BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4.5 Cara Pengolahan dan Analisis Data
4.5.2 Analisa Data
a. Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan variabel secara deskritif yaitu menggunakan tabel distribusi frekuensi dan ditampilkan dalam bentuk presentase dilakukan dengan software SPSS. Analisis ini dilakukan pada data identitas sampel seperti data
umur dan jenis kelamin, kebiasaan sarapan pagi, status gizi, dan asupan protein.
b. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu menggunakan uji Chi Square dengan derajat kepercayaan 95 %. Uji Chi square ini digunakan untuk menganalisa hubungan kebiasaan sarapan pagi dan prestasi belajar, asupan protein dan prestasi belajar, status gizi dan prestasi belajar.
Adapun rumus Chi Square ini sebagai berikut :
Keterangan : b = baris k = kolom
Oij = nilai pengamatan pada sel baris ke - I dan kolom ke - j Eij = nilai harapan pada baris ke - I kolom ke - j
X2 = nilai chi square Dengan kriteria uji :
Ho diterima bila p > 0,05 dengan tingkat signifikan 0,05
Ho ditolak bila p ≤ 0,05 dengan tingkat signifikan 0,05
Bila dalam perhitungan Chi Square Terdapat sel dengan nilai harapan < 5 dan jumlah sel 20 % maka digunakan perhitungan
Fisher Exact, dengan persyaratan bentuk table harus 2 x 2.(
Sudjana, 2002 dalam Hunawa, 2014 ).
Adapun rumus Fisher Exact sebagai berikut :
Keterangan : p = peluang
N = Jumlah seluruh sampel A + B = Jumlah nilai baris ke - 1 C + D = Jumlah nilai baris ke - 2 A + C = Jumlah baris kolom ke - 1 B + D = Jumlah nilai kolom ke - 2
A, B, C, D = Jumlah nilai masing-masing sel Kriteria Uji :
Ho ditolak bila p ≤ 0,05 dengan tingkat signifikan 0,05.
Ho diterima bila p > 0,05 dengan tingkat signifikan 0,05. ( Murti, 1996 dalam Prativi,2014 ).
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum SD Negeri Cigaronggong
Bangunan SD Negeri Cigaronggong Kabupaten Sukabumi dibangun pada tahun 1982. Bangunan trsebut terletak di Jalan Cigaronggong Desa Bojongsari. Saat ini jumlah kelas yang digunakan 6 ruang kelas dengan jumlah siswa sebanyak 65 siswa. Daerah ini memiliki sosek menengah ke bawah.
SD Negeri Cigaronggong juga memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut , yaitu : lapangan sepak takraw , lapangan volley, lapangan upacara, perpustakaan, ruang TU, ruang guru, dan ruang kepala sekolah. SD Negeri Cigaronggong belum mempunyai program kerja dalam pemantauan kegiatan sarapan pagi dan pembinaan jajanan di sekolah.
5.2 Gambaran Umum Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah siswa SD Negeri Cigaronggong sebanyak 30 orang teknik pengambilan sampel secara proporsional sistematik random sampling. Sampel yang diambil dari 4 kelas, yaitu kelas 3, 4, 5, dan 6. Selain izin tersebut diberikan karena adanya waktu luang untuk mengganti mata pelajaran yang kosong juga mempertimbangkan bagaimana kemampuan komunikasi siswa. Berdasarkan hasil wawancara dan hasil pengukuran yang telah dilakukan maka didapat karakteristik sampel yaitu sebagai berikut :
5.2.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang telah diperoleh jumlah sampel berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut :
TABEL 5.1
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI SD NEGERI CIGARONGGONG
Jenis Kelamin n %
Laki-Laki 19 63.3
Perempuan 11 36.7
Total 30 100.0
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 19 orang (63,3 %), sedangkan sampel berjenis perempuan sebanyak 11 orang ( 36,7 % ). Untuk sampel jumlah siswa laki-laki di SD Negeri Cigaronggong lebih banyak dibandingkan dengan siswa perempuan.
5.2.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur
Berdasarkan data yang telah diperoleh jumlah sampel berdasarkan umur adalah sebagai berikut :
TABEL 5.2
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN KELOMPOK UMUR SD NEGERI CIGARONGGONG
Umur N %
8 - 9 tahun 11 36,6
10 – 11 tahun 19 63,4
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sampel memiliki kisaran umur 8 - 11 tahun, sampel yang dengan umur 8-9 tahun sebanyak 11 orang ( 36,6 % ), sedangkan sampel dengan umur 10 - 11 tahun sebanyak 19 orang (63,4 % ).
5.3 Analisa Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan variabel secara deskritif yaitu menggunakan tabel distribusi frekuensi dan ditampilkan dalam bentuk presentase dilakukan dengan software SPSS. Analisis ini dilakukan pada data identitas sampel seperti data umur dan jenis kelamin, kebiasaan sarapan pagi, status gizi, dan asupan protein sarapan pagi.
5.3.1 Prestasi Belajar Akademik
Diambil dari rata-rata nilai hasil Ulangan terakhir materi pelajaran matematika dan IPA selanjutnya dibandingkan dengan nilai KKM yang berlaku di SD Negeri Cigaronggong. Mata pelajaran matematika dan IPA merupakan pelajaran yang tersusun secara sistematis dan membutuhkan penalaran logis sehingga membutuhkan kemampuan konsentrasi pada setiap siswa. Rata-rata nilai tersebut dapat dikatakan baik jika ≥ 70. Distribusi sampel berdasarkan prestasi belajar dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL 5.3
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN KATEGORI PRESTASI BELAJAR AKADEMIK DI SD NEGERI CIGARONGGONG
Prestasi Belajar N %
Kurang 10 33,3
Baik 20 66,7
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel memiliki prestasi belajar yang baik yaitu sebanyak 20 orang (66,7 %) , sedangkan sampel yang memiliki prestasi belajar yang kurang yaitu sebanyak 10 orang ( 33,3 % ).
Dari hasil pengumpulan data prestasi belajar, diperoleh rata-rata nilai prestasi belajar yang berasal dari rata-rata nilai ulangan terakhir Matematika dan IPA yaitu 73,80 dengan nilai maksimum sebesar 91 dan nilai minimum 48. Jika dibandingkan dengan rata-rata nilai Ujian Nasional untuk Matematika dan IPA Kabupaten Sukabumi pada tahun 2014/2015 76.20 maka angka yang didapatkan dari siswa SD Negeri Cigarongong ini dibawah rata-rata nilai Ujian Nasional Matematika dan IPA Kabupaten Sukabumi.
5.3.2 Kebiasaan Sarapan Pagi
Kebiasaan sarapan pagi pada sampel didapatkan dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner. Distribusi sampel
berdasarkan kebiasaan sarapan pagi dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL 5.4
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN KATEGORI KEBIASAAN SARAPAN PAGI DI SD NEGERI CIGARONGGONG
Kebiasaan Sarapan Pagi N %
Jarang 13 43.3
Sering 17 56.7
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui bahwa sebagian besar sampel sering melakukan kebiasaan sarapan pagi yaitu sebanyak 17 orang ( 56,7 % ) sedangkan sampel yang jarang melakukan sarapan pagi sebanyak 13 orang ( 43,3 % ).
Distribusi sampel berdasarkan alasan sampel yang tidak melakukan sarapan pagi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL 5.5
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN ALASAN TIDAK SARAPAN PAGI DI SD NEGERI CIGARONGGONG Alasan Sampel Jarang Sarapan
Pagi n %
Tidak Sempat 7 50,0
Diberi uang jajan untuk beli makan
di sekolah 2 14,3
Malas 5 35,7
Jumlah 14 100
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel yang tidak melakukan sarapan pagi yaitu sebanyak 14 orang, diantaranya sampel yang tidak sempat melakukan sarapan pagi sebanyak 7 orang (50,0 %), sampel yang diberi uang jajan untuk beli makan di sekolah sebanyak 2 orang ( 14,3 % ), dan sampel yang malas untuk sarapan pagi sebanyak 5 orang ( 35,7
%).
Berdasarkan hasil wawancara dengan sampel, jenis makanan yang biasanya dikonsumsi saat sarapan pagi adalah golongan karbohidrat, protein hewani, protein nabati, dan sayuran.
Jenis bahan makanan pada golongan karbohidrat yang biasa dikonsumsi adalah nasi dan mie. Untuk protein hewani yang biasa dikonsumsi adalah ayam, telur , ikan, untuk protein nabati yang biasa dikonsumsi adalah tahu dan tempe. Untuk golongan sayuran biasa mengkonsumsi wortel, bayam, dan labu siam.
Dalam satu hidangan yang dikonsumsi oleh sampel biasanya hanya mengandung 2-3 golongan saja, misalnya nasi dan ayam atau nasi, sayur, dan telur. Namun beberapa juga ada yang
mengkonsumsi satu hidangan secara lengkap seperti nasi, ayam, tempe, dan sayuran. Tidak ada perbedaan komposisi antara yang sering dan jarang sarapan pagi yang membedakan hanya terletak pada frekuensi sarapan pagi.
5.3.3 Asupan Energi Sarapan Pagi
Asupan energi sarapan pagi didapatkan dari rata-rata energi yang dikonsumsi dari sarapan pagi yang dikumpulkan dengan metode recall 1x24 jam selama dua hari berbeda kemudian dibandingkan dengan kecukupan energi sarapan pagi. Distribusi sampel berdasarkan asupan energi sarapan pagi dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL 5.6
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN ASUPAN ENERGI SARAPAN PAGI DI SD NEGERI
CIGARONGGONG Asupan Energi Sarapan
Pagi n %
Kurang 29 96,7
Baik 1 3,3
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel yang kurang asupan energi sarapan pagi yaitu sebanyak 29 orang ( 96,7 % ) sedangkan asupan energi sarapan pagi nya baik sebanyak 1 orang ( 3,3 % ).
5.3.4 Asupan Protein Sarapan Pagi
Protein digunakan untuk perkembangan kecerdasan otak dimana zat tersebut berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi belajar sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar di sekolah.
Asupan protein sarapan pagi didapatkan dari rata-rata protein yang dikonsumsi dari sarapan pagi yang dikumpulkan dengan metode recall 1x24 jam selama dua hari berbeda kemudian dibandingkan dengan kecukupan protein sarapan pagi. Distribusi sampel berdasarkan asupan protein sarapan pagi dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL 5.7
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN KATEGORI ASUPAN PROTEIN SARAPAN PAGI DI SD NEGERI
CIGARONGGONG Asupan Protein Sarapan
Pagi n %
Kurang 21 70,0
Baik 9 30,0
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel yang kurang asupan protein sarapan pagi yaitu sebanyak 21 orang ( 70,0 % ) sedangkan asupan protein sarapan pagi nya baik sebanyak 9 orang ( 30,0 % ).
5.3.5 Status Gizi ( IMT/U )
Berdasarkan hasil pengukuran BB dan TB sampel kemudian ditentukan status gizi menggunakan indeks IMT/U .Distribusi sampel berdasarkan status gizi ( IMT/U ) dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL 5.8
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN KATEGORI STATUS GIZI ( IMT/U ) DI SD NEGERI CIGARONGGONG
Status Gizi (IMT/U) n %
Kurang 9 30,0
Baik 21 70,0
Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel yang memiliki status gizi ( IMT/U ) baik yaitu sebanyak 16 orang (70,0 %) dan sampel yang memiliki status gizi (IMT/U) kurang yaitu 9 orang ( 30,0 % ).
5.4 Analisis Bivariat
Digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu menggunakan uji Chi Square dengan derajat kepercayaan 95 %. Uji Chi square ini digunakan untuk menganalisa hubungan kebiasaan sarapan pagi dan prestasi belajar, asupan protein dan prestasi belajar, status gizi dan prestasi belajar.
5.4.1 Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dan Prestasi Belajar Akademik
Hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dan prestasi belajar akademik pada siswa SD Negeri Cigaronggong dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL 5. 9
HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN PRESTASI BELAJAR AKADEMIK SISWA SD NEGERI CIGARONGGONG
Kebiasaan
Berdasarkan tabel di atas terlihat Adanya kecenderungan hubungan positif anatra kebiasaan sarapan pagi dan prestasi belajar akademik yaitu bahwa dari 14 sampel yang jarang melakukan sarapan pagi terdapat 10 sampel ( 71,4 % ) dengan prestasi belajar akademik kurang dan 4 sampel ( 28,6 % ) dengan prestasi belajar akademik baik, sedangkan dari 16 sampel yang memiliki kebiasaan sering sarapan pagi terdapat 3 sampel ( 43,3 % ) dengan prestasi belajar akademik kurang dan 17 sampel (56,7 % ) dengan prestasi belajar baik. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan sarapan pagi dan prestasi belajar akademik pada siswa SD Negeri Cigaronggong ( p= 0,004 ).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Faizah (2012) pada siswa SD Negeri Banyuanyar III Surakarta yang menunjukkan adanya hubungan kebiasaan sarapan pagi dan prestasi belajar siswa (p = 0,03).
Sarapan memenuhi kebutuhan zat-zat gizi pada pagi hari saja dengan pemenuhan asupan zat gizi 25 % dari kebutuhan sehari-hari (Nurkamilal, 2011). Peroide masa pertumbuhan anak usia sekolah mengalami peningkatan kebutuhan zat gizi. Disamping untuk pertumbuhan, zat gizi juga diperlukan untuk menjalankan aktivitas yang meningkat seperti belajar, sarapan pagi diperlukan untuk menghindari terjadinya lapar jangka pendek sehingga kemampuan mengingat dan kecepatan otak bisa memperoleh informasi menjadi lebih baik. Sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk memberikan suplai glukosa ke otak sehingga mampu meningkatkan daya konsenrasi. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktivitas. Sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh, seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat juga untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh (Khomsan, 2005 dalam Wijayanto 2014).
5.4.2 Hubungan Asupan Protein Sarapan Pagi dan Prestasi Belajar Akademik
Hubungan antara asupan protein sarapan pagi dan prestasi belajar akademik pada siswa SD Negeri Cigaronggong dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL 5. 10
HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN SARAPAN PAGI DAN PRESTASI BELAJAR AKADEMIK SISWA SD NEGERI CIGARONGGONG
Asupan Protein
Berdasarkan tabel di atas terlihat adanya kecenderungan hubungan yang positif antara asupan protein sarapan pagi dan prestasi belajar akademik yaitu bahwa dari 21 sampel yang asupan protein sarapan pagi nya kurang sebanyak 10 sampel ( 47,7 % ) dengan prestasi belajar akademik kurang dan 11 sampel ( 52,3 % ) dengan prestasi belajar akademik baik, sedangkan 9 sampel dengan prestasi belajar akademik kurang (100 % ) dengan prestasi belajar akademik baik. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p= 0,013 artinya ada hubungan yang bermakna antara asupan protein sarapan pagi dan prestasi belajar akademik pada siswa SD Negeri Cigaronggong.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Pustika (2015 ) yang berarti ada hubungan antara asupan protein dari sarapan pagi dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di SD Negeri Sumber III Surakarta ( p = 0,035 ). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh ( Wardoyo dan Mahmudiono, 2013 dalam Pustika, 2015 ), yang melakukan penelitian di SDN Wonocatur dan SDN Sumberejo I Kabupaten Kediri yang hasilnya bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sarapan pagi dengan daya konsentrasi serta antara
tingkat konsumsi zat gizi (kalori, karbohidrat, protein dan zat besi) dengan daya konsentrasi pada siswa sekolah dasar ( p = 0,046 ).
Asupan protein sarapan pagi adalah suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, protein berpengaruh terhadap prestasi belajar terutama dalam asupan pada saat sarapan pagi . Sarapan pagi yang terdapat asupan protein sangat baik untuk pengaruh fungsi dan kerja otak (Permaisi, 2007).
Protein adalah komponen dalam setiap sel hidup adalah molekul kompelks, besar, dan tersusun atas unit-unit pembangun yang disebut asam amino. Protein berfungsi untuk pertumbuhan sel dan fungsi otak serta perlindungan terhadap infeksi. Asam amino membentuk struktur otak dan zat pengantar,rangsang (neurotransmitter) pada sambungan sel saraf dan merupakan komponen protein yang berperan sebagai neurotransmitter atau bahan zat penghantar rangsang saraf dan mempengaruhi konsentrasi. Asam amino berperan untuk mengatur pembentukan senyawa serotonin yang terlibat didalam system saraf atau acetylcholine yang penting untuk daya ingat. Leusin dan isoleusin merupakan asam amino esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga keseimbangan nitrogen pada orang dewasa. Asam aspartate sangat diperlukan untuk membantu kerja neurotransmitter (zat kimia bekerja sebagai penghubung keseluruh jaringan saraf dan pengendalian fungsi tubuh) ke otak (Gurnida, 2011 dalam Pustika, 2015).
Protein berperan penting dalam transportasi zat besi dalam tubuh. Kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat besi terhambat sehingga akan terjadi defisiensi besi (Almatsier, 2009 dalam Djihu, 2014). Kekurangan zat besi menyebabkan kadar
hemoglobin di dalam darah lebih rendah dari normalnya, keadaan ini disebut anemia (Waryana, 2010 dalam Djihu, 2014).
Pengaruh defisiensi Fe terutama melalui kondisi gangguan fungsi hemoglobin yang merupakan alat transport O2 yang diperlukan banyak reaksi metabolik tubuh. Dikatakan bahwa pada kondisi anemia daya konsentrasi dalam belajar tampak menurun. Bukti yang tersedia menunjukkan gangguan pada perkembangan psikomotor dan kemampuan intelektual serta perubahan perilaku setelah terjadi anemia defisiensi zat besi (Gibney, 2009 dala Widyastuti, 2014 ).
Kekurangan protein yang terus menerus akan menimbulkan gejala yaitu pertumbuhan kurang baik, daya tahan tubuh menurun, rentan terhadap penyakit, daya kreatifitas dan daya kerja merosot, mental lemah dan lain-lain (Kartasapoetra & Marsetyo,2003 dalam Isdaryanti, 2007). Kurangnya daya tahan tubuh dapat menyebabkan berdampak pada penurunan kemampuan dan konsentrasi belajar, (Reniati, 2008 dalam Cahyani, 2009).
5.4.3 Hubungan Status Gizi ( IMT/U ) dan Prestasi Belajar Akademik.
Hubungan antara status gizi ( IMT/U ) dan prestasi belajar akademik pada siswa SD Negeri Cigaronggong dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL 5. 11
HUBUNGAN STATUS GIZI ( IMT/U ) DAN PRESTASI BELAJAR AKADEMIK SISWA SD NEGERI CIGARONGGONG
Status
Berdasarkan tabel di atas terlihat adanya kecenderungan hubungan positif antara status gizi dan prestasi belajar akademi yaitu bahwa dari 9 sampel yang memiliki status gizi ( IMT/U ) dengan kategori kurang sebanyak 7 sampel (77,8 %) dengan prestasi belajar akademik kurang dan 2 sampel (22,2 %) dengan prestasi belajar akademik baik, sedangkan dari 21 sampel yang memiliki status gizi ( IMT/U ) dengan kategori baik terdapat 3 sampel (14,2 %) dengan prestasi belajar akademik kurang dan 18 sampel ( 85,8 % ) dengan prestasi belajar akademik baik. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p= 0,002 artinya ada hubungan yang bermakna antara status gizi (IMT/U) dan prestasi belajar akademik pada siswa SD Negeri Cigaronggong.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sa’adah (2014) nilai p sebesar 0,02 maka P < 0,05 yang berarti ada hubungan antara status gizi ( IMT/U ) dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di SD Negeri 01 Guguk malintang Kota Padang .
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang ada, yaitu seseorang yang memiliki status gizi kurang akan mempengaruhi kesehatan jasmaninya yang bermanifestasi pada kelesuan, mengantuk, dan ceoat lelah. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalahi jika disertai pusing-pusing kepala, dapat menurunkan kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang (Baliwati, 2004).
Status gizi baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara optimal. Sedangkan status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial yang dapat mempengaruhi aktivitas dan kesehatan (Istiany,2013).
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan
a. Sebanyak 20 sampel (66,7 %) memiliki prestasi belajar yang dan sampel yang memiliki prestasi belajar yang kurang yaitu sebanyak 10 orang ( 33,3 % ).
b. Sebanyak 16 sampel ( 53,3 % ) sering melakukan sarapan pagi, dan sampel yang jarang melakukan sarapan pagi sebanyak 14 orang ( 46,7 % ).
c. Sebanyak 29 sampel ( 96,7 % ) asupan energi sarapan pagi nya kurang dan asupan energi sarapan pagi nya baik sebanyak 1 orang ( 3,3 % ).
d. Sebanyak 21 sampel ( 70,0 % ) asupan protein sarapan pagi nya kurang dan asupan protein sarapan pagi nya baik sebanyak 9 orang ( 30,0 % ).
e. Sebanyak 16 sampel (70,0 %) yang memiliki status gizi ( IMT/U ) baik dan sampel yang memiliki status gizi ( IMT/U ) kurang yaitu 9 orang ( 30,0 % ).
f. Ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan sarapan pagi dan prestasi belajar akademik siswa ( p =0,004 ).
g. Ada hubungan yang bermakna antara asupan protein sarapan pagi dan prestasi belajar akademik siswa ( p = 0,013 ).
h. Ada hubungan yang bermakna antara status gizi (IMT/U) dan prestasi belajar akademik pada siswa ( p= 0,002 )
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Siswa
Membiasakan kegiatan sarapan pagi setiap hari sebelum melakukan aktivitas dengan memperhatikan komposisi dari hidangan.
6.2.2 Bagi Orang Tua
Menyediakan dan mengajak anak untuk sarapan pagi setiap hari sebelum melakukan aktivitas dengan memperhatikan komposisi dari hidangan.
6.2.3 Bagi Sekolah
Perlu diadakan peningkatan pengetahuan gizi, khususnya mengenai pentingnya sarapan pagi dan asupan protein pada saat sarapan. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui penyuluhan dalam program UKS di sekolah sehinga dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran setiap siswa untuk melakukan sarapan pagi selain itu juga berpengaruh terhadap status kesehatan siswa meliputi status gizi yang perlu diperhatikan dalam menunjang prestasi belajar seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Afrida, Muh Syahnur.2013. “ Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Anak di SD Negeri 20
Pangkajene Sidrap ” dalam
http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/4/e- library%20stikes%20nani%20hasanuddin--muhsyahnur-174-1-artikel7.pdf Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013.
Agustini, Creisye Cythia.2013. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Anak Kelas 4 dan 5 SD di Kelurahan Maasing Kecamatan Minting Kota Manado. dikutip dari http:// ejournal . poltekkesmanado pada tanggal 24 Desember 2015.
Almatsier, Sunita dkk.2004.Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Baliwati, Yayuk Farida.2004.Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya.
Brown,Larry Et Al.2008.Impact Of School Breakfast On Children’s Health And Learning. Amerika : Sodexo Foundation.
Cahyani.2009. Hubungan Antara Kadar Hemoglobin dengan Prestasi Belajar Pada Sisa SDN Kaertasura 1, 4, dan 6 di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. dikutip dari http://eprints.ums.ac.id/6187/1/J300050014.pdf pada tanggal 09 Juli 2016.
Damanik, H M.2011. Aktifitas Anak Sekolah. dikutip dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49716/5/Chapter%2 0I.pdf lib.ui.ac.id/file?file=digital/123382-S-5353...pdf pada tanggal 15 November 2015.
Depkes.2012. Perhitungan Besar Sampel.
dikutip dari www.risbinkes.litbang.depkes.go.id/.../SAMPLING-DAN-BESAR-SAMPLING pada tanggal 26 September 2015.
Djihu.2014.Hubungan Antara Asupan Protein dengan Kadar Hemoglobin di Wilayah Kerja Puskesmas Ranomuut Kota Manado. dikutip dari http://eprints.ums.ac.id/28790/18/naskah_publikasi.pdf pada tanggal 09 Juli 2016.
Faizah, S N.2012. Sarapan Pagi Untuk Prestasi Belajar. dikutip dari
http://eprints.ums.ac.id/22216/14/NASKAH_PUBLIKASI.pdf pada tanggal 26 Desember 2015.
Fatimah,2012. Kebiasaan Sarapan Pagi dan Prestasi Belajar. dikutip dari http:// journal.respati.ac.id/index.php/medika/article/.../91 pada tanggal 16 September 2015
Giovani.2008. Protein Sarapan Pagi. dikutip dari
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-mgi70a2ec0dfdfull.pdf 25-30 pada tanggal 26 Desember.
Handayani.2004. Manfaat Sarapan Pagi Untuk Anak Sekolah Dasar.
dikutip dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29407/4/Chapter%2 0II.pdf pada tanggal 26 Desember 2015.
Hidayanti,Listiyani dkk.2010 Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan UMS.
Hunawa, RDH.2014. Metodologi Penelitian .
dikutip dari http://eprints.ung.ac.id/.../2012-2-14201-841408033-bab3-22012013124929 pada tanggal 26 September 2015.
Isdaryanti.2007. Hubungan Asupan Zat Gizi Makro Dengan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar di Wilayah Pesisir Kota Makassar.
dikutip dari http:// repository.unhas.ac.id pada tanggal 24 September 2015.
Istiany,Ari.2013. Gizi Terapan. Bandung : PT Remaja Posdakarta.
Khusna,rikada nila. 2013. Aspek Psikologis yang Mempengaruhi Hasil
Belajar. dikutip dari
http://eprints.ums.ac.id/.../02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf kajian teori naskah publikasi pada tanggal 24 Desember 2015.
Kusumo.2010. Pengertian Protein. dikutip dari
http://www.artikelsiana.com/2014/12/pengertian-protein-jenis-fungsi-protein.html pada tanggal 26 Desember 2015.
Lestari.2009. Pengaruh Waktu Belajar dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika. dikutip dari
Lestari.2009. Pengaruh Waktu Belajar dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika. dikutip dari