• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebaran Diameter Pohon

5.1.2 Evaluasi Kelestarian Kebun Campuran

5.1.2.2 Analisa Kelestarian Kebun Campuran

Analisa kelestarian kebun campuran dilakukan dengan penilaian pencapaian kelestarian fungsinya (fungsi ekologi, fungsi produksi, fungsi sosial) sesuai dengan standar LEI (2001). Adapun penilaian Kriteria dan Indikator Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari yang ditemui di lapangan adalah sebagai berikut :

A. Kelestarian Fungsi Produksi 1. Status dan batas lahan jelas  

Status lahan jelas, karena lahan kebun campuran ini merupakan lahan milik. Hanya sebagian kecil responden yang memiliki sertifikat tanah yaitu lahan dengan kepemilikan orang asing sedangkan sebagian responden lagi hanya memiliki Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi Bangunan (SPPT PBB). Batas-batas lahan di lapangan jelas yang ditunjukkan oleh batas alam atau batas buatan yang dapat dikenali misalnya jalan setapak ataupun tanaman sebagai pembatas.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten Bogor, Kecamatan Leuwiliang merupakan sentra industri kecil dan merupakan kawasan permukiman perkotaan dengan tingkat kepadatan yang tinggi. Dimana arahan pemanfaatan ruang kawasan budidaya tentang kawasan pertanian Kabupaten Bogor dinyatakan bahwa untuk kawasan pertanian lahan kering, sejauh tidak terintervensi oleh perkembangan kawasan pemukiman perkotaan tetap dipertahankan seperti yang ada saat ini. Bentuknya berupa kebun campuran dan tegalan sedangkan untuk kawasan tanaman tahunan/perkebunan, dinyatakan mencakup pola tanaman (perkebunan) rakyat maupun perkebunan besar, yang selain berfungsi produksi juga diharapkan sebagai pendukung untuk konservasi.

Penilaian indikator : Baik

2. Perubahan luas lahan yang ditumbuhi tanaman 

Pada kebun campuran ini tidak ditemui gangguan kebakaran secara intensif dan hewan serta bencana alam. Hanya saja, pada saat penelitian ini dilakukan terdapat lahan monokultur yang mengalami kebakaran. Menurut hasil

wawancara, kebakaran tersebut terjadi karena faktor sengaja karena luasan lahan yang terbakar hanya mencakup satu pemilik lahan saja yakni pemilik asing.

Gambar 10 Kebakaran lahan masyarakat.

Menurut BPS (2009), data luasan ladang 370 ha sedangkan data profil Desa Karacak Tahun 2010 luasan ladang/kebun menjadi 270,51 ha. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan luas perladangan/kebun masyarakat seluas 99,49 ha dalam jangka waktu 1 tahun, dimana tidak diketahui perubahan jenis penggunaannya.

Selain itu, perubahan luas lahan juga dipengaruhi peningkatan jumlah penduduk. Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Desa Karacak tahun 2009 mencapai 10.678 jiwa dan jumlah penduduk Desa Karacak tahun 2010 mencapai 10.862 jiwa. Dengan melihat angka tersebut maka tingkat pertumbuhan penduduk mencapai 1,72% selama jangka waktu 2 tahun. Peningkatan jumlah penduduk berarti meningkatkan permintaan lahan tempat tinggal, dengan demikian mengancam usaha kebun campuran. Hal ini berarti peranan penduduk sangat penting dalam mempengaruhi perubahan lahan.

Penilaian indikator : jelek

3. Managemen pemeliharaan hutan 

Pada kebun campuran tidak ditemui pemeliharaan (penjarangan) untuk tanaman kayu yang ada hanya untuk tanaman musiman. Pada lokasi penelitian hanya dijumpai satu pembibitan tanaman kayu (sengon) dengan luasan yang kecil sementara pembibitan tanaman manggis banyak ditemui baik itu di lahan maupun di pekarangan rumah. Hampir seluruh petani hanya mengharapkan bantuan bibit sengon.

Tidak adanya sistem tebang pilih dalam menebang pohon sehingga jumlah pohon masak tebang tahun berjalan kurang dari separuh jumlah pohon yang ditebang tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat dari besarnya ukuran diameter pohon yang terdapat pada lahan tersebut.

Penilaian indikator : Jelek

4. Sistem silvikultur sesuai daya dukung lahan

Penanaman pohon dilakukan dengan menggunakan teknik (cara-cara) tanam yang tidak benar, dan tidak mempertimbangkan kemiringan lahan dan pohon terdekat. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya pengaturan jarak tanam karena petani kurang berani mengambil resiko untuk melakukan pengaturan jarak tanam. Jumlah pohon untuk penebangan satu tahun berikutnya kurang dari separuh jumlah pohon yang ditebang tahun terakhir. Hal ini dikarenakan penebangan dilakukan dengan sistem tebang butuh sehingga tidak memperhatikan kelestarian kayu untuk tahun yang akan datang.

Penilaian indikator : Jelek

5. Kepastian adanya potensi produksi untuk dipanen lestari 

Berdasarkan data analisis vegetasi yang telah dilakukan pada kebun campuran Karacak, terdapat volume pasokan kayu dengan diameter di atas 20 cm sebesar 0,7 m3/ha. Sedangkan permintaan kayu untuk kebutuhan bahan baku industri Desa Karacak didekati melalui kebutuhan para tengkulak setiap bulannya. Dimana, kebutuhan para pedagang pengumpul/tengkulak yang setiap bulannya membutuhkan 31,65 m3/bulan untuk memasok kayu ke industri. Kebutuhan kayu oleh pedagang pengumpul/tengkulak dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Kebutuhan pedagang pengumpul kayu

Nama Pedagang Intensitas Pembelian (phn/bln) Diameter (cm) Volume Pembelian (m3/bln)* Bagia 12 10 7,77 Samin 20 30 5,63 Ma'at 8 20 5,76 Warja 20 10 7,77 Zumri 80 15 4,72 Jumlah 140 31,65

*Perhitungan volume pohon diasumsikan pada Tarif Volume Pohon Sengon yang didasarkan pada ukuran diameter pohon di wilayah Jawa Barat.

Dari perhitungan volume pembelian pedagang pengumpul di atas, dengan potensi kayu Karacak 0,7 m3/ha dan luasan lahan sebesar 270,51 maka pedagang pengumpul akan terpenuhi pasokan kayu hanya 6 bulan saja. Dengan kondisi pasokan kayu yang tidak dapat memenuhi permintaan pedagang pengumpul setiap bulannya, maka pedagang pengumpul akan beralih ke tanaman sengon yang berdiameter di bawah 20 cm apalagi ditambah perilaku petani dimana penebangan dilakukan berdasarkan sistem tebang butuh. Hal ini menyebabkan konsep kelestarian hasilnya belum berdasarkan kepada kontinuitas hasil yang dapat diperoleh dari perhitungan pemanenan yang sebanding dengan pertumbuhan (riap) tanaman.

Dengan demikian, hal tersebut di atas akan mengancam tidak adanya lagi pasokan kayu yang layak untuk ditebang. Hal ini juga didukung dengan sikap petani akan menanam kembali pohon sengon bila sudah melakukan penebangan pada lahannya. Perilaku petani tersebut dikarenakan luasan lahan yang sempit.

Tanaman kayu/sengon masih banyak didapati pada lahan kebun campuran milik masyarakat ini terutama pada daerah hulu/atas sehingga potensi produksi dapat dipanen secara lestari jika saja petani melakukan tebang pilih saat melakukan penebangan pohon. Apalagi pada 2 tahun belakangan ini, masyarakat mulai melakukan penanaman kembali.

Penilaian indikator: Cukup 6. Prasarana hutan

Aksesibilitas menuju dan keluar dari lokasi penelitian baik begitu juga dari kebun campuran menuju ke industri perkayuan, yang ditunjukkan oleh adanya jaringan jalan dengan kualitas yang baik. Hal ini dikarenakan kebun campuran tersebut sering didatangi banyak orang yang ingin mengetahui keberadaan kebun campuran baik dari peneliti, instansi pemerintah maupun swasta. Namun, untuk lahan masyarakat yang berada di wilayah hulu/atas jalanan tidak beraspal hanya berbatu namun bisa dilalui oleh kendaraan beroda dua dan empat. Meskipun sarana jalan yang menghubungkan Kampung Cengal dengan jalan utama menuju pusat Desa Karacak berupa jalan aspal namun tidak tersedia angkutan umum. Sarana angkutan yang tersedia hanya ojek motor. Dan untuk wilayah hulu/atas belum tersedia sarana penerangan atau listrik sehingga pada malam hari tidak ada

yang berani melintas pada jalanan tersebut dikarenakan masih adanya hewan yaitu babi hutan yang sering melintas pada daerah tersebut. Kondisi jalan pada Desa Karacak dapat dilihat pada Gambar 11 .

(a) (b)

Gambar 11 Kondisi jalan Desa Karacak (a) daerah hulu (b) tengah dan bawah. Penilaian indikator : Baik

7. Kesehatan Usaha

Harga tegakan atau kayu bulat dirasakan oleh petani kebun campuran kurang memberikan dorongan untuk menanam pohon lagi melainkan hanya menunggu bantuan bibit. Kegiatan penanaman, pemeliharaan (penjarangan), penebangan, dan penjualan pohon berjalan kurang berkesinambungan.

Pada umumnya petani kebun campuran menjual hasilnya ke tengkulak/pedagang perantara karena menurut mereka harga yang diterima petani sudah memadai. Hal ini diperhitungkan dari sisi waktu, energi dan biaya yang harus dikeluarkan petani bila menjual secara langsung. Hal ini berlaku untuk tanaman musiman maupun tanaman kayu.

Penilaian indikator : Cukup 8. Kemampuan akses pasar

Kebun campuran umumnya tidaklah memiliki persaingan pemasaran, hal ini disebabkan oleh tingginya permintaan produk bila dibandingkan penawaran baik itu tanaman buah-buahan maupun tanaman kayu. Untuk hasil buah-buahan,

sesama petani pengelola kebun campuran menjalin kerjasama dalam budidaya dan pemasaran. Namun untuk pemasaran kayu rakyat petani melakukan pemasaran sendiri-sendiri dikarenakan penebangan dilakukan berdasarkan kebutuhan petani yang berbeda-beda. Pemasaran kayu sengon hanya bersifat lokal yakni industri lokal yang berada pada desa tersebut.

Para pedagang pengumpul/tengkulak sudah mencoba untuk memasarkan kayu petani ke luar desa/ke kecamatan lain demi memperoleh harga yang lebih tinggi bila dibandingkan harga yang ada di desa tersebut, namun harga mungkin bisa lebih tinggi diterima tetapi retribusi selama perjalanan dalam memasarkan kayunya sangat tinggi pula (banyak kutipan-kutipan liar) sehingga tidak menguntungkan pedagang pengumpul/tengkulak dalam jumlah yang tinggi.

Khusus untuk tanaman kayu, yang menjadi persaingan adalah banyaknya pendatang dari luar desa yang membeli lahan petani yang kemudian dijadikan lahan monokultur. Meskipun demikian, keadaan ini tidak membuat petani terdorong untuk menanam tanaman kayu dengan skala besar.

Penilaian indikator : Jelek 9. Tersedia tenaga trampil

Kebun campuran umumnya dikelola oleh petani yang telah berusia di atas 40 tahun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa petani telah mempunyai pengalaman dalam mengelola kebun campuran terutama untuk tanaman musiman. Petani kebun campuran di Desa Karacak yang tergabung dalam kelompok tani manggis mendapatkan pelatihan-pelatihan baik itu dari pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuannya tentang bertani, namun banyak petani lebih memilih untuk mengelola berdasarkan pengalamannya. Para petani hanya mengikuti pelatihan-pelatihan jika tersedia prasarana dan sarananya.

Pendidikan petani sebagian besar tamatan SR atau setingkat SD. Dari keseluruhan responden sebesar 66,67% merupakan tamatan SR/sederajat SD, 26,67% tamatan SLTP dan 2,67% merupakan tamatan SLTA. Dari hasil di lapangan, pendidikan petani yang lebih tinggi dapat lebih memahami dan aktif dalam mengelola kebun campuran.

10. Kontribusi terhadap peningkatan kondisi sosial dan ekonomi setempat

Tambahan jumlah tenaga kerja yang dipakai untuk pengelolaan kebun ini hanya untuk panen raya, petani mempekerjakan 2 hingga 5 orang. Petani tidak mengalami kesulitan dalam pemenuhan tenaga kerja cukup hanya dengan memberdayakan anggota keluarga saja atau mempekerjakan buruh. Tetapi untuk tanaman kayu, petani tidak membutuhkan pekerja, semua pekerjaan diserahkan kepada tengkulak untuk melakukan kegiatan pemanenan.

Kecamatan Leuwiliang merupakan salah satu sentra industri di Kabupaten Bogor, jadi untuk hasil buah-buahan dari kebun campuran, petani tidak kesulitan untuk memasarkannya terutama untuk buah manggis bahkan pemasaran buah manggis telah mencapai luar negeri. Buah manggis sendiri telah menjadi ikon Kabupaten Bogor dimana Desa Karacak merupakan salah satu desa agropolitan yang ditetapkan pemerintah daerah sebagai penghasil buah manggis.

Keberadaan lembaga-lembaga keuangan seperti bank dan pegadaian di pusat kota belum memberikan arti nyata bagi petani. Dalam mengelola kebun campuran petani tidak melakukan pinjaman ke bank untuk kebutuhan modal. Di Desa Karacak tidak terdapat pasar atau toko-toko pertanian sehingga kebutuhan alat-alat pertanian diperoleh di ibukota kecamatan yang jaraknya tidaklah terlalu jauh dan dapat ditempuh dengan angkutan umum.

Kebun campuran bagi petani hanya dapat memenuhi kebutuhan sehari- hari, tidak memungkinkan untuk pengembalian modal secara cepat dalam bentuk aset-aset yang dapat segera diuangkan. Kebun campuran merupakan jaminan bagi para petani terhadap kegagalan salah satu jenis tanaman atau resiko pasar yang sulit diperkirakan. Jika salah satu jenis mengalami kemerosotan harga, jenis ini dapat dibiarkan begitu saja hingga suatu saat pemanfaatannya kembali menguntungkan sementara itu jenis-jenis baru dapat diperkenalkan tanpa merombak sistem produksi yang ada selama ini.

Bagi keluarga petani, kebun campuran merupakan sesuatu yang penting mengingat hasil tambahan yang dapat diperoleh seperti sayuran, tumbuhan obat, dan kayu bakar untuk kebutuhan sehari-hari. Hasil yang dapat diberikan sepanjang tahun dari kebun campuran sangat penting mengingat petani memiliki strategi ekonomi harian dengan kemampuan menabung yang sangat rendah.

Penghasilan yang berasal dari tanaman buah-buahan bersifat musiman, sehingga petani memperoleh uang dalam jumlah besar ketika saat panen.Ini membantu petani untuk mengembangkan kegiatan menabung. Uang yang diperoleh dialokasikan untuk kebutuhan rumah tangga dan pendidikan. Sedangkan untuk tanaman kayu merupakan tabungan bagi petani, akan dipanen/tebang bila ada kebutuhan-kebutuhan mendesak dan dalam jumlah besar seperti untuk pernikahan dan pendidikan anak.

Penilaian indikator : Baik

B. Kelestarian Fungsi Ekologi

1. Tersedianya aturan kelola produksi yang meminimasi gangguan terhadap integritas lingkungan

Terdapat aturan kelola produksi yang tidak tertulis yang berwawasan lingkungan yang disepakati bersama, namun belum ada kesamaan pemahaman di tingkat pelaksana terhadap aturan-aturan tersebut. Aturan tersebut berupa penanaman bibit sengon yang diberikan oleh penyuluh UPT Dinas Kehutanan, dimana jika industri menebang satu pohon maka harus menanam/memberikan bibit kepada lahan tersebut dan segala pengurusannya diserahkan kepada kesepakatan antara petani dan pihak industri.

Penilaian indikator : Cukup

2. Ketersediaan informasi dan dokumentasi dampak kegiatan kelola produksi terhadap lingkungan

Keberadaan kebun campuran ini memberikan nilai estetika tersendiri yakni keindahan alam dan udara yang bersih di sekitarnya serta memberikan perlindungan terhadap tata air. Namun, tahun-tahun belakangan ini sumber mata air yang ada di wilayah atas/hulu menjadi kering akibat masyarakat yang mengambil bambu-bambu di sekitarnya sehingga jika sedang musim kemarau apalagi dengan cuaca/iklim yang tidak menentu sekarang ini mengakibatkan sumber-sumber mata air kering dan aliran airpun tidak mengalir ke rumah sehingga jika sudah terjadi demikian para penduduk datang ke mesjid untuk mengambil air.

Sesuai dengan data profil Desa Karacak Tahun 2010, dampak yang timbul dari pengolahan hutan adalah longsor/erosi, hilangnya sumber mata air, terjadinya

kekeringan/sulit air dan hilangnya daerah tangkapan air (cacthment area). Data tingkat erosi tanah menunjukkan bahwa tanah erosi ringan seluas 17 ha, tanah dengan erosi sedang seluas 40 ha, dan luas tanah dengan erosi berat 75 ha.

Penilaian indikator : Cukup

C. Kelestarian Fungsi Sosial

1. Pengelola hutan/lahan adalah pemilik lahan

Seluruh petani yang menjadi sampel penelitian merupakan pemilik lahan kebun campuran. Tidak ditemuinya penyewa lahan dikarenakan adanya pengalaman para pemilik lahan yang menyewakan lahannya kepada masyarakat desa tersebut namun lahan tersebut tidak dipelihara bahkan semua pohon habis ditebang dan hanya ditinggalkan begitu saja. Maka dari itu, dari sifat penyewa lahan yang seperti itu tidak ada lagi pemilik lahan yang mau menyewakan lahannya.

Penilaian indikator: Baik

2. Sumber-sumber ekonomi komunitas terjaga dan mampu mendukung kelangsungan hidup komunitas dalam lintas generasi

Adanya pemanfaatan hasil non kayu dapat terus berlangsung walaupun mengalami penurunan. Para petani tetap mempertahankannya.

Kebun campuran yang dimiliki petani Desa Karacak memberikan perasaan bangga karena dengan mengelola kebun campuran berarti telah mengemban amanah dari orangtua mereka, selain itu dapat memberikan bantuan kepada tetangga jika ada keperluan mendadak. Seperti yang peneliti temui di lapangan bahwa ketika petani membutuhkan uang untuk keperluan sekolah anaknya maka si peminjam menggadaikan buah pisangnya yang belum matang di pohon untuk mendapatkan pinjaman uang. Dengan demikian, secara sosial keberadaan kebun campuran meningkatkan intensitas interaksi dalam masyarakat.

Penilaian indikator : Cukup

3. Penerapan teknologi produksi dan sistem pengelolaan dapat mempertahankan tingkat penyerapan tenaga kerja, laki-laki maupun perempuan

Pembentukan kelompok tani manggis memungkinkan terjadinya arus informasi tidak hanya mengenai pertanian juga hal-hal yang terkait dengan kemasyarakatan. Hal ini juga berlaku bagi ibu-ibu petani dalam pengolahan hasil

kebun campuran misalnya pembuatan emping, keripik pisang, keriping melinjo secara berkelompok.

Petani dalam melakukan pengelolaan kebun campuran masih tradisional. Hal ini berkaitan dengan luasan lahan dan modal yang dimiliki oleh petani. Desa Karacak yang terletak dekat dengan lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan pertanian seperti IPB memberikan keuntungan bagi petani, khususnya dalam penerapan teknologi-teknologi baru terutama tepat guna dalam mengelola kebun campuran meskipun masih bersifat eksperimental.

Peran dari anggota keluarga terhadap pengelolaan dan keberadaan kebun campuran merupakan faktor penting, dimana kepala keluarga berperan sebagai pengambil keputusan dan ibu rumah tangga berperan sebagai pengelola keuangan. Jadi selain berperan sebagai sumber tenaga kerja, anggota keluarga merupakan tempat dimana inovasi-inovasi diungkapkan dan diputuskan. Namun, pada saat sekarang terjadi peralihan sosio-profesi, dimana anggota keluarga petani khususnya anak petani lebih memilih untuk merantau sebagai pekerja toko di luar desa atau pekerjaan lain daripada masuk ke kebun campuran sebagai petani.

Kebun campuran dikembangkan secara sederhana oleh petani sehingga tidak membutuhkan teknologi yang canggih, modal besar dan tenaga kerja yang banyak. Perkembangan produk-produk kebun campuran tertentu yakni tanaman manggis dan kayu memperoleh nilai komersil akibat perkembangan pasar.

Penilaian indikator : Cukup

4.Pola hubungan sosial yang terbangun antara berbagai pihak dalam pengelolaan hutan merupakan hubungan sosial relatif sejajar

Tingkat upah disepakati, ada mekanisme penyelesaian sengketa pengupahan yang adil, dan tidak ada diskriminasi tingkat upah atau pembagian manfaat.

Penilaian indikator : Baik

Berdasarkan data di atas, hasil penilaian terhadap enam belas indikator di atas diperoleh penilaian “Baik” berjumlah lima, penilaian “Cukup” berjumlah tujuh dan penilaian “Jelek” berjumlah empat. Dari penilaian tersebut dapat disimpulkan bahwa praktek kebun campuran tersebut belum memenuhi

persyaratan minimum pencapaian kelestarian fungsinya dan dinyatakan “LULUS dengan Catatan”. Penilaian kelestarian tersebut dapat dilihat pada Lampiran 6.

5.2 Tataniaga Kayu Kebun Campuran Karacak

Dokumen terkait