• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.4 Analisa Pembakaran

4.4.1. Analisa Kontour Temperatur

pada saat keluar dari bidang ini dilakukan desuperheater pada sup furnace dan inlet rehe aktual unit berturut-tur padasuperheater2,87 k

1. Pengaruh Peruba Perpindahan waterwalltube. Selanj yaitu superheater, reh akan semakin turun sa

Pengambilan pada center boiler se aliran flue gas. Kontour range colormap37-1927

Pada Gamba pada boiler. Tempera proses pembakaran pa akan semakin turun waterwalltube, superhe merupakan area paling sempurna terjadi.

erdapat produk sampingan dari proses pemba nalisa produk pembakaran dapat digunakan untuk n yang telah terjadi.

ontour Temperatur

subbab ini temperatur yang dianalisa adalah tempe dari furnace dan flue gas memasuki reheater. A

an untuk memprediksi naik ataupun turunn da superheater dan reheater. Temperatur simul

reheater pada saat dioperasikan pada tilting + ut-turut 1287,66 oC dan 967,45 oC. Kebutuhan 2,87 kg/s dan padareheater7,45 kg/s.

erubahanTiltingTerhadap Temperatur

han panas pertama-tama akan terjadi dari lanjutnya flue gas akan memanasi berbagai

reheater dan economizer. Oleh karena itu tem un saat mengalir menuju keoutletboiler.

lan data kontour temperatur dilakukan dengan secara vertikal untuk mengetahui distribusi t ontour temperatur pada boiler tampak pada Gam

-1927oC.

bar 4.7 (a) merupakan gambaranisometric kont eratur paling tinggi berada di furnace, karena n partikel batubara, semakin ke outletboiler tem urun karena terjadi perpindahan panas dari superheater, reheater dan economizer. Fireball

aling panas karena di area inilah diprediksika

bakaran yaitu O2, untuk memprediksi

mperatur flue gas . Analisa di kedua unnya penggunaan ulasi pada outlet ng +3o sesuai setup uhan desuperheater

dari flue gas ke i heat exchanger emperatur flue gas

ngan membuat plane busi temperatur pada ambar 4.6 dengan

kontour temperatur na disinilah terjadi emperaturflue gas ari flue gas ke ball yang terbentuk ksikan pembakaran

(a) P

(b) Penampang

(c) Penampang Ga

Pada PenampangIsometricdenganTilting0o

pangVerticalPada Boiler Dengan Batubara LRC

pangVerticalPada Boiler Dengan Batubara MRC Gambar 4.7 Kontour Temperatur

o

RC

Pada Gamba perubahan tilting burne panas maksimal yang hopper sisi belakang terkena efek temperatur

Pada saat tilt terjadi peningkatan te bawahbottom ash hoppe

Pada saat til hopper, sehingga tem temperatur maksimal pe

Pada saat tilt furnace, sehingga ter temperatur bottom ash h

Pada saat til outlet furnace, sehin superheater, sedangka

Pengambilan dilakukan pada batuba temperatur yang terja terlihat adanya perge tilting burner terhada identik dengan boile Gambar 4.8. Pengambi dan surface inlet RH dengan menggunaka ditampilkan berupa gr

bar 4.7 (b) terlihat adanya pergerakan burner pada boiler dengan batubara LRC. Pada

ang didapat dari pembakaran berada di furnac ng terkena efek temperaturfireball, sedangkan

raturfireball.

tilting -15o, posisi fireball tampak sedikit ke ba n temperatur di bottom ash hopper, walaupun te ash hoppermasih belum meningkat.

tilting -30o, posisi fireball tampak sampai temperatur ujung bawah bottom ash hopper se

al pembakaran.

tilting +15o, posisi fireball bagian atas sedikit terjadi peningkatan temperatur di outlet furnac ash hoppermenurun.

tilting +30o, posisi fireball bagian atas tam hingga terjadi peningkatan temperatur di outl

gkan temperatur bottom ash hoppermenurun. lan kontour temperatur pada penampang batubara MRC. Analisa ini digunakan untuk

rjadi jika menggunakan batubara MRC. Dari rgerakan fire-ball akibat perubahan tilting burne hadap kontour temperatur pada boiler dengan boiler yang menggunakan LRC, hal ini terliha

mbilan data temperatur dilakukan pada surfac RH. Surface dibuat dengan iso-surface dan pe unakan mass-weighted average. Hasil penga

grafik pada Gambar 4.8.

fire-ball akibat ada saat tilting 0o, urnace. Bottom ash an sisi depan tidak

ke bawah sehingga temperatur ujung

pai di bottom ash r sedikit dibawah

kit melewati outlet urnace, sedangkan

ampak jauh diatas outlet furnace dan

. ng vertikal juga untuk memprediksi ri Gambar 4.7 (c) burner. Perubahan an batubara MRC rlihat pada grafik surface outlet furnace n pengambilan data pengambilan data

Gambar 4.8 Pengaruh

Pada Gambar 4.8 maka temperatur pada surf mengalami penurunan. Beg atas akan berdampak pada furnace dan temperatur pada pada boiler dengan bahan temperaturflue gasini akan akan mempengaruhi flowrat perubahan temperatur terha temperatur padasurface out inlet reheater 13,48oC, seda pada surface outlet furnac reheater 30,32oC. Perbedaa dimungkinkan karena adan melewati outlet furnace da Sehinggaflue gassaat masuk partikel tersebut.

ruh Perubahan SudutTiltingTerhadap Tempera

4.8 terlihat bahwa dengan tilting diarahkan ke surface outlet furnace dan surface inlet egitu juga sebaliknya bila suduttiltingyang me ada semakin tingginya temperatur pada surfac pada surface inlet reheater hal ini diprediksika han bakar batubara LRC maupun MRC. P kan mempengaruhi temperatur pada steam juga owrate desuperheater. Pada boiler dengan batuba

erhadap tilting 0o, saat tilting -15o akan me outlet furnace15oC dan menurunkan temperat sedangkan saat tilting -30o akan menurunkan t urnace 52,05oC dan menurunkan temperatur surf

daan penurunan pada outlet furnace dan inle anya partikel batubara yang masih belum terba

dan kemudian terbakar sebelum masuk inlet asukinlet reheatersedikit bertambah karena pe

peratur n ke bawah, nlet reheater mengarah ke surface outlet ksikan terjadi . Perubahan uga sehingga tubara LRC menurunkan ratur surface n temperatur surface inlet nlet reheater terbakar saat nlet reheater. pembakaran

Pada boiler de 0o, saat tilting -15o 28,81oC dan menurunk saattilting-30o akan dan menurunkan tem temperatur akibat pe ditampilkan pada Tabe

Tabel 4.1 Pen Tilting -30o -15o 0o +15o +30o Penurunan te akibat perubahan sudut fireball juga akan waterwalltube bagian Sedangkan ketika tilti atas sehingga penyer menurun sehingga tem meningkat.

Bila dibandin pada saattilting 0oaka reheater turun sebesa diarahkan ke bawah, tilting diarahkan keata

r dengan batubara MRC perubahan temperatur o

akan menurunkan temperatur pada surface nurunkan temperatur surface inlet reheater 29,19

kan menurunkan temperatur padasurface outlet f temperatur surface inlet reheater 25,59oC. N

perubahan tilting yang dibandingkan terh abel 4.1.

Pengaruh SudutTiltingTerhadap Perubahan Te

Perubahan Temperatur (oC) LRC MRC Outlet Furnace Inlet RH Outlet Furnace Inlet -52,05 -30,32 -29,81 -29 -15 -13,48 -25,87 -25 0 0 0 0 18,3 25 13,2 12, 39,8 70,74 34,51 51,

n temperatur flue gas pada outlet furnace dan sudut tilting di sebabkan saat tilting diarahkan ke

n turun ke bawah sehingga penyerapan ian bawah boiler dan bottom ash hopper a tilting diarahkan keatas, fireball juga akan berpi

yerapan bagian bawah boiler dan bottom ash temperaturflue gaspadaoutlet furnacedaninle

ndingkan pada saat tilting +3o, maka kebutuhan akan menurun karena temperatur pada outlet furnac besar 5,46 oC dan 10,25 oC. Demikian juga bila

h, kebutuhan desuperheater akan semakin tur atas kebutuhan desuperheater akan naik karena

tur terhadap tilting ace outlet furnace 29,19oC, sedangkan et furnace25,87oC . Nilai perubahan erhadap tilting 0o n Temperatur nlet RH 29,19 25,59 0 12,16 51,36

dan inlet reheater n ke bawah posisi n panas di area akan meningkat. berpindah posisi ke ash hopper akan inlet reheaterakan

uhan desuperheater t furnacedaninlet bila tilting semakin n turun, tetapi bila na temperatur flue

gas yang keluar dari furnac juga naik.

2. Pengaruh Perubahan N Temperatur yang di batubara. Pada batubara ini Besarnya nilai kalor akan dihasilkan dari proses pemba Pengambilan data pada elevasi dimana batuba penampang horizontal pada 0o. Hasil pengambilan data t

Gambar 4.9 K

Pada Gambar 4.9 kalor yang lebih tinggi maka outlet furnace dengan mengg o

C, sedangkan menggunaka 1372,99 oC. Pada inlet rehe mencapai 957,2oC, sedangka

nace naik dan temperatur flue gas yang masuk

an Nilai Kalor Batubara Terhadap Temperatur g dibawa oleh flue gas berasal dari proses pe ini terkandung energi yang dinyatakan dalan ni kan mempengaruhi tingginya temperatur ya mbakaran batubara.

ta temperatur dilakukan dengan membuat iso bara diinjeksikan untuk mengetahui distribusi t

da elevasi tertentu. Suduttilting yang digunak ta terlihat pada Gambar 4.9.

Kontour Temperatur Pada SudutTilting0o

4.9 terlihat dengan menggunakan batubara den aka kontour temperaturnya juga akan lebih tingg enggunakan batubara LRC temperatur mencapa akan batubara MRC temperatur rata-ratanya reheater dengan menggunakan batubara LRC t ngkan menggunakan batubara MRC temperatur

suk reheater ur s pembakaran n nilai kalor. yang dapat t iso-surface busi temperatur akan adalah dengan nilai h tinggi. Pada ncapai 1282,2 ya mencapai temperatur tur mencapai

1047,54 oC. Begitu temperaturnya berturut sedangkan mengguna 1406,72 oC dan 1451 temperatur pembaka Pengambilan data tem C, dan layer D. Penga pada masing-masingsurf

Gambar 4.10 Penga

Pada Gamba tinggi diprediksikan menjadi lebih tinggi. akan menghasilkan e pada furnace menja perubahan nilai kalo menggunakan nilai ka lebih tinggi sehingga Akan tetapi dalam p temperatur yang dapa lebih tinggi tidak menga

u juga pada layer A, B, C dan D, dengan urut-turut 1188,23 oC, 1172,42oC, 1256,17oC unakan batubara MRC berturut-turut 1355,02

1451,44 oC. Perbandingan nilai kalor bat bakaran ditampilkan berupa grafik pada

temperatur juga dilakukan pada surface layer A ngambilan data dengan menggunakan mass-we gsurface.

garuh Perubahan Nilai Kalor Batubara Terhada

bar 4.10 terlihat bahwa, perubahan kalori batuba n mempunyai kecenderungan membuat tem nggi. Semakin tinggi kalori batubara yang terba

n energi yang semakin tinggi pula sehingga pa njadi meningkat. Perbedaan temperatur ka kalor batubara yang digunakan disebabkan

kalor yang lebih tinggi maka energi yang akan gga temperatur hasil proses pembakaran juga ak pengoperasian perlu diperhatikan juga bat pat diterima oleh tubeboiler sehingga pengguna

engakibatkan kegagalan operasi dari boiler.

gan batubara LRC C dan 1247,65oC, ,02 oC, 1354,09 oC, batubara terhadap a Gambar 4.10. r A, layer B, layer -weighted average dap Temperatur

batubara yang lebih mperatur furnace rbakar di furnace a panas yang ada karena pengaruh n karena dengan kan dihasilkan juga akan lebih tinggi. batasan maksimal unaan kalori yang

4.4.2. Analisa Kontour Fr

Dokumen terkait