• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3.3 Definisi Operasional

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang memenuhi kriteria sampel dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara Proporsional sistematik random sampling pada siswa SD Negeri Cigaronggong yang memenuhi kriteria tertentu, yaitu :

1. Sampel berusia 8-12 tahun.

2. Bersedia menjadi sampel.

3. Dalam keadaan sehat atau tidak sedang mengalami gangguan kesehatan.

Cara penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus sistematik random sampling data proporsi ( Depkes, 2012 ).

Keterangan :

n = jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini zα ∕ 2 = Derajat kemaknaan yaitu 95 % ( 1,96 )

p = Prevalensi 6,9 % di kab sukabumi tahun 2013 d = tingkat presisi 10 %

Perhitungan :

= 25 orang

Berdasarkan rumus diatas, sampel minimal didapat sebanyak 25 orang, karena untuk menggambarkan populasi dan meminimalisir terjadinya drop out maka sampel menjadi 30 orang.

Sampel yang diambil berasal dari kelas III, IV,V, dan VI. Penentuan jumlah sampel per kelas secara proporsional berdasarkan jumlah murid per kelas sebagai berikut :

TABEL 4.1

PENGAMBILAN SAMPEL

Kelas Jumlah Murid Jumlah Sampel

III 12 8

IV 8 5

V 14 9

VI 12 8

Jumlah 46 30

Pengambilan sampel per kelas secara sistematik random sampling 4.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dikelompokkan menjadi dua meliputi data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan secara langsung oleh peneliti, sedangkan data sekunder dicatat oleh peneliti dari register dan laporan sekolah.

4.4.1 Data Primer

a. Data sarapan pagi pada dan asupan protein pada siswa diperoleh dari wawancara Menggunakan kuesioner dan khusus data asupan protein dikumpulkan menggunakan metode recall.

b. Data Antropometri

Data antropometri yang dikumpulkan meliputi data berat badan dan tinggi badan. Data berat badan diperoleh dengan menggunakan alat timbangan injak digital dengan ketelitian 0.1

kg. Sedangkan data tinggi badan dikumpulkan dengan menggunakan alat ukur tinggi badan (microtoise).

Prosedur pengukuran berat badan dengan timbangan injak digital :

1).Timbangan injak digital diletakkan pada permukaan yang rata dan keras dan tempat terang untuk memudahkan pembacaan hasil pengukuran

2).Periksa baterai timbangan untuk memastikan timbangan berfungsi baik dengan cara menyalakn konektor. Jika pada layar penunjuk terbaca angka 0.00 atau OK, artinya baterai masih berfungsi baik. Tetapi jika terbaca error atau batt, berarti baterai harus diganti.

3). Pengukur berdiri di samping kanan depan timbangan, meminta klien untuk melepaskan sepatu atau alas kaki, jaket, topi, dan/atau pakaian untuk ditanggalkan.

4). Pengukur menyalakan konektor dan ditunggu sampai muncul angka 0.00 atau OK.

5). Setelah itu baru klien dipersilahkan naik ke atas timbangan tepat di tengah tempat injakan. Mengatur posisi klien agar berdiri tegak lurus dengan mata menghadap ke depan dan tidak bergerak - gerak.

6). Memastikan bahwa klien tidak menyentuh dan / atau di sentuh / tersentuh sebelum pembacaaan hasil penimbangan.

7). Membaca hasil penimbangan setelah terbaca OK pada konektor dan kemudian catat dengan teliti.

8). Klien dipersilahkan untuk turun dari timbangan, dan diperbolehkan mengenakan kembali sepatu/sandal.

9). Menyampaikan terima kasih kepada klien dan sampaikan bahwa pengukuran telah selesai. ( Holil, 2013 )

Prosedur pengukuran tinggi badan dengan mikrotois :

1). Mencari lantai yang datar atau bisa meletakkan papan alas pada permukaan yang rata dank eras sebagai tempat pijakan klien.

2). Memasang mikrotois pada dinding atau tiang yang tegak lurus 90 o dengan lantai / papan alas.

3). Memastikan bahwa mikrotois telah terpasang dengan stabil dan titik o ( nol) tepat pada lantai atau papan pijakan.

4). Meminta klien untuk melepaskan sepatu/alas kaki dan asesoris pada rambut yang dapat mengganggu pengukuran. Klien dipersilahkan untuk naik ke papan alas dan menempel membelakangi dinding.

5). Mengatur telapak kaki klien agar menapak sempurna pada lantai/papan tepat ditengah dan tumit menyentuh sudut dinding.

Memastikan bahwa kaki klien lurus serta tumit dan betis menempel pada dinding.

6). Mengatur pandangan klien lurus ke depan dan berdiri tegak lurus. Memperkirakan garis antara cuping telinga dengan puncak tulang pipi ( Frankfort plane ) horizontal. Meletakkan tangan kiri pengukur pada dagu klien, memastikan bahwa bahu klien lurus dan tegak, tangannya disamping, serta belakang kepala, rentang bahu dan bokong tepat menempel pada dinding.

7). Menurunkan perlahan-lahan batas kepala mikrotois sampai puncak kepala klien. Memastikan bahwa pengukur menekan (dengan lembut) rambut klien.

8). Memeriksa posisi anak, dan bila perlu ulangi satu persatu.

9). Apabila posisi anak telah benar, membaca dan menetukan tinggi badan klien dengan akurasi 0,1 cm. Batas kepala dipindahkan kembali, dan tangan kiridilepaskan dari dagu klien.

10). Mencatat hasil pengukuran dank lien dipersilahkan untuk turun dari papan alas, serta menyampaikan ucapan terima kasih.(

Holil, 2013 ).

4.4.2 Data Sekunder

Data populasi anak sekolah dasar diperoleh dari bagian administrasi atau tata usaha SD Negeri Cigaronggong Kecamatan Jampangkulon Kabupaten Sukabumi, yang meliputi prestasi belajar siswa, jenis kelamin, umur, dan gambaran umum lokasi penelitian.

4.5 Cara Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1 Pengolahan Data

a. Kebiasaan Sarapan pagi

Data kebiasaan sarapan pagi yang diperoleh dari sampel menggunakan metode wawancara dengan kuesioner dikategorikan ke dalam 2 kategori yaitu jarang sarapan apabila melakukan makan pagi < 4 x dalam seminggu dan sering makan pagi 4 x dalam seminggu (Mariza,2012).

b. Status Gizi

Data status gizi yang diperoleh dari sampel menggunakan pengukuran antropometri dengan indeks (IMT / U) lalu hasilnya dibandingkan dengan table WHO 2005 sehingga dapat diketahui sebaran nilai z-score. Setelah itu dikategorikan berdasarkan kriteria menurut WHO 2005 sumber Kepmenkes Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010. Kemudian dikategorikan menjadi 2 yaitu kurang apabila nilai z-score < -2,00 SD dan baik apabila z-score -2,00 - < 1,00 SD.( WHO,2005 )

c. Asupan Protein Sarapan Pagi

Data asupan protein yang diperoleh di dapat dari sampel menggunakan metode recall dengan cara wawancara yaitu tentang asupan makanan selama 1 x 24 jam sehari kemarin pada hari sekolah dan hari libur. Dapat dikategorikan dalam 2 kategori yaitu, kurang apabila asupan protein sarapan pagi < 25 % AKG dan baik apabila asupan protein sarapan pagi 25 % AKG (Wardoyo, 2013).

d. Prestasi Belajar Akademik

Data mengenai prestasi belajar, diperoleh dari rata-rata nilai ulangan semester tahun 2015/2016 mata pelajaran Matematika dan IPA lalu hasilnya dibandingkan dengan nilai KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal) SD Negeri Cigaronggong. Selanjutnya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu, kurang apabila nilai yang diperoleh < 70 dan baik apabila nilai yang diperoleh 70. (keputusan kepala sekolah No.286/KEP/SD/2014).

4.5.2 Analisa Data

a. Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan variabel secara deskritif yaitu menggunakan tabel distribusi frekuensi dan ditampilkan dalam bentuk presentase dilakukan dengan software SPSS. Analisis ini dilakukan pada data identitas sampel seperti data

umur dan jenis kelamin, kebiasaan sarapan pagi, status gizi, dan asupan protein.

b. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu menggunakan uji Chi Square dengan derajat kepercayaan 95 %. Uji Chi square ini digunakan untuk menganalisa hubungan kebiasaan sarapan pagi dan prestasi belajar, asupan protein dan prestasi belajar, status gizi dan prestasi belajar.

Adapun rumus Chi Square ini sebagai berikut :

Keterangan : b = baris k = kolom

Oij = nilai pengamatan pada sel baris ke - I dan kolom ke - j Eij = nilai harapan pada baris ke - I kolom ke - j

X2 = nilai chi square Dengan kriteria uji :

 Ho diterima bila p > 0,05 dengan tingkat signifikan 0,05

 Ho ditolak bila p ≤ 0,05 dengan tingkat signifikan 0,05

Bila dalam perhitungan Chi Square Terdapat sel dengan nilai harapan < 5 dan jumlah sel 20 % maka digunakan perhitungan

Fisher Exact, dengan persyaratan bentuk table harus 2 x 2.(

Sudjana, 2002 dalam Hunawa, 2014 ).

Adapun rumus Fisher Exact sebagai berikut :

Keterangan : p = peluang

N = Jumlah seluruh sampel A + B = Jumlah nilai baris ke - 1 C + D = Jumlah nilai baris ke - 2 A + C = Jumlah baris kolom ke - 1 B + D = Jumlah nilai kolom ke - 2

A, B, C, D = Jumlah nilai masing-masing sel Kriteria Uji :

 Ho ditolak bila p ≤ 0,05 dengan tingkat signifikan 0,05.

 Ho diterima bila p > 0,05 dengan tingkat signifikan 0,05. ( Murti, 1996 dalam Prativi,2014 ).

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum SD Negeri Cigaronggong

Bangunan SD Negeri Cigaronggong Kabupaten Sukabumi dibangun pada tahun 1982. Bangunan trsebut terletak di Jalan Cigaronggong Desa Bojongsari. Saat ini jumlah kelas yang digunakan 6 ruang kelas dengan jumlah siswa sebanyak 65 siswa. Daerah ini memiliki sosek menengah ke bawah.

SD Negeri Cigaronggong juga memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut , yaitu : lapangan sepak takraw , lapangan volley, lapangan upacara, perpustakaan, ruang TU, ruang guru, dan ruang kepala sekolah. SD Negeri Cigaronggong belum mempunyai program kerja dalam pemantauan kegiatan sarapan pagi dan pembinaan jajanan di sekolah.

5.2 Gambaran Umum Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah siswa SD Negeri Cigaronggong sebanyak 30 orang teknik pengambilan sampel secara proporsional sistematik random sampling. Sampel yang diambil dari 4 kelas, yaitu kelas 3, 4, 5, dan 6. Selain izin tersebut diberikan karena adanya waktu luang untuk mengganti mata pelajaran yang kosong juga mempertimbangkan bagaimana kemampuan komunikasi siswa. Berdasarkan hasil wawancara dan hasil pengukuran yang telah dilakukan maka didapat karakteristik sampel yaitu sebagai berikut :

5.2.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data yang telah diperoleh jumlah sampel berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut :

TABEL 5.1

DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI SD NEGERI CIGARONGGONG

Jenis Kelamin n %

Laki-Laki 19 63.3

Perempuan 11 36.7

Total 30 100.0

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 19 orang (63,3 %), sedangkan sampel berjenis perempuan sebanyak 11 orang ( 36,7 % ). Untuk sampel jumlah siswa laki-laki di SD Negeri Cigaronggong lebih banyak dibandingkan dengan siswa perempuan.

5.2.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

Berdasarkan data yang telah diperoleh jumlah sampel berdasarkan umur adalah sebagai berikut :

TABEL 5.2

DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN KELOMPOK UMUR SD NEGERI CIGARONGGONG

Umur N %

8 - 9 tahun 11 36,6

10 – 11 tahun 19 63,4

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sampel memiliki kisaran umur 8 - 11 tahun, sampel yang dengan umur 8-9 tahun sebanyak 11 orang ( 36,6 % ), sedangkan sampel dengan umur 10 - 11 tahun sebanyak 19 orang (63,4 % ).

5.3 Analisa Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan variabel secara deskritif yaitu menggunakan tabel distribusi frekuensi dan ditampilkan dalam bentuk presentase dilakukan dengan software SPSS. Analisis ini dilakukan pada data identitas sampel seperti data umur dan jenis kelamin, kebiasaan sarapan pagi, status gizi, dan asupan protein sarapan pagi.

5.3.1 Prestasi Belajar Akademik

Diambil dari rata-rata nilai hasil Ulangan terakhir materi pelajaran matematika dan IPA selanjutnya dibandingkan dengan nilai KKM yang berlaku di SD Negeri Cigaronggong. Mata pelajaran matematika dan IPA merupakan pelajaran yang tersusun secara sistematis dan membutuhkan penalaran logis sehingga membutuhkan kemampuan konsentrasi pada setiap siswa. Rata-rata nilai tersebut dapat dikatakan baik jika ≥ 70. Distribusi sampel berdasarkan prestasi belajar dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL 5.3

DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN KATEGORI PRESTASI BELAJAR AKADEMIK DI SD NEGERI CIGARONGGONG

Prestasi Belajar N %

Kurang 10 33,3

Baik 20 66,7

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel memiliki prestasi belajar yang baik yaitu sebanyak 20 orang (66,7 %) , sedangkan sampel yang memiliki prestasi belajar yang kurang yaitu sebanyak 10 orang ( 33,3 % ).

Dari hasil pengumpulan data prestasi belajar, diperoleh rata-rata nilai prestasi belajar yang berasal dari rata-rata nilai ulangan terakhir Matematika dan IPA yaitu 73,80 dengan nilai maksimum sebesar 91 dan nilai minimum 48. Jika dibandingkan dengan rata-rata nilai Ujian Nasional untuk Matematika dan IPA Kabupaten Sukabumi pada tahun 2014/2015 76.20 maka angka yang didapatkan dari siswa SD Negeri Cigarongong ini dibawah rata-rata nilai Ujian Nasional Matematika dan IPA Kabupaten Sukabumi.

5.3.2 Kebiasaan Sarapan Pagi

Kebiasaan sarapan pagi pada sampel didapatkan dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner. Distribusi sampel

berdasarkan kebiasaan sarapan pagi dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL 5.4

DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN KATEGORI KEBIASAAN SARAPAN PAGI DI SD NEGERI CIGARONGGONG

Kebiasaan Sarapan Pagi N %

Jarang 13 43.3

Sering 17 56.7

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui bahwa sebagian besar sampel sering melakukan kebiasaan sarapan pagi yaitu sebanyak 17 orang ( 56,7 % ) sedangkan sampel yang jarang melakukan sarapan pagi sebanyak 13 orang ( 43,3 % ).

Distribusi sampel berdasarkan alasan sampel yang tidak melakukan sarapan pagi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

TABEL 5.5

DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN ALASAN TIDAK SARAPAN PAGI DI SD NEGERI CIGARONGGONG Alasan Sampel Jarang Sarapan

Pagi n %

Tidak Sempat 7 50,0

Diberi uang jajan untuk beli makan

di sekolah 2 14,3

Malas 5 35,7

Jumlah 14 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel yang tidak melakukan sarapan pagi yaitu sebanyak 14 orang, diantaranya sampel yang tidak sempat melakukan sarapan pagi sebanyak 7 orang (50,0 %), sampel yang diberi uang jajan untuk beli makan di sekolah sebanyak 2 orang ( 14,3 % ), dan sampel yang malas untuk sarapan pagi sebanyak 5 orang ( 35,7

%).

Berdasarkan hasil wawancara dengan sampel, jenis makanan yang biasanya dikonsumsi saat sarapan pagi adalah golongan karbohidrat, protein hewani, protein nabati, dan sayuran.

Jenis bahan makanan pada golongan karbohidrat yang biasa dikonsumsi adalah nasi dan mie. Untuk protein hewani yang biasa dikonsumsi adalah ayam, telur , ikan, untuk protein nabati yang biasa dikonsumsi adalah tahu dan tempe. Untuk golongan sayuran biasa mengkonsumsi wortel, bayam, dan labu siam.

Dalam satu hidangan yang dikonsumsi oleh sampel biasanya hanya mengandung 2-3 golongan saja, misalnya nasi dan ayam atau nasi, sayur, dan telur. Namun beberapa juga ada yang

mengkonsumsi satu hidangan secara lengkap seperti nasi, ayam, tempe, dan sayuran. Tidak ada perbedaan komposisi antara yang sering dan jarang sarapan pagi yang membedakan hanya terletak pada frekuensi sarapan pagi.

5.3.3 Asupan Energi Sarapan Pagi

Asupan energi sarapan pagi didapatkan dari rata-rata energi yang dikonsumsi dari sarapan pagi yang dikumpulkan dengan metode recall 1x24 jam selama dua hari berbeda kemudian dibandingkan dengan kecukupan energi sarapan pagi. Distribusi sampel berdasarkan asupan energi sarapan pagi dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL 5.6

DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN ASUPAN ENERGI SARAPAN PAGI DI SD NEGERI

CIGARONGGONG Asupan Energi Sarapan

Pagi n %

Kurang 29 96,7

Baik 1 3,3

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel yang kurang asupan energi sarapan pagi yaitu sebanyak 29 orang ( 96,7 % ) sedangkan asupan energi sarapan pagi nya baik sebanyak 1 orang ( 3,3 % ).

5.3.4 Asupan Protein Sarapan Pagi

Protein digunakan untuk perkembangan kecerdasan otak dimana zat tersebut berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi belajar sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar di sekolah.

Asupan protein sarapan pagi didapatkan dari rata-rata protein yang dikonsumsi dari sarapan pagi yang dikumpulkan dengan metode recall 1x24 jam selama dua hari berbeda kemudian dibandingkan dengan kecukupan protein sarapan pagi. Distribusi sampel berdasarkan asupan protein sarapan pagi dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL 5.7

DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN KATEGORI ASUPAN PROTEIN SARAPAN PAGI DI SD NEGERI

CIGARONGGONG Asupan Protein Sarapan

Pagi n %

Kurang 21 70,0

Baik 9 30,0

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel yang kurang asupan protein sarapan pagi yaitu sebanyak 21 orang ( 70,0 % ) sedangkan asupan protein sarapan pagi nya baik sebanyak 9 orang ( 30,0 % ).

5.3.5 Status Gizi ( IMT/U )

Berdasarkan hasil pengukuran BB dan TB sampel kemudian ditentukan status gizi menggunakan indeks IMT/U .Distribusi sampel berdasarkan status gizi ( IMT/U ) dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL 5.8

DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN KATEGORI STATUS GIZI ( IMT/U ) DI SD NEGERI CIGARONGGONG

Status Gizi (IMT/U) n %

Kurang 9 30,0

Baik 21 70,0

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel yang memiliki status gizi ( IMT/U ) baik yaitu sebanyak 16 orang (70,0 %) dan sampel yang memiliki status gizi (IMT/U) kurang yaitu 9 orang ( 30,0 % ).

5.4 Analisis Bivariat

Digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu menggunakan uji Chi Square dengan derajat kepercayaan 95 %. Uji Chi square ini digunakan untuk menganalisa hubungan kebiasaan sarapan pagi dan prestasi belajar, asupan protein dan prestasi belajar, status gizi dan prestasi belajar.

5.4.1 Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dan Prestasi Belajar Akademik

Hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dan prestasi belajar akademik pada siswa SD Negeri Cigaronggong dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL 5. 9

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN PRESTASI BELAJAR AKADEMIK SISWA SD NEGERI CIGARONGGONG

Kebiasaan

Berdasarkan tabel di atas terlihat Adanya kecenderungan hubungan positif anatra kebiasaan sarapan pagi dan prestasi belajar akademik yaitu bahwa dari 14 sampel yang jarang melakukan sarapan pagi terdapat 10 sampel ( 71,4 % ) dengan prestasi belajar akademik kurang dan 4 sampel ( 28,6 % ) dengan prestasi belajar akademik baik, sedangkan dari 16 sampel yang memiliki kebiasaan sering sarapan pagi terdapat 3 sampel ( 43,3 % ) dengan prestasi belajar akademik kurang dan 17 sampel (56,7 % ) dengan prestasi belajar baik. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan sarapan pagi dan prestasi belajar akademik pada siswa SD Negeri Cigaronggong ( p= 0,004 ).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Faizah (2012) pada siswa SD Negeri Banyuanyar III Surakarta yang menunjukkan adanya hubungan kebiasaan sarapan pagi dan prestasi belajar siswa (p = 0,03).

Sarapan memenuhi kebutuhan zat-zat gizi pada pagi hari saja dengan pemenuhan asupan zat gizi 25 % dari kebutuhan sehari-hari (Nurkamilal, 2011). Peroide masa pertumbuhan anak usia sekolah mengalami peningkatan kebutuhan zat gizi. Disamping untuk pertumbuhan, zat gizi juga diperlukan untuk menjalankan aktivitas yang meningkat seperti belajar, sarapan pagi diperlukan untuk menghindari terjadinya lapar jangka pendek sehingga kemampuan mengingat dan kecepatan otak bisa memperoleh informasi menjadi lebih baik. Sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk memberikan suplai glukosa ke otak sehingga mampu meningkatkan daya konsenrasi. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktivitas. Sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh, seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat juga untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh (Khomsan, 2005 dalam Wijayanto 2014).

5.4.2 Hubungan Asupan Protein Sarapan Pagi dan Prestasi Belajar Akademik

Hubungan antara asupan protein sarapan pagi dan prestasi belajar akademik pada siswa SD Negeri Cigaronggong dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL 5. 10

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN SARAPAN PAGI DAN PRESTASI BELAJAR AKADEMIK SISWA SD NEGERI CIGARONGGONG

Asupan Protein

Berdasarkan tabel di atas terlihat adanya kecenderungan hubungan yang positif antara asupan protein sarapan pagi dan prestasi belajar akademik yaitu bahwa dari 21 sampel yang asupan protein sarapan pagi nya kurang sebanyak 10 sampel ( 47,7 % ) dengan prestasi belajar akademik kurang dan 11 sampel ( 52,3 % ) dengan prestasi belajar akademik baik, sedangkan 9 sampel dengan prestasi belajar akademik kurang (100 % ) dengan prestasi belajar akademik baik. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p= 0,013 artinya ada hubungan yang bermakna antara asupan protein sarapan pagi dan prestasi belajar akademik pada siswa SD Negeri Cigaronggong.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Pustika (2015 ) yang berarti ada hubungan antara asupan protein dari sarapan pagi dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di SD Negeri Sumber III Surakarta ( p = 0,035 ). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh ( Wardoyo dan Mahmudiono, 2013 dalam Pustika, 2015 ), yang melakukan penelitian di SDN Wonocatur dan SDN Sumberejo I Kabupaten Kediri yang hasilnya bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sarapan pagi dengan daya konsentrasi serta antara

tingkat konsumsi zat gizi (kalori, karbohidrat, protein dan zat besi) dengan daya konsentrasi pada siswa sekolah dasar ( p = 0,046 ).

Asupan protein sarapan pagi adalah suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, protein berpengaruh terhadap prestasi belajar terutama dalam asupan pada saat sarapan pagi . Sarapan pagi yang terdapat asupan protein sangat baik untuk pengaruh fungsi dan kerja otak (Permaisi, 2007).

Protein adalah komponen dalam setiap sel hidup adalah molekul kompelks, besar, dan tersusun atas unit-unit pembangun yang disebut asam amino. Protein berfungsi untuk pertumbuhan sel dan fungsi otak serta perlindungan terhadap infeksi. Asam amino membentuk struktur otak dan zat pengantar,rangsang (neurotransmitter) pada sambungan sel saraf dan merupakan komponen protein yang berperan sebagai neurotransmitter atau bahan zat penghantar rangsang saraf dan mempengaruhi konsentrasi. Asam amino berperan untuk mengatur pembentukan senyawa serotonin yang terlibat didalam system saraf atau acetylcholine yang penting untuk daya ingat. Leusin dan isoleusin merupakan asam amino esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga keseimbangan nitrogen pada orang dewasa. Asam aspartate sangat diperlukan untuk membantu kerja neurotransmitter (zat kimia bekerja sebagai penghubung keseluruh jaringan saraf dan pengendalian fungsi tubuh) ke otak (Gurnida, 2011 dalam Pustika, 2015).

Protein berperan penting dalam transportasi zat besi dalam tubuh. Kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat besi terhambat sehingga akan terjadi defisiensi besi (Almatsier, 2009 dalam Djihu, 2014). Kekurangan zat besi menyebabkan kadar

hemoglobin di dalam darah lebih rendah dari normalnya, keadaan ini disebut anemia (Waryana, 2010 dalam Djihu, 2014).

Pengaruh defisiensi Fe terutama melalui kondisi gangguan fungsi hemoglobin yang merupakan alat transport O2 yang diperlukan banyak reaksi metabolik tubuh. Dikatakan bahwa pada kondisi anemia daya konsentrasi dalam belajar tampak menurun. Bukti yang tersedia menunjukkan gangguan pada perkembangan psikomotor dan kemampuan intelektual serta perubahan perilaku setelah terjadi anemia defisiensi zat besi (Gibney, 2009 dala Widyastuti, 2014 ).

Kekurangan protein yang terus menerus akan menimbulkan gejala yaitu pertumbuhan kurang baik, daya tahan tubuh menurun, rentan terhadap penyakit, daya kreatifitas dan daya kerja merosot, mental lemah dan lain-lain (Kartasapoetra & Marsetyo,2003 dalam Isdaryanti, 2007). Kurangnya daya tahan tubuh dapat menyebabkan berdampak pada penurunan kemampuan dan konsentrasi belajar, (Reniati, 2008 dalam Cahyani, 2009).

5.4.3 Hubungan Status Gizi ( IMT/U ) dan Prestasi Belajar Akademik.

Hubungan antara status gizi ( IMT/U ) dan prestasi belajar akademik pada siswa SD Negeri Cigaronggong dapat dilihat pada tabel

Hubungan antara status gizi ( IMT/U ) dan prestasi belajar akademik pada siswa SD Negeri Cigaronggong dapat dilihat pada tabel

Dokumen terkait