• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Ruang Jalan Dengan Konsep Livable Street (Studi Kasus Jalan Jamin Ginting)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Ruang Jalan Dengan Konsep Livable Street (Studi Kasus Jalan Jamin Ginting)"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA RUANG JALAN DENGAN KONSEP LIVABLE STREET (STUDI KASUS JALAN JAMIN GINTING)

SKRIPSI

OLEH:

THESYA YULANDA 110406095

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ANALISA RUANG JALAN DENGAN KONSEP LIVABLE STREET (STUDI KASUS JALAN JAMIN GINTING)

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH:

THESYA YULANDA 110406095

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

(3)

PERNYATAAN

ANALISA RUANG JALAN DENGAN KONSEP LIVABLE STREET (STUDI KASUS JALAN JAMIN GINTING)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2014

(4)

Judul Skripsi : Analisa Ruang Jalan Dengan Konsep Livable Street (Studi Kasus Jalan Jamin Ginting)

Nama Mahasiswa : Thesya Yulanda

Nomor Pokok : 110406095

Departemen : Arsitektur

Menyetujui

Dosen Pembimbing

Wahyuni Zahrah, S.T, M.S

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,

(5)

Telah diuji pada

Tanggal :

4 Juli 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Penguji I : Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc

Anggota Komisi Penguji : 1. Penguji II : Dr. Wahyu Utami, ST, MT.

(6)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur di Universitas Sumatera Utara

(USU) Medan.

Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1. Ibu Wahyuni Zahrah, S.T., M.S., selaku Dosen Pembimbing yang telah

membantu memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi

ini.

2. Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc selaku Dosen Penguji I dan ibu Dr.

Wahyu Utami, ST, MT., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan

kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, M.T, selaku Ketua Departemen Arsitektur

dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus, M.LA, selaku Sekretaris Departemen

Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara.

5. Warga pengguna Jalan Jamin Ginting yang telah meluangkan waktunya

untuk mengisi kuisioner dan mendapatkan data yang diperlukan untuk

menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orang tua dan saudara-saudara penulis yang tercinta, yang telah

memberikan semangat, dorongan, dan bantuan untuk menyelesaikan studi

(7)

7. Reza kurniawan selaku rekan yang telah membantu dan memberikan

semangat untuk menyelesaikan skripsi penulis di Universitas Sumatera

Utara (USU) Medan.

8. Rekan-rekan penulis yaitu Dini, Rifqi, Dika, Sarah, dan Ade yang telah

memberikan motivasi serta dorongan hingga selesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi masih jauh dari

sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

yang besar bagi semua pihak.

Medan, Juli 2015

Penulis,

(8)

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang

besar bagi semua pihak.

Medan, Juli 2015 Penulis,

(9)

ABSTRAK

Ruang jalan seharusnya dipandang bukan hanya untuk melakukan sirkulasi, tetapi ruang jalanharusnya dipandang sebagai tempat untuk aktivitas. Salah satu konsep yang mampu untuk memfasilitasi itu adalah konsep livable street. Livable Street merupakan konsep yang menyatakan bahwa jalan yang ideal harus aman, memberikan kesehatan, green, dan memiliki suasana yang menyenangkan, serta harus menjadi wilayah lingkungan yang melibatkan masyarakat. Konsep livable street ini telah diterapkan di berbagai negara yang maju dengan menyesuaikan kondisi negara tersebut. Konsep ini seharusnya bisa juga diterapkan di negara Indonesia khususnya kota Medan dalam kasus ini ruang Jalan Jalan Jamin Ginting.

Jalan Jamin Ginting merupakan jalan yang memiliki aktivtas yang tinggi walaupun dengan kondisi ruang jalan yang belum memadai. Hal ini membuat s jalan ini menarik untuk dijadikan objek penelitian. untuk mengetahui kualitas ruang jalan pada Jalan Jamin Ginting (Simpang kampus sampai Sumber) pada Kota Medan dan kaitannya dengan karakter livable street. Dengan Pendekatan studi yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif, dengan mengumpulkan data primer, dan mengobservasi kualitas ruang jalan, membuat pemetaan perilaku pejalan kaki di rung jalan, mengidentifikasi kualitas ruang jalan, dan menyebarkan kuisioner untuk mengetahui persepsi masyarakat.

Data yang di temukan di lapangan kemudian dianalisis menggunakan teori

livable street, berdasarkan enam karakter dari livable street, analisis yang dilakukan dengan membagi lokasi penelitian menjadi tiga segmen dan dianalisis persegmen. Dari hasil analisa yang sudah dilakukan maka dapat diketahui bahwa dari enam karakter livable street yang sudah dianalisa, hanya satu karakter yang maka karakter yang paling menonjol pada jalan ini yaitu karakter ―ruang jalan

yang memiliki identitas‖ dan ―ruang jalan sebagai ruang komunitas‖ karena pada

Jalan Jamin Ginting aspek yang paling menonjol adalah jalan ini ramai karena banyak terdapat aktivitas kelompok di tempat-tempat yang menjadi generator aktivitas, yaitu Simpang Kampus, Pasar Sore, Pasar USU dan Sumber. Alasan kenapa hanya ditemukan satu karakter livable street pada ruang jalan ini yaitu karena pada ruang jalan ini banyak terjadi pemakaian pribadi oleh pihak swasta. Seharusnya pemerintah dapat berperan dalam membuat, mengimplentasikan dan mengontrol kualitas ruang jalan, terutama untuk menghindari terjadinya pemakaian ruang publik menjadi ruang pribadi

(10)

ABSTRACT

Road space is a public road that supposoed to created for the citizens to travel from one place to another, by walking or using vehicle, so a good road

space supposed to be facilitating those activity nicely. And there’s one good

concept that could make it happened, and that’s called livable street. livable sreet

is a concept which means an ideal sreet with safety, healthcare, also green and nice enviroments. people who live there also have to contribute and be the part of their enviroment .The livable street concept has already been applied in many

devoloped country and adjust with their each country’s condition. We should also

use this livable street concept here in Indonesia, espescially Medan City. In this case we should use it in Jamin Ginting Street for the case.

There’s a lot of activity going on in Jamin Ginting Street. But there’s also many misuse of the field in this street, so it’s really interesting to investigate and using Jamin Ginting Street as a research object for know the road quality on Jamin Ginting Street in Medan City, also we will find out the livable street character with using qualitative descriptive methode, by collecting primer data, observe the road space quality, and spreading questioner for gaining people opinion and perceptionon about Jamin Ginting Street.

After that, all the datas that found on field will going to get analyzed by using the theory of livable street based on the six character of livable street. Analysis doing by dividing the research site by three segment. And after the result

came, finally know that from the six character of livable street, there’s only one

that stands out in Jamin Ginting Street; that is ―the road space that has identity‖,

and ―street as a community space‖ because what really describe and project Jamin

Ginting Street is the activity by together and the crowd of the place, there’s also a

lot of spot that becoming the generator for cityzen’s activities, such as Simpang

Kampus, Pasar Sore, Pasar Usu and Sumber. There’s one question for this places;

why there’s only one livable street character found in Jamin Ginting Street? that

becase there;s a lot of personal use by the private parties. Goverment should have a role on creating and taking control of the road space quality, avoding the

personal use so it’s going to be public space.

(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ...iv

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ...xi

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...3

1.3. Tujuan Penelitian ...3

1.4. Manfaat Penelitian ...3

1.5.Kerangka berfikir ...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...5

2.1. Diagram Kepustakaan ...6

2.2. Teori Ruang Jalan ...7

2.2.1. Defenisi Jalan ...7

2.2.2. Ruang Jalan ...7

2.3. Elemen Perancangan Kota...7

2.3.1. Penggunaan Lahan (Land Use) ...7

2.3.2. Building form and massing ...8

2.3.3. Sirkulasi dan Parkir (Sirculation and Parking) ...8

2.3.4. Ruang Terbuka (Open Space) ...9

(12)

2.3.6. Aktivitas Pendukung (Activity Support) ...10

2.3.7. Papan Iklan (Signage) ...11

2.3.8. Preservasi (Preservation) ...11

2.4. Pengertian Livable Street ...12

2.5. Karakter Livable Street ...13

2.3.1. Ruang Jalan Harus Aman dan Nyaman...13

2.3.2.Jalan yang Livable Memiliki Lingkungan Sehat (Ecology Street) ...17

2.3.3. Ruang Jalan Sebagai Ruang Komunitas...20

2.3.4. Jalan Memiliki Teritori yang Ramah ...20

2.3.5. Jalan yang Hijau dan Menyenangkan...21

2.3.6. Jalan yang Unik Sebagai Jalan yang Memiliki Nilai Sejarah 21 2.6. Aktivitas dan Permasalahan Perilaku Pengguna Jalan ...22

2.6.1. Aktivitas Di Jalan ...22

2.6.2. Pola dan Perilaku Pengguna Jalan ...22

2.7. Persepsi ...24

2.7.1. Persepsi Lingkungan ...26

2.8. Penelitian yang sudah dilakukan ...26

2.9. Kesimpulan ...28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...29

3.1. Jenis Penelitian ...29

3.2. Variabel Penelitian ...30

3.3. Populasi/sampel ...33

3.4. Metode Pengumpulan Data ...36

(13)

3.4.2. Pengumpulan Data Sekunder ... 39

3.5. Kawasan Penelitian ... 40

3.5.1. Kriteria Kawasan Penelitian ... 40

3.5.2. Peta Kawasan Penelitian ... 40

3.6. Metode Analisa Data ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1. Tinjauan Struktur Kota. ... 43

4.2. Deskripsi Site ... 47

4.2.1.Segmen 1 ... 48

4.2.2.Segmen 2 ... 49

4.2.2.Segmen 3 ... 50

4.3. Analisa Ruang Jalan yang Aman dan Nyaman ... 50

4.3.1. Segmen 1 ... 52

4.3.2. Segmen 2 ... 62

4.3.3. Segmen 3 ... 76

4.3.4. Kesimpulan... 89

4.4. Analisa Jalan yang Livable dan Memiliki Lingkungan yang sehat .... 89

4.4.1. Segmen 1 ... 90

4.4.2. Segmen 2 ... 94

4.4.3. Segmen 3 ... 99

4.4.4. Kesimpulan...105

4.5. Analisa Ruang Jalan sebagai Ruang Komunitas ...106

4.5.1. Segmen 1 ...106

4.5.2. Segmen 2 ...108

(14)

4.5.4. Kesimpulan...115

4.6. Analisa Jalan yang memiliki teritori yang ramah ...115

4.6.1. Segmen 1 ...116

4.6.2. Segmen 2 ...117

4.6.3. Segmen 3 ...120

4.6.4. Kesimpulan...122

4.7. Analisa Jalan yang Hijau dan Menyenangkan ...122

4.7.1. Segmen 1 ...123

4.7.2. Segmen 2 ...127

4.7.3. Segmen 3 ...131

4.7.4. Kesimpulan...135

4.8. Jalan yang Unik dan Jalan yang memiliki Identitas ...136

4.8.1. Segmen 1 ...136

4.8.2. Segmen 2 ...139

4.8.3. Segmen 3 ...141

4.8.4. Kesimpulan...146

BAB V Kesimpulan ...147

5.1. Kesimpulan ...147

5.2. Saran ...147

DAFTAR PUSTAKA ...148

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Keaslian Peneliti ... 26

Tabel 3.1 Variabel dan Indikator ... 31

Tabel 3.2 Data Persepsi ... 32

Tabel 3.2 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 37

Tabel 4.1 WPP Kota Medan... 45

Tabel 4.2 Persepsi responden terhadap setback ... 56

Tabel 4.3 Persepsi responden terhadap parkir... 58

Tabel 4.4 Persepsi responden terhadap pedestrian ... 61

Tabel 4.5 Penilaian responden terhadap PKL ... 65

Tabel 4.6 Tabel perilaku masyarakat ... 71

Tabel 4.7 Persepsi tentang fasilitas ... 75

Tabel 4.8 Tabel perilaku masyarakat ... 78

Tabel 4.9 Persepsi responden tentang aktivitas ... 91

Tabel 4.10 Tabel perilaku pengguna jalan ... 93

Tabel 4.11 Tabel perilaku segmen 2 ... 98

Tabel 4.12 Tabel aktivitas pada segmen 3 ...103

Tabel 4.13 Tabel aktivitas kelompok pada segmen 1 ...107

Tabel 4.14 Tabel aktivitas kelompok pada segmen 2 ...109

Tabel 4.15 Tabel aktivitas kelompok pada segmen 3 ...112

Tabel 4.16 Tabel aktivitas pada Pasar Sore ...119

(16)

Tabel 4.18 Tabel persepsi masyarakat terhadap fasilitas ...125

Tabel 4.19 Tabel aktivitas masyarakat yang berjalan kaki di segmen 1 ...126

Tabel 4.20 Tabel aktivitas masyarakat yang berjalan kaki di segmen 2 ...130

Tabel 4.21 Tabel aktivitas masyarakat yang berjalan kaki di segmen 3 ...134

Tabel 4.22 Tabel aktivitas masyarakat yang di segmen 1 ...138

Tabel 4.23 Tabel aktivitas masyarakat yang di segmen 2 ...139

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Posisi Parkir On-Street yang baik ... 8

Gambar 2.2. Standar pedestrian ... 10

Gambar 2.3. Plaza di New york ... 11

Gambar 2.4. San Fracissco lokasi dari penelitian ... 15

Gambar 2.5. San Fracissco, a light street 18th avanue ... 16

Gambar 2.6. San Fracissco, a medium street stanyan ... 16

Gambar 2.7. San Fracissco, a Heavy street 7th avanue ... 16

Gambar 2.8. San Fracissco, a Very Heavy street Army Street ... 17

Gambar 2.9. kehidupan jalan yang ekologi ... 18

Gambar 2.10. Dampak kekacauan lalu lintas ... 18

Gambar 2.11. Respon penyesuaian diri ... 19

Gambar 2.12. Model dari jalan yang ekologis ... 19

Gambar 2.13. Direct route yang dilakukan oleh pedestrian. ... 23

Gambar 3.1. Peta Kawasan Penelitian ... 40

Gambar 4.1. Lokasi Penelitian ... 45

Gambar 4.2. Peta tata guna lahan ... 46

Gambar 4.3. Peta tata guna lahan ... 47

Gambar 4.4. Segmen 1 penelitian ... 48

Gambar 4.5. Segmen 2 penelitian ... 49

(18)

Gambar 4.7. Peta kondisi pedestrian Segmen 1 ... 52

Gambar 4.8. Detail A Segmen 1 ... 53

Gambar 4.9. Potongan A-A Segmen 1 ... 54

Gambar 4.10. Foto pejalan kaki berjalan di bahu jalan pada segmen 1 ... 55

Gambar 4.11. Foto pejalan kaki berjalan di jalur kendaraan pada segmen 1 ... 55

Gambar 4.12. Potongan B-B Segmen 1 ... 55

Gambar 4.13. Potongan C-C Segmen 1 ... 56

Gambar 4.14. Foto parkir pada segmen 1 ... 57

Gambar 4.15. Foto parkir pada segmen 1 ... 57

Gambar 4.16. Foto halaman ruko yang berada pada pedestrian ... 59

Gambar 4.17. Foto barang dagangan pada ruko yang berada pada pedestrian ... 59

Gambar 4.18. Peta perilaku segmen 1 ... 60

Gambar 4.19. Peta kondisi pedestrian segmen 2... 63

Gambar 4.20. Foto PKL yang berada pada Pasar Sore ... 64

Gambar 4.21. Foto bangunan di atas pedestrian ... 64

Gambar 4.22. Parkir becak segmen 2... 66

Gambar 4.23. Parkir motor segmen 2 ... 66

Gambar 4.24. Foto barang ruko dan parkir yang berada pada pedestrian segmen 2 ... 67

Gambar 4.25. Detail A segmen 2 ... 68

Gambar 4.26. Potongan jalan D-D segmen 2 ... 68

Gambar 4.27. Foto Pejalan kaki segmen 2 ... 69

Gambar 4.28. Foto Pejalan kaki segmen 2 ... 69

(19)

Gambar 4.30. Foto pejalan kaki segmen 2 di depan ruko ... 72

Gambar 4.31. Foto pejalan kaki segmen 2 didepan kuburan ... 72

Gambar 4.32. Detail C denah suasana pedestrian ... 73

Gambar 4.33. Potongan jalan F-F segmen 2 ... 74

Gambar 4.34. Foto suasana pedestrian yang baik pada segmen 2 ... 74

Gambar 4.35. Foto pejalan kaki segmen 2 ... 74

Gambar 4.36. Peta kondisi pedestrian segmen 3... 77

Gambar 4.37. Foto parkir yang terletak di pintu Sumber ... 78

Gambar 4.38. Foto PKL yang berada di bagian depan Pasar Sore ... 78

Gambar 4.39. Detail D di depan Pajus ... 80

Gambar 4.40. Potongan jalan G-G segmen 3 ... 81

Gambar 4.41. Potongan jalan H-H segmen 3 ... 81

Gambar 4.42. Foto pedestrian yang rusak di Pajus ... 82

Gambar 4.43. Foto Pedestrian yang di timbun segmen 3 ... 83

Gambar 4.44. Foto Pedestrian yang di tutup sendiri oleh pemilik bangunan pada segmen 3 ... 83

Gambar 4.45. Potongan jalan J-J segmen 3 ... 84

Gambar 4.46. Foto Pedestrian yang rusak ... 85

Gambar 4.47. Foto Pedestrian yang baik ... 86

Gambar 4.48. Potongan I-I pada segmen 3 ... 86

Gambar 4.49. Foto pejalan kaki berjalan di bahu jalan segmen 3 ... 87

Gambar 4.50. Peta perilaku pada segmen 3 ... 88

Gambar 4.51. Foto kondisi lingkungan segmen 1 pada hari libur ... 90

(20)

Gambar 4.53. Peta perletakkan pohon pada segmen 1... 92

Gambar 4.54. Foto TPS yang tidak tertutup berada di depan kuburan ... 95

Gambar 4.55. Foto sampah PKL yang berada pada Pasar Sore. ... 95

Gambar 4.56. Foto kondisi lingkungan yang teduh dan bersih pada segmen 2 ... 96

Gambar 4.57. Posisi pohon segmen 2 ... 97

Gambar 4.58. Sampah yang berada di dekat Pasar USU ... 100

Gambar 4.59. Sampah yang berada di depan Pajus ... 100

Gambar 4.60. Sampah yang berada di depan Sumber ... 100

Gambar 4.61. Kondisi lingkungan di depan puskesmas ... 101

Gambar 4.62. Peta posisi pohon segmen 3 ... 102

Gambar 4.63. Foto kegiatan berkelompok di dekat persimpangan ... 106

Gambar 4.64. Foto kegiatan menunggu angkutan umum di depan toko ... 106

Gambar 4.65. Peta perilaku pada persimpangan segmen 1 ... 108

Gambar 4.66. Foto Aktivitas kelompok yang sedang berjalan ... 110

Gambar 4.67. Foto Aktivitas kelompok yang yang sedang menunggu angkutan umum dan berbelanja ... 110

Gambar 4.68. Peta perilaku aktivitas yang paling dominan pada segmen 2 ... 111

Gambar 4.69. Peta perilaku aktivitas yang paling dominan pada segmen 3 ... 113

Gambar 4.70. Foto Aktivitas kelompok yang berada di Pasar USU ... 113

Gambar 4.71. Peta perilaku yang berada di Sumber ... 114

Gambar 4.72. Foto rumah pada segmen 1 yang menggunakan pagar ... 116

Gambar 4.73. Foto aktivitas di depan toko bangunan pada segmen 1 ... 117

(21)

Gambar 4.76. Foto aktivitas pada Pasar Sore ... 119

Gambar 4.77. Foto bangunan komersial yang tidak memakai pagar ... 120

Gambar 4.78. Foto bangunan rumah tinggal yang menggunakan pagar... 120

Gambar 4.79. Peta fasilitas segmen 1 ... 124

Gambar 4.80. Pejalan kaki yang terganggu aktivitasnya karena posisi tanaman.. 126

Gambar 4.81 Pejalan kaki yang terganggu aktivitasnya karena posisi tong sampah. ... 126

Gambar 4.82. Peta fasilitas segmen 2 ... 128

Gambar 4.83. Pengguna jalan beristirahat pada taman di depan kuburan ... 129

Gambar 4.84. Pejalan kaki menggunakan jalur kendaraan karena jalur pejalan kaki kotor ... 129

Gambar 4.85. Peta fasilitas segmen 3 ... 132

Gambar 4.86. Pengguna jalan yang menunggu angkutan umum ... 133

Gambar 4.87. Pengguna jalan yang duduk di pinggir taman ... 133

Gambar 4.88. Aktivitas di Simpang Kampus ... 137

Gambar 4.89. Aktivitas di Pasar Sore ... 140

Gambar 4.90. Aktivitas di Pajus ... 143

Gambar 4.91. Penjual dan pembeli yang ada di Pajus ... 144

(22)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur di Universitas Sumatera Utara

(USU) Medan.

Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1. Ibu Wahyuni Zahrah, S.T., M.S., selaku Dosen Pembimbing yang telah

membantu memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi

ini.

2. Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc selaku Dosen Penguji I dan ibu Dr.

Wahyu Utami, ST, MT., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan

kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, M.T, selaku Ketua Departemen Arsitektur

dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus, M.LA, selaku Sekretaris Departemen

Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara.

5. Warga pengguna Jalan Jamin Ginting yang telah meluangkan waktunya

untuk mengisi kuisioner dan mendapatkan data yang diperlukan untuk

menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orang tua dan saudara-saudara penulis yang tercinta, yang telah

memberikan semangat, dorongan, dan bantuan untuk menyelesaikan studi

(23)

7. Reza kurniawan selaku rekan yang telah membantu dan memberikan

semangat untuk menyelesaikan skripsi penulis di Universitas Sumatera

Utara (USU) Medan.

8. Rekan-rekan penulis yaitu Dini, Rifqi, Dika, Sarah, dan Ade yang telah

memberikan motivasi serta dorongan hingga selesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi masih jauh dari

sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

yang besar bagi semua pihak.

Medan, Juli 2015

Penulis,

(24)

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang

besar bagi semua pihak.

Medan, Juli 2015 Penulis,

(25)

ABSTRAK

Ruang jalan seharusnya dipandang bukan hanya untuk melakukan sirkulasi, tetapi ruang jalanharusnya dipandang sebagai tempat untuk aktivitas. Salah satu konsep yang mampu untuk memfasilitasi itu adalah konsep livable street. Livable Street merupakan konsep yang menyatakan bahwa jalan yang ideal harus aman, memberikan kesehatan, green, dan memiliki suasana yang menyenangkan, serta harus menjadi wilayah lingkungan yang melibatkan masyarakat. Konsep livable street ini telah diterapkan di berbagai negara yang maju dengan menyesuaikan kondisi negara tersebut. Konsep ini seharusnya bisa juga diterapkan di negara Indonesia khususnya kota Medan dalam kasus ini ruang Jalan Jalan Jamin Ginting.

Jalan Jamin Ginting merupakan jalan yang memiliki aktivtas yang tinggi walaupun dengan kondisi ruang jalan yang belum memadai. Hal ini membuat s jalan ini menarik untuk dijadikan objek penelitian. untuk mengetahui kualitas ruang jalan pada Jalan Jamin Ginting (Simpang kampus sampai Sumber) pada Kota Medan dan kaitannya dengan karakter livable street. Dengan Pendekatan studi yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif, dengan mengumpulkan data primer, dan mengobservasi kualitas ruang jalan, membuat pemetaan perilaku pejalan kaki di rung jalan, mengidentifikasi kualitas ruang jalan, dan menyebarkan kuisioner untuk mengetahui persepsi masyarakat.

Data yang di temukan di lapangan kemudian dianalisis menggunakan teori

livable street, berdasarkan enam karakter dari livable street, analisis yang dilakukan dengan membagi lokasi penelitian menjadi tiga segmen dan dianalisis persegmen. Dari hasil analisa yang sudah dilakukan maka dapat diketahui bahwa dari enam karakter livable street yang sudah dianalisa, hanya satu karakter yang maka karakter yang paling menonjol pada jalan ini yaitu karakter ―ruang jalan

yang memiliki identitas‖ dan ―ruang jalan sebagai ruang komunitas‖ karena pada

Jalan Jamin Ginting aspek yang paling menonjol adalah jalan ini ramai karena banyak terdapat aktivitas kelompok di tempat-tempat yang menjadi generator aktivitas, yaitu Simpang Kampus, Pasar Sore, Pasar USU dan Sumber. Alasan kenapa hanya ditemukan satu karakter livable street pada ruang jalan ini yaitu karena pada ruang jalan ini banyak terjadi pemakaian pribadi oleh pihak swasta. Seharusnya pemerintah dapat berperan dalam membuat, mengimplentasikan dan mengontrol kualitas ruang jalan, terutama untuk menghindari terjadinya pemakaian ruang publik menjadi ruang pribadi

(26)

ABSTRACT

Road space is a public road that supposoed to created for the citizens to travel from one place to another, by walking or using vehicle, so a good road

space supposed to be facilitating those activity nicely. And there’s one good

concept that could make it happened, and that’s called livable street. livable sreet

is a concept which means an ideal sreet with safety, healthcare, also green and nice enviroments. people who live there also have to contribute and be the part of their enviroment .The livable street concept has already been applied in many

devoloped country and adjust with their each country’s condition. We should also

use this livable street concept here in Indonesia, espescially Medan City. In this case we should use it in Jamin Ginting Street for the case.

There’s a lot of activity going on in Jamin Ginting Street. But there’s also many misuse of the field in this street, so it’s really interesting to investigate and using Jamin Ginting Street as a research object for know the road quality on Jamin Ginting Street in Medan City, also we will find out the livable street character with using qualitative descriptive methode, by collecting primer data, observe the road space quality, and spreading questioner for gaining people opinion and perceptionon about Jamin Ginting Street.

After that, all the datas that found on field will going to get analyzed by using the theory of livable street based on the six character of livable street. Analysis doing by dividing the research site by three segment. And after the result

came, finally know that from the six character of livable street, there’s only one

that stands out in Jamin Ginting Street; that is ―the road space that has identity‖,

and ―street as a community space‖ because what really describe and project Jamin

Ginting Street is the activity by together and the crowd of the place, there’s also a

lot of spot that becoming the generator for cityzen’s activities, such as Simpang

Kampus, Pasar Sore, Pasar Usu and Sumber. There’s one question for this places;

why there’s only one livable street character found in Jamin Ginting Street? that

becase there;s a lot of personal use by the private parties. Goverment should have a role on creating and taking control of the road space quality, avoding the

personal use so it’s going to be public space.

(27)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara normatif ruang jalan merupakan ruang publik yang semestinya

diciptakan untuk masyarakat dalam melakukan perjalanan dari suatu tempat ke

tempat lainnya, baik itu dengan cara berjalan kaki, maupun dengan berkendaraan.

Maka suatu ruang jalan harus mampu memfasilitasi kegiatan tersebut dengan baik.

Salah satu konsep yang mampu untuk memfasilitasi itu adalah konsep livable street yang memiliki konsep bahwa jalan yang ideal harus aman, memberikan kesehatan bagi penggunanya, green, dan memiliki suasana yang menyenangkan, menjadi wilayah lingkungan yang melibatkan masyarakat, menjadi tempat untuk

anak-anak bermain dan belajar, dan juga memiliki kualitas yang unik yang

menjadi identitas tempat (Appleyard, D 1981).

Pada kasus ini lokasi penelitian berada pada Jalan Jamin Ginting yang

merupakan salah satu ruang jalan yang padat, Jalan Jamin Ginting memiliki

sebuah magnet yang kuat sehingga membuat masyarakat selalu

berbondong-bondong melewati jalan ini, disebabkan karena banyak terdapat tempat-tempat

yang menjadi generator aktivitas dari masyarakat.

Beberapa tempat yang menjadi generator aktivitas adalah kampus USU

yang menjadi penggerak utama dari jalan ini karena setiap harinya sebagian

mahasiswa USU melewati jalan tersebut, kemudian adanya keberadaan Pajus

(28)

menjadi ramai karena rata-rata mahasiswa USU mengunjungi tempat ini untuk

memenuhi kebutuhan, lalu terdapat pula Pasar Sore yang merupakan pasar

tradisional yang keberadaannya penting bagi masyarakat. Adanya keberadaan

tempat tersebut tentunya memberikan kontribusi yang banyak pada ruang jalan

koridor Jalan Jamin Ginting ini baik secara positif maupun negatif. Pada

hakekatnya ruang jalan merupakan bagian dari ruang kota „urban space‟ yang

biasanya terbentuk oleh muka bangunan dan lantai kota. Dengan demikian ruang

jalan yang berfungsi sebagai ruang kota yang memfasilitasi kegiatan publik

harusnya mendapatkan penataan yang baik.

Namun kenyataannya, ruang jalan sering kali dimanfaatkan oleh kegiatan

yang lain. Dalam kasus ini, koridor jalan Jamin Ginting disalahgunakan oleh

pedagang kaki lima yang ilegal sehingga membuat terganggunya sirkulasi pejalan

kaki, kemudian banyaknya parkir liar dan loading dock kendaraan yang banyak menggunakan jalur pedestrian dan sebagian badan jalan, bahkan adanya

pedestrian yang terputus menyebabkan pejalan kaki terpaksa menggunakan bahu

jalan sebagai sirkulasi mereka.

Berdasarkan latar belakang, lokasi, dan fungsi koridor Jalan Jamin

Ginting. Dapat disimpulkan bahwa terdapat konflik antara sirkulasi dan aktivitas

dalam pemanfaatan ruang jalan oleh pengguna jalan sehingga menyebabkan

ketidakteraturan kondisi ruang jalan. Dari fenomena tersebut maka perlu

dilakukan penelitian mengenai pola pemanfaatan ruang jalan yang seimbang, yang

(29)

berlangsung secara terus menerus, serta membuat kawasan ini menjadi kawasan

yang menarik (appleyard, et al; 1981).

Hal ini yang melatarbelakangi penelliti untuk memilih judul “Analisa

Ruang Jalan dengan Konsep Livable Street (Studi Kasus Jalan Jamin

Ginting)” dengan tujuan untuk menganalisa ruang jalan pada Jalan Jamin Ginting

dengan konsep livable street.

1.2. Perumusan Masalah

Pokok permasalahan tersebut akan dirumuskan ke dalam pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi ruang jalan pada Jalan Jamin Ginting (Simpang

kampus sampai Sumber) pada Kota Medan di kaitkan dengan teori livable street?

1.3.Tujuan Penelitian

Adanya aktivitas pejalan kaki dan kendaraan yang menjadi satu, serta

pedagang kaki lima yang menggunakan ruang jalan di koridor jalan Jamin

Ginting, dapat menimbulkan konflik aktivitas dan sirkulasi di ruang jalan.

Penelitian ini bertujuan, untuk:

1. Mengetahui kualitas ruang jalan pada setiap segmen.jalan pada Jalan

Jamin Ginting (Simpang kampus sampai Sumber) pada Kota Medan dan

(30)

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini dari segi ilmu pengetahuan/teoritis yaitu

untuk memberi kontribusi untuk teori-teori livable street terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Dari segi praktis/kebijakan penelitian ini

bermanfaat menjadi acuan dalam perancangan ruang jalan pada perkotaan.

Dengan merancang ruang jalan yang livable dan sesuai dengan standar serta

nyaman bagi penggunanya, maka dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan

(31)

1.5. Kerangka Berfikir

Latar Belakang

Livable Street merupakan konsep yang menyatakan bahwa jalan yang ideal harus aman,

memberikan kesehatan, green, dan memiliki suasana yang menyenangkan, juga harus

menjadi wilayah lingkungan yang melibatkan masyarakat, menjadi tempat untuk anak-anak bermain dan belajar, dan juga memiliki kualitas yang unik yang menjadi identitas tempat (Appleyard, Donald, 1981, p.243-244). Konsep ini seharusnya bisa juga diterapkan di negara Indonesia khususnya kota Medan dalam kasus ini ruang jalan Jamin Ginting. Ruang jalan merupakan ruang publik yang semestinya diciptakan untuk masyarakat dalam melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lainnya.

Judul

Analisa Ruang Jalan dengan Konsep Livable Street (Studi Kasus Jalan Jamin

Ginting)” terhadap ruang jalan yang mereka gunakan. .

Manfaat Penelitian

(32)
(33)

2.2. Teori Ruang Jalan

2.2.1. Defenisi Jalan

Allan B. Jacob (1993) menyatakan bahwa jalan lebih dari suatu

perlengkapan sebuah kota, jalan lebih dari sekedar garis air, garis selokan, garis

tiang listrik/kabel listrik, lebih dari ruang linear yang memindahkan orang dan

barang dari sini ke sana. Jalan harus layak dari segi bentuk dan struktur, sehingga

membentuk ruang yang menyenangkan, nyaman dan aman bagi semua pengguna.

2.2.2. Ruang Jalan

Ruang jalan merupakan bagian konsep dari ruang luar, perbedaan utama

terletak pada skala. Ruang luar dalam sebuah koridor adalah ruang antar bangunan

dimana memiliki sebuah karakter yang nampak (GLC Study,1980).

2.3. Elemen Perancangan Kota

Setiap perancangan kota harus memperhatikan elemen akan mempunyai

karakteristik yang jelas. Menurut Hamid Shirvani (1985) elemen perancangan

kota adalah:

2.3.1. Penggunaan Lahan (Land Use)

Land Use (tata guna lahan) merupakan rencana dua dimensi dimana ruang akan dibentuk. Kebijaksanaan tata guna lahan membentuk hubungan antara

sirkulasi/parkir dan kepadatan aktivitas/penggunaan individual. Terdapat

perbedaan kapasitas dalam penataan ruang kota, apakah dalam aspek pencapaian,

parkir, sistem transportas yang ada, dan kebutuhan untuk penggunaan lahan secara

(34)

2.3.2. Building form and massing

Membahas mengenai bagaimana bentuk dan massa-massa bangunan yang

ada dapat membentuk suatu kota serta bagaimana hubungan antar massa yang ada.

Pada penataan suatu kota, bentuk dan hubungan antara massa seperti ketinggian

bangunan, pengaturan massa bangunan dan lain-lain harus diperhatikan sehingga

ruang yang terbentuk teratur, mempunyai garis langit yang dinamis serta

menghindari adanya lost space (ruang tidak terpakai) (Sirvani, H. 1985).

2.3.3. Sirkulasi dan Parkir (Sirculation and Parking)

Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat

membentuk dan mengkontrol pola kegiatan kota, sebagaimana halnya dengan

keberadaan sistem transportasi dari jalan publik, pedestrian way, dan

tempat-tempat transit yang saling berhubungan akan membentuk pergerakan (Sirvani, H.

1985).

A. Posisi Parkir (Llewelyn-Davies, 2000). a. Parkir di belakang rumah

b. Parkir di depan rumah c. Parkir di samping rumah

Gambar 2.1 Posisi Parkir On-Street yang baik

(Sumber: Gambar halaman 79, Urban Design Compendium Jilid 1,

(35)

2.3.4. Ruang Terbuka (Open Space)

Ruang luar menurut Kuncoro Jakti (1971) adalah suatu pembatasan alat

hanya pada dua unsur atau bidang, yaitu alas dan dinding tanpa bidang atap

(terbuka). Menurut Gunadi, S (1974) dalam Yoshinobu Ashihara bahwa ruang

luar adalah ruang yang terjadi dengan luar dipisahkan dengan alam dengan

memberi ―frame‖.

2.3.5. Pedestrian (Pedestrian Ways)

Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada

elemen-elemen dasar desain kota yang berkaitan dengan dengan lingkungan kota dan

pola-poal aktivitas sertas sesuai dengan rencana perubahan atau pembangunan

fisik kota di masa mendatang. Perubahan-perubahan rasio penggunaan jalan raya

yang dapat mengimbangi dan meningkatkan arus pejalan kaki dapat dilakukan

dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut (Sirvani, H. 1985) :

1. Pendukung aktivitas di sepanjang jalan.

2. Street furniture.

Jalur pedestrian harus mempunyai syarat (Llewelyn-Davies, 2000):

1. Aman, leluasa dari kendaraan bermotor.

2. Menyenangkan, dengan rute yang mudah dan jelas yang disesuaikan

dengan hambatan kepa

3. Mudah, menuju segala arah tanpa hambatan yang disebabkan gangguan

naik-turun, ruang yang sempit dan penyerobotan fungsi lain.

4. Punya nilai estetika dan daya tarik, dengan penyediaan sarana dan

(36)

5. Jika suatu jalan dirancang untuk kecepatan rendah, pejalan kaki,

pengendara sepeda dan kendaraan dapat digabungkan dengan aman

seharusnya memberikan tingkat kenyamanan yang diinginkan

(Llewelyn-Davies, 2000). Berikut adalah standar pejalan kaki menurut

Llewelyn-Davies:

Gambar 2.2 Standar pedestrian

(Sumber: Gambar halaman 72, Urban Design Compendium Jilid 1, Llewelyn-Davies, London. 2000)

2.3.6. Aktivitas Pendukung (Activity Support)

Aktivitas pendukung adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan

yang mendukung ruang publik suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi dan karakter

suatu kawasan yang memiliki ciri khusus akan berpengaruh terhadap fungsi,

penggunaan lahan dan kegiatan pendukungnya. Aktivitas pendukung tidak hanya Fasilitas terbuka yang

terpisah pada kedua sisi

Fasilitas terpisah yang dibatasi pada siklus jalur

Fasilitas pejalan kaki terpisah dibatasi di sisi jalan setapak

Fasilitas terpisah dibatasi di kedua sisinya

(37)

utama dan penggunaan elemen–elemen kota yang dapat menggerakkan aktivitas

(Sirvani, H. 1985).

Gambar 2.3 Plaza di New york (Sumber : Hamid Shirvani, 1985)

2.3.7. Papan Iklan (Signage)

Iklan atau advertensi diruang kota mengisi ruang visual kota melalui papan

iklan, spanduk, baliho dan sebagainya. Hal ini sangat mempengaruhi visualisasi

kota baik secara makro maupun mikro. Dalam pemasangan papan iklan harus

memperhatikan pedoman teknis sebagai berikut (Sirvani, H. 1985).

2.3.8. Preservasi (Preservation)

Preservasi dalam perancangan kota adalah perlindungan terhadap

lingkungan tempat tinggal (permukiman) yang ada dan urban places (alun - alun,

plasa, area perbelanjaan) yang ada dan mempunyai ciri khas, seperti halnya

perlindungan terhadap bangunan bersejarah. Manfaat dari adanya preservasi

(38)

2.4. Livable street

Sejak Donald Appleyard (1981) memasukkan gagasan tentang livable

street pada tahun 1981, gagasan tentang jalan-jalan yang ditinggali semakin

banyak mendapat perhatian, dan telah terjadi banyak pekerjaan yang mencoba

untuk menggambarkan karakteristik dari jalan. Appleyard sendiri menulis bahwa

jalan yang ideal harus aman, memberikan kesehatan, green, dan memiliki suasana yang menyenangkan, juga harus menjadi wilayah lingkungan yang melibatkan

masyarakat, menjadi tempat untuk anak-anak bermain dan belajar, dan juga

memiliki kualitas yang unik yang menjadi identitas tempat (Appleyard, 1981,

p.243-244).

Jacobs (1995) mengusulkan delapan karakter jalan yang baik yang

merujuk kepada livable street, yaitu Jalan yang dapat menjadi tempat bagi orang-orang untuk berjalan dengan beberapa waktu luang yang dimiliki, memberikan

kenyamanan fisik, identitas, memiliki kualitas, memiliki transparansi antara di

dalam dan di luar sehingga menjadi saling melengkapi, pemeliharaan yang baik

dan konstruksi serta desain yang berkualitas baik. Dalam prakteknya, livable street diartikan sebagai upaya untuk lebih mengintegrasikan kebutuhan pejalan kaki dan mewujudkan tujuan pembangunan lokal yang menjadi desain sebuah

jalan. Selain itu, untuk meningkatkan karakter pejalan kaki dengan menyediakan

jaringan trotoar secara terus menerus, menggabungkan fitur desain dan

meminimalkan dampak negatif dari kendaraan bermotor dan pejalan kaki atau

(39)

Livable street memiliki beberapa prinsip dalam penerapannya, yaitu: menyediakan pilihan transportasi yang banyak, meningkatkan jumlah perumahan

yang terjangkau, meningkatkan daya saing ekonomi, adanya dukungan dari

masyarakat dalam menciptakan jalan yang livable, mengkoordinasikan dan meningkatkan kebijakan dan investasi, meningkatkan nilai kepedulian masyarakat

terhadap lingkungan (sumber: NARC, 2012)

2.5. Karakter Livable Streets

Livable street memiliki 6 karakternya terhadap ruang jalan, yaitu ruang jalan harus aman dan nyaman, jalan yang livable memiliki lingkungan yang sehat

(ecology street), ruang jalan sebagai ruang komunitas, jalan yang memiliki teritori yang ramah, jalan yang hijau dan menyenangkan, dan jalan yang unik sebagai

jalan yang memiliki nilai sejarah. Berikut adalah penjelasannya.

2.5.1. Ruang Jalan Harus Aman dan Nyaman A. Lalu Lintas

Rata-rata jalan yang berada di San Francissco menggunakan jalan yang

primer, pada dasarnya volume lalu lintas dengan beberapa kelas sosial jalan. Jalan

dikelompokkan kedalam beberapa karakteristik (Appleyard, Donald, 1981):

Light street 0-2000 kendaraan perhari

Medium street 2000-10.000 kendaraan perhari

Heavy street 10.000-20.000 kendaraan perhari

(40)

Light street biasanya memiliki parkir pada 2 sisi sudut dan memiliki 2

jalur, jalan ini biasanya dihuni oleh single–family house dan rumah cople atau

apartemen. Rata-rata memiliki set back 24inc sudah termasuk pedestrian (rata-rata

9 inc), jalan ini memiliki pohon dipinggirnya, dan juga memiliki swalayan.

Beberapa rumah memiliki bench dan sitting area untuk fasilitas sosial. Medium

Street memiliki karakteristik dengan set back yang lebih kecil yaitu 4 feet tetapi

memiliki pedestrian yang lebar yaitu 15 feet. Jalan ini dekat dengan rumah cople

dan apartrment, jalan ini banyak memiliki blok dan sangat dekat dengan swalayan.

Heavy street memiliki set back yang lebih kecil yaitu 60 persen dari garis block

rumah cople atau apartemen, memiliki trotoar yang lebih lebar dan 3-4 lajur. Very

heavy streetrata-rata memiliki trotoar dengan lebar 72 feet dan 5 dan 6 lajur. Dan

set back 7 feet. Rata-rata kecepata antara medium street dan heavy street sama

karena tidak banyak parkir on street perblok ( Appleyard, Donald, 1981).

Light street merupakan jalan yang friendly, tenang, menyenangkan, dan bersih. Medium street digambarkan sebagai jalan yang padat lalu lintas, kotor dan banyak terdapat permasalahanpada parkir. Heavy and very heavy street yang paling banyak jadi perhatian di masyarakat, yang mengacu pada kebisingan,

polusi dan berbahaya untuk pejalan kaki (Appleyard, Donald, 1981).

Menentukan jenis jalan dengan kapasitas dan karakter jenis jalan untuk

dimasukkan dalam skema adalah penting, pendekatan teknik ini didasarkan pada

penentuan klasifikasi jalan. Jalan yang aman memiliki 2 fungsi yang aman (

(41)

1. Mengontrol kebiasaan dari traveller, beberapa karakteristik yang bisa mengontrol volume lalu lintas, komposisi, kecepatan dan kebiasaan

adalah tikungan atau jalan yang lurus, blok yang panjang, lereng, lebar,

penanda jalan, rambu-rambu, merubah trotoar, tanjakan jalan, zebra

cross, garis jalan, landscape, dan beberapa aspek lainnya untuk membuat karakter jalan.

2. Melindungi penduduk dan memberikan kompensasi, perubahan dari emisi lalulintas (kebisingan, getaran dan polusi), bisa merubah

karakteristik dari lingkungan di jalan. Beberapa faktor kritis yang paling

mempengaruhi yaitu bertambahnya lereng jalan, bertambahnya

kecepatan pada penurunan dari bukit, kebisingan, getaran, polusi udara.

Ini adalah beberapa contoh dari karakteristik dari jalan yang

berada di San Francissco:

Gambar 2.4 San Fracissco lokasi dari penelitian

(42)

Gambar 2.5 San Fracissco, a light street 18th avanue

(Sumber: Gambar 11, halaman 42, Livable Streets, Appleyard, D. 1981)

Gambar 2.6 San Fracissco, a medium street stanyan

(Sumber: Gambar 11, halaman 42, Livable Streets, Appleyard, D. 1981)

(43)

Gambar 2.8 San Fracissco, a Very Heavy street Army Street

(Sumber: Gambar 11, halaman 43, Livable Streets, Appleyard, D. 1981)

B.Pejalan Kaki

Jalan tempat masyarakat beraktivitas dan tidak ada pengendara yang

ugal-ugalan. Anak-anak harus bisa berjalan atau bermain sepeda dengan aman pada

jalan lokal di sekolahnya, tempat berhenti bus sekolah, playground, dan parkir

untuk para pengunjung. Pengendara mobil, mobil antar-jemput, dan kendaraan

lainnya harus mengerti bahwa terdapat teritori di pedestrian. Ketika mengunjungi

jalan ini dan oleh karena itu harus dengan pelan dan hati-hati.

2.5.2. Jalan yang livable memiliki lingkungan sehat.

Donal Appleyard 1981 mengatakan bahwa lingkungan jalan tidak boleh

ribut atau ada getaran pada lalu lintas. Penduduk bisa tidur pada waktu siang dan

malam dengan tenang. Kemudian mereka bisa menghirup udara segar dan tidak

ada debu pada pintu dan jendelanya. Lingkungan jalan harus memiliki tempat

(44)

Gambar 2.9 kehidupan jalan yang ekologi

(Sumber: Gambar 8, halaman 29, Livable Streets, Appleyard, D. 1981)

Gambar 2.9 menunjukkan jalan yang tenang dan menyenangkan

dimana masyarakat dapat menggunakannya untuk berbagai aktivitas,

gambar 2.10 menunjukkan apa yang terjadi dijalan ketika lalu lintas itu

dimulai. Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini baik yang terlihat

maupun yang tidak terlihat atau tersembunyi (Appleyard, D 1981).

Gambar 2.10. Dampak kekacauan lalu lintas

(45)

Gambar 2.11. Respon penyesuaian diri

(Sumber: Gambar 8, halaman 30, Livable Streets, Appleyard, D. 1981)

Gambar 2.11 menunjukkan dimana masyarakat sudah beradaptasi dan

memodifikasi lingkungan mereka untuk bertahan melawan arus lalu lintas.

Gambar 2.12. Model dari jalan yang ekologis

(Sumber: Gambar 9, halaman 31, Livable Streets, Appleyard, D. 1981)

Beberapa hal yang mempengaruhi interaksi dan konflik antara traveller

dengan masyarakat atau penduduk yang di mediasi oleh lingkungan jalan:

(46)

kendaraan itu mempermudah akses dan traveller juga dapat memakai akses jalan milik orang lain. Pengontrolan sikap dari pengendari tergantung pada seberapa

banyak pemahamannya, psikologis pengendara yang meliputi persepsi, ekspektasi

dan perilaku. 4 hal yang berpengaruh terhadap lalu lintas diantaranya: volume,

komposisi, kecepatan dan arah. Paling banyak digunakan untuk menghitung arus

lalu lintas itu adalah trafic volume. Komposisi jalan itu meliputi berat kendaraan, seperti: truk, bus, ataupun sepeda motor yang menjadi perhatian dari penduduk.

Traffic speed, tidak akan mengganggu penduduk hanya dengan menggunakan

kecepatan rata-rata terkecuali dengan kecepatan yang tinggi yang dapat

mengganggu penduduk. Arus jalan, baik yang satu arah maupun dua arah

memberikan perbedaan pengaruh terhadap penduduk. Emisi, meliputi keributan, getaran, polusi udara, kotor, dan kebisingan (Appleyard, D 1981).

2.5.3. Ruang jalan sebagai ruang komunitas.

Jalan harus memiliki tempat yang menjadi ruang komunal, dimana

orang-orang bisa merasa senang kemudian mereka bisa bersosialisasi dengan mudah dan

tidak terdapatnya orang asing. Jalan umum harus bisa menyaring keanehan yang

terjadi pada kehidupan di kota, jalan bisa mendukung aktivitas penduduk,

menjaga jalan tetap bersih (Appleyard, D 1981).

2.5.4. Jalan Memiliki Teritori yang Ramah

Jalan yang memiliki teritori yang ramah maksudnya adalah dimana

penduduk saling melindungi ketika seseorang itu sedang tinggal sendiri, kemudian

(47)

penduduk itu mempunyai rasa tanggung jawab dan kebanggaan. Jika semua hal

ini terjadi maka penduduk itu akan lebih menjaga daerah mereka sendiri, termasuk

juga tanamannya, lalu mengawasinya dan penduduk saling menyapa (Appleyard,

D. 1981).

2.5.5. Jalan yang hijau dan menyenangkan

Jalan dapat memenuhi keinginan yang tinggal di pusat kota. pohon,

rumput, dan bunga tidak hanya menyediakan bentuk yang kaku dari kota. mereka

juga bisa difungsikan sebagai peneduh pada saat musim kemarau. Jalan yang

menyenangkan juga berfungsi sebagai tempat bermain dan belajar. Jalan adalah

tempat yang paling banyak dihabiskan untuk bermain. oleh sebab itu maka harus

dibuat tempat yang baik dan menampung bermacam-macam karakter. Anak-anak

bisa belajar tentang alam. Mereka bisa bermain tanpa mengganggu orang dewasa,

dengan menggunakan taman belakang. Jalan mengajarkan tentang lingkungan

(Appleyard, D, 1981).

2.5.6. Jalan yang unik sebagai jalan yang memiliki nilai sejarah

Orang-orang bangga karena memiliki identitas yang spesial pada

tempatnya. Identitas yang unik bisa terlihat dari bagian rumah, sungai kecil dan

pohon tua (Appleyard, Donald. 1981), oleh karena itu pentingnya place theory

dalam spasial design yaitu pemahaman tentang culture dan karakteristik suatu daerah yang ada menjadi ciri khas untuk digunakan sebagai salah satu

pertimbangan agar penghuni (masyarakat) tidak merasa asing di dalam

(48)

2.6. Aktivitas dan Permasalahan Perilaku Pengguna Jalan 2.6.1. Aktivitas Di Jalan

Jan Gehl (1987) menyatakan bahwa aktivitas luar di ruang publik bisa di

bagi atas 3 kategori, masing-masing tempat berbeda akan kebutuhannya dalam

lingkungan fisik yaitu necessary activities, optional activities, dan social activities. Dalam hal ini lebih ditekankan pada necessary activities merupakan aktivitas rutin yang dilakukan setiap hari seperti pergi ke sekolah, kerja, belanja,

menunggu bus atau seseorang, mengantar pesanan, mengantar surat dan lan-lain.

Pada umumnya kegiatan ini sangat berhubungan dengan aktivitas berjalan. Agar

dapat berfungsi secara optimal, suatu jalan harus mampu memenuhi kebutuhan

segala aktivitas manusia dengan baik.

2.6.2. Pola dan Perilaku Pengguna Jalan

Jan Gehl (1987) menyatakan bahwa didalam lalu lintas manusia lebih

cenderung memilih rute terpendek dan rute langsung (direct route) daripada jalan yang telah disediakan dan jalan yang aman, hanya lalu lintas yang sangat ramai,

jalan yang sangat lebar, atau dimana fasilitas penyeberangan diposisikan di tempat

(49)

Gambar 2.13 Direct route yang dilakukan oleh pedestrian. (Sumber: Jan Gelh, Life between Building)

Situs www.walkinginfo.org/aps/residentguide.pdf (24-3-2015) menuliskan

beberapa karakterisitik perilaku pengguna jalan yang menyebabkan

ketidakamanan lalu lintas baik pengguna kendaraan maupun pedestrian yang

dijelaskan dibawah ini.

A. Perilaku pengguna kendaraan:

1. Pengendara tidak mau mengalah pada pedestrian—pengendara

tidak berhenti atau mengalah ketika pedestrian meyeberang jalan

2. Kecepatan—pengendara mengenderai dengan kecepatan tinggi

melalui jalan, sekitar sekolah, atau telalu dekat dengan ruang

berjalan

3. Pengendara menerobos lampu merah—menerobos lampu merah

atau tanda berhenti dapat membahayakan pedestrian dan pengguna

sepeda

4. Menyalip kendaraan lain—pengendara melewati kendaraan lain

yang berhenti di penyeberangan orang atau melewati bus sekolah

(50)

5. Pengendara yang mabuk dan sibuk dengan hal lain—pengendara

lebih disibukan oleh telefon genggam dan aktivitas lainnya.

B. Perilaku pedestrian di jalan:

1. Pedestrian menyeberang jalan tanpa melihat—Pedestrian tidak

melihat semua rambu sebelum menyeberang jalan

2. Pedestrian berlari dengan tiba-tiba ke jalan— Pedestrian berusaha

untuk menyeberang ketika lalu lintas tidak berhenti

3. Pedestrian menyeberang jalan dilokasi yang tidak aman atau tempat

yang tidak diperuntukkan untuk menyeberang—Pedestrian

berusaha untuk menyeberang antara mobil di lalu lintas yang ramai

dan antara perpotongan dengan rambu-rambu lalu lintas.

4. Pedestrian tidak mematuhi rambu-rambu lintas—Pedestrian

menyeberang melanggar rambu lalu lintas pedestrian

5. Pedestrian yang sibuk—pedestrian yang sibuk oleh telefon

genggam, iPod, dan lain- lain.

2.7. Persepsi

Menurut Sarwono (1992) perilaku manusia merupakan pusat perhatian

dalam hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Manusia mengindrakan

obyek dilingkungannya, hasil pengindraanya akan diproses hingga timbul makna

(51)

berinteraksi melalui pengindaraanya sampai terjadi reaksi digambarkan dalam

skema persepsi (Lihat diagram 2.1).

Diagram 2.1 SKEMA PERSEPSI

(Sumber:Paul A. Bell dalam Sarwono Wirawan ,1992)

Skema di atas terlihat bahwa tahap paling awal dari hubungan manusia

dengan lingkungannya adalah kontak fisik antara individu obyek-obyek di

lingkungannya. Obyek tampil dengan kemanfaatannya masing-masing, sedangkan

individu tampil dengan sifat-sifat individunya, pengalaman masa lalunya, bakat,

minat, sikap dan berbagai ciri kepribadiannya masing-masing. Hasil interaksi

individu dengan obyek menghasilkan persepsi, persepsi individu tentang obyek itu. Jika persepsi itu dalam batas-batas optimal, maka individu dikatakan dalam

keadaan homeostatis, yaitu keadaan serba seimbang, keadaan ini sering dipertahankan oleh individu karena menimbulkan perasaan-perasaan yang

menyenangkan, tidak merasa tertekan (stress). Sebaliknya, jika obyek

dipersepsikan sebagai diluar optimal, diluar kemampuan individu, misal terlalu

(52)

maka individu tersebut akan mengalami stres dalam dirinya, perasaannya tidak

enak, tidak nyaman, tekanan energi dalam dirinya meningkat. Sehingga orang

perlu melakukan coping untuk menyesusikan dirinya atau menyesuaikan lingkungan pada kondisi dirinya, penyesuaian diri individu terhadap

lingkungannya didebut sebagai adaptasi, sedangkan penyesuaian lingkungan terhadap individu disebut adjustment Bila individu tidak dapat menyesuaikan dirinya maka stres akan tetap berlanjut Sarwono (1992).

2.7.1. Persepsi Lingkungan

Setiawan, Haryadi (1995), menyatakan persepsi lingkungan adalah

interpersepsi tentang suatu seting oleh individu, berdasarkan latar belakang

budaya, nalar dan pengalaman individu tersebut. Setiap individu mempunyai

persepsi lingkungan yang berbeda, karena latar belakang budaya yang berbeda,

namun dimungkinkan beberapa kelompok individu tertentu, mempunyai

kecenderungan persepsi lingkungan yang sama atau mirip karena kemiripan latar

belakang budaya, nalar dan pengalamanannya.

2.8. Penelitian yang Sudah Dilakukan

(53)
(54)

ruang jalan yang livable dan dapat menampung kebutuhan pengguna jalan

2.9.Kesimpulan

Konsep livable street adalah suatu konsep yang menyebutkan bahwa jalan yang ideal itu harus aman, memberikan kesehatan (ekologi street), green dan menyenangkan (Appleyard, D 1981). Konsep ini terdiri dari 2 faktor yaitu faktor

fisik dan non fisik. Faktor fisiknya yaitu jalan harus aman, memiliki lingkungan

yang sehat. Semua faktor fisik ini adalah yang termasuk kedalam elemen

perancangan kota yang dijabarkan oleh Sirvani Hamid, 1985 yaitu: penggunaan

lahan (Land use), building form and massing, sirkulasi dan parkir, ruang terbuka, pedestrian, aktivitas pendukung, papan iklan (signage), dan preservasi.

Faktor non fisiknya yaitu ruang jalan sebagai ruang komunitas, memiliki

teritori yang ramah, jalan yang hijau dan menyenangkan, jalan yang memiliki nilai

sejarah. Artinya sebuah jalan harus terdapat aktivitas positif, agar aktivitas positif

itu terbentuk maka persepsi masyarakat harus terbentuk bahwa ruang jalan itu

sudah livable menurutnya.

Hubungan antara fisik dan persepsi sangat berkaitan karena apabila

persepsi masyarakat sudah baik mengenai ruang jalan mereka, maka akan

memberikan kebanggaan tersendiri kepada masyarakat yang menggunakan

ruangjalan itu. Secara otomatis masyarakat akan menjaga fisik ruang jalannya

(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Berdasarkan metodenya penelitian dibedakan menjadi 5 jenis

(Sinulingga, 2011), yaitu penelitian historis (historical research), penelitian deskriptif (descriptive research), penelitian eksperimen (experimental research), penelitian tindakan (action research), dan grounded research. Berdasarkan jenis-jenis penelitian tersebut, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu

mendeskripsikan fakta-fakta yang terjadi di lapangan. Dengan melakukan

penelitian ini akan didapat bagaimana penerapan konsep livable street yang

terdapat diruang jalan pada lokasi penelitian, apakah sudah sesuai dengan teori

atau tidak.

Berdasarkan metodologinya penelitian terbagi dua, yaitu metodologi

penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Metodologi penelitian kuantitatif

merupakan metode penelitian yang berdasarkan positivisme, yaitu fenomena yang

tetap, konkrit, dan terukur. Penelitian ini digunakan untuk meneliti populasi atau

sampel tertentu dengan memakai alat pengumpulan data. Metodologi penelitian

kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif dari

orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan studi yang digunakan adalah

pendekatan kualitatif yaitu menjelaskan kondisi fisik ruang jalan Jalan Jamin Ginting berdasarkan teori livable street berupa data eksisting, dan secara nonfisik berupa sistem aktivitas di kawasan. Pendekatan studi kualitatif ini menggunakan

(56)

proses analisis. Pendekatan studi dalam ―Analisa Ruang Jalan dengan Konsep Livable Street(Studi Kasus Jalan Jamin Ginting)”.

3.2. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu:

a. Kualitas pedestrian dan lalu lintas berdasarkan faktor fisik, berupa data

fisik yang terdapat di lapangan. Kualitas jalan, orientasinya terhadap

pejalan kaki, keteduhan pedestrian, hubungan pedestrian dan lalu lintas.

Bagaimana persepsi masyarakat terhadap kenyamanan pedestrian dan lalu

lintas, dan apa yang menyebabkan masyarakat berpikiran seperti itu.

b. Perilaku, pemetaan perilaku pengguna yang terjadi di lapangan yang

dilakukan pada waktu tertentu dengan menggunakan behavioral mapping.

Metode pemetaan perilaku dilakukan dengan cara mengamati dan

menggambarkan dalam bentuk sketsa atau diagram semua kegiatan yang

ada pada area parkir bangunan komersial. di dalam setting, dalam penelitian ini adalah ruang jalan. (Cara-cara yang dilakukan dengan

metode pemetaan perilaku ialah pemetaan berdasarkan tempat ( Place-centered) dan pemetaan berdasarkan pelaku (Person-centered) sumber dalam Haryadi & Setiawan, 2010. Penelitian ini menggunakan pemetaan

berdasarkan tempat (Place-centered), yaitu dilakukan dengan cara membuat sketsa kondisi jaringan jalan meliputi seluruh unsur fisik yang

(57)

dilakukan seseotang atau sekelompok orang dan membuat sketsa atau

membuat catatan pada peta yang sudah disiapkan sebelumnya.

Tabel 3.1 Variabel dan Indikator

Jenis data

Ukuran/ Lebar Ideal: 14m

Tidak ideal <14m

(Rencana tata ruang wilayah kota medan Tahun 2008 – 2028)

Kesegarisan Tidak teratur/Teratur

Fungsi Penerangan jalan/ community

gathering/ penanda lalu lintas

Posisi Median jalan/ bahu jalan/ jalur

pedestrian/ bangunan

Jarak Beraturan/ tidak beraturan/ tunggal/

berkelompok

Posisi Bahu jalan/trotoar/menempel pada

bangunan

Dimensi Sesuai modul/sembarangan

Jalur Pedestrian

(Hamid, S. 1985)

Dimensi Besar: >3.75, sedang: 1,5-3,75, kecil <1,5 (Llewelyn-Davies, 2000)

Posisi Sisi kiri/ sisi kanan/ ke dua belah sisi Kondisi permukaan Rata/ tidak rata/ rusak

Kondisi Terawat/ tidak terawat/ buruk

Jalur Kendaraan

(Appleyard, Donald, 1981)

Karakteristik Light street 0-2000

kendaraan perhari

Medium street

2000-10.000 kendaraan perhari Heavy street

10.000-20.000 kendaraan perhari

(58)

(Appleyard, Donald, 1981) Kondisi permukaan Rata/ tidak rata/ rusak

Kondisi Terawat/ tidak terawat/ buruk

Parkir

(Hamid, S. 1985)

Dimensi Besar/sedang/kecil

Posisi On street/off street (Llewelyn-Davies,

2000)

Waktu Pagi/siang/malam

Intensitas Teratur: Parkir tidak mengganggu

pejalan kaki dan pemakai sepeda (tidak mendominasi ruang) /tidak teratur: Parkir Mengganggu pejalan kaki dan pemakai sepeda (mendominasi ruang)

Jenis Aktivitas Aktivitas Sosial Durasi Aktivitas

Frekuensi Aktivitas

Persepsi Aktivitas Aktifitas yang dilakukan, seperti:

menunggu angkutan, berbelanja, berjalan, dan sebagainya yang dilakukan pada koridor tersebut

Tempat Dimana melakukan aktivitas

Alasan Alasan pergi kr salah satu tempat yang

berada pada kasus penelitian.

Tabel 3.2 Data Persepsi

Jenis data

Penilaian

Variabel Sub variabel

Setback Aktivitas Responden akan memberikan

penilaian terhadap kondisi, aktivitas, fungsi, posisi, kondisi pada setback (GSB) dari angka

1-5.

1: Sangat buruk 2: Buruk 3:Cukup 4: Baik 5: Sangat Baik

Fungsi Posisi Kondisi

Street Furniture Aktivitas Responden akan memberikan

penilaian terhadap kondisi, aktivitas, fungsi, posisi, kondisi pada street furniture dari angka

1-5.

1: Sangat buruk 2: Buruk 3:Cukup 4: Baik 5: Sangat Baik

Fungsi

Posisi

(59)

PKL Jenis Responden akan memberikan penilaian terhadap PKL dari angka 1-5.

1: Sangat buruk 2: Buruk 3:Cukup 4: Baik 5: Sangat Baik

Waktu berjualan Kegiatan

Posisi Dimensi

Jalur Pedestrian Dimensi Responden akan memberikan

penilaian terhadap dimensi, posisi, kondisi pedestrian, dari angka 1-5. 1: Sangat buruk 2: Buruk 3:Cukup 4: Baik 5: Sangat Baik

Posisi

Kondisi Pedestrian

Jarak Responden akan ditanyai jarak yang

ditempuh dalam berjalan kaki.

Alasan Alasan memilih moda

Jalur Kendaraan

Kondisi Jalur Kendaraan Responden akan memberikan penilaian terhadap dimensi,, kondisi jalur kendaraan, dari angka 1-5. 1: Sangat buruk 2: Buruk 3:Cukup 4: Baik 5: Sangat Baik

Dimensi

Jarak Responden akan ditanyai jarak yang

ditempuh dalam Berkendara. Alasan memilih moda Alasan memilih moda

Parkir Posisi Responden akan memberikan

penilaian terhadap posisi, intensitas, jenis pada parkir dari angka 1-5. 1: Sangat buruk 2: Buruk 3:Cukup 4: Baik 5: Sangat Baik

Aktivitas Responden akan memberikan

penilaian terhadap Aktivitas yang terjadi pada ruang jalan Jamin Ginting dari angka 1-5.

1: Sangat buruk 2: Buruk 3:Cukup 4: Baik 5: Sangat Baik

Tempat Tempat biasanya melakukan aktifitas

Durasi Lamanya pada tempat tersebut

3.3.Populasi/sampel

Populasi yang diambil di penelitian ini terdapat pada Jalan Jamin Ginting

(simpang kampus-sumber). Dalam penelitian ini populasi memiliki jumlah yang

tidak diketahui. sehingga populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang

(60)

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan metode purposive sampling. Cara pengambilan sampel adalah berdasarkan tujuan penelitian yaitu mengetahui bagaimana persepsi masyarakat

terhadap ruang jalan pada jalan Jamin Ginting. Teknik purposive sampling pada pengambilan sampelnya harus menentukan karakteristik berdasarkan aktivitas.

Pada kasus jalan Jamin Ginting ini penentuan unit amatan dibagi pada 3

yaitu, segmen 1 yaitu batasnya dari simpang Jalan Dr. Mansyur-Pasar Sore,

segmen 2 dari Pasar Sore-Pasar USU, segmen 3 dari Pasar USU-Sumber. Sampel

diambil berdasarkan aktivitas yang terjadi persegmen dan , yaitu:

1. Segmen 1: simpang Jalan Dr. Mansyur-Pasar Sore

Kriteria unit amatan yang sedang melakukan aktivitas: Menunggu

angkutan umum, foto kopi, berbelanja pada salah satu toko, berjalan kaki

(melewati ruang jalan), berdiri/menunggu pada segmen 1, makan pada

salah satu tempat, berkendara (baik mobil atau motor), Tambal ban, dan

berbelanja ke pasar (Pasar Sore).

2. Segmen 2: Pasar Sore-Pasar USU

Kriteria unit amatan yang sedang melakukan aktivitas: Menunggu

angkutan umum, foto kopi, berbelanja pada salah satu toko, berjalan kaki

(melewati ruang jalan), berdiri/menunggu pada segmen 2, makan pada

salah satu tempat, berkendara (baik mobil atau motor), dan berbelanja ke

Gambar

Gambar 2.2 Standar pedestrian
Gambar 2.4 San Fracissco lokasi dari penelitian
Gambar 2.12. Model dari jalan yang ekologis
Tabel 3.2 Data Persepsi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Koordinasi sinyal lampu lalu-lintas pada jalan dua arah dengan jarak persimpangan tidak seragam.. Arus lalu-lintas dua arah dan jarak antar simpang perempatan tidak sama,

Pratania Villonensia : Pengaruh Kemandirian Pribadi Terhadap Perilaku Kewirausahaan (Studi Kasus Pedagang Pakaian Pasar Pajak Sore Jalan Jamin Ginting), 2009. Lama Usaha : ---.

Jalan Medan  –   Binjai merupakan jalan utama (main street ) penghubung kota Medan dengan kota Binjai yang seharusnya tidak boleh mengalami kemacetan namun pada kenyataannya

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lokasi daerah rawan kecelakaan (blackspot), mengetahui jari-jari tikungan, meneliti kondisi elemen geometrik jalan,

Oleh karena itu, perlu dilakukan penataan terhadap Jalan Arif Rahman Hakim ini dengan menggunakan konsep yang relevan, yaitu konsep yang berperan sebagai solusi dari berbagai

fleksibel, waktu siklus pada setiap persimpangan adalah tetap tetapi indikasi hijau digantikan agar cocok dengan kecepatan jalan yang dipilih dan merupakan suatu

Akan tetapi bila kerugian yang diderita oleh pengguna jalan lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh oleh operator, dapat menyebabkan lokasi parkir

Untuk mengetahui jenis kerusakan dan nilai kondisi jalan kota medan khususnya ruas jalan jamin ginting - merek peneliti menggunakan penilaian langsung dilapangan untuk mendata