• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Jalan yang Livable dan Memiliki Lingkungan yang sehat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4. Analisa Jalan yang Livable dan Memiliki Lingkungan yang sehat

Donald Appleyard (1981) mengatakan bahwa lingkungan yang sehat tidak boleh ribut, dan masyarakat yang tinggal tenang berada didalam rumahnya serta semua orang bisa menghirup udara yang segar.

Kondisi yang berbeda terjadi pada lokasi penelitian ini karena pada lokasi penelitian ini termasuk lingkungan yang tidak sehat karena polusi udara oleh kendaraan cukup tinggi. Dengan jumlah kendaraan yang mencapai lebih dari 20.000 perhari dan dengan kondisi kurangnya pohon, membuat polusi udara menjadi tinggi.

4.4.1. Segmen 1

Pada lokasi penelitian segmen 1 ini lingkungannya cenderung bersih dari sampah (gambar 4.51). Kondisi seperti ini membuat lingkungan menjadi sehat, karena tidak terdapatnya sampah yang menumpuk pada segmen 1 ini.

Gambar 4.51 Foto kondisi lingkungan segmen 1 pada hari libur (Sumber: Dokumentasi pribadi peneliti)

Foto ini diambil pada hari libur dan dapat dilihat bahwa gambar 4.51 menunjukkan kondisi lingkungan pada segmen 1 yang sebenarnya memiliki lingkungan jalan cenderung bersih dan rapi. Tetapi hal uniknya adalah bahwa pada hari libur sedikit ditemukan orang beraktivitas. Hal yang berbeda terjadi pada hari kerja atau Senin-Sabtu dimana banyak orang beraktivitas pada ruang

jalan ini. Tetapi terdapat pula sesi negatifnya yaitu bahwa pada hari kerja lingkungan jalan menjadi tidak teratur dan terkesan kotor (lihat gambar 4.52).

Gambar 4.52 Foto kondisi lingkungan segmen 1 pada hari kerja (Sumber: Dokumentasi pribadi peneliti)

Gambar 4.52 memperlihatkan kondisi lingkungan yang tidak teratur sehingga terkesan seperti kotor. Pada hari kerja jalan ini tidak teratur, tetapi masih banyak orang beraktivitas pada ruang jalan ini. Artinya teori karakter jalan yang

livable street Donald Appleyard (1981) yang mengatakan jalan yang livable

adalah jalan yang bersih, teori ini tidak berlaku untuk lokasi penelitian segmen 1. Kondisi jalan yang tidak bersih mengakibatkan pejalan kaki tidak nyaman beraktivitas pada lokasi penelitian pada segmen 1 ini. Dapat dilihat pada tabel 4.9 bahwa responden memberikan skor 2,48 untuk beraktivitas pada jalan ini.

Tabel 4.9 Persepsi responden tentang aktivitas

No Pertanyaan SBU BU C BA SBA Score

1 2 3 4 5

1 Beri nilai untuk beraktivitas

pada jalan ini 13 39 37 9 2 2.48

SBU: Sangat Buruk BA : Baik

BU : Buruk SBA: Sangat Baik

Hal ini artinya pengguna jalan merasakan bahwa pada saat melakukan aktivitas di jalan ini pejalan kaki tidak nyaman apalagi dengan kondisi lingkungan jalan yang tidak rapi. Selain kebersihan, kurangnya pohon yang berfungsi sebagai

filter dari asap dan debu merupakan penyebab terjadinya polusi udara yang tinggi pada lokasi ini dan membuat pejalan kaki tidak nyaman (lihat gambar 4.53).

Gambar 4.53 Peta perletakkan pohon pada segmen 1

(Sumber: Pengolahan data primer)

Kurangnya filter terhadap debu dan sinar matahari langsung mengakibatkan ruang jalan segmen 1 ini menjadi ruang jalan yang tidak sehat

Tidak adanya filter udara seperti pohon pada trotoar

mengakibatkan pejalan

kaki menghirup udara yang tidak sehat

Tidak adanya peneduh pada

pedestrian mengakibatkan

pejalan kaki terkena sinar matarari langsung dan dapat

mengakibatkan penyakit

kulit.

Tidak hanya orang dewasa

anak-anak juga melewati

lokasi segmen 1 ini, dan sama juga terkena sinar matahari langsung, padahal anak-anak memiliki kulit yang lebih rentan terkena penyakit dari pada orang dewasa.

Pejalan kaki tetap melakukan aktivitas walaupun dengan keadaan cuaca yang panas.

untuk pemakainya, karena masih minimnya perlindungan terhadap kesehatan pengguna jalan. Padahal menurut Donald Appleyard (1981) Jalan yang sehat yaitu jalan yang membuat penggunanya masih dapat menghirup udara yang bersih walaupun di tengah kota dan jalan mampu menjaga penggunanya dari penyakit yang timbul dari jalan.

Ruang jalan ini belum menjadi jalan yang sehat, padahal masyarakat banyak melakukan aktivitas di jalan ini, lihat tabel perilaku berikut.

Tabel 4.10 Tabel perilaku pengguna jalan

Aktivitas pada percetakkan (40%), dengan frekuensi yang terbesar adalah 4-7 kali seminggu (40%), selama kurang dari 30 menit (57,50%), dengan yang berjalan kaki (65%). Kemudian untuk aktivitas berbelanja pada Jalan Jamin Ginting (73%), dengan frekuensi yang mendominasi yaitu 1-3 kali seminggu (57,53%), selama 30-90 menit dengan jawaban (41,10%). Kegiatan yang paling mendominasi pada segmen 1 ini adalah menunggu angkutan umum di trotoar (75%), dengan frekuensi yang mendominasi yaitu 4-7 kali seminggu (45,33%), dengan durasi yang paling tinggi (93,33%) menjawab kurang dari 30 menit. Kemudian 100% yang menunggu angkutan umum di trotoar menjawab

<30 30-90 90-150 >150

menit menit menit menit

Percetakan Jalan Jamin Ginting (40%) 32.50 40.00 27.50 57.50 22.50 20.00 0.00 15.00 50.00 65.00 45.00 Salah satu toko jalan Jamin Ginting (73%) 57.53 16.44 41.10 35.62 41.10 20.55 2.74 4.11 39.73 34.25 21.92 A. Trotoar (75%) 33.33 45.33 21.33 93.33 6.67 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00 0.00 B. Tepi jalan (68%) 26.47 39.71 17.65 97.06 1.47 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00 0.00 3 Menunggu angkutan umum 1 Fotokopi/print/c etak foto 2 Belanja

Dengan menggunakan apa berkegiatan pada tempat itu? (%)

1-3 kali 4-7 kali Lainnya Mobil Motor Jalan

Kaki Lain-nya

No Kegiatan Tempat

melakukan aktivitas tersebut dengan berjalan kaki. Untuk aktivitas menunggu angkutan umum di pinggir jalan (68%), dengan frekuensi yang tertinggi 4-7 kali seminggu (39,31%), dan durasi yang tertinggi (97,06%) kurang dari 30 menit, dan dengan berjalan kaki (100%).

Dari hasil tabel di atas aktivitas dilakukan oleh mahasiswa dengan cara berjalan kaki memiliki persentase yang tinggi. Artinya setiap harinya pada segmen 1 ini ramai oleh kegiatan masyarakat baik yang berkendara, maupun yang berjalan kaki. Tetapi dengan kondisi jalan yang tidak sehat ini akan berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat, terutama kesehatan pernafasan dan kesehatan kulit. Seharusnya dengan jumlah pengguna jalan yang sangat banyak harus ada filter yang bagus untuk melindungi penggunanya terutama pejalan kaki, karena pejalan kaki adalah pengguna jalan yang sangat rentan dari penyakit yang terdapat di jalan, karena saat melakukan aktivitas tidak menggunakan pelindung tubuh seperti masker ataupun payung.

4.4.2. Segmen 2

Donald Appleyard (1981) mengatakan bahwa jalan yang sehat adalah jalan yang memiliki udara yang sehat dan mampu melindungi penggunanya dari penyakit-penyakit yang terdapat di jalan. Hal yang berbeda terjadi pada segmen 2 ini. Karena pada segmen 2 ini dimana tang terjadi adalah kebalikannya. Kegiatan yang paling ramai terjadi justru di dekat lingkungan yang kotor yaitu Pasar Sore (lihat peta perilaku segmen 2 Gambar 4.29) kemudian lihat gambar dibawah ini.

Foto di atas terlihat bahwa banyaknya sampah yang berada di sekitar Pasar Sore. Seharusnya sampah tidak dibiarkan terbuka dan posisinya harusnya tidak berada di bahu jalan karena selain mengganggu arus kendaraan juga mengganggu kesehatan masyarakat yang berada disekitarnya, apalagi Pasar Sore adalah pusat kegiatan masyarakat pada segmen 2 ini.

Donald Appleyard (1981) mengatakan bahwa salah satu karakter livable street adalah jalan memiliki lingkungan yang sehat. Namun hal ini tidak terjadi pada lokasi penelitian segmen 2 ini. Jalan yang sesuai dengan karakter livable street justru menjadi sepi dan sedikit orang yang ditemukan melakukan aktivitas (lihat tabel perilaku segmen 2 gambar 4.29 dan lihat gambar 4.56).

Gambar 4.54 Foto TPS yang tidak tertutup berada di depan kuburan (Sumber: Dokumentasi pribadi peneliti)

Gambar 4.55 Foto sampah PKL yang

berada pada Pasar Sore.

Gambar 4.56 Foto kondisi lingkungan yang teduh dan bersih pada segmen 2

(Sumber: Dokumentasi pribadi peneliti)

Pada titik yang ada di segmen 2 ini merupakan jalan yang sehat karena tidak ada sampah dan teduh oleh pohon, akan tetapi pada jalan ini sedikit ditemukan aktivitas. Pengguna jalan lebih memilih berjalan di tempat yang terdapat generator aktivitas seperi PKL dan Pasar Sore.

Ruang jalan yang memiliki lingkungan yang sehat bukan saja harus bersih, tetapi juga harus terdapat banyak pohon yang berfungsi sebagai filter terhadap sinar matahari langsung dan polusi udara. Karena pohon dapat dijadikan sebagai peneduh dan penyaring debu dari asap kendaraan. Namun hal ini tidak terjadi pada segmen 2 karena pada segmen 2 ini pohon hanya dapat ditemukan dibeberapa tempat dan tidak sepanjang jalan segmen 2 (lihat gambar 4.57).

Gambar 4.57 Posisi pohon segmen 2 (Sumber: Pengolahan data primer)

Pada segmen 2 ini belum termasuk lingkungan yang sehat karena fisik jalan ini belum mampu melindungi pengguna jalan terhadap penyakit yang berada di jalan seperti penyakit pernafasan dan penyakit kulit. Karena kurangnya filter

seperti membuat tanaman dan peneduh di jalan. Padahal jalan ini merupkan jalan yang sering dilewati oleh pengguna jalan pada segmen 2 (lihat tabel 4.11).

Pada segmen 2 ini masyarakat menunggu angkutan umum dengan kondisi panas dan terkena polusi udara.

Pada foto ini terlihat pedestrian ini teduh dan dijadikan tempat bagi pejalan kaki unruk duduk sambil menunggu angkutan umum walaupun mereka masih bisa terkena polusi udara.

Foto ini adalah Pasar sore, disekitar Pasar Sore sangat minim oleh pohon sehingga polusi udara dan paparan sinar matahari lebih berbahaya disini

Pohon disini masih sangat minim, sehingga untuk pengguna jalan yang melakukan aktivitas terkena paparan sinar matahari dan terkena polusi.

Tabel 4.11 Tabel perilaku segmen 2

Dari tabel 4.11 diketahui bahwa (65%) menjawab belanja ke Pasar Sore dengan frekuensi yang paling besar adalah 1-3 kali seminggu dan durasi yang paling tinggi yaitu kurang dari 30 menit (63,08%), mereka melakukannya dengan jalan kaki (32,31%). Kemudian tempat yang lain paling sering dikunjungi oleh responden untuk aktivitas berbelanja pada Jalan Jamin Ginting adalah Ruko (73%) dengan frekuensi yang mendominasi yaitu 1-3 kali seminggu (57,53%), selama 30-90 menit (41,10%), dan dengan menggunakan motor (39,73%).

Kegiatan lain yang banyak dilakukan pada segmen 2 ini adalah menunggu angkutan umum di trotoar (75%), dengan frekuensi 4-7 kali seminggu (45,33%), dengan durasi yang paling tinggi (93,33%) kurang dari 30 menit, kemudian 100% yang menunggu angkutan umum ditrotoar berjawab dengan berjalan kaki. Untuk aktivitas menunggu angkutan umum di pinggir jalan (68%), dengan frekuensi yang tertinggi 4-7 kali seminggu (39,31%), dan durasi yang tertinggi (97,06%) kurang dari 30 menit, dan dengan berjalan kaki sebanyak (100%).

Kemudian aktivitas lain yang dilakukan pada segmen 2 ini adalah makan di rumah makan (41%), dengan frekuensi 1-3 kali seminggu (39,02%), kemudian dengan durasi selama kurang dari 30 menit (48,78%), dengan menggunakan kendaraan bermotor (36,59%).

<30 30-90 90-150 >150 menit menit menit menit

Pasar Sore (65%) 52.31 40.00 7.69 63.08 33.85 46.15 10.77 7.69 30.77 32.31 29.23 Salah satu toko jalan Jamin

Ginting (73%) 57.53 16.44 41.10 35.62 41.10 20.55 2.74 4.11 39.73 34.25 21.92 Trotoar (75%) 33.33 45.33 21.33 93.33 6.67 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00 0.00 Tepi jalan (68%) 26.47 39.71 17.65 97.06 1.47 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00 0.00 Rumah makan (41%) 39.02 21.95 39.02 48.78 17.07 17.07 0.00 21.95 36.59 26.83 14.63 Caffe (33%) 36.36 45.45 18.18 30.30 33.33 36.36 24.24 21.21 36.36 18.18 24.24 1 Belanja 2 Menunggu angkutan umum 3 Makan

Dengan menggunakan apa berkegiatan pada tempat itu? (%)

1-3 kali 4-7 kali Lainnya Mobil Motor Jalan Kaki Lain-nya No Kegiatan Tempat

Dari tabel 4.11 maka diketahui kegiatan yang paling dominan pada segmen 2 yaitu berbelanja dan menunggu angkutan umum. Untuk berbelanja frekuensi yang paling tinggi sebesar 1-3 kali seminggu, dan menunggu angkutan umum yang paling tinggi persentasenya yaitu 4-7 kali seminggu, dengan durasi yang paling tinggi yaitu kurang dari 30 menit. Berbelanja dan menunggu angkutan umum responden menjawab lebih sering dengan berjalan kaki.

Dari data berikut ini dapat kita lihat bahwa kegiatan pada segmen 2 ini termasuk dalam kategori kegiatan dengan intensitas yang tinggi. Tetapi sisi negatifnya adalah jika jalan ini dilalui setiap hari dengan durasi yang lama dan dengan polusi udara yang tinggi serta paparan sinar matahari langsung yang mengenai kulit, maka secara perlahan pengguna jalan akan mendapatkan penyakit pernafasan dan penyakit kulit. Jadi dapat disimpulkan bahwa segmen 2 ini belum termasuk ruang jalan yang memiliki lingkungan yang sehat.

4.4.3. Segmen 3

Donald Appleyard (1981) mengatakan bahwa jalan yang sehat adalah jalan yang memiliki udara yang sehat dan mampu melindungi penggunanya dari penyakit-penyakit yang terdapat di jalan. Namun hal yang berbeda terjadi pada segmen 3 bahwa pada aegmen 3 ini banyak terdapat sampah terutama pada sekitar Pasar USU dan Sumber (lihat gambar 4.58, 4.59, 4.60).

Gambar 4.60 Sampah yang berada di depan Sumber (Sumber: Dokumentasi pribadi peneliti)

Dari gambar di atas terlihat bahwa pada segmen ini titik paling kotor berada di sekitar Pajus dan Sumber yang merupakan area paling ramai oleh kegiatan (lihat peta perilaku gambar 4.50). Padahal pada titik ini banyak terdapat sampah serta menyebabkan jalan ini menjadi tidak sehat bagi pengguna dan dapat menimbulkan penyakit.

Tetapi pada segmen 3 ini terdapat pula tempat yang termasuk dalam kategori lingkungan yang sehat, yaitu berada di depan puskesmas. Titik ini

Gambar 4.58 Sampah yang berada di dekat Pasar USU

(Sumber: Dokumentasi pribadi peneliti)

Gambar 4.59 Sampah yang berada di depan Pajus

merupakan tempat yang bersih dan minim dari polusi udara karena dilindungi oleh pohon dan tanaman sehingga pada titik ini cenderung lebih sejuk (lihat gambar 4.61).

Gambar 4.61 Kondisi lingkungan di depan puskesmas (Sumber: Dokumentasi pribadi peneliti)

Pada gambar di atas merupakan jalan yang sehat karena mampu melindungi pengguna jalan dari polusi udara. Tetapi walaupun jalan ini termasuk jalan yang livable berdasarkan karakter dalam teori Donald Appleyard (1981)

jalan ini memiliki jumlah aktivitas yang tidak banyak. Tidak seperti aktivitas yang berada di Pajus dan Sumber (lihat kembali gambar 4.50 yaitu peta perilaku pengguna jalan pada segmen 3).

Jalan yang sehat juga harus terdapat banyak pohon untuk menyaring udara dari polusi, serta menjadikan ruang jalan teduh bagi penggunanya. Kondisi ini tidak terjadi pada segmen 3, karena pada segmen ini masih sedikit ditemukan pohon (lihat gambar 4.62).

Gambar 4.62 Peta posisi pohon segmen 3 (Sumber: Hasil olahan data primer)

Pada gambar di atas terlihat bahwa kurangnya pohon membuat polusi udara pada segmen 3 menjadi tinggi, terutama di Pajus sampai Sumber. Karena hampir tidak ditemukan pohon, sehingga udara yang dihirup oleh pengguna jalan

Minimnya pohon dapat terlihat berada disekitar Pajus.

Foto ini

memperlihatkan pada area ini masih minim pohon.

Pada titik ini merupakan titik yang merupakan lingkungan yang sehat.

Minimnya pohon dapat terlihat berada disekitar Sumber

terkontaminasi oleh asap dan debu yang datang dari jalan raya. Segmen 3 ini merupakan area yang paling ramai oleh aktivitas pengguna jalan karena terdapat Pajus dan Sumber yang merupakan penggerak aktivitas pada segmen 3 ini (lihat tabel dibawah ini).

Tabel 4.12 Tabel aktivitas pada segmen 3

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk kegiatan makan sebagian besar responden lebih memilih untuk makan di Pajus (80%), dengan frekuensi yang 1-3 kali seminggu (50%), dengan durasi kurang dari 30 menit (43,75%), dan moda yang banyak digunakan yaitu menggunakan motor dan jalan kaki. Untuk motor (37,50%), dan untuk jalan kaki (22,50%).

Kemudian untuk kegiatan fotokopi dan print persentase yang paling tinggi yaitu pada Sumber (70%), dengan frekuensi dengan jawaban kadang-kadang (41,43%), dan durasi kurang dari 30 menit (74,39%), dengan berjalan kaki (45,71%).

<30 30-90 90-150 >150 menit menit menit menit

A. PKL (20%) 25.00 25.00 50.00 50.00 30.00 20.00 0.00 0.00 50.00 25.00 25.00 B. Pajus (80%) 50.00 27.50 43.75 22.50 25.00 8.75 25.00 37.50 22.50 15.00 C. Rumah makan (41%) 39.02 21.95 39.02 48.78 17.07 17.07 0.00 21.95 36.59 26.83 14.63 D. Caffe (33%) 36.36 45.45 18.18 30.30 33.33 36.36 24.24 21.21 36.36 18.18 24.24 E. Lainnya....……... A. Sumber (70%) 37.14 21.43 41.43 74.29 15.71 10.00 0.00 4.29 35.71 45.71 14.29 B. Percetakan Jalan Jamin

Ginting (40%) 32.50 40.00 27.50 57.50 22.50 20.00 0.00 15.00 50.00 65.00 45.00 C. Lainnya……….. A. Salon (15%) 0.00 0.00 100.00 46.67 53.33 0.00 0.00 20.00 40.00 33.33 13.33 B. WARNET game (18%) 27.78 38.89 33.33 33.33 50.00 16.67 0.00 0.00 44.44 44.44 11.11 C. Rental PS (9%) 22.22 33.33 44.44 22.22 55.56 22.22 0.00 0.00 55.56 33.33 11.11 D. Lainnya………… A. Sumber (85%) 50.59 36.47 12.94 2.35 38.82 11.76 0.00 7.06 42.35 24.71 25.88 B. PAJUS (100%) 48.00 35.00 17.00 37.00 50.00 12.00 1.00 19.00 37.00 25.00 19.00 C. Salah satu toko jalan

Jamin Ginting (73%) 57.53 16.44 41.10 35.62 41.10 20.55 2.74 4.11 39.73 34.25 21.92 D. Lainnya………… A. Trotoar (75%) 33.33 45.33 21.33 93.33 6.67 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00 B. Tepi jalan (68%) 26.47 39.71 17.65 97.06 1.47 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00 C. 4 Belanja 5 Menunggu angkutan umum 1 Makan 2 Fotokopi/print/cetak foto 3 Refreshing

Dengan menggunakan apa berkegiatan pada tempat itu? (%) 1-3 kali 4-7 kali Lainnya Mobil Motor Jalan Kaki Lain-nya Kegiatan Tempat

Frekuensi (%) Durasi (%) No

Kemudian untuk kegiatan berbelanja banyak dilakukan responden di Pajus dan Sumber. Untuk kegiatan berbelanja di Pajus (100%) dan untuk Sumber (85%), dengan frekuensi di Pajus yang menjawab 1-3 kali seminggu (48%). Untuk Sumber reponden menjawab 1-3 kali dalam seminggu (50,59%), kemudian untuk durasi berbelanja di Pajus 30-90 menit yaitu (50%), untuk Sumber durasi yang paling tinggi 30 sampai 90 menit (38,82%), dan untuk moda yang digunakan pada saat beraktivitas pada jalan ini yang paling banyak digunakan adalah motor (37%). Selain menggunakan motor masyarakat banyak juga yang melakukan aktivitas dengan cara berjalan kaki (25%).

Kegiatan lain yang terdapat pada segmen 3 ini yaitu menunggu angkutan umum di trotoar (75%), dengan frekuensi 4-7 kali seminggu (45,33%), dan durasi kurang dari 30 menit (93,33%). Kemudian 100% yang menunggu angkutan umum di trotoar menjawab dengan berjalan kaki. Aktivitas menunggu angkutan umum di pinggir jalan (68%), dengan frekuensi 4-7 kali seminggu (39,31%), dan durasi kurang dari 30 menit (97,06%).

Pada tabel 4.12 dapat dilihat bahwa banyak kegiatan yang terdapat pada segmen 3 ini, tetapi kegiatan yang paling sering dilakukan masyarakat berada di Pajus dan Sumber. Tempat-tempat ini merupakan tempat yang termasuk dalam kategori jalan yang tidak sehat karena terdapat sampah yang berserakkan serta tidak adanya pohon yang berfungsi sebagai penyaring udara yang kotor, dan peneduh dari paparan sinar matahari langsung. Jika kondisi ini terjadi secara terus menerus, maka akan berbahaya bagi kesehatan pengguna jalan. Apalagi masyarakat banyak melakukan aktivitas dijalan dengan frekuensi 1-3 kali

seminggu dengan moda motor dan jalan kaki. Dua moda ini merupakan moda yang paling rentan terkena penyakit, terutama untuk pejalan kaki karena pejalan tidak memakai pelindung saat beraktivitas. Maka pejalan kaki akan lebih banyak menghirup debu dan juga terkena sinar matahari langsung.

Namun walaupun Pajus sampai Sumber merupakan jalan yang tidak sehat, tetapi titik ini yang lebih hidup dibandingkan titik yang lain. Berarti pada segmen 3 ini teori Donald Appleyard (1981) yang mengatakan bahwa jalan yang livable

salah satu karakternya yaitu memiliki lingkungan yang sehat, tidak terjadi pada ruang jalan segmen 3 ini.

4.4.4. Kesimpulan

Analisis dari ruang jalan yang livable yaitu jalan yang memiliki lingkungan yang sehat menyimpulkan bahwa teori Donald Appleyard (1981) tentang ruang jalan pada lokasi penelitian ini tidak ditemukan. Karena walaupun ruang jalan ini merupakan ruang jalan yang tidak menyehatkan, tetapi tetap terdapat banyak aktivitas dan ruang jalan ini menjadi hidup. Bahkan terdapat satu titik yang merupakan ruang jalan yang sehat tetapi sedikit ditemukan aktivitas disana. Artinya yang menjadikan ruang jalan ini livable bukan karena memiliki lingkungan yang sehat tetapi karena adanya tempat-tempat yang menjadi tarikan bagi orang-orang untuk melakukan aktivitas, seperti Pasar Sore, Pajus dan Sumber. Semua tempat itu menjadi pengikat antar satu tempat dan yang tempat lainnya, karena semua tempat itu terhubung dalam satu jalur sehingga memudahkan orang untuk berpindah sehingga menjadikan jalan ini livable secara aktivitas.

Dokumen terkait