commit to user
ii
DESAIN PASAR JUNGKE
KABUPATEN KARANGANYAR
SKRIPSI
Oleh:
ANDI TRISTIANTO K 1508054
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
iii
DESAIN PASAR JUNGKE
KABUPATEN KARANGANYAR
Oleh:
ANDI TRISTIANTO K 1508054
Skripsi
Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Pendidikan
Teknik Dan Kejuruan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Andi Tristianto
NIM : K1508054
Jurusan/Program Studi : PTK/Pendidikan Teknik Bangunan
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ” DESAIN PASAR JUNGKE KABUPATEN KARANGANYAR” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Desember 2012
Yang membuat pernyataan
commit to user
v
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk di pertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, 7 Desember 2012
Pembimbing I
Ir. Chundakus Habsya, M.SA
NIP.1957414 198603 1 002
Pembimbing II
Budi Siswanto,S.Pd,.M.Ars
commit to user
vi
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Ida Nugroho Saputro, ST., M.Eng.
Sekretaris : Sukatiman, ST., M.Si.
Anggota I : Ir. Chundakus Habsya, M.SA.
Anggota II : Budi Siswanto,S.Pd., M.Ars.
Disahkan Oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
commit to user
vii ABSTRAK
Andi Tristianto. Desain Pasar Jungke Kabupaten Karanganyar. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Desember 2012.
Tujuan penelitian ini adalah (1)Merencanakan dan merancang desain Pasar Jungke menjadi pasar tradisional yang menarik serta mencerminkan kearifan lokal. (2)Merencanakan dan merancang desain Pasar Jungke yang memperhatikan kelancaran sirkulasi orang dan barang. (3)Merencanakan dan merancang pasar tradisional yang memperhatikan dalam penataan kios, penataan los dan penataan fasilitas penunjang sehingga menciptakan pasar tradisional yang teratur dan terklasifikasikan dengan baik.
Penelitian yang digunakan merupakan jenis penelitian kualitatif. Strategi penelitian yang digunakan adalah deskripsi analisis. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil observasi terhadap objek penelitian yaitu Pasar Jungke Karanganyar yang merupakan salah satu pasar tradisional terbesar di Kabupaten Karanganyar. Data sekunder berupa arsip atau dokumen yang diperoleh dari Dinas Pasar Kabupaten Karanganyar dan Pengelola Pasar Jungke. Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah Purposive Sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1)Desain Pasar Jungke yang menarik dan mencerminkan kearifan lokal dicerminkan dari: (a)Bentuk atap tajuk yang mengadopsi bentuk atap Pendopo Astana Giri Bangun Matesih. (b)Bentuk teras yang mencerminkan arsitektur kolonial yang mengadopsi bentuk bangunan utama Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar. (c)Bentuk los pada tempat perdagangan mencerminkan kearifan lokal suasana pasar tradisional. (2)Desain sirkulasi Pasar Jungke dengan pola grid menunjang kejelasan arah, efektifitas ruang dan kemudahan akses antar bagian ruang. (3)Desain pengelompokan kios dan los Pasar Jungke dengan menggunakan pola grid mempermudah dalam pengelompokan masing-masing fungsi, jenis dan karakter dari setiap barang dagangan dan jenis perdagangan. (4)Desain utilitas yang mengutamakan kebersihan dan kesehatan pasar dicerminkan dari: (a)Sistem drainase dengan menggunakan saluran tertutup lebih terlihat rapih dan bersih. (b)Sirkulasi Jaringan utilitas dengan penggunaan shaft sebagai sirkulasi vertikal akan membuat desain pasar terlihat rapi dan apabila ada kerusakan pada jaringan akan lebih mempermudah dalam perbaikan. (c)Sistem pengelolaan sampah dengan penggunaan shaft sampah sebagai sirkulasi vertikal akan mempermudah dalam pendistribusian sampah. (d)Selain itu juga dilakukan pemisahan antara sampah organik dan anorganik akan lebih mudah dalam mendaurulang.
commit to user
viii ABSTRACT
Andi Tristianto. Market Design Jungke in District of Karanganyar. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Desember 2012.
The purpose of the study was (1)Planning and designing Jungke Market becomes attractive, tradisional markets and reflects the local wisdom. (2)Planning and designing a notice Jungke Markets smooth circulation of people and goods. (3)Planning and design of traditional markets stall attention in structuring, arrangement an structuring los supporting facilities, creating traditional market regularly and properly classifiable.
The Study used a type of qualitative research. The research strategy used is description analysis. Data collected in this study is primary data obtained from the observation of the research object Jungke Market of Karanganyar which is one of the largest traditional market in the district of Karanganyar. Secondary data files or documents obtained from the Market Service of Karanganyar and Business Jungke. Tech data collection used was purposive sampling.
The results of this study show that: (1)Market Desaign Jungke interesting and reflects local wisdom reflected: (a)The roof canopy which adopts the verandah roof Astana Giri Bangun Matesih. (b)The form of terraces which reflect colonial architecture adopting the form of the main building Tasikmadu Karanganyar Sugar Factory. (c)Form los reflects trading in the spot market atmosphere of traditional wisdom. (2)Design circulation Jungke Market with clear directions grid pattern support, effectiveness and ease of access space between the part of spece. (3)Design and los market stall grouping Jungke using a grid pattern makes the grouping of each function, type and character of any merchandise and types trading. (4)Design utility that prioritizes health and hygiene market reflected: (a)The drainage system using closed lines more visible neat and cleane. (b)Circulation network utility to use as the vertical circulation shaft will make easier to repair. (c)Waste management system with the use of waste as vertical circulation shaft will facilitate the distribution of garbage. (d)In addition, the separation between the organic and inorganic waste will be easier to recycle.
commit to user
ix MOTTO
Dan Carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah Dianugrahkan
Alloh kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Alloh telah berbuat
baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi, sungguh
Alloh tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.
(Q.S Al Qashash: 77)
Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi senantiasa bertasbih
kepada Alloh; milik-Nya semua kerajaan dan bagi-Nya (pula) segala puji;
dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu.
(Q.S At Taghabun: 1)
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia; Alloh Menghendaki agar mereka merasakan
sebagian dari (akibat)perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar)
(Q.S Ar Ruum: 41)
Perumpamaan Surga yang dijanjikan kepada orang yang bertaqwa
(seperti taman),mengalir di bawahnya sungai-sungai; senantiasa berbuah
dan teduh. Itulah tempat kesudahan bagi orang yang bertaqwa; sedang
tempat kesudahan bagi orang yang ingkar kepada Tuhan ialah neraka.
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Alloh SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, Puji syukur
Alhamdullilah atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya.
Karya ini dipersambahkan kepada orang-orang yang kucintai,
kusayangi, kuhormati dan kubanggakan:
1. Ibu dan Ayah tercinta terimakasih atas Kasih sayang, Do’a, jerih
payah dan pengorbanan kepada saya.
2. Kakak-kakakku yang selalu memberikan dukungan yang sangat berarti
bagiku.
3. Teman-teman yang telah memberikan bantua, pengalaman dan
pengetahuan yang insyaAlloh akan tetap ku kenang selamanya.
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim Alhamdulillaahirobbil’aalamiin
Assalaamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, atas segala
limpahan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Desain Pasar Jungke Kabupaten Karanganyar”, yang disusun untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, Program
Pendidikan Teknik Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd sebagai Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta.
2. Bapak Drs. H. Sutrisno, S.T., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Teknikdan Kejuruan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Ida Nugroho Saputro, S.T., M.Eng, selaku Ketua Program Pendidikan
Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Abdul Haris Setyawan S.Pd., M.Pd, selaku Koordinator Skripsi
Pendidikan Teknik Bangunan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Ir. Chundakus Habsya, M.SA, selaku Pembimbing I yang telah memberikan
arahan dan bimbingan dalam menyusun skripsi.
6. Budi Siswanto,S.Pd., M.Ars, selaku Pembimbing II yang telah memberikan
arahan dan bimbingan dalam menyusun skripsi.
7. Kepala Pengelola Pasar Jungke Karanganyar yang telah memberikan ijin, data
dan kelonggarannya dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Kedua orang tua penulis, yang telah memberikan doa, dorongan dan
commit to user
xii
9. Teman-teman PTB angkatan 2008,terimakasih atas kekompakan, kebersamaan,
dan bantuannya.
10.Berbagai pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam tulisan ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan didalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna kesempurnaan dalam skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Semoga Alloh SWT selalu membimbing kita semua.Aamiin.
Wassalaamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh
Surakarta, Desember 2012
commit to user
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN ... ii
HALAMAN PENGAJUAN ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
MOTTO ... viii
PERSEMBAHAN ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6
A. Tinjauan Pustaka ... 6
1. Pasar ... 6
2. Pasar Tradisional ... 7
3. Pasar Modern ... 11
4. Perbandingan Pasar Tradisional dan Pasar Modern ... 14
5. Desain ... 16
6. Fungsional ... 17
commit to user
xiv
8. Konsep Arsitektur Kontekstual ... 21
9. Konsep Arsitektur Kolonial ... 24
B. Kerangka Pemikiran ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27
B. Bentuk dan Strategi penelitian ... 29
C. Sumber Data ... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
A. Deskripsi Kondisi Eksisting ... 39
1. Letak Geografis ... 39
10.Kondisi Peruangan Pasar Jungke ... 59
11.Rekapitulasi Peruangan dan Jumlah Pedagang ... 73
12.Klasifikasi Jenis Barang Dagangan... 74
B. Analisa Konsep Desain ... 75
1. Analisa Pelaku dan Kebutuhan Ruang ... 75
2. Analisa Pelaku dan Jenis Kegiatan ... 76
3. Analisa Besaran Ruang ... 80
commit to user
xv
5. Analisa Pola Hubungan Ruang ... 90
6. Analisa Tata Massa ... 93
7. Analisa Zonifikasi ... 99
8. Analisa Pencapaian ... 102
9. Analisa Orientasi Bangunan... 105
10.Analisa Sirkulasi Bangunan ... 108
11.Analisa Kearifan Lokal ... 112
12.Analisa Tata Hijau ... 120
13.Analisa Pencahayaan dan Penghawaan... 124
14.Analisa Struktur ... 128
15.Analisa Jaringan Utilitas ... 133
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 140
A. Kesimpulan ... 140
B. Implikasi ... 141
C. Saran ... 141
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Perbandingan Pasar Tradisional dengan Pasar Modern ... 15
Tabel 3.1. Waktu Penelitian ... 28
Tabel 4.1. Kondisi Jalan yang Ada di Sekitar Site Pasar Jungke ... 52
Tabel 4.2. Peruangan Kantor Pengelola Pasar Jungke ... 60
Tabel 4.3. Peruangan Kios Pemda Pasar Jungke ... 61
Tabel 4.4. Peruangan Kios Darurat Pasar Jungke ... 62
Tabel 4.5. Peruangan Los Daging Pasar Jungke ... 63
Tabel 4.6. Peruangan Kios Berdikari Pasar Jungke... 64
Tabel 4.7. Peruangan Kios PKL Pasar Jungke ... 65
Tabel 4.8. Peruangan Skat Darurat Pasar Jungke ... 66
Tabel 4.9. Peruangan Los Pemda Pasar Jungke ... 67
Tabel 4.10. Peruangan Los Berdikari Pasar Jungke ... 68
Tabel 4.11. Peruangan Los Halaman Luar Pasar Jungke ... 69
Tabel 4.12. Peruangan Area Parkir dan Bongkar Muat Pasar Jungke ... 70
Tabel 4.13. Peruangan Mushola Pasar Jungke ... 71
Tabel 4.14. Peruangan Area MCK Pasar Jungke ... 71
Tabel 4.15. Peruangan Area Terbuka Pasar Jungke ... 72
Tabel 4.16. Rekapitulasi Peruangan Pasar Jungke ... 73
Tabel 4.17. Rekapitulasi Jumlah Pedagang Pasar Jungke ... 73
Tabel 4.18. Klasifikasi Jenis Komoditas di Pasar Jungke ... 74
Tabel 4.19. Analisa Pelaku dan Kebutuhan Ruang Kegiatan Jual-beli ... 75
Tabel 4.20. Analisa Pelaku dan Kebutuhan Ruang Kegiatan Pengelola ... 76
Tabel 4.21. Analisa Pelaku dan Kebutuhan Ruang Kegiatan Penunjang ... 76
Tabel 4.22. Rencana Besaran Ruang Penerimaan Pasar Jungke ... 81
Tabel 4.23. Rencana Besaran Ruang Kios dan Los Pasar Jungke ... 82
Tabel 4.24. Rencana Besaran Ruang Kantor Pengelola Pasar Jungke ... 83
commit to user
xvii
Tabel 4.26. Rencana Besaran Ruang Area Bongkar Muat ... 85
Tabel 4.27. Rencana Besaran Ruang Masjid ... 85
Tabel 4.28. Rencana Besaran Ruang Lavatory ... 86
Tabel 4.29. Rencana Besaran Ruang ME ... 87
Tabel 4.30. Rencana Besaran Ruang Pos Jaga, ATM dan Box Telepon ... 87
Tabel 4.31. Rekapitulasi Rencana Peruangan Pasar Jungke ... 87
Tabel 4.32. Perbandingan Pencahayaan Alami dan Buatan ... 125
Tabel 4.33. Kelebihan dan Kelemahan Baja Konvensional ... 131
Tabel 4.34. Perbandingan Saluran Terbuka dan Tertutup ... 135
commit to user
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Suasana di Dalam Pasar jungke ... 2
Gambar 2.1. Pasar jungke Adalah Contoh Pasar Tradisional ... 7
Gambar 2.2. Drainase dan Kebersihan yang Buruk di Pasar Tradisional ... 8
Gambar 2.3. Bangunan Pasar yang Kurang Memperhatikan Kenyamanan.... 9
Gambar 2.4. Penataan Barang di Palur Plasa yang Rapi dan Terklasifikasi . 11 Gambar 2.5. Minimarket ... 12
Gambar 2.6. Plasa Singosaren Solo ... 13
Gambar 2.7. Solo Grand Mall ... 13
Gambar 2.8. Lotte Mart ... 14
Gambar 2.9. Bagan Perkembangan Objek Penelitian Desain di Indonesia .... 16
Gambar 2.10. Bagan Hubungan Desain, Seni, Sains dan Teknologi ... 17
Gambar 2.11. Solo Tecno Park dengan Konsep Bangunan Fungsional ... 18
Gambar 2.12. Pasar Gedhe Solo, Pasar Gading Solo, Pasar Kembang Solo .... 19
Gambar 2.13. Masjid Agung Kabupaten Karanganyar ... 20
Gambar 2.14. Desain Bank Indonesia Solo ... 22
Gambar 2.15. Bangunan Kampus Universitas Indonesia dengan Bentuk dan Warna yang Dirancang dengan Konsep Selaras ... 23
Gambar 2.16. Bank Indonesia Solo, Benteng Vestemberg Solo, Bangunan dengan Arsitektur Kolonial di Kota Solo ... 24
Gambar 2.17. Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar, Salah Satu Bangunan yang ada di Karanganyar dengan Gaya Arsitektur Kolonial ... 25
Gambar 2.18. Bagan Kerangka Pemikiran ... 26
Gambar 3.1. Bagan Proses Penelitian ... 36
Gambar 3.2. Bagan Analisa Konsep Desain Pasar Jungke ... 37
Gambar 3.3. Bagan Konsep Desain Pasar Jungke ... 38
Gambar 4.1. Foto Udara Pasar Jungke Karanganyar ... 39
Gambar 4.2. Batas Lahan Site Pasar Jungke... 40
Gambar 4.3. Bentuk dan Ukuran Lahan Site Pasar Jungke ... 41
commit to user
xix
Gambar 4.5. Kontur Tanah Site Pasar Jungke ... 43
Gambar 4.6. Potongan Sumur Timba Site Pasar Jungke ... 44
Gambar 4.7. Drainase dan Kebersihan yang Buruk di Pasar Jungke... 45
Gambar 4.8. Drainase Site Pasar Jungke ... 46
Gambar 4.9. Arah Lintasan Matahari ... 47
Gambar 4.10. Vegetasi di Area Site dan Sekitarnya ... 48
Gambar 4.11. Ketinggian dan Lebar Tajuk ... 59
Gambar 4.12. Terminal Jungke Kabupaten Karanganyar Sebagai Akses Utama Transportasi Umum di Kabupaten Karanganyar ... 50
Gambar 4.13. Berbagai Jenis Moda Transportasi Menuju ke Pasar Jungke .... 51
Gambar 4.14. Jalan di Sekitar Site Pasar Jungke ... 53
Gambar 4.15. Arah Lalu Lintas Sekitar Site Pasar Jungke ... 54
Gambar 4.16. Akses dari Pusat Kota dan dari Daerah Lain ... 55
Gambar 4.17. Jaringan Listrik Pasar Jungke ... 56
Gambar 4.18. Jaringan Telepon Pasar Jungke ... 57
Gambar 4.19. Jaringan Air Bersih Pasar Jungke ... 58
Gambar 4.20. Peta Pasar Jungke ... 59
Gambar 4.21. Kantor Pengelola Pasar Jungke ... 60
Gambar 4.22. Kios Pemda Pasar Jungke ... 61
Gambar 4.29. Los Berdikari Pasar Jungke... 68
Gambar 4.30. Los Halaman Luar Pasar Jungke ... 69
Gambar 4.31. Area Bongkar Muat dan Area Parkir Pasar Jungke ... 70
Gambar 4.32. Mushola dan Area MCK Pasar Jungke ... 71
Gambar 4.33. Bak Sampah Pasar Jungke ... 72
commit to user
xx
Gambar 4.35. Skema Kegiatan Pengelola Pasar ... 79
Gambar 4.36. Organisasi Ruang Secara Umum ... 88
Gambar 4.37. Organisasi Ruang Kegiatan Perdagangan ... 88
Gambar 4.38. Organisasi Ruang Kegiatan Pengelolaan ... 89
Gambar 4.39. Organisasi Ruang Kegiatan Penunjang ... 89
Gambar 4.40. Organisasi Ruang Kegiatan Servis ... 89
Gambar 4.41. Pola Hubungan Ruang Lantai Dasar ... 90
Gambar 4.42. Pola Hubungan Ruang Lantai 1 ... 91
Gambar 4.43. Pola Hubungan Ruang Lantai 2 ... 92
Gambar 4.44. Pola Hubungan Ruang Lantai 3 ... 93
Gambar 4.45. Bentuk Massa Segi Empat ... 94
Gambar 4.46. Bentuk Massa Lingkaran/ Oval... 94
Gambar 4.47. Bentuk Massa Segi Tiga ... 95
Gambar 4.48. Satu Massa ... 96
Gambar 4.49. Banyak Massa ... 97
Gambar 4.50. Hasil Analisa Tata Massa ... 98
Gambar 4.51. Konsep Zonifikasi ... 101
Gambar 4.52. Analisa Pencapaian ... 103
Gambar 4.53. Hasil Analisa Konsep Pencapaian lokasi ... 104
Gambar 4.54. Analisa Orientasi Bangunan... 106
Gambar 4.55. Hasil Analisa Orientasi Bangunan ... 107
Gambar 4.56. Sirkulasi Linier ... 108
Gambar 4.57. Sirkulasi Grid ... 109
Gambar 4.58. Sirkulasi Radial ... 109
Gambar 4.59. Tangga Pada Bangunan ... 110
Gambar 4.60. Sketsa Atap Pelana ... 112
Gambar 4.61. Sketsa Atap Limasan ... 112
Gambar 4.62. Sketsa Atap Panggang-Pe ... 113
Gambar 4.63. Sketsa Atap Tajug ... 113
commit to user
xxi
Gambar 4.65. Masjid Agung Karanganyar ... 115
Gambar 4.66. Kantor Bupati Karanganyar ... 116
Gambar 4.67. Astana Giri Bangun Matesih Karanganyar ... 117
Gambar 4.68. Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar ... 118
Gambar 4.69. Hasil Analisa Kearifan Lokal ... 119
Gambar 4.71. Taman Kota yang Tertata dengan Baik... 120
Gambar 4.72. Analisa Tata Hijau Terpisah ... 122
Gambar 4.73. Analisa Tata Hijau Menyelubungi Site ... 123
Gambar 4.74. Hasil Analisa Tata Hijau ... 124
Gambar 4.75. Penerapan Pencahayaan Alami di Palur Plasa dengan Sistem Skylight ... 126
Gambar 4.77. Pondasi Batu Kali ... 128
Gambar 4.78. Pondasi Batu Telapak ... 129
Gambar 4.79. Rangka Atap Baja Konvensional ... 130
Gambar 4.80. Genteng Metal ... 132
Gambar 4.81. Skema Distribusi Air Bersih ... 134
Gambar 4.82. Skema Jaringan Air Hujan ... 136
Gambar 4.83. Skema Jaringan Air Kotor... 137
Gambar 4.84. Skema Jaringan Listrik ... 137
Gambar 4.85. Skema Jaringan Telepon ... 138
Gambar 4.86. Skema Jaringan Sampah ... 139
Gambar 4.87. Skema Jaringan Pengaman Kebakaran ... 139
commit to user
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Gambar Site Plan Pasar Jungke ... 145
Lampiran 2. Gambar Blok Plan Pasar Jungke ... 146
Lampiran 3. Gambar Denah Lantai Dasar Pasar Jungke ... 147
Lampiran 4. Gambar Denah Lantai 1 Pasar Jungke ... 148
Lampiran 5. Gambar Denah Lantai 2 Pasar Jungke ... 149
Lampiran 6. Gambar Denah Lantai 3 Pasar Jungke ... 150
Lampiran 7. Gambar Tampak Pasar Jungke ... 151
Lampiran 8. Gambar Tampak Depan A-A ... 152
Lampiran 9. Gambar Tampak Depan B-B/C-C ... 153
Lampiran10. Gambar Tampak Depan C-C ... 154
Lampiran11. Gambar Tampak Depan D-D ... 155
Lampiran12. Gambar Tampak Belakang A-A ... 156
Lampiran13. Gambar Tampak Belakang A-A/B-B ... 157
Lampiran14. Gambar Tampak Belakang B-B/C-C ... 158
Lampiran15. Gambar Tampak Belakang C-C ... 159
Lampiran16. Gambar Tampak Samping Kanan (Utara) ... 160
Lampiran17. Gambar Tampak Samping Kiri (Selatan)... 161
Lampiran18. Gambar Potongan Memanjang... 162
Lampiran19. Gambar Melintang C-C ... 163
Lampiran20. Gambar Melintang D-D ... 164
Lampiran21. Gambar Melintang E-E ... 165
Lampiran22. Gambar Skema Utilitas ... 166
Lampiran23. Gambar Denah Utilitas Lantai Dasar ... 167
Lampiran24. Gambar Denah Utilitas Lantai 1 ... 168
Lampiran25. Gambar Denah Utilitas Lantai 2 ... 169
Lampiran26. Gambar Denah Utilitas Lantai 3 ... 169
commit to user
xxiii
Lampiran26. Foto Maket Pasar Jungke (Perspektif dari Arah Timur Laut dan dari
Arah Barat Laut) ... 171
Lampiran26. Foto Maket Pasar Jungke (Perspektif dari Arah Tenggara) ... 172
Lampiran26. Foto Maket Pasar Jungke (Perspektif dari Arah Barat Laut) ... 173
commit to user BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi sekarang ini gaya hidup modern sudah menjadi dambaan
bagi masyarakat Indonesia. Hampir di semua bidang kehidupan masyarakat
Indonesia mengalami modernisasi utamanya pada masyarakat perkotaan. Hal itu
juga terjadi di bidang perdagangan yang tidak lain adalah pasar. Pasar tradisional
yang dahulu menjadi pusat perdagangan dan perekonomian masyarakat sudah
sedikit tergeser karena adanya pasar modern lebih-lebih di kota-kota besar. Hal ini
menjadikan pertumbuhan pasar tradisional lebih rendah dari pada pertumbuhan
pasar modern.
Hal tersebut sesuai dengan hasil survei yang dilakukan AC. Nielsen (Situs resmi DPW DKI Jakarta, 2005). menunjukkan bahwa jumlah pasar tradisional di Indonesia mencapai 1,7 juta unit atau 73%dari keseluruhan pasar yang ada. Namun, ternyata laju pertumbuhan pasar modern jauh lebih tinggi dari pada pasar tradisional. Kalau diamati, di antara pasar-pasar tersebut ada yang mempunyai spesifikasi barang dagangan yang sama dengan pasar-pasar modern. Kondisi seperti ini yang membuat pasar tradisional semakin terpuruk. Pasar-pasar modern tersebut telah menggeser peran pasar tradisional sebagai penyedia kebutuhan masyarakat kota. (Sadilah, Ariani, Herawati, Moertjipto dan Sukari, 2011:2)
Pertumbuhan pasar modern juga sudah terjadi di Kabupaten Karanganyar.
Pasar modern di Kabupaten Karanganyar yang baru adalah Palur Plasa. Palur Plasa
adalah sebuah pusat perbelanjaan modern yang lengkap menyediakan kebutuhan
masyarakat mulai dari pakaian, barang elektronik, bahkan sembilan bahan pokok.
Jenis barang yang dijual di Palur Plasa juga sama dengan jenis barang yang dijual di
pasar tradisional bahkan di Palur Plasa lebih lengkap dan lebih menarik. Hal itu
menjadikan keberadaan pasar tradisional di Kabupaten Karanganyar sudah mulai
tergeser.
Pasar Jungke yang merupakan salah satu pasar tradisional terbesar di
Kabupaten Karanganyar yang letaknya di pusat kota sudah mulai sedikit tergeser
oleh keberadaan pasar modern. Beberapa masyarakat sudah beralih untuk
commit to user
suka berbelanja ke pasar modern walaupun jaraknya lebih jauh dari pasar
tradisional. Mereka memandang pasar modern lebih aman, nyaman, menarik dan
jauh dari kesan kumuh.
Gambar 1.1. Suasana di Dalam Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi)
Pasar Jungke yang merupakan pasar tradisional memiliki kondisi yang
memprihatinkan lebih-lebih jika dibandingkan dengan kondisi pasar modern.
Banyak sekali permasalahan yang ada pada Pasar Jungke. Permasalahan yang
paling menonjol adalah kuranganya kenyamanan. Hal-hal yang membuat tidak
nyaman diantaranya kurang lancarnya sirkulasi orang maupun barang, kondisi pasar
yang kumuh, penataan dan pengelompokan los dan kios yang tidak teratur, serta
kesemrawutan suasana pasar.
Kondisi sirkulasi orang maupun barang di Pasar Jungke pada saat ini kurang
lancar. Pengunjung harus saling bergantian dalam melintasi jalan sirkulasi pasar.
Kondisi jalan sirkulasi semakin macet apabila ada pengangkutan barang oleh kuli
angkut maka pengguna jalan yang lain harus mengalah dan menyingkir terlebih
dahulu. Lebih macet lagi ketika pengunjung pasar sangat banyak.
Ketidak lancaran sirkulasi orang dan barang terjadi karena beberapa sebab.
Penyebab ketidak lancaran sirkulasi antara lain penataan kios dan los yang kurang
baik. Hal lain juga karena penambahan los secara darurat yang mengesampingkan
kelancaran sirkulasi. Penyebab terbesar ketidak lancaran sirkulai adalah
commit to user
diizinkan berjualan di tepian jalan sirkulasi. Hal itu karena adanya penambahan
pedagang yang tidak diimbangi dengan penambahan tempat untuk berdagang.
Kondisi lain yang menyebabkan kondisi pasar kurang nyaman adalah
kebersihan yang kurang terjaga. Banyak terlihat tempat-tempat kumuh di
sudut-sudut pasar. Kurangnya kebersihan Pasar Jungke disebabkan karena sarana
kebersihan seperti tempat sampah sangat kurang. Kondisi fisik Pasar Jungke yang
kurang mendukung seperti saluran drainase yang kurang memadai mengakibatkan
penyumbatan. Hal itu mengakibatkan pasar terlihat kumuh dan kesehatan pasar
sangat kurang. Tidak adanya petugas kebersihan yang cukup juga menjadi
penyebab kebersihan pasar tidak terjaga.
Selain itu, Pasar Jungke juga beberapa kali mengalami kebakaran. Kejadian
itu dapat terjadi selain kelalaian pedagang pasar juga karena kondisi fisik bangunan
yang kurang memadai serta tidak teraturnya penataan. Penataan tanpa perencanaan
terjadi karena beberapa pedagang membuat partisi antar pedagang dari bahan yang
mudah terbakar seperti bahan dari kayu lapis atau plat kayu. Hal itu tidak hanya
rawan terhadap kebakaran tetapi juga mengurangi kerapian dan keindahan pasar.
Selain itu tidak ada jalur darurat apabila terjadi kebakaran sehingga menyulitkan
pemadam kebakaran untuk memadamkan api. Pasar Jungke juga tidak dilengkapi
dengan hydrant yang sebenarnya sangat diperlukan untuk antisipasi kebakaran
lebih-lebih Pasar Jungke memiliki area yang luas.
Hal-hal diatas menjadikan Pasar Jungke kurang nyaman dan kurang aman.
Hal itu sangat disayangkan bila Pasar Junge kalah bersaing dengan pasar modern
hanya karena kondisi fisik yang tidak mendukung.
Permasalahan-permasalahan diatas sangat disayangkan karena Pasar Jungke
memiliki potensi untuk bersaing dengan pasar modern. Diantaranya Pasar Jungke
menjadi pusat perdagangan dan perekonomian bagi masyarakat di Kabupaten
Karanganyar sejak dulu. Letak Pasar Jungke juga sangat strategis yaitu berada di
jantung Kota Karanganyar. Pasar Jungke berada tepat di sebelah selatan Terminal
Jungke yang merupakan terminal kota. Dengan itu Pasar Jungke menjadi pusat
tempat menjual hasil pertanian dari petani untuk di jual di Pasar Jungke dan
commit to user
Belshaw (1981), menyebutkan bahwa sistem pasar dapat merupakan perpaduan
anatara unsur-unsur aliran vertikal dan horizontal dimana tukar-menukar terjadi
tidak hanya di antara petani, tetapi juga antara petani dengan orang-orang kota.
Untuk mengatassi permasalahan tersebut diperlukan pengembangan Pasar
Jungke yang baik agar dapat menjadikan Pasar Jungke menjadi pusat perdagangan
yang menarik. Hal itu dapat dilakukan dengan perencanaan pasar yang matang dan
sesuai dengan kebutuhan pasar pada saat sekarang dan berorientasi pada masa yang
akan datang. Setelah itu diperlukan perancangan ulang untuk menciptakan sebuah
rancangan pasar dalam bentuk desain pasar yang lebih layak dan lebih menarik.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menciptakan Pasar Jungke yang menarik dan mencerminkan
kearifan lokal.
2. Bagaimana merencanakan Pasar Jungke dengan kelancaran sirkulasi orang
dan barang.
3. Bagaimana merencanakan Pasar Jungke dengan penataan dan
pengelompokan kios dan los yang baik.
4. Bagaimana merencanakan Pasar Jungke yang bersih dan sehat.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari Desain Pasar Jungke di Kabupaten Karanganyar adalah sebagai
berikut :
1. Merencanakan dan merancang desain Pasar Jungke menjadi pasar
tradisional yang menarik serta mencerminkan kearifan lokal.
2. Merencanakan dan merancang desain Pasar Jungke yang memperhatikan
kelancaran sirkulasi orang dan barang.
3. Merencanakan dan merancang pasar tradisional yang memperhatikan dalam
commit to user
menciptakan pasar tradisional yang teratur dan terklasifikasikan dengan
baik.
4. Merencanakan dan merancang desain Pasar Jungke yang memperhatikan
kebersihan dan kesehatan sehingga tercipta pasar tradisional yang bersih dan
jauh dari kesan kumuh.
D. Batasan Masalah
Skripsi dengan judul “Desain Pasar Jungke Kabupaten Karanganyar”
membahas hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan Pasar
Jungke. Masalah-masalah yang berhubungan dengan sosial masyarakat, psikologi
masyarakat, dan perekonomian tidak dibahas dalam penelitian.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan data pendukung
pada mata kuliah Teknik Presentasi, Aplikasi Perencanaan dan Perancangan serta
mata kuliah pendukung lain di prodi Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.
2. Manfaat Praktis
Menciptakan sebuah desain pasar tradisional yang nyaman, aman, bersih
dan jauh dari kesan kumuh yang diawali dari perencanaan dan perancangan yang
commit to user
6 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Pasar
Pasar adalah pusat perdagangan dan perekonomian masyarakat. Pasar
merupakan tempat berlangsungnya kegiatan jual-beli. Pasar juga merupakan
tempat berkumpulnya komoditas hasil pertanian masyarakat khususnya
masyarakat yang berada di sekitar pasar. Pada umumnya di dalam pasar akan
terjadi tukar menukar antara barang dan uang akan tetapi masih ada pasar yang
transaksinya masih dengan pertukaran barang dengan barang atau sistem barter.
Pasar juga menjadi tempat untuk mencari kebutuhan pokok karena di pasar
terdapat barang-barang yang diperlukan seperti bahan pokok, sandang atau yang
lain. Barang-barang itu diperoleh dari masyarakat sekitar, dari pasar di daerah lain
dan dari tempat lain atau dari negara lain. Mengenai jaringan pasar tradisional, Sadilah, dkk (2011) bependapat, “Dari pasar itu pula akan terungkap jaringan perdagangan antara pedagang besar maupun kecil, pedagang lokal maupun dari
daerah lain dan dapat berlangsung dari pasar ke pasar atau dari pasar desa ke pasar
kota” (hlm. 1)
Di dalam pasar akan terjadi persaingan. Persaingan sangat penting dalam
pasar karena dari persaingan akan terbentuk pasar. Dua orang mungkin melakukan
perdagangan, tetapi dibutuhkan setidaknya tiga orang untuk berdirinya sebuah
pasar, sehingga ada persaingan pada setidaknya satu dari dua belah pihak. Pasar
bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis, lokasi jenis dan berbagai
komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang diperdagangkan.
Pasar adalah tempat yang memiliki fungsi sebagai tempat perdagangan.
Selain itu pasar memfasilitasi perdagangan dan memungkinkan distribusi dan
alokasi sumber daya dalam masyarakat. Pasar juga merupakan tempat
terbentuknya harga sebuah barang. Dengan proses jual-beli maka secara otomatis
commit to user
7 2.Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli yang
biasanya dalam transaksinya menggunakan proses tawar menawar sampai pada
kesepakatan kedua belah pihak. Pasar tradisional bisa diartikan sebuah tempat atau
wadah yang menampung orang-orang dimana terdiri dari latar belakang yang
berbeda, etnis, status sosial dan agama namun dapat saling berinteraksi tanpa
hambatan akan perbedaan tersebut. Pada umumnya pasar tradisional menyediakan
kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah,
sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian, barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain
itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini
masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan
perumahan dan perkampungan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar.
Gambar 2.1. Pasar Jungke Adalah Contoh Pasar Tradisional di Kabupaten Karanganyar
(Sumber: Dokumen Pribadi)
Pasar tradisional di daerah kota memiliki ciri yang berbeda bila
dibandingkan dengan pasar tradisional di pedesaan. Pasar tradisional di kota lebih
besar dan lebih komplek. Dengan sekala yang besar maka di pasar tradisional
sudah dilakukan klasifikasikan dalam penataan kios atau lapak sesuai dengan jenis
barang dagangannya. Pasar tradisional di kota lebih tertata dan pengelolaannya
commit to user
8
karena kebutuhan ruang yang semakin bertambah serta adanya usaha untuk bisa
bersaing dengan pasar modern yang saat ini sedang berkembang di kota-kota.
Sangat terlihat adanya perbedaan antara pasar tradisional di kota dan pasar
tradisional yang ada di desa. Mengenai karakteristik pasar tradisional di kota
Sadilah, dkk (2011) menyatakan:
Keberadaan pasar-pasar tradisional di kota mempunyai karakteristik berbeda dengan pasar-pasar tradisionalyang berada di desa. Kondisi pasar tradisional di kota besar lebih terorganisir, baik dalam hal penataan ruang jual-beli, jenis-jenis barang yang dijual (baik secara kualitas maupun kuantitas), maupun tersedianya aneka barang untuk memenuhi kebutuhan sebagian penduduk kota. Selain itu, tempat pasar tradisional itu sendiri berupa bangunan permanen sederhana. Disamping itu juga pasar-pasar trasional di kota memiliki keberagaman, yang berkembang dengan aneka kekhususan misalnya pasar buah, pasar bunga, pasar barang-barang antic, pasar pakaian, pasar batik/tenun, pasar burung. (hal. 3)
a. Ciri-ciri Pasar Tradisional
1) Organisasi pasar yang sederhana
2) Tingkat efisiensi dan spesialisasi yang rendah
3) Volume barang relatif kecil
4) Bentuk bangunan yang apa adanya, terkesan sempit, dan kotor
commit to user
9 b. Karakteristik Pasar Tradisional
1) Pengelolaannya dikelola oleh pemerintah kota yang biasanya sudah ada
Dinas pasar sebagai pengelola pasar tradisional.
2) Terdiri dari unit-unit usaha kecil yang dimiliki oleh perseorangan dan
bersifat tradisional.
3) Ada koperasi pedagang pasar yang berperan sebagai lembaga simpan pinjam.
4) Kondisi fisik bangunan temporer, semi permanen atau permanen.
5) Kebersihan kurang terjaga dengan baik dan penataan barang seadanya.
6) Gang antar kios terlalu sempit dan fasilitas parkir tidak memadai.
7) Barang - barang yang dijual adalah barang-barang kebutuhan rumah tangga
sehari-hari.
8) Harga relative lebih murah dan biasanya dapat ditawar.
9) Terdapat interaksi antara penjual dan pembeli dalam proses tawar-menawar.
10) Waktu kegiatan pada umumnya di mulai dari pukul 06.00 s.d 18.00 WIB.
11) Lokasi berada ditempat-tempat yang strategis dan mudah dijangkau.
Gambar 2.3. Bangunan Pasar yang Kurang Memperhatikan Kenyamanan (Sumber: Dokumen Pribadi)
Atap bangunan pasar yang terlihat semrawut.
Bangunan pasar yang seadanya yang
mengesampingkan estetika.
Jalan yang sudah rusak mengurangi kenyamanan.
Lapak yang kurang teratur dan terlihat semrawut.
Tidak ada batas yang jelas antara area pedagang dengan sirkulasi barang dan orang menjadikan
commit to user
10 c. Fungsi Pasar Tradisional
1) Fungsi Ekonomi
Dari sudut arus barang dan jasa ciri khas pasar tradisional yang paling
menonjol adalah jenis barang yang diperdagangkan seperti bahan pangan,
sandang dan sebaginya yaitu barang-barang yang tidak besar sehingga mudah
diangkut dan disimpan. Hasil-hasil produk pertanian untuk kebutuhan
sehari-hari merupakan komoditas yang paling banyak diperdagangkan di pasar
tradisional. Sebagai pusat ekonomi maka perkembangan pasar tradisional
dapat menjadi petunjuk awal untuk melihat perkembangan ekonomi
masyarakat setempat.
2) Fungsi Sosial
Pasar tradisional berfungsi sebagai tempat pertemuan sosial. Pertemuan
pengunjung pasar disamping untuk menjual produk pertanian dan membeli
barang–barang kebutuhan hidup rumah tangga juga terdapat interaksi sosial antara pedagang dengan pembeli, pembeli dengan pembeli, ataupun pedagang
dengan pedagang. Pasar merupakan tempat yang paling mudah untuk
mendapatkan informasi dari masyarakat utamanya di daerah pedesaan. Pasar
menjadi tempat untuk mendapatkan barang yang lengkap dan murah, sekaligus
bertemu dan berinteraksi dengan keluarga lain.
3) Fungsi Budaya
Pasar tradisional merupakan pusat keramaian di sebuah masyarakat.
Banyak orang berkumpul di dalam pasar tradisional dari berbagai status sosial
yang berbeda. Dengan demikian pasar tradisional menjadi tempat yang lekat
akan budaya pada suatu daerah. Budaya suatu mayarakat dapat dilihat di dalam
sebuah pasar. Tata krama dan bahasa yang khas dapat dilihat dari interaksi
pengguna pasar. Selain itu budaya yang bernilai seni seperti tarian, nyanyian,
atau seni rakyat lain terkadang dapat dijumpai di dalam pasar tradisional
commit to user
11 3. Pasar Modern
Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional. Perbedaanya
adalah penjual dan pembeli di pasar modern tidak bertransakasi secara langsung.
Tidak ada kegiatan tawar-menawar di pasar modern karena biasanya harga barang
sudah dibandrol dengan label harga. Pembeli lebih leluasa dalam memilih barang
karena pembeli bebas memilih barang yang ada dan pembeli secara mudah
mengambil barang yang akan dibeli sesuai yang dibutuhkan. Barang-barang yang
dijual di pasar modern tidak jauh berbeda dengan barang yang dijual di pasar
tradisional. Barang-barang yang dijual di pasar modern diantaranya makanan
seperti: buah, sayuran, daging. Sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah
barang yang dapat bertahan lama seperti: piring, gelas, pisau, kipas, dan lain-lain.
Kebersihan pada pasar modern sangat diperhatikan. Kerapian dan keteraturan
penataan barangpun diperhatikan dengan baik. Dengan hal itu maka pasar modern
terkesan rapih, bersih, dan mewah. Dengan demikian masyarakat sekarang
cenderung memilih pasar modern sebagai tempat belanja.
Gambar 2.4. Penataan Barang di Palur Plasa yang Rapi dan Terklasifikasi: a. Penataan Bahan Makanan, b. Penataan Sepatu, c. Penataan Sayur dan Buah,
d. Penataan kelontong (Sumber: Dokumen Pribadi) a
d c
commit to user
12 a. Minimarket
Gambar 2.5. Indomaret
(Sumber: www.google.com)
Minimarket termasuk pasar modern yang luasanya paling kecil bila
dibanding dengan pasar modern lainya. Minimarket menjual segala macam
barang dan makanan, namun tidak selengkap dan sebesar sebuah supermarket.
Sebagian besar barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari tersedia di
minimarket.
Sekarang ini sangat banyak berdiri minimarket. Bahkan di kota kecil
sekalipun seperti kota kecamatan telah berdiri minimarket. Dengan adanya
minimarket, masyarakat tidak perlu jauh-jauh untuk berbelanja di pasar modern
yang dahulu hanya ada di kota-kota besar. Itu membuktikan bahwa masyarakat
Indonesia sudah banyak yang memilih pasar modern seperti minimarket dengan
alasan lokasi yang lebih dekat dan lebih bersih bila dibandingkan dengan pasar
tradisional.
Minimarket memiliki model transaksi secara tidak langsung yaitu dengan
menggunakan sistem swalayan, dimana pembeli mengambil sendiri barang yang
ia butuhkan dari rak-rak dagangan dan membayarnya di kasir. Sistem ini juga
membantu agar pembeli tidak berhutang. Sebuah minimarket jam bukanya juga
lain dari sebuah supermarket, minimarket melayani hingga 24 jam. Contoh dari
commit to user
13 b. Supermarket
Gambar 2.6. Palur Plasa (Sumber: Dokumen Pribadi)
Supermarket adalah sebuah swalayan dengan ukuran yang besar dan
memiliki kelengkapan barang yang disediakan. Barang-barang yang disediakan
di Supermarket mulai dari kelontong, alat elektronik, furnitur, pakaian, bahan
makanan serta kebutuhan sehari-hari yang lain. Contoh supermarket yang ada di
Kota Karanganyar adalah Palur Plasa.
c. Hypermarket
Gambar 2.7. Solo Grand Mall
(Sumber: www.google.com)
Hypermarket adalah supermarket yang ukuranya lebih besar. Untuk
barang yang disediakan tidak jauh berabeda dengan barang yang disediakan di
supermarket hanya saja hypermart lebih banyak dan lebih lengkap. Contoh
commit to user
14
Ukuran bangunan dari hypermart sangat sangat luas. Dengan
keberadaanya di kota besar yang sulit memperoleh lahan yang luas maka
biasanya hypermart terdiri dari banyak lantai. Dengan demikian bangunan
hypermart di kota-kota besar seringkali menjadi sebuah landmark baru dari
sebuah kota.
Hypermat biasanya hanya ada di kota-kota besar. Hal itu dikarenakan
kebutuhan masyarakat perkotaan akan sebuah tempat perbelanjaan yang
menawarkan gaya hidup modern. Selain itu juga keinginan masyarakat kota
dengan pusat hiburan yang superlengkap seperti hypermat.
d. Grosir
Gambar 2.8. Lotte Mart Solo
(Sumber: www.google.com)
Grosir adalah pasar modern yang didalamnya ada kegiatan bongkar muat
di dalam pusat grosir. Barang yang disediakan tidak jauh berabeda dengan
barang yang disediakan di supermarket hanya saja lebih lengkap dan lebih besar
jumlahnya. Grosir biasanya terdapat di kota-kota besar. Contoh grosir yang ada
di kota Solo adalah Lotte Mart.
4. Perbandingan Pasar Modern dan Pasar Tradisional
Ada beberapa perbedaan antara pasar tradisional dengan pasar modern.
Perbedaan tersebut ada yang sangat mencolok utamanya perbedaan cara transaksi
jual beli. Selain berbeda dalam cara bertransaksi juga ada perbedaan dengan tempat
berjualan atau fisik bangunan pasar. Untuk Lebih jelas mengenai perbandingan pasar
commit to user
15
Tabel 2.1. Perbandingan Pasar Tradisional dengan Pasar Modern
(Sumber:www.wikipedia.com)
NO SUBJEK PASAR TRADISIONAL PASAR MODERN
1 Pengelolaan Dikelola oleh Dinas Pasar dan terdiri dari unit-unit usaha kecil yang dimiliki perseorangan bersifat tradisional.
Dikelola oleh perorangan dan bersifat modern.
2 Kondisi fisik tempat usaha
Kebersihan tidak terjaga dengan baik, gang antar kios terlalu sempit, fasilitas parkir tidak memadai kenyamanan kurang baik karena kurang bersih dan kurang tertata.
Kebersihan sangat terjaga dengan baik, gang antar kios lebar dan longgar, fasilitas parkir disediakan dengan baik, kenyamanan lebih baik karena bersih. 3 Harga
Penataan barang seadanya dan tidak diklasifikasikan dengan baik sehingga terlihat semrawut.
Penataan barang sangat rapih dan teratur serta
Barang-barang yang dijual adalah barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari dengan jenis barang yang dijual lebih bervariasi.
Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan juga
Tingkat efisiensi dan spesialisasi yang rendah.
Tingkat efisiensi dan spesialisasi yang tinggi.
7 Hubungan penjual dan pembeli
Terdapat interaksi antara penjual dan pembeli dan sering terjadi proses tawar-menawar
Pembeli mengambil barang sendiri yang sudah berlebel harga dan membayar di kasir.
8 Waktu kegiatan
Pada umumnya di mulai dari pukul 06.00 s.d 18.00 WIB
Pada umumnya di mulai
Diperoleh melalui pasar induk atau langsung dari hasil bumi masyarakat sekitar.
Diperoleh dari distributor yang sudah memiliki kualitas barang berstandar.
10 Volume barang
Volume barang relatif kecil. Volume barang besar
11 Lokasi Tumbuh tanpa perencanaan dengan lokasi ditempat-tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat sekitar.
commit to user
16 5. Desain
Desain adalah sebuah rancangan yang berbentuk sebuah gambar, patung,
atau gedung. Tanpa desain maka sesuatu tidak akan menarik dan tidak bisa
menciptakan sesuatu yang khas. Desain juga akan menimbulkan identitas. Menurut
Widagdo, desain adalah adalah salah satu manifestasi kebudayaan yang berwujud
dan merupakan produk nilai-nilai untuk suatu kurun waktu tertentu (Widagdo, 1993
dalam Sachari, 2002:7). Desain dibuat untuk menciptakan sebuah karya yang
mencerminkan kebudayaan tertentu. Sebagai contoh desain masjid mencerminkan
budaya islam.
Gambar 2.9. Bagan Perkembangan Objek Penelitian Desain di Indonesia
(Sumber: Sachari, 2002:2)
Menurut Archer desain adalah salah satu bentuk kebutuhan badani dan
rohani manusia yang dijabarkan melalui berbagai bidang pengalaman, keahlian, dan
commit to user
17
terutama yang berhubungan dengan bentuk, komposisi, arti, nilai dan berbagai
tujuan benda buatan manusia (Archer, 1976 dalam Sachari, 2002:6). Desain
merupakan bentuk kebutuhan rohani dimana manusia membutuhkan sebuah
keindahan. dalam menciptakan sebuah desain juga diperlukan sebuah pengalaman
serta keahlian untuk menciptakan desain yang baik. Selain itu dalam desain juga
diperlukan teknologi yang dapat menambah kesempurnaan desain yang dihasilkan.
Proses desain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnya, yang biasanya datanya didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada sebelumnya. Penggunaan istilah desain bermula dari gambar teknik arsitektur (gambar potong untuk bangunan) serta di awal perkembangan, istilah desain awalnya masih berbaur dengan seni dan kriya. Dimana, pada dasarnya seni adalah suatu pola pikir untuk membentuk ekpresi murni yang cenderung fokus pada nilai estetis dan pemaknaan secara privasi. Sedangkan desain memiliki pengertian sebagai suatu pemikiran baru atas fundamental seni dengan tidak hanya menitik-beratkan pada nilai estetik, namun juga aspek fungsi dan latar industri secara massa, yang memang pada realitanya pengertian desain tidak hanya digunakan dalam dunia seni rupa saja, namun juga dalam bidang teknologi, rekayasa, dll. (www.wikipedia.com)
Gambar 2.10. Bagan Hubungan Desain, Seni, Sains, dan Teknologi.
(Sumber: Sachari, 2002:19)
6. Fungsional
Pada dasarnya konsep arsitektur fungsional berkembang pada masa modern.
Perkembangan konsep fungsional dimulai dari negara-negara di Eropa dan Amerika.
Konsep fungsional mulai berkembang di Indonesia pada masa setelah kemerdekaan TEKNOLOGI
SENI SAINS
commit to user
18
dan sudah mengalami pergeseran makna. Akan tetapi pada saat ini arsitektur
fungsional diartikan sebagai konsep arsitektur yang merumuskan bentuk bangunan
sesuai dengan fungsi bangunan. Sesuai dengan pendapat Sachari, “Fungsional artinya tepat guna” (Sachari, 1986:47). Estetika tidak mengikat pada arsitektur fungsional. Dalam merumusakan bentuk yang fungsional sesuai dengan fungsinya
akan menciptakan sebuah desain yang bercirikhas bentuk fungsional. Bentuknya
sangat mempertimbangkan efisiensi yaitu efisiensi biaya pembuatan dan efisiensi
perawatan berkala pada bangunan. Bentuk bangunan dirancang untuk dapat
digunakan seefektif mungkin sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengguna
bangunan.
Gambar 2.11. Solo Tekno Park dengan Konsep Bangunan Fungsional (Sumber: Dokumen Pribadi)
Ciri-ciri Arsitektur Fungsional:
1. Bentuk atap sederhana dan biasa menggunakan jenis atap pelana atau atap
panggang pe
2. Sedikit mengunakan talang
3. Menggunakan material yang mudah dalam perawatannya
4. Bentuk bangunan sangat sederhana
5. Menghindari ornamen
7. Kearifan Lokal
Yang dimaksud kearifan lokal adalah bentuk bangunan menyelaraskan dengan
budaya dari daerah setempat. Keselarasan dapat dilakukan hanya sebatas area yang
commit to user
19
selaras dengan daerah sekitar dan bisa menambah ciri khas suatu daerah. Dengan
demikian maka akan menambah daya tarik daerah tersebut. Menurut Sayuti kearifan
lokal pada dasarnya dapat dipandang sebagai landasan dalam pembentukan jati diri
bangsa secara nasional.
Gambar 2.12. a. Pasar Gedhe Solo, b. Pasar Gading Solo, c.Pasar Kembang Solo. Renovasi Pasar-pasar Tradisional di Solo yang Menyelaraskan dengan Pasar Gede
Sebagai Pasar Tradisional Tertua di Kota Solo (Sumber: www.google.com)
Misalnya untuk bangunan di daerah tertentu maka bangunan yang baru akan
menyelaraskan bangunan yang sudah ada dan sudah menjadi identitas daerah
tersebut. Dengan demikian maka tidak akan terlihat kontras antara bangunan yang
baru dengan bangunan yang sudah ada. Selain itu identitas sebuah daerah akan lebih
kuat dengan adanya ciri khas sebuah bangunan pada daerah itu.
Kearifan lokal merupakan bagian dari tradisi-budaya masyarakat suatu bangsa, yang muncul menjadi bagian-bagian yang ditempatkan pada tatanan fisik bangunan (arsitektur) dan kawasan (perkotaan), dalam geografi kenusantaraan sebuah bangsa. Secara fisik arsitektural dalam lingkungan binaan, permukiman
a
commit to user
20
tradisional dapat diperlihatkan keragaman bentuk kearifan, salah satunya diwujudkan dalam bentuk dan pola tatanan permukimannya. Nilai-nilai adat tradisi-budaya yang dihasilkan mempunyai tingkat kesakralan yang berbeda dari masing-masing daerah di nusantara ini, sesuai dengan keragaman etnis yang menempatkan daerah atau wilayah tersebut. Dalam arsitektur perkotaan, bangunan-bangunan peninggalan kolonial beserta kawasan bersejarahnya dapat memberikan irama sebagai pengikat pola maupun urutan klimaks dan anti klimaks masih dapat ditemukan di beberapa kawasan. Hal ini terjadi, karena perubahan fisik arsitektur dan lingkungan binaan baru tidak memperhatikan harmonisasi kearifan lokal dari bangunan dan kawasan yang telah ada sebelumnya. Sebenarnya pendekatan lain juga dapat digunakan dalam mengungkapkan nilai kearifan lokal, yaitu melalui pendekatan teori di dalam mengkaji arsitektur bangunan maupun kawasan perkotaannya. Dengan demikian kearifan lokal/setempat dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh masyarakat. (Antariksa: 2009 dalam antariksaarticle.blogspot.com)
Kerifan lokal lebih tanggap terhadap alam sekitar. Hal itu karena nenek
moyang kita dahulu sudah memperhitungkan secara matang dalam membuat
bangunan. Setiap bangunan yang dibuat diselaraskan dengan iklim setempat
sehingga dapat ditinggali dengan nyaman. Dengan demikian kearifan lokal lebih
baik diterapkan sebagai konsep arsitektur di daerah tropis untuk menciptakan sebuah
bangunan yang sesuai dengan alam skitar.
commit to user
21 8. Konsep Arsitektur Kontekstual
Konsep kontekstualisme dalam arsitektur mempunyai arti merancang sesuai
dengan konteks yaitu merancang bangunan dengan menyediakan visualisasi yang
cukup antara bangunan yang sudah ada dengan bangunan baru untuk menciptakan
suatu efek yang kohesif (menyatu). Rancangan bangunan baru harus mampu
memperkuat dan mengembangkan karakteristik dari penataan lingkungan, atau
setidaknya mempertahankan pola yang sudah ada. Suatu bangunan akan baik jika
mengikuti langgam dari lingkungannya karena dapat menyesuaikan diri dengan
konteksnya dan memiliki kesatuan visual dengan lingkungan tersebut dan memiliki
karakteristik yang sama. Desain yang kontekstual merupakan alat pengembangan
yang bermanfaat karena memungkinkan bangunan yang dimaksud untuk dapat
dipertahankan dalam konteks yang baik.
Arsitektur Kontekstual dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar yaitu:
a. Kontekstual Kontras
Kontras sangat berguna dalam menciptakan lingkungan urban yang hidup
dan menarik, namun yang perlu diingat bahwa kontras dapat dianalogikan
sebagai bumbu yang kuat dalam makanan yang harus dipakai dalam takaran
secukupnya dan hati-hati. Kontras menjadi salah satu strategi desain yang paling
berpengaruh bagi seorang perancang. Apabila diaplikasikan dengan baik dapat
menjadi fokus dan citra aksen pada suatu area kota. Sebaliknya jika
diaplikasikan dengan cara yang salah atau sembarangan, maka akan dapat
merusak dan menimbulkan kekacauan.
Di Indonesia sudah sangat banyak bermunculan bangunan baru dengan
menggunakan konsep kontekstual kontras. Seperti di kota Solo juga ada
bangunan baru yang mengusung konsep kontekstual kontras. Bangunan baru
Bank Indonesia dirancang dengan konsep kontekstual kontras. Bangunan yang
baru memiliki desain yang berbeda dengan bangunan lama dan terlihat sangat
kontras. Bangunan baru Bank Indonesia Solo berlanggam modern dan
mencerminkan bangunan masa kini. Bangunan lama Bank Indonesia berlanggam
commit to user
22
Perancang memiliki alasan tersendiri dalam menentukan desain
bangunan yang akan dipakai. Dalam desain Bank Indonesia Solo beralasan
bahwa bangunan yang baru adalah bangunan yang besar dan tinggi. Dengan
menguunakan konsep selaras dengan bangunan lama dapat menyaingi bangunan
lama. Selain itu juga akan sulit menilai mana bangunan yang baru dan bangunan
yang lama yang memiliki unsur sejarah. Dengan menghadirkan bangunan
dengan bentuk yang sederhana diharapkan akan lebih menonjolkan bangunan
lama yang sudah lebih dahulu berdiri.
Gambar 2.14. Desain Bank Indonesia Solo Sumber: (www.google.com)
Hal ini sesuai dengan pendapat Brent C. Brolin, bahwasanya kontras
bangunan modern dan kuno bisa merupakan sebuah harmoni, namun ia mengingatkan bila terlalu banyak ”shock effect” yang timbul sebagai akibat kontras, maka efektifitas yang dikehendaki akan menurun sehingga yang muncul
adalah chaos.
b. Kontekstual Selaras
Ada kalanya suatu lingkungan menjunjung tinggi keselarasan. Hal tersebut
dilakukan dalam rangka menjaga keselarasan dengan lingkungan yang sudah
ada. Kontekstual selaras cenderung meniru bentuk yang ada untuk menciptakan
bangunan baru yang selaras. Bangunan baru lebih menghargai dan
memperhatikan konteks lingkungan dimana bangunan itu berada kemudian
bersama-sama dengan bangunan yang sudah ada menjaga dan melestarikan
commit to user
23
Kehadiran satu atau sekelompok bangunan baru lebih menunjang
bangunan lain yang sudah lebih dahulu ada. Bangunan baru tidak menyaingi
karakter bangunan yang sudah ada walaupun terlihat dominan (secara kuantitas).
Dengan demikian akan tercipta sebuah lingkungan yang selaras. Bangunan baru
akan dapat membaur dengan bangunan yang sudah ada lebih dahulu sehingga
akan memperkuat ciri khas dari lingkungan tersebut.
Gambar 2.15. a. Rektorat UI, b. Masjid UI, c. Balairung UI, Bangunan Kampus Universitas Indonesia dengan Warna dan Bentuk
yang Dirancang dengan Konsep Selaras Sumber: (www.google.com)
c. Prinsip Kontekstualisme dalam Arsitektur
Kontekstualisme dalam arsitektur pada hakekatnya adalah persoalan
keserasian dan kesinambungan visual, memori dan makna. Prinsip
kontekstualisme dalam arsitektur adalah adanya pengakuan bahwa gaya
arsitektur suatu bangunan selalu merupakan bagian fragmental dari sebuah gaya
arsitektur yang lebih luas.
a b
commit to user
24
Pada saat ini prinsip-prinsip yang sesuai untuk masa yang akan datang
baru mulai muncul dengan jelas. Manifestasi modern sebagai naskah/tulisan
yang sering dipakai untuk mengumumkan daftar prinsip modern dengan suara
keras lebih sensitif pada situasinya. Pendekatan dan pemikiran arsitektural yang
sesuai untuk suatu situasi tertentu mungkin tidak sesuai digunakan untuk situasi
yang lain. Arsitektur modern tidak langsung dibuang ke dalam sampah, bahkan
masih sangat penting sebagai prinsip yang paling sesuai untuk jalan Jendral
Sudirman di Jakarta Pusat lain dari bahasa arsitektural yang sesuai dengan
kawasan Keraton Surakarta.
Hal ini merupakan prinsip pokok kontekstualisme yang menjadi salah satu
unsur terpenting dalam agenda pasca modern yang sedang timbul, tapi bukan
hanya soal gaya yang terpilih. Generasi baru arsitektur barat telah jenuh
membicarakan mengenai gaya arsitektur, yang sedang dicari adalah cara untuk
membuatkan jati diri kepada masyarakat serta menawarkan sumbangan
nilai-nilai hidup.
9. Konsep Arsitektur Kolonial
Gambar 2.16. a. Bank Indonesia Solo, b. Benteng Vestemberg Solo. Bangunan dengan Arsitektur Kolonial di Kota Solo
Sumber: (www.google.com)
Yang dimaksud dengan konsep arsitektur kolonial adalah gaya arsitektur
yang berkembang di indonesia pada masa penjajahan belanda. Pembangunan gedung
oleh belanda menggunakan langgam kolonial yang sesuai dengan selera orang
commit to user
25
Belanda. Bangunan yang dibangun pada masa penjajahan ada yang sangat kental
dengan langgam kolonial yang mencitrakan bangunan khas eropa khususnya
Belanda. Namun ada beberapa bangunan yang dibangun oleh Belanda dengan
memadukan kearifan lokal daerah setempat yang bergaya tropis.
Gambar 2.17. Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar
Salah Satu Bangunan yang Ada di Karanganyar dengan Gaya Arsitektur Kolonial Sumber: (www.google.com)
Banyak kota-kota di Indonesia yang berdiri bangunan peninggalan jaman
penjajahan Belanda utamanya di kota-kota besar. Hampir di semua sudut kota-kota
besar di Indonesia berdiri bangunan peninggalan penjajah Belanda yang berlanggam
kolonial. Tak dipungkiri di Kabupaten Karanganyar pun juga terdapat bangunan
peninggalan kolonial. Salah satu bangunan peninggalan penjajah Belanda di
Kabupaten Karanganyar adalah Pabrik Gula Tasikmadu dengan langgam kolonial.
Bangunan peninggalan penjajah Belanda cukup banyak dan memiliki fungsi
masing-masing. Bangunan yang merupakan peninggalan penjajah Belanda
diantaranya adalah benteng pertahanan, pabrik, kantor pemerintahan, bank,
commit to user
26
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah menganalisis kondisi Pasar
Jungke. Dengan demikian akan diperoleh data mengenai kekurangan atau kelebihan
yang dimiliki oleh Pasar Jungke. Setelah itu maka dilakukan analisa desain untuk
mendapatkan sebuah konsep desain yang baik. Tahap berikutnya adalah merancag
desain Pasar Jungke. Untuk memperjelas kerangka pemikiran maka dapat dilihat
skema pada gambar 2.18:
Pasar Jungke
Kekurangan Kelebihan
Lingkungan Fisik bangunan
Lokasi
Berkurangnya Minat Masyarakat Terhadap Pasar Jungke
Desain ulang pasar
Lingkungan Fisik bangunan
Nyaman
Meningkatnya minat masyarakat terhadap Pasar Jungke
commit to user
27 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pasar Jungke yang
berlokasi di Desa Jungke, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar.
Pasar Jungke terletak tepat di sebelah selatan Terminal Jungke. Pasar Jungke
berada di pusat kota dan menjadi pusat konsentrasi masyarakat di Kabupaten
Karanganyar. Alasan memilih Pasar Jungke sebagai objek penelitian
diantaranya:
a. Pasar Jungke merupakan salah satu pasar tradisional terbesar di
Kabupaten Karanganyar.
b. Pasar Jungke merupakan pusat konsentrasi masyarakat di Kabupaten
Karanganyar.
c. Pasar Jungke menjadi pusat perdagangan utamanya perdagangan mikro
yang sebagian besar pelaku usaha adalah masyarakat Kabupaten
Karanganyar.
d. Pasar Jungke dengan potensi yang besar tersebut, banyak memiliki
kekurangan utamanya kurang dalam sarana dan prasarana yang ada
serta kondisi fisik bangunan yang kurang baik. Hal itu menjadikan
Pasar Jungke kurang nyaman dan kurang mendukung kegiatan
perdagangan.
2. Waktu Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan persiapan yang matang. Persiapan itu
diperlukan untuk memperoleh hasil penelitian yang baik. Persiapan yang
diperlukan meliputi beberapa hal. Untuk mempermudah pengaturan waktu
diperlukan penjadwalan kegiatan penelitian. Dalam penjadwalan seluruh
commit to user
28
Adapun pembagian waktu yang direncanakan dalam penelitian ini
adalah sebagaimana tercantum dalam tabel 3.1.
Tabel 3.1. Waktu Penelitian
Jenis Kegiatan
Pebruari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Analisa konsep desain
perencanaan dan perancangan
Perancangan desain Pasar Jungke
November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4
Penulisan Skripsi