• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PELAKSANAAN PUTUSAN SENGKETA HARTA BERSAMA DI PENGADILAN AGAMA AMBARAWA NOMOR PERKARA

0224/Pdt.G/2010/PA.Amb

Dalam pembahasan ini, penulis memaparkan hasil analisa penulis dari data-data yang telah penulis temukan kemudian mencocokkan dengan undang- undang atau peraturan lainnya untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan rumusan masalah penelitian ini. Analisa pertama yakni mengenai prosedur perkara perdata nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb dan yang kedua tentang pelaksanaan putusan (Eksekusi) terhadap putusan perkara tersebut yang memuat sengketa harta bersama antara Pihak I (Pemohon/M.Ch. al. AR,SE. bin Ks) dan Pihak II (Termohon/ENH binti AS).

A. Analisa Putusan Nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb

Perkara perdata nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb yang diajukan di Pengadilan Agama Ambarawa oleh Pemohon / M.Ch. al. AR,SE. bin Ks melawan Termohon / ENH binti AS adalah perkara permohonan cerai talak. Menurut penulis hal ini telah sesuai dengan Pasal 49 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang menyebutkan bahwa Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan. Pengajuan permohonan cerai talak ini

juga telah sesuai dengan pasal 66 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama bahwa seorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan istrinya mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk mengadakan sidang guna menyaksikan ikrar talak.

Dalam hal pengajuan permohonan cerai talak ini diajukan di Pengadilan Agama Ambarawa, menurut penulis secara yurisdiksi juga telah sesuai dengan bunyi pasal 66 ayat (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, bahwa Permohonan yang diajukan Pemohon kepada Pengadilan Agama Ambarawa yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Termohon. Termohon (ENH binti AS) berdomisili di wilayah desa Leyangan kecamatan Ungaran Timur, wilayah ini masuk dalam daftar wilayah hukum Pengadilan Agama Ambarawa berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor: 76 tahun 1983 tentang penetapan dan perubahan wilayah hukum Pengadilan Agama Ambarawa, desa Leyangan masuk dalam wilayah kecamatan Ungaran Timur pada Radius II. Berdasarkan peraturan tersebut maka Pengadilan Agama Ambarawa mempunyai kewenangan untuk memeriksa dan memutus perkara perdata nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb.

Pemeriksaan perkara nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb ini juga telah sesuai dengan pasal 2 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, bahwa Peraturan PERMA ini berlaku untuk mediasi terkait dengan proses berperkara Pengadilan, dan agar putusan yang diberikan kepada Pemohon dan Termohon tidak batal demi hukum maka harus ditempuh jalan damai melalui mediasi.

Kepada perkara 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb atas Pemohon (M.Ch. al. AR,SE. bin Ks) dan Termohon (ENH binti AS) telah dilakukan mediasi oleh Pengadilan Agama Ambarawa dengan mediator hakim Drs. H. FUAD namun gagal. Kemudian mediator memberitahukan hasil mediasi secara tertulis kepada hakim yang memeriksa perkara. Segera setelah mendapatkan pemberitahuan tersebut, pemeriksaan perkara dilanjutkan pada tahap selanjutnya (PERMA, 2008: pasal 18 ayat 2).

Pada pemerikasaan perkara selanjutnya, berdasarkan bukti tertulis yang diajukan Pemohon berupa fotokopi kutipan Akta Nikah nomor: 760/72/XII/1996 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama kecamatan Adiwarna kabupaten Tegal tanggal 30 Desember 1996 yang bermeterai cukup dan di legalisasi, setelah hakim mencocokkan dengan aslinya maka terbukti bahwa Pemohon dan Termohon adalah pasangan suami istri yang sah dan permohonan cerai talak Pemohon dinyatakan dapat diterima. Kemudian dengan menimbang seluruh pernyataan saksi dari kedua belah pihak yang menyatakan mengenal Pemohon dan Termohon sebagai suami istri, dan diantara Pemohon dan Termohon telah terjadi perselisihan dan pertengkaran yang mengakibatkan kedua belah pihak telah pisah rumah selama 1 tahun sehingga antara Pemohon dan Termohon tidak ada harapan untuk hidup rukun kembali, maka telah cukup alasan dan memenuhi pasal 39 ayat 2 Undang- undang nomor 1 tahun 1974 jis pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 jo. pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, petitum

pemohon untuk ikrar talak di depan sidang Pengadilan Agama Ambarawa dapat dikabulkan.

Kemudian atas dalil-dalil Termohon (ENH binti AS) tentang adanya harta bersama sebagaimana di dalam perkawinan Pemohon dan Termohon sebagaimana disebutkan pada posita gugatan rekonpensi ENH binti AS pasal 8 (PA.Amb, 2010: hlm. 14), yang pada intinya Termohon mengajukan tuntutan agar majelis Hakim membagi antara Pemohon dan Termohon, majelis Hakim yang memeriksa perkara tersebut menempuh jalan damai yang disepakati Pemohon dan Termohon. Selanjutnya dibuat perjanjian kesepakatan tertulis (akta perdamaian) antara Pemohon dan Termohon untuk menentukan bagian masing-masing dari pembagian harta bersama. Atas perjanjian (akta) perdamaian tersebut hakim memberikan putusan yang amarnya berbunyi, “menghukum kedua belah pihak untuk mentaati isi perjanjian perdamaian yang telah disepakati tersebut.” Hasil kesepakatan perdamaian tersebut akhirnya mengakhiri sengketa harta bersama antara Pemohon dan Termohon.

Menurut Penulis hal ini telah sesuai dengan syarat formal sebuah putusan perdamaian sebagaimana disampaikan oleh M. Yahya Harahap, SH., bahwa syarat formal putusan perdamaian berdasarkan pasal 1320 dan 1851 KUH Perdata diantaranya adalah:

- Persetujuan kedua belah pihak

- Putusan Perdamaian mengakhiri sengketa

- Perdamaian atas sengketa yang telah ada, dan

Dengan menganalisa paparan data perkara sengketa harta bersama nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb pada bab sebelumnya, penulis berkesimpulan bahwa prosedur prosedur pemeriksaan perkara hingga tercapainya kesepakatan perdamaian antara pihak I dan pihak II telah sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam prosedur beracara tingkat pertama di Pengadilan Agama Ambarawa.

B. Analisa Keabsahan Pelaksanaan Putusan (Eksekusi) Nomor Perkara 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb

1. Dasar Pelaksanaan Putusan (Eksekusi) Nomor Perkara 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb

Dalam pelaksanaan putusan (eksekusi) setidaknya harus memenuhi azas-azas eksekusi. Atas putusan perkara nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb ini Penulis telah melakukan analisis apakah eksekusi terhadap sengketa harta bersama ini telah sesuai dengan azas-azas eksekusi sebagai dasar Ketua Pengadilan Agama Ambarawa memerintahkan eksekusi tersebut. Melalui analisis ini penulis menemukan bahwa azas-azas pelaksanaan putusan 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb yang menjadi dasar pelaksanaan putusan telah terpenuhi, kemudian penulis menerangkan sebagai berikut:

a. Azas menjalankan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap

Permohonan Pemohon eksekusi (M.Ch. al. AR,SE. bin Ks) untuk menjalankan putusan perkara nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb

telah memenuhi azas “menjalankan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap.” Putusan atas perkara 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb telah dibacakan oleh hakim di dalam sidang terbuka dan telah dinyatakan mempunyai kekuatan hukum tetap. Putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap telah mempunyai kekuatan eksekutorial, dengan demikian sah apabila kemudian salah satu pihak atau dalam hal ini Pihak II yang dihukum tidak menjalankan putusan tersebut maka pihak lain (Pihak I / M.Ch. al. AR,SE. bin Ks) mengajukan permohonan pelaksanaan putusan kepada Ketua Pengadilan Agama Ambarawa dengan bantuan kekuatan hukum atau eksekusi.

b. Putusan tidak dijalankan secara sukarela

Setelah perkara 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb tentang adanya sengketa harta bersama diputuskan dengan kesepakatan perdamaian antara Pemohon dan Termohon dan telah ditentukan bagian-bagian atas kedua belah pihak, ternyata pihak II (Termohon) tidak menjalankan putusan tersebut dengan sukarela.

Pasal 3 Surat Perjanjian Kesepakatan Perdamaian antara Pihak I dan Pihak II telah menyebutkan bahwa, telah ditentukan bagian hak Pemohon atas harta bersama tersebut adalah:

4. Sebidang tanah berikut bangunannya terletak di desa Leyangan, kecamatan Ungaran Timur, kabupaten Semarang, sertifikat Hak Milik nomor: 1012/Leyangan, seluas ± 413 m2 dengan Surat Ukur

nomor: 01122/Leyangan/2001 tanggal 27 Januari 2001 atas nama M.Ch dan ENH.

5. Griya tanah berikut bangunan terletak di desa Leyangan, kecamatan Ungaran Timur, kabupaten Semarang, bersertifikat Hak Milik nomor: 1579 / Leyangan, seluas ± 264 m2 dengan Surat Ukur: 1905/2006 tanggal 8 September 2006, atas nama M.Ch dan ENH.

6. Sebidang tanah terletak di desa Leyangan, kecamatan Ungaran Timur, kabupaten Semarang, bersertifikat Hak Milik nomor: 1573 / Leyangan, seluas ± 1460 m2, dengan Surat Ukur nomor: 1905/2006 tanggal 8 September, atas nama M.Ch dan ENH.

Kemudian pasal 5 ayat (3) Surat Perjanjian Kesepakatan Perdamaian antara Pihak I dan Pihak II telah menyebutkan kewajiban pihak II bahwa Pihak I (Pertama)/Pemohon (M.Ch. al. AR,SE. bin Ks) diwajibkan untuk segera membaliknamakan sertifikat yang mana terdapat nama Pihak I dan Pihak II untuk pelepasan hak. Namun, sebagaimana disampaikan Pemohon dalam surat permohonannya kepada Ketua Pengadilan Agama Ambarawa tanggal 20 Juni 2012 di mana Pemohon pada surat permohonan tersebut menyampaikan bahwa terhadap putusan tersebut Pemohon bermaksud membalik namakan tanah-tanah yang menjadi hak Pemohon ke Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Semarang yang selanjutnya disebut BPN Kabupaten Semarang. BPN Kabupaten Semarang mempersyaratkan kehadiran

Termohon ke BPN Kabupaten Semarang untuk proses balik nama tersebut akan tetapi setelah berkali-kali Pemohon mengajak Termohon untuk datang di Kantor BPN Kabupaten Semarang Termohon tidak bersedia hadir. Atas ketidakbersediaan Termohon hadir di BPN Kabupaten Semarang inilah yang dijadikan dasar bahwa Termohon tidak menjalankan putusan nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb sehingga dapat dimintakan permohonan untuk eksekusi atas putusan tersebut. c. Putusan bersifat condemtaoir (menghukum)

Azas putusan bersifat condemnatoir atau bersiafat menghukum juga telah dipenuhi dalam putusan ini. Amar Putusan perkara nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb berbunyi, “Menghukum kedua belah pihak (ENH binti AS) dan (M.Ch. al. AR,SE. bin Ks) untuk mentaati isi perjanjian perdamaian yang telah disepakati …”

d. Eksekusi atas perintah dan di bawah pimpinan Ketua Pengadilan Surat Permohonan Pelaksanaan Putusan (Eksekusi) nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb ini telah diajukan oleh Pemohon (Pihak I/M.Ch. al. AR,SE. bin Ks) kepada Ketua Pengadilan Agama Ambarawa. Kepada pihak yang kalah (Pihak II/ENH binti AS) yang tidak mau memenuhi panggilan peringatan tanpa alasan yang patut menurut pasal 197 ayat 1 HIR atau pasal 208 ayat 1 R.Bb, secara ex

officio Ketua Pengadilan Agama dapat langsung mengeluarkan surat

2. Pelaksanaan Putusan (Eksekusi) Nomor Perkara 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb

a. Peringatan dan Penetapan Eksekusi nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb Sebelum pelaksanaan putusan (eksekusi) secara riil, Ketua Pengadilan Agama Ambarawa harus melakukan aanmaning atau memberikan peringatan terlebih dahulu kepada Pihak Termohon. Berdasarkan pasal 196 HIR/207 R.Bg menyebutkan bahwa jika pihak yang dikalahkan tidak mau atau lalai untuk memenuhi isi putusan itu dengan kemauannya sendiri maka pihak yang dimenangkan dapat memasukkan permintaan baik dengan lisan maupun dengan surat kepada Ketua Pengadilan Agama yang tersebut pada ayat pertama pasal 206 R.Bg/ayat pertama pasal 195 HIR untuk menjalankan putusan itu. Selanjutnya, Ketua memanggil pihak yang dikalahkan itu serta memperingatkan supaya ia memenuhi putusan itu dalam tempo yang ditentukan oleh Ketua Pengadilan Agama selama-lamanya 8 (delapan) hari.

Pada pemohonan pelaksanaan putusan nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb, Ketua Pengadilan Agama Ambarawa telah melakukan aanmaning atau memberikan peringatan kepada Pihak II (Termohon/ENH binti AS) dalam jangka waktu delapan hari, hal ini sebagaimana syarat sebelum melakukan eksekusi terhadap putusan. Ternyata setelah tenggang waktu peringatan terlampaui dan

selanjutnya telah dilakukan pemanggilan kepada pihak II / Termohon (ENH binti AS) tidak juga menjalankan putusan dimaksud.

Kemudian berdasarkan pasal 197 HIR/208 R.Bg bahwa jika sesudah lewat tempo yang ditentukan itu belum juga dipenuhi putusan itu atau jika pihak yang dikalahkan itu walaupun telah dipanggil dengan patut tidak juga menghadap maka ketua atau pegawai yang dikuasakan itu karena jabatanya memberi perintah dengan surat supaya dilaksanakan eksekusi. Setelah tenggang waktu peringatan terlampaui dan telah dilakukan pemanggilan kepada pihak II / Termohon (ENH binti AS) tidak menghadiri panggilan peringatan / aanmaning, maka pada tanggal 16 Juli 2012 Ketua pengadilan Agama Ambarawa membuat surat perintah kepada panitera Pengadilan Agama Ambarawa atas nama Subandrio, SH. untuk menjalankan putusan nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb.

b. Pelaksanaan Putusan (Eksekusi) Nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb Pelaksanaan Putusan (Eksekusi) Nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb termuat dalam berita acara Pelaksanaan Putusan (Eksekusi) pada hari Kamis tanggal 19 Juli 2012. Pada hari dan tanggal tersebut Subandriyo, SHI, Panitera Pengadilan Agama Ambarawa atas perintah Ketua Pengadilan Agama Ambarawa berdasarkan surat penetapan tanggal 16 Juli 2012 nomor : 0224/Pdt.G/PA.Amb, dengan dibantu 2 (dua) saksi, yaitu :

1) Asroni, SH, umur 42 tahun, pekerjaan PNS bertempat kediaman di Karangsari RT. 03 RW. 06 kelurahan Sumurejo, kecamatan Gunung pati, kota Semarang, dan

2) Muflih Bahaudin, umur 48 tahun, pekerjaan PNS bertempat kediaman di Krajan Rt. 04 Rw. 03 desa Doplang, kecamatan Bawen, kabupaten Semarang.

Panitera Subandriyo, SHI dan ke 2 (dua) saksi tersebut di atas telah datang di obyek yang menjadi sengketa dalam perkara sengketa harta bersama nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb. Setelah tiba di obyek sengketa tersebut, Panitera bertemu dan berbicara dengan Pemohon dan Termohon eksekusi. Setelah diperiksa di lapangan, obyek tersebut telah sesuai dengan penetapan eksekusi nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb yang diberikan oleh Ketua Pengadilan Agama Ambarawa. Panitera memberitahukan maksud kedatanganya yaitu untuk melaksanakan putusan Pengadilan Agama Ambarawa tanggal 10 Nopember 2010 nomor: 0224/Pdt.G/2012/PA.Amb yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap seperti tersebut di atas, sambil menunjukkan dan membacakan surat penetapan dari Ketua Pengadilan Agama Ambarawa tersebut.

Selanjutnya Panitera menjelaskan isi dan maksud dari surat penetapan tersebut, yakni untuk memenuhi isi dan maksud dari surat penetapan Ketua Pengadilan Agama Ambarawa melaksanakan putusan atas perkara sengketa harta bersama Pemohon dan Termohon di

Pengadilan Agama Ambarawa nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb yang tidak dilakukan secara sukarela oleh pihak II / ENH binti AS. Panitera Subandriyo, SHI menyebutkan objek-objek yang yang menjadi sengketa dalam perkara ini, adalah sebagai berikut:

1. Tanah dan bangunan “Rumah Kediaman Bersama” terletak di Kelurahan Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, Sertifikat HM No. 1012/ luas 413 M2;

2. Tanah dan bangunan yang diperuntukan Dealer Motor “TUNAS AGUNG MOTOR” terletak di Kelurahan Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, Sertifikat HM No. 1579/ luas 264 M2;

3. Tanah yang terletak di Kelurahan Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, Sertfikat HM No. 1537/ luas 1488 M2, yang dirinci menjadi:

3a. Untuk jalan tol seluas 924 M2, atau senilai Rp. 288.000.000,- (dua ratus delapan puluh delapan juta rupiah); 3b. sisa tanah yang tidak untuk tol seluas 546 M2

Setelah obyek sengketa tersebut diatas dibenarkan oleh pihak- pihak terkait, lalu Panitera menyatakan mencabut hak tanah sengketa tersebut dari ENH binti AS menjadi hak Pemohon Eksekusi (M.Ch. al. AR,SE. bin Ks) sebagaimana bunyi amar putusan Pengadilan Agama Ambarawa nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb yang menghukum kedua belah pihak ENH binti AS sebagai Termohon dan M.Ch. al. AR,SE. bin Ks sebagai Pemohon, yang tercantum dalam pasal 3 Surat Perjanjian Kesepakatan Perdamaian antara Pihak I dan Pihak II tentang pembagian Harta Bersama. Berita Acara telah ditandatangai oleh Panitera Pengadilan Agama Ambarawa Subandriyo, SHI., saksi-saksi, pihak-pihak terkait diantaranya: Kepala Kelurahan Leyangan, Kepala Kecamatan Ungaran Timur, Kepala Kepolisian Ungaran Timur, dan

Komandan Koramil Ungaran Timur. Dalam berita acara tersebut pihak II / Termohon tidak bersedia memberikan tanda tangan.

Menurut penulis, proses pelaksanaan putusan perkara nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb tersebut secara umum telah sesuai prosedur, bahwa pelaksanaan eksekusi harus ditulis dalam berita acara yang memuat kejadian yang ada selama eksekusi dilaksanakan dan ditandatangani Pihak I / Pemohon Eksekusi, Panitera, saksi-saksi dan pihak-pihak yang terkait. Kemudian dengan tidak ikut sertanya pihak II / Termohon tanda tangan dalam berita acara, Panitera Subandriyo, SHI menjelaskan bahwa hal itu tidak menghalangi sahnya eksekusi, hal-hal yang berkaitan dengan eksekusi tersebut tetap sah secara hukum.

Kekurangan dalam Berita Acara Pelaksanaan Putusan (Eksekusi) Perkara Nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb menurut penulis adalah tentang batas-batas tanah yang disengketakan pihak I dan pihak II belum dicantumkan dalam berita acara. Dengan mengetahui batas- batas tanah yang menjadi objek sengketa, tentunya akan lebih memudahkan Panitera atau jurusita dalam memeriksa objek sengketa apakah benar-benar sesuai dengan penetapan Ketua Pengadilan untuk menjalankan eksekusi atas sengketa harta bersama yang berwujud barang tak bergerak.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Pada kesimpulan penetitian ini penulis akan menyampaikan dua hal pokok yang menjadi jawaban atas pertanyaan rumusan masalah:

1. Dasar Ketua Pengadilan Agama Ambarawa memberikan penetapan untuk menjalankan eksekusi putusan nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb

Ada beberapa asas yang harus dipenuhi dalam sebuah pelaksanaan putusan (eksekusi), yaitu putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena dalam putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap telah terkandung wujud hubungan hukum yang tetap dan pasti antara pihak yang berperkara. Hubungan hukum yang tetap dan pasti antara pihak yang berperkara wajib ditaati oleh pihak yang dihukum baik Pemohon maupun Termohon dan dijalankan secara sukarela. Jika pihak terhukum tidak menjalankan putusan secara sukarela, hubungan hukum yang ditetapkan dalam putusan harus dilaksanakan dengan paksa dengan bantuan kekuatan hukum.

Dasar Ketua Pengadilan Agama dalam pelaksanaan putusan (eksekusi) perkara nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb, yaitu:

a. Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap yang diatur dalam pasal 195 HIR tau pasal 206 R.Bg

b. Putusan tidak dijalankan dengan sukarela oleh Termohon ENH binti AS;

c. Adanya pengajuan permohonan Pemohon eksekusi M.Ch. al. AR,SE. bin Ks secara tertulis yang disampaikan kepada Ketua Pengadilan Agama Ambarawa;

2. Tidak bersedianya pihak II / Termohon tanda tangan dalam berita acara tidak menghalangi sahnya eksekusi, hal-hal yang berkaitan dengan eksekusi perkara nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb tersebut tetap sah secara hukum. Sesuai dengan pasal 197 ayat 1 HIR atau pasal 208 ayat 1 R.Bb, bahwa Ketidakhadiran ENH binti AS tanpa alasan dianggap tindakan keingkaran memenuhi panggilan. secara ex officio Ketua Pengadilan Agama dapat langsung mengeluarkan surat perintah eksekusi

B. Saran

Pemohon harus lebih teliti dalam menyampaikan permohonan, mengenai batas-batas wilayah yang menjadi sengketa harus turut pula disebutkan. Menurut Penulis, tidak disampaikannya batas-batas wilayah tanah sengketa ini bukanlah kesengajaan pihak Pengadilan, karena Pengadilan akan bertindak menurut apa-apa yang disamapaikan oleh para pencari keadilan, Pengadilan tidak berhak menambah atau mengurangi hal-hal yang menjadi pernyataan atau tuntutan para pencari keadilan. Sepanjang permohonan atau gugatan itu sah menurut hokum, maka Pengadilan akan tetap memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara. Oleh karena itu masyarakatlah yang harus belajar lebih banyak tentang Hukum Acara Peradilan Agama agar dapat terjawab keinginannya akan keadilan sesuai harapannya.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Perkawinan Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974,

Penerbit Surabaya, Arkola

J Satrio, Hukum Harta Perkawinan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Cet.I, hal. 5, 1991

Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, Cet. II, Bumi Aksara, Jakarta 1999, hal 231-232

Abdurahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Cet.I, Akademika Presindo, Jakarta 1992, hal 136-137

Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Cet.I, Pustaka Pelajar, Yogyakarta 1996, hal 245

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995

ROF. Dr. H. Zainuddin Ali, M.A, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2006.

Depag Indonesia, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Departemen Agama RI Direktorat jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam , Jakarta, 2000

Dr. mardani, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah

Bagir Manan, Pedoman Pelaksanaan Tugas Dan Administrasi Peradilan Agama, Buku II, Jakarta, 2010.

M. Yahya Harahap SH, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Gramedia Pustaka Utama, Cet IV, Jakarta, 1993

Drs. H. A. Mukti Arto, SH, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cet I, 1996

Salinan Putusan Nomor : 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb, Pengadilan Agama Ambarawa, 2010

Dokumen terkait