• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa dan Hasil Analisa

Dalam dokumen Desain Pasar Jungke Kabupaten Karanganyar (Halaman 153-159)

SITE PASAR JUNGKE

ARAH ORIENTA

2) Analisa dan Hasil Analisa

Kondisi eksisting Pasar Jungke sekarang sebagian besar menggunakan air tanah. Untuk sumber dari PDAM hanya digunakan sebagian kecil saja. Untuk perencanaan kedepan diperlukan analisa yang baik dalam perencanaan air bersih. Dengan dasar pertimbangan tersebut, maka dipilih menggunakan air tanah dan air PDAM. Untuk air tanah digunakan untuk kegiatan utama dan apabila tidak mencukupi bisa dipasok dari air PDAM.

Standar kebutuhan air bersih Wedho Handoyo (mengutip dari Hartopo Poerbo, 2002) adalah sebagai berikut:

a) Standar Kebutuhan air bersih untuk pertokoan/pasar adalah 0,5m³/hari/100m²

b)Kebutuhan saniter closet 8 liter/jam.

c) Kebutuhan perlengkapan urinoir 30 liter / jam d)Pengamanan kebakaran 20m³

commit to user

Untuk mempermudah dalam merencanakan jaringan air bersih maka dapat dibuat skema analisa jaringan air bersih. Skema air bersih dapat dilihat pada gambar 4.81.

Gambar 4.81. Skema Distribusi Air Bersih

b. Jaringan Air Kotor dan Drainase 1) Dasar Pertimbangan

a) Kenyamanan b) Kemudahan c) Kebersihan d)Kesehatan

e) Efisiensi dan ekonomis 2) Analisa dan Hasil

Kondisi saluran pembuangan air kotor di Pasar Jungke sekarang sangat tidak mendukung kenyamanan. Saluran yang sekarang berupa saluran terbuka dan sering terjadi penyumbatan yang menimbulkan bau yang tidak sedap.

Untuk menciptakan pasar yang nyaman maka harus direncanakan jaringan atau saluran air kotor yang baik. Untuk saluran air kotor bisa menggunakan saluran tertutup atau saluran terbuka. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan dapat dilihat pada tabel 4.34.

Tabel 4.34. Perbandingan Saluran Terbuka dan Tertutup

Sumur Pompa PDAM Meteran Bak Penampung Bawah Pompa Bak Penampung Atas Distribus i

commit to user

Yang Ditinjau Saluran Tertutup Saluran Terbuka Perawatan Perawatan mudah

tapi jika ada kerusakan atau penyumbatan sulit diatasi.

Harus dilakukan lebih rutin, karena mudah kemasukan kotoran dari luar.

Kenyamanan tidak mengganggu sirkulasi orang dan barang.

Lebih rapi

Mengganggu

sirkulasi orang dan barang.

Kurang rapi

Menurut Rinaldi Mirsa kriteria air limbah domestik yang berasal dari pusat permukiman atau non permukiman antara lain sebagai berikut:

a. Air mandi, air cucian, air dapur adalah air limbah “grey water”

b. Air jamban (WC) adalah air limbah “black water”.

Untuk saluran air kotor direncanakan pemisahan antara saluran air hujan dan saluran air kotor dari kamar mandi. Saluran air hujan direncanakan terbuka tetapi ditutup dengan gril besi. Untuk saluran air dari kamar mandi direncanakan tertutup dan terpisah dengan saluran air hujan. Bak kontrol digunakan sebagai pengendali kelancaran aliran air.

Tabel 4.35. Standar Kebutuhan Drainase N

o Kemiringan

Kerapatan Saluran (m/100 Ha) Volume minimum Primer Sekunder Tersier Total

1 0 - 2% 800 5.100 14.100 20.000 0.6 m/dt 2 2-5% 600 4.080 11.280 15.960

3 5-15% 480 3.060 8.460 12.000

4 15-40% 320 2.040 5.640 8.000 0.6 m/dt 5 >40% Tidak Direkomendasikan

commit to user

Dari beberapa pertimbangan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk perencanaan air hujan dapat dilihat pada gambar 4.82. Untuk hasil analisa perencanaan jaringan air kotor dapat dilihat pada gambar 4.83.

Gambar 4.82. Skema Jaringan Air Hujan

Gambar 4.83. Skema Jaringan Air Kotor c.Jaringan Listrik

Listrik yang digunakan untuk sumber energi. Direncanakan Pasar Jungke menggunakan sumber energi listrik dari PLN dan dari generator atau genset. Untuk kebutuhan sehari-hari direncanakan menggunakan sumber listrik dari PLN yang dayanya lebih besar dari genset dan biayanya lebih murah. Genset digunakan apabila tidak ada pasokan listrik dari PLN.

Sistem jaringan listrik yang digunakan dalam bangunan menurut Wedho Handoyo (2010):

1) ATS (Automatic Transfer Switch) yaitu alat untuk mentransfer aliran listrik secara otomatis dari aliran PLN ke aliran genset sehingga genset menjadi sumber tenaga listrik pada saat aliran PLN terputus.

2) EMD (Electrical Main Distribution) yaitu pusat penyaluran listrik dari ATS ke ruangan atau bangunan yang membutuhkan.

Gambar 4.84. Skema Jaringan Listrik Air kotor padat dari WC Sha f Air Kotor cair dari KM Sumur Resapanan Septictan k

Air hujan Bak Kontrol Riol

Kota Riol Kota PL N Trafo Genset Meteran AT S EM D Distribu si Sha f Air Kotor dari Warung Makan dan los daging Sha f Penangka p Lemak

commit to user d. Jaringan Komunikasi

Untuk Jaringan telepon direncanakan dengan penggunaan pusat atau terminal yang biasa disebut PABX. Dari PABX akan disalurkan ke panel yang selanjutnya akan didistribusikan.

Gambar 4.85. Skema Jaringan Telepon e.Pengelolaan Sampah

Sampah adalah sisa dari sebuah kegiatan manusia. Direncanakan untuk sampah organik disendirikan dengan sampah anorganik dengan tujuan untuk mempermudah dalam pengolahan atau pendaurulangan. Penyaluran sampah secara vertikal direncanakan menggunakan shaft sampah agar lebih cepat dan efisien.

Mengenai pengelolaan sampah dalam pasar tradisional menurut Hari Hajaruddin Siregar (2012).

Sampah merupakan bentuk output yang banyak diproduksi oleh pasar. Khususnya sampah organik sisa buah dan sayuran. Hal ini dapat dipecahkan dengan menggunakan pendekatan green architecture, sampah pasar dapat dikonversi menjadi energi atau dapat dijadikan menjadi pupuk kompos yang dapat dijual kembali.

Untuk pengelolaan sampah dilakukan oleh pengelola Pasar Jungke sehingga sampah yang ada di dalam area pasar akan terkelola dengan baik. Pengawasan dilakukan mulai dari bak sampah sampai pendistribusian ke TPS. Sampah dari TPS akan didaur ulang dan yang tidak bisa didaur ulang akan dibuang ke TPA. Untuk pembuangan sampah ke TPA diperlukan kerjasama yang baik dengan Dinas Kebersihan Kota (DKP) agar tidak terjadi penumpukan sampah di TPS. Untuk mengetahui hasil dari analisa jaringan sampah yang direncanakan dapat dilihat pada gambar 4.86.

Telko m PAB X Panel Distribus i Sampah Organik Sampah Anorganik Tempat Sampa h Shaff Shaff TP S TPA Tempat Sampa h Daur Ulang

commit to user

Gambar 4.86. Skema Jaringan Sampah f.Sistem Pemadam Kebakaran

Hydrant adalah sistem pengaman kebakaran pada sebuah bangunan atau kawasan. Mengenai ketentuan Penempatan hydrant, Rinaldi Mirsa (2012) berpendapat dalam satu kilometer pipa distribusi terdapat 4-5 buah hydrant dan diletakkan 60-160cm dari tepi jalan dan 1meter dari bangunan(hlm.111). Standar kebutuhan untuk hydrant box, M. Fatkhurrohman (mengutip dari Hartopo Poerbo, 2002) adalah 400liter/ menit/ coupling dengan panjang selang 30m.(hlm.131).

Gambar 4.87. Skema Jaringan Pengaman Kebakaran g. Sistem Penangkal Petir

Untuk sistem penangkal petir cukup sederhana. Antena adalah bagian yang berfungsi sebagai ujung penangkal karena letaknya di atap. Antena akan dihubungkan dengan kabel atau arde. Arde tadi akan masuk ke dalam tanah atau ground.

Gambar 4.88. Skema Sistem Penangkal Petir Antena Penangka l Petrir Arde Ground Penampung Hydran t Hydran t Hydran t

commit to user

140 BAB V

Dalam dokumen Desain Pasar Jungke Kabupaten Karanganyar (Halaman 153-159)

Dokumen terkait