• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM MENGENAI POLITIK DAN PEMERINTAHAN ORDE BARU

ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

Setelah diuji dengan menggunakan rumus koefisien produk moment maka hipotesa yang diajukan dapat diterima. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang positif antara kegiatan/program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) terhadap pemberdayaan masyarakat miskin di Kelurahan Tanjung Rejo Medan. Hal ini berdasarkan distribusi klasifikasi jawaban responden untuk Pelaksanan P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan) oleh BKM sbagai variabel bebas (X) , yang menunjukan frekwensi 62 dengan persentase 68,1 berada dalam kategori

tinggi. Sedangkan distribusi frekwensi klasifikasi jawaban responden untuk

pemberdayaan masyarakat sebagai variabel terikat (Y), yang menunjukkan ferkwensi 59 dengan persentase 64,8% berada dalam kategori tinggi. Untuk mengetahui pengaruh antara pelaksanaan P2KP oleh BKM sebagai variabel bebas (X) terhadap pmberdayaan masyarakat sebagai variabel terikat (Y) digunakan analisa product moment, maka didapat hasil koefisien korelasinya sebesar 0,788.

Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat diketahui besarnya pengaruh pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) terhadap pemberdayaan masyarakat adalah 62 %. Ini berarti bahwa pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) terhadap pemberdayaan masyarakat berada pada kategori tinggi. Untuk lebih jelasnya diterangkan dalam analisa data berdasarkan keterangan tabel sebagai berikut :

Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.5, dimana persentase tertinggi responden berada pada 46,1% menyatakan bahwa warga masyarakat mengetahui dan cukup memahami mengenai Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) yang pernah disosialisasikan oleh pihak terkait/instansi pelaksana P2KP terhadap warga masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo Medan. Sosialisasi dilakukan melalui pembagian brosur dan musyawarah dengan megundang semua lapisan masyarakat di kelurahan, hal ini menujukkan bahwa masyarakat miskin juga dilibatkan dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan juga yang dapat kiat lihat tabel 4.6, menunjukkan terjadinya peningkatan keterlibatan masyarakat yang cukup tinggi dalam berada pada persentase tertinggi yaitu 42,9%.

Kemudian pada tabel 4.7, pihak/instansi pelaksana P2KP di kelurahan yaitu BKM (Badan Keswadayaaan Masyarakat) memberikan dana bantuan program sosial (beasiswa pendidikan) kepada anak-anak tidak mampu/miskin di kelurahan, persentase tertinggi berada pada 51,6 % menyatakan bahwa program bantuan beasiswa cukup bagus karena bantuan diberikan kepada anak-anak yang tidak mampu, walaupun belum semua anak-anak tidak mampu di kelurahan telah mendapat bantuan beasiswa tersebut. Pada tabel 4.8 juga menunjukkan persentase tertinggi responden berada pada 41,7% menyatkan bahwa bantuan beasiswa pendidikan tersebut jumlahnya cukup membantu anak-anak tidak mampu yang bersekolah.

Tetapi pada tabel 4.9, bahwa yang menyatakan tidak mengetahui tentang pemberian dana bantuan program kesehatan lansia (lanjut usia) berada pada persentase tertinggi 86,8%, dan hanya 13,2% yang menyatakan menerima bantuan untuk lanjut usia (lansia) dengan jumlah yang cukup membantu.

Pemberian dana bantuan yang cukup membantu untuk perbaikan rumah/tempat tinggal warga miskin yang tidak layak huni di kelurahan dapat dilihat pada tabel 4.10. Pada Tabel 4.11 juga dapat dilihat pemberian dana bantuan untuk perbaikan dan membangun lingkungan di sekitar pemukiman warga masyarakat kelurahan, responden teertinggi 62,7% menyatakan dana bantuan membangun dan memperbaiki lingkungan kelurahan cukup bermanfaat bagi warga masyarakat.

Untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi masayarakat miskin pihak/instansi pelaksana P2KP memberikan dana bantuan/pinjaman modal bagi warga miskin yang akan membuka maupun mengembangkan usahannya, ini dapat dilihat pada tabel 4.12, dimana 67,1% reponden menyatkan bahwa bantuan/pinjaman modal yang diberikan jumlahnya besar dan cukup membantu masyarakat miskin untuk berusaha dan menggembangkan usahanya. Kemudian untuk penentuan jumlah bunga atas pinjaman modal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.13, responden tertingi berada pada 50,5% menyatakan bahwa jumlah cicilan dan jumlah bunga yang ditentukan atas pinjaman tersebut pada tingkat sedang, sehingga tidak terlalu membebani masyarakat dalam hal pemabayaran.

Pada tabel 4.14 juga menunjukan adanya kegiatan pembinaan dan pendidikan pengetahuan dan keterampilan yang dilaksanakan pihak/instansi pelaksana P2KP kepada warga masyarakat di keluarahan dan 62,6% menyatakan kegiatan pembinaan keterampilan tersebut cukup bermanfaat sehingga masyarakat cukup memahami pengetahuan keterampilan yang telah diberikan kepada warga miskin di Kelurahan Tanjung Rejo.

Tetapi pada tabel 4.15, responden tertinggi berada pada 93,4% menyatakan bahwa tidak adanya (belum pernah ada), bantuan kegiatan pemasaran dari mitra

kerja untuk memasarkan hasil produksi usaha masyarakat miskin. Hal ini dikarenakan usaha yang dimiliki masyarakat miskin adalah rata-rata pedagang. Untuk pemberian bantuan fasilitas, 86,8% responden menyatakan adanya pemberian bantuan fasilitas yang cukup membantu kegiatan penaggulangan kemiskinan dan usaha masyarakat miskin, yhang telah dijelaskan pada tabel 4.16.

Pada tabel 4.17 kita juga dapat melihat kegiatan dan pertanggungjawaban yang teransparansi dan akuntabilitas dari pihak/instansi pelaksana P2KP terhadap pengunaan dana penaggulangan kemiskinan, 74,7% responden menyatakan bahwa penjelasan/keterangan atas pengunaan dana P2KP tersebut cukup jelas dan cukup mudah untuk dipahami masyarakat\, karena pihak/instansi pelaksana P2KP mengundang masyarakat dalam musyawarah untuk menyampaikan penjelasan dan pertanggungjawaban pengunaan dana P2KP. Hal ini dilakukan untuk menghindari kecurangan-kecurangan yang terjadi, agar terciptanya kejujuran dan kepercayaan kepada BKM selaku isntansi pelaksana P2KP di tingkat kelurahan. Selanjutnya pada tabel 4.18 juga menunjukkan bahwa 74,7% responden menyatakan pengunaan dana penanggulangan kemiskinan tersebut cukup bagus dan cukup sesuai dengan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penanggulangan kemiskinan.

Untuk kegiatan pengawasan dan evaluasi yang dilakukan instansi/pihak P2KP (BKM) terhadap keberhasilan usaha masyrakat miskin dan pengawasan terhadap pengunaan dana penaggulangan kemiskinan yang diberikan kepada warga masyarakat dapat dilihat pada tabel 4.19, dimana 65,9% responden menyatakan kegiatan pengawasan dan evaluasi tersebut cukup bagus dan cukup sering dilakukan oleh BKM (sebagai instansi pelaksana P2KP di tingkat Kelurahan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadinya penyalahgunaan dana, sehingga dapat tercipta, terbangun dan meningkatkan pemberdayaan masyarakat miskin.

Dalam rangka peningkatan pemberdayaan masyarakat miskin di kelurahan sebagai variabel terikat (Y) dalam penelitian ini, terdapat 15 pertanyaan yang diberikan kepada 91 responden. Pada tabel 4.22 menunjukkan telah terjadi peningkatan yang cukup tinggi terhadap pemberdayaan masyarkat miskin,46,1% responden menyatakan peningkatan cukup tinggi khususnya pada bidang pengetahun dan keterampilan, dan pada tabel 4.21 juga menjelaskan kemampuan masyarakat dalam mengelola dana/pinjaman yang diberikan kepada usaha masyarakat miskin, 67,1 responden menyatakan mampu mengelola pinjaman dana/modal tersebut untuk membuka dan menggembangkan usaha. Dengan bertambahnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki warga miskin, maka keterampilan tersebut juga dijadikan modal untuk membuka usaha selain pinjaman modal/dana bergulir P2KP yang diberikan BKM kepada usaha masyarakat miskin. Peningkatan usaha yang dimiliki masyarakat miskin sangat mempengaruhi peningkatan pendapatan dan taraf hidup masyarakat miskin, seperti pada tabel 4.24, bahwa 43,9 responden tertinggi menyatakan mengalami peningkatan pendapatan walaupun masih dalam taraf sedang. Meskipun demikian masyarakat sudah cukup mampu untuk memenuhi kebutuhan pokoknya sehari-hari yang dinyatakan oleh 76,9%, (tabel 4.25 dan tabel 4.26) walaupun untuk menabung tidak selalu (kadang-kadang/jarang) dilakukan masyarakat, karena pendapatan yan g tidak selalu menetap.

Pada tabel 4.27 juga menunjukkan peningkatan yang terjadi pada kondisi rumah/tempat tinggal warga miskin yang tidak layak huni, 56% menyatakan cukup sesuai dan cukup layak huni kondisi rumah/tempat tinggal yang dimiliki sekarang setelah menerima bantuan sosial untuk perbaikan rumah-rumah warga miskin, khususnya yang tidak layak huni.

Selain melalui pemberian dana bantuan beasiswa pendidikan yang diberikan kepada anak-anak tidak mampu, dengan peningkatan pendapatan yang dimiliki keluarga juga menunjukkan kemampuan masyarakat untuk meningkatkan status/tingkat pendidikan anggota keluarganya, pada tabel 4.28 dapat dilihat bahwa 81,3% menyatakan mengalami peningkatan status/tingkat pendidikan anggota keluarga walaupun masih taraf sedang.

Selanjutnya pada tabel 4.29 dan tabel 4.30 juga dijelaskan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya, bahwa 75,8% responden menyatakan cukup mampu untuk berobat ke rumah sakit/puskesmas dan cukup mampu untuk membeli obat-obatan jika anggota keluaraga sakit. Kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya juga diperoleh setelah menriam bantuan program kesehatan untuk lansia (lanjut usia) dan juga setelah mengalami peningkatan pendaptan keluarga.

Untuk melihat peningkatan kamapuan mnasyarakat dalam memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya dijelaskan pada tabel 32 dan tabel 33, dimana 67% responden menyatakan cukup aktif dan cukup rutin untuk mengikuti dan menghadiri kegiatan perkumpulan/organisasi

Setelah melakukan analisa data, maka diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang positif antara pelaksanaan kegiatan penangulangan kemiskinan yang dilakukan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat sebagai variabel X terhadap pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo Medan sebagai variabel Y sebesar 62%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pemberian dana bantuan dan kegiatan penaggulangan kemiskinan terhadap pemberdayaan masyarkat di Kelurahan Tanjug Rejo Medan berada pada kategor tinggi.

Makna dari dana penanggulangan kemiskinan tersebut dapat berjalan apabila masing-masing diantara pelaku pembangunan lokal memiliki kebutuhan dan kepentingan yang sama untuk saling koordinasi, kooperasi, satu terhadap yang lain sehingga terjadi kemitraan. Begitu juga dengan masyarakat miskin yang memperoleh bantuan agar tidak menyalahgunakan dana bantuan P2KP yang diberikan kepada masyarkat miskin di kelurahan, sehingga dapat tercipta dan meningkatkan pemberdayaan masyarkat untuk kelansungan hidupnya.

Dari hasil penelitian ini, keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan bukan karena mobilisasi, melainkan sebagai bentuk partisipasi yang dilandasi oleh determinasi dan kesadaran. Seperti yang dikatakan Soetomo, 2006:9, partisipasi masyarakat dalam perumusan program membuat masyarakat tidak semat-mata berkedudukan sebagai konsumen program, tetapi juga sebagai produsen, karena telah ikut serta dalam pembutan dan perumusannya. Hal itu mengakibatkan masyarakat ikut memiliki program tersebut, sehingga kemudian mempunyai tanggung jawab bagi keberhasilannya. Keterlibatan masyarakat dalam tahap pelaksanaan dan pengelolaan program akan membawa positif dalam jangka panjang.

BAB VI