• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM HUKUM

C. Analisa Kasus

Pada bagian ini penulis akan menguraikan dan membuktikan pasal-pasal yang didakwakan oleh jaksa penuntut umum terhadap terdakwa Ir. Suhariono, SPd. dalam kasus ini. Jaksa penuntut umum menyusun surat dakwaan kombinasi yang terdiri dari dakwaan kesatu primair yakni Pasal 2 ayat (1) UU Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 64 KUHP, subsidair Pasal 3 UU Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP atau kedua Pasal 374 KUHp jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP. Berikut ini akan dibuktikan pasal-pasal yang berkaitan dengan dakwaan jaksa penuntut umum:

1. Undang-undang Tindak Pidana Korupsi No. 31 Tahun 1999 jo. No. 20 Tahun 2001

a. Pasal 2 ayat (1) UU Tindak Pidana Korupsi Unsur-unsurnya yakni sebagai berikut: 1) Setiap orang

2) Secara melawan hukum

3) Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi 4) Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Ad. 1)

Kata “setiap orang” identik dengan terminologi kata “barang siapa” atau

hij menurut buku Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Buku II, Edisi

Revisi Tahun 2005, Mahkamah Agung RI No. 1389 K/Pid/1994 tanggal 30 Juni 1995 kata “setiap orang” atau “barang siapa” sebagai siapa saja yang harus dijadikan terdakwa/dader atau setiap orang sebagai subjek hukum (pendukung

Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara Berlanjut(Studi Kasus No. 1636/Pid.B/2006/PN-MDN dan No. 354/PID/2006/PT-MDN), 2008.

USU Repository © 2009

hak dan kewajiban) yang dapat diminta pertanggungjawaban dalam segala tindakannya sehingga secara histories kronologis manusia sebagai subjek hukum telah dengan sendirinya ada kemampuan bertanggung jawab kecuali secara tegas undang-undang menentukan lain.

Pada kasus ini, terdakwa Ir. Suhariono, SPd. adalah orang yang kapasitasnya sebagai guru dan predikat pendidikan tinggi seorang sarjana pendidikan yang berumur 35 tahun merupakan sosok orang yang cukup dewasa bertindak secara rasional dan keterampilan yang dapat diandalkan dan jelas telah memenuhi kualifikasi sebagai salah satu unsur yang disyaratkan dalam Pasal 2 ayat (1) tersebut. Dengan demikian unsur setiap orang dalam Pasal ini telah terbukti secara sah dan meyakinkan.

Ad. 2)

Melawan hukum adalah suatu sifat tercelanya atau terlarangnya dari suatu perbuatan, atau sering disebut juga dengan istilah melawan hak atau tanpa hak. Sesuai dengan tugas dan tanggung jawab terdakwa berkewajiban untuk menagih dan menyetorkan uang seluruh hasil penagihan rekening listrik dari para pelanggan melalui rekening giro bank Bukopin ke kas PT. PLN (Persero) Cabang Medan, dan menurut terdakwa dalam melakukan penyetoran harian selain menerima bukti setor bank (CN) terdakwa harus meminta tanda tangan pihak Bank Bukopin untuk formulir pelunasan setoran harian untuk diserahkan ke PT. PLN (Persero) Cabang Medan sebagai bukti pelunasan setoran payment point ke bank secara harian yang mana bukti tersebut nantinya diserahkan ke seksi

Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara Berlanjut(Studi Kasus No. 1636/Pid.B/2006/PN-MDN dan No. 354/PID/2006/PT-MDN), 2008.

USU Repository © 2009

keuangan dan copinya diserahkan ke seksi penagihan PT.PLN (Persero) Cabang Medan.

Hal tersebut tidak dilaksanakan oleh terdakwa akan tetapi dipergunakan sendiri oleh terdakwa untuk membayar pemasangan instalasi listrik secara liar di wilayah PLN Ranting Medan Timur dan untuk keperluan pribadi lainnya oleh terdakwa. Oleh karena itu, unsur secara melawan hukum dari fakta-fakta tersebut telah terpenuhi.

Ad. 3)

Memperkaya diri sendiri adalah suatu perbuatan dimana si terdakwa/pelaku bertambah kekayaannya atau menjadi lebih kaya. Memperkaya orang lain maksudnya akibat perbuatan melawan hukum dari pelaku, ada orang lain yang menikmati bertambahnya kekayaannya atau bertambahnya harta bendanya. Demikian juga halnya dengan memperkaya suatu korporasi, bukan si pembuat yang memperoleh atau bertambah kekayaannya oleh perbuatannya tetapi suatu korporasi.

Mengenai unsur memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, berdasarkan keterangan terdakwa bahwa uang sejumlah Rp. 314.928.676,- (tiga ratus empat belas juta sembilan ratus dua puluh delapan ribu enam ratus tujuh puluh enam rupiah) sebagian dipergunakan terdakwa untuk kepentingan kebutuhan sehari-hari keluarganya sendiri dan sebagian besar digunakan terdakwa untuk membayar pemasangan instalasi listrik di Rayon Medan Timur, yang dilakukan pemasangan secara liar sebanyak 200 (dua ratus)

Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara Berlanjut(Studi Kasus No. 1636/Pid.B/2006/PN-MDN dan No. 354/PID/2006/PT-MDN), 2008.

USU Repository © 2009

unit sehingga terdakwa harus membayar Rp. 180.000.000,- (seratus delapan puluh juta rupiah) untuk mengganti kabel yang hilang.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas dari jumlah Rp. 314.928.676,- (tiga ratus empat belas juta sembilan ratus dua puluh delapan ribu enam ratus tujuh puluh enam rupiah) terdakwa hanya sebagian kecil menikmatinya dan tidak menjadikan terdakwa menjadi kaya, sehingga unsur memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi tidak terpenuhi.

Ad. 4)

Merugikan keuangan negara adalah sama artinya dengan menjadi ruginya keuangan negara atau berkurangnya keuangan negara. Keuangan negara adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau tidak dipisahkan, termasuk di dalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena:

a. Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban pejabat negara, baik di tingkat pusat maupun daerah; dan

b. Berada dalam pengurusan dan pertanggungjawaban Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yayasan, badan hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan negara.

Perekonomian negara adalah kehidupan perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan ataupun usaha masyarakat secara mandiri yang berdasarkan pada kebijakan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara Berlanjut(Studi Kasus No. 1636/Pid.B/2006/PN-MDN dan No. 354/PID/2006/PT-MDN), 2008.

USU Repository © 2009

berlaku yang bertujuan memberikan manfaat, kemakmuran, dan kesejahteraan kepada seluruh kehidupan masyarakat.217

b. Pasal 3 UU Tindak Pidana Korupsi

Menurut keterangan saksi ahli Rudi M.O. Sitorus, SE pegawai BPKP yang ditugaskan untuk menghitung kerugian negara sebagai akibat tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa tentang penerimaan uang pembayaran rekening listrik pelanggan PT. PLN (Persero) Cabang Medan tahun 2002 dan 2004 yang dilakukan pada tanggal 15 November 2005 PT. PLN (Persero) Cabang Medan dalam hal ini negara dirugikan sebesar Rp. 314.928.676,- (tiga ratus empat belas juta sembilan ratus dua puluh delapan ribu enam ratus tujuh puluh enam rupiah).

Uang tersebut dimasukkan sebagai keuangan negara karena merupakan bagian kekayaan negara dalam bentuk hak yang timbul karena berada dalam pengurusan dan pertanggungjawaban badan hukum/KUD Citra Kencana berdasarkan perjanjian dengan negara/PT. PLN (Persero) Cabang Medan. Dimana PT. PLN (Persero) Cabang Medan adalah perusahaan yang mengelola kepentingan publik sehingga menggunakan anggaran APBN. Berdasarkan fakta- fakta di atas maka unsur merugikan keuangan negara telah terpenuhi secara sah dan meyakinkan.

Unsur-unsurnya adalah sebagai berikut: 1) Setiap orang

2) Menyalahgunakan kewenangan atau kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan

217

Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara Berlanjut(Studi Kasus No. 1636/Pid.B/2006/PN-MDN dan No. 354/PID/2006/PT-MDN), 2008.

USU Repository © 2009

3) Yang dapat merugikan keungan negara atau perekonomian negara

4) Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi.

Ad. 1)

Unsur setiap orang telah dibuktikan dalam Pasal 2 ayat (1) tersebut di atas sehingga tidak perlu diuraikan lagi pada bagian ini. Unsur setiap orang dalam Pasal 3 telah terpenuhi secara sah dan meyakinkan.

Ad. 2)

Menyalahgunakan kewenangan artinya perbuatan yang dilakukan oleh orang yang sebenarnya berhak untuk melakukannya tetapi dilakukan secara salah atau diarahkan pada hal yang salah dan bertentangan dengan hukum atau kebiasaan.218 Menyalahgunakan kesempatan artinya adanya penyalahgunaan waktu atau kesempatan pada diri pelaku karena eksistensi kedudukan atau jabatan.219 Sedangkan menyalahgunakan sarana terjadi apabila seseorang menggunakan sarana yang ada pada dirinya karena jabatan atau kedudukan untuk tujuan-tujuan lain di luar tujuan yang berhubungan dengan tugas pekerjaan yang menjadi kewajibannya.220

Berdasarkan surat perjanjian kerja sama antara KUD Citra Kencana dengan terdakwa tanggal 2 Januari 2002 yang tertuang dalam surat perjanjian pelaksanaan pekerjaan nomor: 02/CK/2002 tanggal 2 Januari 2002 yang ditandatangani oleh ketua KUD Citra Kencana sebagai saksi H. Abdul Rasyid

218

Adami Chazawi (buku III), op. cit., hal. 51 219

Lilik Mulyadi, op. cit., hal. 93 220

Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara Berlanjut(Studi Kasus No. 1636/Pid.B/2006/PN-MDN dan No. 354/PID/2006/PT-MDN), 2008.

USU Repository © 2009

Noto Prayitno, SPd. dan terdakwa sebagai pelaksana pekerjaan penerimaan rekening listrik pelanggan PT. PLN (Persero) Cabang Medan khususnya di Kecamatan Percut Sei Tuan Medan dan isi pokok perjanjian tersebut adalah bahwa KUD Citra Kencana menyerahkan dan memberikan wewenang sepenuhnya kepada terdakwa sebagai pelaksana pekerjaan payment point untuk mengurus/mengelola pekerjaan penerimaan pembayaran rekening lsitrik dan PPJ wilayah Percut Sei Tuan ternyata wewenang yang diserahkan oleh KUD Citra Kencana tersebut disalahgunakan oleh terdakwa.

Hal ini terbukti bahwa kewajiban terdakwa untuk menyetorkan seluruh hasil tagihan rekening listrik dari pelanggan secara harian tidak dilaksanakan terdakwa seluruhnya ke rekening PT. PLN (Persero) Cabang Medan melalui bank Bukopin tetapi digunakan terdakwa untuk membayar pemasangan secara liar instalasi listrik di PLN Rayon Medan Timur yang mana untuk hal ini terdakwa tidak mendapat wewenang baik dari PT. PLN (Persero) Cabang Medan maupun KUD Citra Kencana.

Adanya wewenang yang diberikan dan diserahkan oleh KUD Citra Kencana kepada terdakwa tersebut tentunya terdakwa terikat akan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya apalagi wewenang dan tugas tersebut menyangkut keuangan negara. Berdasarkan fakta-fakta tersebut maka unsur menyalahgunakan kewenangan atau kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan telah terpenuhi atau terbukti secara sah dan meyakinkan.

Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara Berlanjut(Studi Kasus No. 1636/Pid.B/2006/PN-MDN dan No. 354/PID/2006/PT-MDN), 2008.

USU Repository © 2009

Ad. 3)

Mengenai unsur merugikan keuangan atau perekonomian negara telah diuraikan pada Pasal 2 ayat (1) di atas yang pada prinsipnya adalah sama dalam hal ini. Oleh karena itu tidak perlu diuraikan lagi, namun sekedar untuk menegaskan bahwa kerugian bagi keuangan negara bukanlah menjadi syarat untuk terjadinya tindak pidana korupsi Pasal 3 secara sempurna, melainkan akibat kerugian negara dapat timbul dari perbuatan menyalahgunakan kewenangan atau kesempatan atau sarana dengan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. Dengan demikian unsur merugikan keuangan negara dalam kasus ini telah terpenuhi.

Ad. 4)

Memperoleh suatu keuntungan atau menguntungkan artinya memperoleh kekayaan dari yang sudah ada. Menguntungkan suatu badan (korporasi) tidak hanya badan swasta, misalnya PT, yayasan, koperasi, dan sebagainya, tetapi juga badan pemerintahan, misalnya kantor, jawatan/dinas, dan sebagainya. Perkataan dengan tujuan dalam delik ini mengharuskan adanya harapan untuk mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri maupun orang lain atau suatu korporasi, namun demikian yang bersangkutan atau orang lain tidak harus benar-benar memperoleh keuntungan. Cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur dengan tujuan, yaitu pelaku atau orang lain kemungkinan besar akan memperoleh keuntungan dari padanya

Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara Berlanjut(Studi Kasus No. 1636/Pid.B/2006/PN-MDN dan No. 354/PID/2006/PT-MDN), 2008.

USU Repository © 2009

maka unsur ini dikatakan telah terpenuhi dengan sempurna, apalagi bila keuntungan tersebut benar-benar telah diperolehnya.221

Pada tanggal 2 Januari 2002 KUD Citra Kencana membuat perjanjian kerja sama dengan terdakwa dengan No. 02/CK/2002 dimana dalam perjanjian tersebut KUD Citra Kencana menyerahkan dan memberi wewenang sepenuhnya kepada terdakwa dalam pelaksanaan pekerjaan untuk mengurus/mengelola

Berdasarkan keterangan saksi-saksi M. Syarif Nasution sebagai kepala seksi penagihan PT. PLN Cabang Medan, Elly Suherni Pasaribu sebagai staf penagihan PT. PLN Cabang Medan, Sudaryono sebagai Kabag. pelayanan pelanggan PT. PLN Cabang Medan, H. Abdul Noto Prayitno ketua KUD Citra Kencana, Nani Heriani, SE sebagai pegawai PT. Bank Bukopin Cabang Medan dan saksi ahli dari BPKP Rudi M. Sitorus, SE ditemukan fakta-fakta yakni PT. PLN Cabang Medan ada kerja sama dengan KUD Citra Kencana tanggal 8 Januari 2002 No. 010/3/060/MED/2002 yang isi perjanjian tersebut antara lain KUD Citra Kencana sebagai pelaksana pekerjaan penerimaan rekening listrik pelanggan PT. PLN Cabang Medan khususnya di Kecamatan Percut Sei Tuan Medan dan seluruh pelanggan melunasi tagihan rekeningnya maka KUD Citra Kencana menyetorkan secara harian ke rekening giro PT. PLN Cabang Medan yang di Bank Bukopin Cabang Medan. KUD Citra Kencana diberikan upah sebesar Rp. 230,- per lembar rekening listrik yang berhasil ditagih. Upah tersebut dibayarkan PT. PLN Cabang Medan setiap akhir bulannya kepada KUD Citra Kencana.

221

Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan-Kejahatan Membahayakan Kepercayaan Umum Terhadap Surat-Surat, Alat-Alat, Pembayaran, Alat-Alat Bukti dan Peradilan, 1991, Bandung: Mandar Maju, hal. 208

Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara Berlanjut(Studi Kasus No. 1636/Pid.B/2006/PN-MDN dan No. 354/PID/2006/PT-MDN), 2008.

USU Repository © 2009

pekerjaan tersebut. Terdakwa dalam hal ini diberi upah sebesar Rp. 50,-/lembar rekening listrik yang berhasil ditagih dari para pelanggan. Ternyata dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut terdakwa tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang telah dijanjikan.

Sejak bulan Agustus 2002 sampai dengan Februari 2004 terdakwa tidak menyetorkan seluruh tagihan rekening listrik ke PT. PLN Cabang Medan melalui Bank Bukopin yang jumlahnya Rp. 314.928.676,- dan menurut terdakwa uang tersebut digunakan terdakwa untuk kepentingannya sendiri bersama keluarganya dan memasang instalasi listrik secara liar sebanyak 200 unit di PLN Ranting Medan Timur dan sebagian lagi dibagi-bagikannya kepada temannya.

Berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut, perbuatan terdakwa yang menggunakan uang pelanggan untuk kepentingan hidup sehari-harinya bersama keluarganya, dibagi-bagikan kepada teman-temannya serta untuk memasang instalasi listrik 200 unit di PLN Rayon Medan Timur secara liar adalah untuk kepentingan usaha terdakwa sendiri dan bukan untuk kepentingan pihak PT. PLN Cabang Medan haruslah dipandang sebagai perbuatan menguntungkan diri sendiri atau orang lain. Dengan demikian unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi telah terpenuhi atau terbukti secara sah dan meyakinkan.

2. Pasal 374 KUHP tentang Penggelapan Berat Unsur-unsurnya adalah sebagai berikut: a. Penggelapan

Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara Berlanjut(Studi Kasus No. 1636/Pid.B/2006/PN-MDN dan No. 354/PID/2006/PT-MDN), 2008.

USU Repository © 2009

b. Dilakukan oleh orang yang memegang barang itu karena jabatan atau pekerjaan atau mendapat upah uang

Ad. a

Penggelapan (Pasal 372 KUHP) isinya ialah barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain, dan yang ada padanya bukan karena kejahatan. Berdasarkan isi pasal tersebut dapat ditarik unsur-unsur tindak pidana penggelapan sebagai berikut: 1) Barang siapa

2) Dengan sengaja dan melawan hukum

3) Memiliki barang yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain ada padanya bukan karena kejahatan

Ad. 1)

Barang siapa merujuk kepada subjek hukum tindak pidana, yaitu siapakah sebenarnya dituju oleh suatu norma hukum tentang suatu tindak pidana. Siapa di sini hanyalah penegasan tentang subjek dari suatu tindak pidana, dengan demikian untuk menentukan apakah seseorang adalah “barang siapa” sebagaimana dimaksud dalam rumusan tindak pidana, tergantung dari jawaban apakah seseorang tersebut adalah subjek hukum yang dituju oleh norma hukum yang terdapat dalam perundang-undangan yang memuat suatu tindak pidana.222

Berdasarkan fakta-fakta hukum yang ditemukan di persidangan, subjek dari tindak pidana yang dituju dalam kasus ini adalah Ir. Suhariono, SPd. yang kapasitasnya sebagai guru, seorang sarjana pendidikan yang berumur 35 tahun,

222

Chairul Huda, Tindak Pidana Dalam Bisnis Asuransi, Lembaga Pemberdayaan Hukum Indonesia, 2006, Jakarta, hal. 95

Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara Berlanjut(Studi Kasus No. 1636/Pid.B/2006/PN-MDN dan No. 354/PID/2006/PT-MDN), 2008.

USU Repository © 2009

sosok yang cukup dewasa dan mampu bertindak secara rasional dan keterampilan yang dapat diandalkan. Oleh karena itu, unsur barang siapa dalam Pasal 372 jo 374 KUHP telah terpenuhi.

Ad. 2)

Penjelasan tentang kesengajaan dikemukakan oleh Menteri Kehakiman Mr. Modderman yang tercatat di dalam Memorie van Toelichting (MvT) bahwa kata opzettelijk (dengan sengaja) yang tersebar di dalam beberapa pasal KUHP adalah sama dengan willens en wetens, yaitu menghendaki dan mengetahui.223

223

Zainal Abidin Farid, op. cit., hal. 273

Melawan hukum maksudnya bertentangan dengan hukum, baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Menurut Hoge Raad (hakim tertinggi) di negeri Belanda, melawan hukum itu adalah “tanpa wewenang atau tanpa hak” (Arrest 18-12-1911 W. 9263).

Berdasarkan keterangan terdakwa Ir. Suhariono, SPd. ia menyadari perbuatannya yang tidak menyetorkan hasil tagihan rekening listrik secara harian ke PT. PLN melalui bank Bukopin adalah atas sepengetahuan yang dikehendakinya yang mana uang tersebut digunakan terdakwa untuk memasang instalasi listrik secara liar sebanyak 200 unit di PLN Ranting Medan Timur, untuk kebutuhan sehari-hari keluarganya, untuk usahanya serta sebagian lagi dibagi- bagikan terdakwa kepada teman-temannya. Perbuatan tersebut secara nyata telah melanggar isi perjanjian yang disepakati oleh terdakwa dengan PT. PLN dan KUD Citra Kencana. Dengan demikian perbuatan terdakwa tersebut telah memenuhi unsur sengaja dan melawan hukum dalam pasal ini.

Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara Berlanjut(Studi Kasus No. 1636/Pid.B/2006/PN-MDN dan No. 354/PID/2006/PT-MDN), 2008.

USU Repository © 2009

Ad. 3)

Memiliki adalah perbuatan aktif (commission), yaitu memperlakukan sesuatu seolah-olah sebagai miliknya sendiri, padahal yang bersangkutan menyadari dan mengetahui bahwa seluruh atau sebagian dari sesuatu tersebut adalah milik orang lain. Sebelum melakukan perbuatan “memiliki”, pelaku harus terlebih dahulu “menguasai” sesuatu tersebut, bukan ditimbulkan oleh suatu kejahatan, jadi hanya terjadi karena sifat melawan hukum, seperti sebagai titipan, atau kutipan yang sah menurut hukum. Memiliki sesuatu haruslah barang atau benda milik orang lain baik seluruhnya atau sebagian, jadi harus ada pemiliknya (pemilik sebenarnya).224

Sesuai dengan perjanjian kerja sama antara PT. PLN (Persero) Cabang Medan dengan KUD Citra Kencana, terdakwa berwenang untuk mengumpul dan

Tindakan terdakwa Ir. Suhariono, SPd. yang memiliki sejumlah uang hasil tagihan rekening listrik dari para pelanggan dianggap sebagai perbuatan yang bertentangan dengan hukum karena terdakwa tidak berwenang untuk memilikinya serta mengalihkannya seolah-olah uang tersebut adalah milik terdakwa untuk tujuan pribadi terdakwa atau orang lain ataupun suatu korporasi. Hal ini disebabkan karena uang tersebut bukanlah miliknya tetapi merupakan milik PT. PLN (Persero) Cabang Medan dalam hal ini negara karena PT. PLN (Persero) adalah satu-satunya perusahaan negara yang melayani kepentingan publik dalam bidang kelistrikan.

224

Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara Berlanjut(Studi Kasus No. 1636/Pid.B/2006/PN-MDN dan No. 354/PID/2006/PT-MDN), 2008.

USU Repository © 2009

menyetorkan uang hasil tagihan rekening listrik secara harian ke rekening giro PT. PLN di Bank Bukopin. Oleh karena itu, kepemilikan atas uang tersebut oleh terdakwa dipandang sebagai ada padanya bukan karena kejahatan melainkan karena perjanjian. Namun, apabila diteliti secara cermat berdasarkan perjanjian tersebut terdakwa sama sekali tidak berhak menguasai apalagi memiliki uang pembayaran rekening listrik yang berhasil ditagih dalam satu hari kerja. Karena setelah uang tersebut terkumpul pada hari itu juga dalam waktu 1 x 24 jam, terdakwa wajib segera menyetorkannya ke rekening giro PT.PLN. Sehingga terdakwa tak beralasan untuk menggunakannya seolah-olah sebagai miliknya sendiri. Dengan demikian unsur memiliki barang yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain ada padanya bukan karena kejahatan telah terpenuhi.

Ad. b

Dilakukan oleh orang yang memegang barang itu karena jabatannya sendiri atau karena pekerjaan atau karena mendapat upah uang artinya subjek tindak pidana yang dituju melakukan penggelapan dalam jabatan atau pekerjaan atau karena mendapat upah. Sehingga unsur ini menjadi pemberat hukuman bagi pelakunya.

Berdasarkan keterangan para saksi dan terdakwa sendiri ditemukan fakta bahwa terdakwa adalah salah satu rekanan PT. PLN (Persero) Cabang Medan dalam pelaksanaan PP Off Line atau loket penerimaan pembayaran uang tagihan rekening listrik pelanggan PT. PLN Cabang Medan berdasarkan perjanjian kerja sama. Dengan demikian, terdakwa mempunyai hubungan kerja dengan PT. PLN Cabang Medan untuk melaksanakan penagihan uang pelanggan guna disetorkan

Delima Mariaigo Simanjuntak : Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara Berlanjut(Studi Kasus No. 1636/Pid.B/2006/PN-MDN dan No. 354/PID/2006/PT-MDN), 2008.

USU Repository © 2009

pada PT. PLN Cabang Medan. Oleh karena itu unsur yang dilakukan oleh orang

Dokumen terkait