• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Multivariat Budaya Organisasi dan Kinerja Perawat Pelaksana Rawat Inap Ruang III BLUD RSUD Dr Pirngadi Medan Rawat Inap Ruang III BLUD RSUD Dr Pirngadi Medan

HASIL PENELTIAN

2. Kinerja Perawat Pelaksana

5.2 Analisa Multivariat Budaya Organisasi dan Kinerja Perawat Pelaksana Rawat Inap Ruang III BLUD RSUD Dr Pirngadi Medan Rawat Inap Ruang III BLUD RSUD Dr Pirngadi Medan

Berdasarkan hasil analisa regresi yang dimaksudkan untuk menguji variasi suatu model regresi yang digunakan dalam menerangkan variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dengan cara menguji kemaknaan dari keofisien regresinya antara budaya organisasi dengan kinerja perawat pelaksana Rawat Inap Ruang III BLUD RSUD Dr Pirngadi Medan.

Untuk menguji variabel yang berpengaruh antara X1, X2, X3 terhadap Y secara bersama-sama (simultan) maka digunakan uji F.

Adapun kriteria pengujian uji t adalah sebagai berikut :

a. Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada pengaruh signifikan variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen.

b. Jika Sig > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima berarti tidak ada pengaruh signifikan variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen.

Dari hasil perhitungan regresi sederhana tersebut diperoleh nilai signifikansi variabel budaya organisasi adalah sebesar 0.000. Jika signifikansi < 0,05 maka H1 diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan signifikansinya yaitu X (budaya organisasi) dengan signifikansi 0,000 < 0,05 maka budaya organisasi (X) berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat pelaksana (Y). Dengan demikian budaya organisasi memiliki kekuatan yang signifikan didalam mengestimasi kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap III RSU Dr. Pirngadi Medan (tabel 4.9).

Budaya organisasi berdasarkan penelitian Masrukhin dan Waridin (2004) memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja. Setiap peningkatan budaya organisasi kearah yang lebih kondusif akan memberikan sumbangan yang sangat berarti untuk peningkatan kinerja pegawai. Dengan demikian, perawat pelaksana yang sudah memahami keseluruhan nilai-nilai organisasi akan menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai suatu kepribadian organisasi. Nilai dan keyakinan tersebut akan diwujudkan menjadi perilaku keseharian mereka dalam bekerja, sehingga akan menjadi kinerja individual. Didukung dengan sumber daya manusia yang ada, sistem dan teknologi, strategi perusahaan dan logistik, masing-masing kinerja individu yang baik akan menimbulkan kinerja organisasi yang baik pula.

Apabila ditinjau dari aspek-aspek budaya organisasi, maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:

Tabel 5.1 Tabel Regresi Berganda Budaya Organisasi terhadap Kinerja Perawat Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -0,452 0,271 -1,666 0,101 Inovasi dan pengambilan resiko 0,054 0,122 0,044 0,439 0,662 Perhatian kedetail 0,413 0,102 0,372 4,052 0,000 Orientasi hasil 0,173 0,111 0,153 1,560 0,124 Orientasi tim 0,433 0,103 0,398 4,186 0,000 Keagresifan 0,155 0,123 0,114 1,256 0,214 a. Dependent Variable: kinerja perawat

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa : 1. Inovasi dan pengambilan resiko

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi aspek inovasi adalah sebesar 0.662, jika nilai tersebut dibandingkan dengan nilai α (dengan taraf kepercayaan 95%) yang berarti sig>0.05 maka diperoleh kesimpulan bahwa budaya aspek inovasi tidak memiliki hubungan terhadap kinerja dan tidak dapat mengestimasi kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap III BLUD RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Inovasi dan pengambilan resiko merupakan tingkat daya pendorong karyawan untuk bersikap inovatif dan berani mengambil resiko. Karyawan didorong rela berkorban untuk memberikan yang terbaik bagi organisasi dan dapat

menciptakan sesuatu hal yang baru dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan.

Menurut asumsi peneliti inovasi tidak berpengaruh pada kinerja dapat disebabkan karena para perawat bekerja sebagai pelaksana yang berfunsgi untuk menjalankan prosedur kerja saja sehingga kurang diperlukan inovasi kerja. Dan juga dalam bekerja perawat pelaksana jarang dihadapkan untuk mengambil suatu keputusan yang beresiko, hal ini disebakan karena dalam hal pengambilan keputusan harus berdasarkan koordinasi dengan kepala ruangan dan dokter yang menangani pasien yang bersangkutan. Dengan demikian, para perawat pelaksana dalam bekerja kesehariannya tidak harus dituntut untuk berinovasi.

2. Perhatian kedetail

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi aspek perhatian kedetail adalah sebesar 0.00, jika nilai tersebut dibandingkan dengan nilai α (dengan taraf kepercayaan 95%) yang berarti sig< 0.05 maka diperoleh kesimpulan bahwa budaya aspek perhatiankedetail memiliki hubungan terhadap kinerja dan dapat mengestimasi kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap III BLUD RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Perhatian terhadap detail yaitu tingkat tuntutan terhadap perawat untuk mampu memperlihatkan ketepatan, analisis dan perhatian terhadap detail. Sejauh mana perawat diharapkan menunjukkan kecermatan, analisis dan perhatian terhadap detail.

Menurut peneliti ketepatan dengan cara bekerja secara detail diperlukan bagi perawat mengingat dalam bekerja perawat memperjuangkan kesehatan pasien, dengan demikian cara kerja yang tepat dan teliti akan berdampak pada kondisi pasien. Bekerja secara teliti akan menimalisir kesalahan dan ketidaktepatan dalam bertindak terhadap pasien. Selain itu juga berdampak pada perawat sendiri, ketidak tepatan berarti berpotensi memunculkan kesalahan fatal seperti malpraktek yang menyangkut kehidupan pasien dan juga tuntutan sebagai kerja perawat. Dengan demikian, berpengaruhnya perhatian terhadap kinerja disebabkan karena dalam kesehariannya perawat harus menerapkan cara kerja yang teliti sehingga mencapai keakuratan.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 berikut beberapa uraian kerja perawat : melakukan pengkajian kepada pasien, menyusun rencana perawatan sesuai dengan diagnose keperawatan pasien, melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana, mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan. mendokumentasikan semua tindakan keperawatan pasien pada catatan keperawatan, pemeriksaan obat, pemeriksaan laboratorium, persiapan pasien yang akan dioperasi

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yustina Nanik Lestari mengenai “Pengalaman Perawat dalam Menerapkan Prinsip Enam Benar Dalam Memberikan Obat” diperoleh bahwa pengalaman perawat dalam memberikan obat harus dilakukan dengan benar yaitu melakukan klarifikasi dan diberikan dengan teliti. Benar pasien dilakukan dengan memanggil nama

pasien dan memastikan identitas pasien. Benar waktu diberikan dengan waktu yang tepat. Adapun kendala yang dihadapi perawat dalam menerapkan prinsip enam benar diantaranya beban kerja yang tinggi yang menimbulkan human error dan mamungkinkan terjadi pembelaan diri.

Jika dilihat dari uraian tugas perawat diatas dapat di simpulkan bahwa dalam keseharian perawat bertugas tidak terlepas dari sikap teliti, memperhatikan detail terkait pemeriksaan langsung kepada pasien maupun dalam pembuatan laporan

3. Orientasi Hasil

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi aspek orientasi hasil adalah sebesar 0.124, jika nilai tersebut dibandingkan dengan nilai α (dengan taraf kepercayaan 95%) yang berarti sig> 0.05 maka diperoleh kesimpulan bahwa aspek orientasi hasil tidak memiliki hubungan terhadap kinerja dan tidak dapat mengestimasi kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap III BLUD RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Kadafi (2010) mengenai pentingnya kerjasama tim dan orientasi hasil pada kinerja karyawan hasil penelitian menunjukkan pentingnya peranan orientasi hasil terhadap kinerja Implikasi penting dari hasil penelitian ini adalah berkaitan dengan perhatian untuk mempertahankan budaya kerja (kerjasama tim dan orientasi hasil) untuk dijadikan nilai –nilai yang menjadi pedoman karyawan untuk

membantu perusahaan meningkatkan kinerja karyawan dan tujuan perusahaan.

Menurut peneliti, orientasi hasil tidak berpengaruh pada kinerja perawat dalam penelitian ini dapat dikarenakan oleh kurang kesadaran para perawat akan pentingnya hasil kerja yaitu kesembuhan pasien dan pelayanan yang memuaskan pasien. Dengan demikian kinerja perawat belum menunjukkan hasil yang optimal yang fokus pada kesembuhan dan kesehatan pasien

4. Orientasi Tim

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi aspek orientasi tim adalah sebesar 0.00, jika nilai tersebut dibandingkan dengan nilai α (dengan taraf kepercayaan 95%) yang berarti sig< 0.05 maka diperoleh kesimpulan bahwa aspek orientasi tim memiliki hubungan terhadap kinerja dan dapat mengestimasi kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap III BLUD RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Orientasi terhadap tim yaitu tingkat aktifitas pekerjaan yang diatur dalam tim, bukan secara perorangan. Kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim yaitu diperlukan kerjasama dalam melaksanakan tugas bersama untuk mendapatkan hasil yang maksimal, bukan individu

Menurut Wibowo (2010) kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim yaitu diperlukan kerjasama dalam melaksanakan tugas bersama untuk mendapatkan hasil yang maksimal, bukan individu. Organisasi lebih condong ke arah orientasi orang dan orientasi tim dimana perusahaan memberi nilai baik pada

karyawan yang dapat menyesuaikan diri dalam sistem organisasi. Organisasi juga menyukai karyawan yang setia dan mempunyai komitmen yang baik dan mengutamakan kerja sama tim.

Menurut peneliti, dalam bekerja perawat setiap harinya melakukan fungsi koordinasi baik dengan kepala ruangan maupun dengan rekan kerja dalam pergantian shift atau operan. Dalam hal ini diperlukan kerjasama dan koordinasi yang baik selain itu antar sesama tim dalam satu shift juga diperlukan kerja sama. Dengan demikian, orientasi tim berpengaruh terhadap kinerja.

5. Keagresifan

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi aspek keagresifan adalah sebesar 0.214, jika nilai tersebut dibandingkan dengan nilai α (dengan taraf kepercayaan 95%) yang berarti sig> 0.05 maka diperoleh kesimpulan bahwa aspek keagresifan memiliki hubungan terhadap kinerja dan dapat mengestimasi kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap III BLUD RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Agresivitas yaitu tingkat tuntutan terhadap orang-orang agar berlaku bersaing dan tidak bersikap santai. Berkaitan dengan semangat dan spirit dalam melakukan suatu pekerjaan

Bersikap agresif berarti memiliki motivasi untuk maju dalam bekerja, memiliki semangat kerja dan daya juang yang besar untuk menampilkan perilaku kerja yang baik. Dalam penelitian ini agresif tidak berpengaruh pada

kinerja karena para perawat kurang termotivasi dan kurang keinginan untuk berprestasi. Cara kerja perawat tidak menunjukkan keinginan untuk maju dengan demikian dapat diatasi dengan pelatihan motivasi agar kinerja perawat dapat optimal

Dengan demikian aspek yang signifikan adalah aspek orientasi tim dan orientasi detail. Dapat dikatakan bahwa secara simultan variabel orientasi detail dan variabel/aspek orientasi tim dari budaya organisasi memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja perawat pelaksana Rawat Inap Ruang III BLUD RSUD Dr. Pirngadi Medan. Sedangkan variabel/aspek inovasi dan pengambilan resiko, orientasi hasil dan keagresifan secara simultan tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja perawat pelaksana Rawat Inap Ruang III BLUD RSUD Dr. Pirngadi Medan (p>0.05).

BAB 6