang kita makan berasal dari hewan. Bahan-bahan tersebut berasal dari hewan ternak. Hewan ternak adalah hewan yang dipelihara untuk diambil hasilnya. Hewan ternak dapat dimanfaatkan telur atau dagingnya, seperti ayam dapat dimabil telurnya, kemudian sapi, kerbau, dan kambing dapat diambil dagingnya.

Dan ada juga dimanfaatkan susunya. Ada juga hewan terbnak yang dimanfaatkan tenaganya seperti kuda, kerbau, dan lembu. Kuda dimanfaatkan untuk menarik gerobak dan delman, kerbau dan lembu dimanfaatkan untuk menarik bajak di sawah.

(50)

menjadi pakaian. Selain itu, kulit juga dapat dibuat sepatu, tas, dan dompet. Benang wol berasal dari serat bulu domba. Bagian gajah yang dimanfaatkan manusia adalah gadingnya.

c. Pemfaatan benda tak hidup

Air, tanah, dan batu-batuan termasuk sumber daya alam. Benda-benda tersebut adlah benda tank hidup. Benda tersebut dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Air digunakan untuk minum, mandi, dan mencuci. Kemudian air juga digunakan sebagai sarana transportasi, dan juga air sangat penting untuk tempat tinggal hewan air, seperti ikan, udang, buaya dan katak.

Batubara dan minyak bumi merupakan bahan tambang yang digunakan sebagai bahan bakar, bahan bangunan, dan alat-alat rumah tangga. Perak dan emas banyak dimanfaatkan sebagai perhiasan. Pasir, kerikil, dan semen digunakan sebagai bahan membuat benda kerajinan. Misalnya, batu pualam untuk membuat patung. Tanah juga dimanfaatkan manusia sebagai lahan pertanian, membangun rumah, dan membuat perabot rumah tangga.53

Hal-hal yang merusak sumber daya alam

a. Hal-hal yang dapat merusak sumber daya alam yaitu: a) Pengikisin tanah

b) Air sungai yang tidak lancar

53

(51)

c) Membuang sampah sembarangan d) Penebangan hutan secara liar

e) Menggunakan bahan peledak untuk menangkap ikan di laut. b. Dampak perusakan sumber daya alam yaitu:

a) Tertanggu kebutuhan hidup manusia b) Terjadinya banjir

c) Terjadinya longsor

d) Rusaknya sumber daya alam laut e) Mencemari tanah dan air

Contoh gambar perusakan sumber daya alam54

Cara-cara memelihara dan melestraikan sumber daya alam a. Hal-hal yang dapat memelihara sumber daya alam yaitu:

a) Tidak boros dalam menggunakan sumber daya alam. b) Membuang sampah pada tempatnya

c) Menjaga kebersihan lingkungan

d) Tidak mennagkap ikan dengan bahan peledak. e) Tidak membunuh hewan yang dilindungi. f) Tidak menebang secara sembarangan

54

(52)

b. Hal-hal yang dapat melestarikan sumber daya alma adalah: a) Reboisasi, adalah penanaman kembali hutan yang gundul

b) Membuat sengkedan (tanah bertingkat)

c) Melestarikan hutan

d) Menjaga kebersihan lingkungan e) Menghemat penggunaan air f) Menghemat penggunaan listrik

g) Tidak memanfaatkan hewan langka yang dilindungi h) Menagkap ikan dengan jala atau pancing55

55

(53)

4. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh peserta didik yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dan juga hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat-bakat, penyesuaian sosial, macam-macam keterampilan, cita-cita, keinginan, dan harapan.56

Hasil belajar adalah kemampuan yang dapat teramati dalam diri seseorang dan disebut dengan kapabilitas.57

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas.58

Dari beberapa pengertian hasil belajar di atas maka dapat dipahami bahwa hasil belajar adalah pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap bak dari ranah kognitif, afektif,dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Munadi menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal dan eksternal, yaitu:

c. Faktor internal

56

Rusman, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2015), h. 67 57

Wahap Jufri, Belajar dan Pembelajaran Sains, (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013), h. 58

58

(54)

1) Faktor fisiologis, secara umum kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. 2) Faktor psikologis, setiap individu dalam hal ini peserta didik

pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut memengaruhi hasil belajarnya..59

d. Faktor eksternal

1) Faktor lingkungan, faktor lingkungan dapat memengaruhi hasil belajar. Yang meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. 2) Faktor instrumental, aktor-faktor instrumental adalah faktor

yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajr yang diharapkan. Faktor-faktor ini dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan..60

c. Klasifikasi Hasil Belajar

Menurut taksonomi Bloom hasil belajar digolongkan kedalam tiga klasifikasi, Bloom menamakan cara pengklasifikasi itu dengan “the taxonomy of education objectives”. Tujuan pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ranah (domain), yaitu:

1) Domain kognitif, berkenaan dengan kemampuan dan keckapan-kecakapan intelektual berpikir.

2) Domain afektif, berkenaan dengan kemampuan dan penguasaan segi-segi emosional, yaitu perasaan, sikap dan nilai.

3) Domain psikomotorik, berkenaan dengan suatu keterampilan-keterampilan atau gerakan-gerakan fisik.61

(55)

kuasai, sehingga dapat menunjukkan kemampuan mengolah pikirannya sehingga mampu mengaplikan teori ke dalam perbuatan.62

Untuk memperoleh hasil, dapat dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik. Kemajuan prestasi hasil belajar peserta didik tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar peserta didik mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan.63

B. Penelitian Relevan

Sebagai kajian dan penelitian pustaka, dapat dikemukakan beberapa hasil penelitian terlebih dahulu untuk dijadikan beberapa referensi, di antaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Megi Mustika pada tahun 2016, judul penelitiannya adalah “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Make A Match memberikan Hasil Belajar IPA yang lebih baik dari

pada Pembelajaran Konvensional di Kelas IV SDN 37 Anduring”. Penerapan model Cooperative Learning tipe Make A Match dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik pada pembelajaran IPA di kelas IV SDN 37 Anduring Kecematan Kuranji Kota Padang. Hal ini dapat dibuktikan dengan rata-rata nilai hasil belajar IPA peserta didik kelas eksperimen adalah 86,26. Hal ini mengacu pada KKM yang

62

Ibid, h. 69

63

(56)

ditetapkan yaitu 80,00. Peserta didik yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 18 orang (78,26%) di kelas eksperimen, dan 12 orang (50%)di kelas kontrol. Dan setelah dilakukan pengujian hipotesis dengan uji-t pada taraf kepercayaan 95% diperoleh nilai hitung > t-table (2,84 > 1,68), sehingga berdasarkan kriteria pengujian maka H1 diterima yaitu penerapan model Cooperative tipe Make A Match memberikan hasil belajar IPA yang lebih baik dari pada pembelajaran konvensional di kelas IV SDN 37 Anduring.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Daitin Tarigan pada tahun 2014, judul penelitiannya adalah “Meningkatkan Aktivitas Belajar peserta didik

dengan Menggunakan Model Make A Match pada Mata Pelajaran Matematika di Kelas V SDN 050687 Sawit Seberang” penelitian ini

(57)

Hasil tersebut membuktikan bahwa tindakan penelitian berhasil karena nilai indikator aktivitas belajar peserta didik dan jumlah peserta didik yang dinyatakan aktif secara klasikal telah mencapai 80%. Dengan demikian maka penggunaan model Make A Match dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik di kelas V SDN 050687 Sawit Seberang pada mata pelajaran Matematika materi mengubah pecahan ke bentuk persen, desimal.

(58)

C. Hipotesis

(59)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian dan Jenis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka metode penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek

selidik”. Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada

tidaknya hubungan sebab akibat. Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan satu kelompok eksperimen.64 Maka jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian praeksperimen yaitu belum merupakan eksperimen yang sesungguhnya karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen, karena dalam penelitian ini tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random. Rancangan yang digunakan adalah One-Group Pretest-Posttest Design.65

64

Suharsimi Arikunto, Manajemen penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 207 65

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandun: Alfabeta, 2014), h. 74

(60)

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini diadakan di SDN 35 Cupak Kabupaten Solok dalam semester genap pada bulan Maret sampai April 2017.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian66. Berdasarkan pernyataan tersebut maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok yang berjumlah 16 orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut sedangkan sampling merupakan teknik pengambilan sampel.67 Pengambilan sampel adalah suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel dan perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi subjek atau objek penelitian.68 Pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah dengan total sampling yaitu mengambil seluruh peserta didik kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok.

D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan sesuatu yang dijadikan fokus perhatian penelitian: a. Variabel bebas

66

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta Rineka Cipta, 2005), h. 130

67

Ibid., h. 118 68

(61)

variabel bebas adalah variabel yang tidak berpengaruh terhadap variabel lain69. Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Make A Match.

b. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel akibat yang keadaannya tergantung kepada variabel bebas atau variabel lainya70. Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah hasil belajar IPA peserta didik.

E. Data dan Sumber Data 1. Data

Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta ataupun angka.71 Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu:

a. Data primer yaitu data yang diperoleh atau bersumber dari tangan pertama. Dalam hal ini data primernya adalah data hasil ulangan harian peserta didik kelas IIISDN 35 Cupak Kabupaten Solok.

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh bersumber dari tangan kedua. Dalam hal ini, data sekundernya adalah data peserta didik kelas III yang diperoleh dari pendidik dan tata usaha SDN 35 Cupak Kabupaten Solok.

2. Sumber Data

Sehubungan dengan jenis data yang diperlukan maka sumber data yang diperlukan adalah:

69

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 75

70

Ibid., h. 74

71

(62)

1. Seluruh peserta didik kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok yang menjadi kelas sampel untuk mendapatkan data primer.

2. Tata Usaha dan Pendidik Kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok untuk mendapatkan data sekunder.

F. Teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan tes. Tes digunakan untuk memperoleh data yang akurat terhadap kemampuan hasil belajar peserta didik memahami pembelajaran dengan model pembelajaran Make A Match.

2. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data tentang hasil belajar peserta didik, penulis menggunakan alat pengumpulan data yang berbentuk tes hasil belajar. Tes hasil belajar berfungsi untuk mengukur tingkat kemampuan individu, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan sebagai hasil belajar tes tersebut berfungsi untuk mengetahui hasil belajar IPA peserta didik setelah menggunakan model pembelajaran Make A Match. Dalam penelitian ini digunakan tes tertulis yang berbentuk pilihan ganda. Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Data tes yang dihasilkan berupa rata-rata skor pretest-posttest.72

72

(63)

Tes hasil belajar dimaksud adalah tes yang diberikan setelah penelitian dilaksanakan. langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut: a. Menyusun tes

Dalam menyusun tes tersebut penulis melakukan tahapan sebagai berikut :

a. Menentukan tujuan mengadakan tes, yaitu untuk mengetahui hasil belajar IPA peserta didik.

b. Membuat pembatasan pada materi yang akan diujikan. c. Menyusun kisi-kisi tes hasil belajar IPA.

d. Menyusun butir-butir soal tes uji coba. e. Melakukan validasi instrumen

b. Melakukan analisis tes uji coba

Gambar

Tabel 1.1. Presentase Ketuntasan Ulangan Harian mata pelajaran IPA Peserta Didik Kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok Semester I Tahun Ajaran 2016/2017
Tabel 3. 1. Koefisien Reliabilitas Tes
Tabel 3.3. Klasifikasi daya  pembeda  soal
Tabel 3.4.  Design penelitian one group study pretest-posttest
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan pemberian imunisasi pada anak diharapkan akan memberikan fungsi serta manfaatnya dalam hal untuk melindungi bayi yang kadar imunitas tubuhnya masih sangat rentan

19.3 Penyimpangan – penyimpangan dari ketentuan mutu beton tersebut di atas, atau persyaratan mutu beton tidak terpenuhi maka pihak Direksi berhak untuk meminta kepada

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar analisis LKS praktikum, pedoman wawancara, lembar optimasi, lembar observasi keterlaksanaan tahapan

Mikroskop berasal dari bahasa Yunani, yaitu micron berarti kecil dan scorpos berarti tujuan.Mikroskop juga merupakan alat yang digunakan untuk melihat objek

Berdasarkan Surat Penetapan Penyedia Barang/Jasa Pengadaan Langsung Nomor : 520/09/PPBJ – APBDP/DISTANAK/2012 Tanggal 6 Desember 2012, dengan ini diumumkan Penyedia

Untuk pelamar yang mengikuti SKD di Banjarbaru dan Jayapura yang dinyatakan lulus seleksi administrasi dapat mencetak Kartu Tanda Peserta Ujian (KTPU) melalui

physical parameter as well as its reflectance data [7], [8]. Hence, the existing algorithm that was designed in different water area was directly implemented without

(3) Dalam hal pembangunan rumah susun dilakukan di atas tanah hak guna bangunan atau hak pakai di atas hak pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf c,