• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II HARTA BERSAMA, PUTUSAN, EKSEKUSI DAN

D. Putusan Perkara Nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb

Putusan adalah pernyataan hakim yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka untuk umum, sebagai hasil dari pemeriksaan perkara permohonan atau kontensius. Setiap putusan pengadilan harus memuat dasar alasan yang jelas dan rinci. Menurut asas ini, putusan yang dijatuhkan harus berdasarkan pertimbangan yang jelas dan cukup.

Pada penelitian studi putusan ini, penulis telah mempelajari kronologi perkara nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb melalui salinan putusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama Ambarawa tanggal 10 Nopember 2010 dan mencocokkan dengan dokumen pendukung. Selanjutnya Penulis mendeskripsikan kembali dalam paparan data perkara berikut:

1. Permohonan Cerai Talak oleh Pihak I dalam Konpensi

Perkara nomor 0224/Pdt.G/2010/Pa.Amb berawal dari pengajuan permohonan cerai talak pada tingkat pertama Pengadilan Agama Ambarawa pada tanggal 17 Maret 2010 yang diajukan oleh seseorang yang dalam pemaparan ini ditulis namanya dengan inisial M.Ch. al. AR,SE. bin Ks, umur 39 tahun, agama Islam, pekerjaan Dagang, tempat tinggal di dusun Jetis RT.002 RW.006 desa Leyangan kecamatan Ungaran Timur, kabupaten Semarang yang selanjutnya disebut “Pemohon Konpensi / Tergugat Rekonpensi” melawan ENH binti AS, umur 33 tahun, pekerjaan Dagang, agama Islam, tempat tinggal di dusun Jetis RT.002 RW.006 desa Leyangan kecamatan Ungaran Timur, kabupaten Semarang dengan didampingi kuasanya bernama Yetty Any Ethika, SH. dan Wahyu Rudy Indarto, SH. beralamat di Jalan Flamboyan Indah no. 112 Plamongan Indah Semarang, selanjutnya disebut sebagai “Termohon Konpensi / Penggugat Rekonpensi” (PA.Amb, 2010: hlm. 1).

Berkas perkara yang diajukan M.Ch. al. AR,SE. bin Ks yang telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Ambarawa kemudian diperiksa oleh majelis hakim dan selanjutnya dikemukakan tentang duduk perkaranya. Dalam permohonannya, Pemohon Konpensi (M.Ch. al. AR,SE. bin Ks) mengemukakan posita yang secara ringkas dapat penulis sampaikan bahwa Pemohon Konpensi (M.Ch. al. AR,SE. bin Ks) menikah dengan Termohon Konpensi (ENH binti AS) pada tanggal 29 Desember 1996 kemudian Pemohon Konpensi dan Termohon Konpensi hidup

bersama sebagai suami istri selama 1 tahun 6 bulan namun belum dikaruniai keturunan (PA.Amb, 2010: hlm. 2).

Kehidupan rumah tangga Pemohon Konpensi dan Termohon Konpensi pada awalnya dalam keadaan harmonis, namun sejak bulan Januari tahun 1998 antara Pemohon Konpensi dan Termohon Konpensi terjadi perselisihan dan pertengkaran. Alasan pertama perselisihan dan pertengkaran dikemukakan Pemohon Konpensi karena Termohon Konpensi minta segera dibuatkan rumah, namun Pemohon Konpensi belum mampu sehingga di tahun 1999 Pemohon Konpensi membuatkan dengan terpaksa rumah. Alasan kedua adalah karena Termohon Konpensi tidak menghargai Pemohon Konpensi sebagai seorang suami yang sah dan Termohon Konpensi sering membantah perkataan Pemohon Konpensi, bahkan Termohon Konpensi sering marah-marah hingga memukul Pemohon Konpensi sampai kesakitan (PA.Amb, 2010: hlm. 3).

Perselisihan dan pertengkaran tidak mereda namun justru semakin memuncak sehingga pada bulan Oktober 2009 Pemohon Konpensi dan Termohon Konpensi pisah tempat tinggal yakni Pemohon Konpensi meninggalkan Termohon Konpensi pulang ke rumah orang tua Pemohon Konpensi sendiri sedangkan Termohon Konpensi masih menempati rumah kediaman bersama yang hingga permohonan itu diajukan telah 3 bulan lamanya antara kedua belah pihak tidak ada hubungan lahir batin. Berdasarkan dalil-dalil yang dikemukan Pemohon Konpensi tersebut yang menurut Pemohon Konpensi telah memenuhi alasan perceraian

sebagaimana bunyi pasal 39 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 jo pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 dan pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, Pemohon Konpensi mengajukan Permohonan ijin ikrar talak di depan persidangan Pengadilan Agama Ambarawa (PA.Amb, 2010: hlm. 4).

Pada hari yang telah ditetapkan Pemohon Konpensi dan Termohon Konpensi in person beserta kuasa hukumnya hadir di persidangan, kemudian Ketua Majelis sebagaimana ketentuan PERMA No.1 Tahun 2008 memerintahkan kedua belah pihak untuk mediasi, kemudian kedua belah pihak memilih mediasi dengan mediator hakim Pengadilan Agama Ambarawa yakni Dra. Teti Himati. Namun karena alasan administratif Pengadilan Agama, pada tanggal 08 Juli 2008 terjadi mediasi dan Hakim yang ditunjuk dari Pengadilan Agama Ambarawa sebagai mediator antara Pemohon Konpensi (M.Ch. al. AR,SE. bin Ks) dan Termohon Konpensi (ENH binti AS) adalah Drs. H. FUAD. Majelis Hakim yang ditunjuk telah berusaha mendamaikan kedua belah pihak akan tetapi tidak berhasil (PA.Amb, 2010: hlm. 27).

Setelah dilakukan mediasi antara Pemohon Konpensi dan Termohon Konpensi dan ternyata tidak berhasil, dan antara Pemohon Konpensi dan Termohon Konpensi sepakat untuk bercerai, selanjutnya dilakukan pemeriksaan sebagaimana bukti identitas Pemohon Konpensi yang secara kompetensi relatif dan kompetensi absolut Pengadilan Agama

Ambarawa berwenang memeriksa dan mengadili perkara tersebut (PA.Amb, 2010: hlm. 28).

2. Rekonpensi Pihak II tentang Sengketa Harta Bersama

Tahap pemeriksaan perkara setelah gagalnya mediasi adalah pembacaan dalil-dalil permohonan yang isinya tetap dipertahankan Pemohon Konpensi. Kemudian atas dalil-dalil Pemohon Konpensi, pada tanggal 21 April 2010 disampaikan jawaban tertulis Termohon Konpensi yang isinya menolak seluruh dalil-dalil Pemohon Konpensi kecuali hal-hal yang diakui kebenarannya oleh Termohon Konpensi. Termohon Konpensi mengakui bahwa Pemohon Konpensi dan Termohon Konpensi adalah pasangan suami istri yang sah sejak menikah pada tanggal 30 Desember 1996, dalam perkawinan tersebut Pemohon Konpensi dan Termohon Konpensi belum dikaruniai anak. Termohon Konpensi menjelaskan bahwa belum adanya keturunan dari perkawinan Pemohon Konpensi dan Termohon Konpensi disebabkan karena sejak saat perkawinan, Pemohon Konpensi meminta Termohon Konpensi untuk ikut KB dan Termohon Konpensi menurut karena alasan ekonomi. Kemudian Pemohon Konpensi dan Termohon Konpensi mengangkat seorang anak perempuan bernama inisial ELF yang lahir pada tanggal 12 Agustus 2004 (PA.Amb, 2010: hlm. 6).

Tentang bantahan-bantahan Termohon Konpensi terhadap permohonan Pemohon Konpensi tidak akan penulis paparkan secara keseluruhan. Penulis hanya akan memfokuskan hal-hal yang terkait

dengan pokok penelitian mengenai sengketa harta bersama bahwa munculnya sengketa harta bersama pada perkara nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb yakni bersamaan dengan jawaban Termohon Konpensi atas permohonan Pemohon Konpensi. Termohon Konpensi menyampaikan gugatan rekonpensi yang memuat sengketa harta bersama, maka setelah dalam gugatan Rekonpensi ini Termohon Konpensi menjadi Penggugat Rekonpensi dan Pemohon Konpensi menjadi Tergugat Rekonpensi. Dalam posita nomor 8 gugatan rekonpensi ENH binti AS melawan M.Ch. al. AR,SE. bin Ks, Penggugat Rekonpensi (ENH binti AS) menyampaikan, “Bahwa di dalam perkawinan antara Penggugat dan Tergugat tersebut, terdapat (dipunyai) Harta Bersama”. Harta Bersama yang dimaksud Penggugat Rekonpensi (ENH binti AS) adalah seluruh harta kekayaan yang diperoleh oleh Penggugat Rekonpensi dan Tergugat Rekonpensi semasa perkawinan. Namun, diantara Harta Bersama yang kemudian menjadi objek eksekusi adalah sebagai berikut:

1. Sebidang tanah berikut bangunannya terletak di desa Leyangan, kecamatan Ungaran Timur, kabupaten Semarang, sertifikat Hak Milik nomor: 1012/Leyangan, seluas ± 413 m2 dengan Surat Ukur nomor: 01122/Leyangan/2001 tanggal 27 Januari 2001 atas nama M.Ch dan ENH.

2. Griya tanah berikut bangunan terletak di desa Leyangan, kecamatan Ungaran Timur, kabupaten Semarang, bersertifikat Hak Milik nomor:

1579 / Leyangan, seluas ± 264 m2 dengan Surat Ukur: 1905/2006 tanggal 8 September 2006, atas nama M.Ch dan ENH.

3. Sebidang tanah terletak di desa Leyangan, kecamatan Ungaran Timur, kabupaten Semarang, bersertifikat Hak Milik nomor: 1573 / Leyangan, seluas ± 1460 m2, dengan Surat Ukur nomor: 1905/2006 tanggal 8 September, atas nama M.Ch dan ENH.

3. Perjanjian Kesepakatan Perdamaian antara Pihak I dan Pihak II tentang Pembagian Harta Bersama

Dalam gugatan rekonpensi nomor 8, Penggugat Rekonpensi (ENH binti AS) mengajukan tuntutannya kepada majelis hakim agar majelis hakim, “… menghukum Tergugat Rekonpensi atau siapapun yang mendapatkan hak dari padanya atau siapapun yang menguasai sengketa untuk menyerahkannya kepada Penggugat Rekonpensi guna dibagi diantara Penggugat Rekonpensi dan Tergugat Rekonpensi sesuai hukum yang berlaku,…” (PA.Amb, 2010: hlm. 18).

Terhadap gugatan Penggugat Rekonpensi tersebut kemudian majelis hakim mempertimbangkan dan menempuh jalan damai yang akhirnya pada tanggal 27 Oktober 2010 terjadi perdamaian yang tertulis dalam Surat Perjanjian Kesepakatan Perdamaian yang ditandatangani Penggugat Rekonpensi (ENH) dan Tergugat Rekonpensi (M.CH. alias AR,SE) serta hakim-hakim majelis yang bertindak sebagai saksi-saksi. Di dalam Surat Perjanjian Kesepakatan Perdamaian tersebut memuat pembagian Harta Bersama antara Pihak I (M.Ch. al. AR,SE. bin Ks) dan

Pihak II (ENH binti AS). Pada pasal 3 Surat Kesepakatan Perjanjian Perdamian disebutkan beberapa hal yang terkait dengan materi eksekusi pada penelitian ini yakni sebagai berikut:

Pasal 3

Bahwa Hak Pihak I (satu)/Pemohon (Pemohon Konpensi):

4) Tanah dan bangunan, “Rumah Kediaman Bersama” Terletak di Kel. Leyangan, Kec. Ungaran Timur, Kab. Semarang, sertifikat HM no. 1012 / luas 413 m2.

5) Tanah dan bangunan yang diperuntukkan Dealer Motor “TUNAS AGUNG MOTOR” Terletak di Leyangan, Ungaran Timur, Kab. Semarang, sertifikat HM No. 1579 / luas 264 m2. 6) Tanah di Leyangan, Kec. Ungaran Timur, Kab. Semarang,

sertifikat HM No. 1537 / luas 148 𝑚2, yang dirinci menjadi: (3.a) Untuk jalan tol seluas 924 m2, atau senilai Rp.

288.000.000,- (dua ratus delapan puluh delapan juta rupiah). Dana tersebut berada di Bank Mandiri Cabpem. Undip Tembalang.,an. M.Ch, SE

(3.b) Sisa tanah yang tidak untuk tol seluas 546 m2. 7) Honda CS 1 Hitam Lis Merah th 2008 H 2712 MZ

8) Usaha Dealer Motor “TUNAS AGUNG MOTOR” di Jl. Pabongan Jetis Leyangan

9) 1 TV merk Sharp 21 inc

Selain pembagian Harta Bersama untuk pihak I, pasal 5 Surat Perjanjian Kesepakatan Perdamaian antara Pihak I dan Pihak II menyebutkan kewajiban pihak I diantaranya adalah menyelesaikan kewajiban pada Pihak I, menyelesaikan pembayaran seluruh hutang bersama baik pokok hutang maupun bunganya, dan yang menjadi poin penting adalah, “…segera membalik nama sertifikat yang mana terdapat nama Pihak I (Pertama) dan Pihak II (kedua) untuk “Pelepasan Hak Pihak I (Pertama)” di notaris, dengan seluruh pembiayaan menjadi tanggungan Pihak I (Pertama) setelah Putusan Pengadilan Agama Ambarawa.”

Pada penutup pasal 8 Surat Perjanjian Kesepakatan Perdamaian antara Pihak I dan Pihak II disebutkan bahwa, ”Di dalam semua serta

segala sesuatu yang bertalian dengan Perjanjian Kesepakatan Perdamaian ini dan segala akibatnya, maka para pihak telah memilih domisili hukum setempat.” Kemudian pada penutup akhir Surat Perjanjian Kesepakatan Perdamaian antara Pihak I dan Pihak II disebutkan pula, “..Kesepakatan Perdamaian ini dibuat dan menjadi aturan yang mengikat kedua belah pihak untuk dilaksanakan dan dengan penuh kesadaran tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.”

4. Putusan atas Perkara Nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb

Setelah terjadi kesepakatan perdamiaan antara M.Ch. al. AR,SE. bin Ks dan ENH binti AS dibuktikan dengan Surat Perjanjian Kesepakatan Perdamaian yang ditandatangani kedua belah pihak serta hakim-hakim majelis sebagai saksi-saksi atas Perjanjian Kesepakatan Perdamaian tersebut, akhirnya pada tanggal 10 Nopember 2010 dengan mengucap, “BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”, Pengadilan Agama Ambarawa yang diwakili oleh majelis hakim yang memeriksa membacakan putusan atas perkara nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb. dalam Konpensi, dalam Rekonpensi dan dalam Konpensi dan Rekonpensi sebagaimana berikut:

Dalam Konpensi, Majelis Hakim dengan menimbang bahwa:

a. Maksud dan isi surat Permohonan Pemohon a quo sebagaimana diuraiakan;

b. Majelis Hakim sudah menempuh mediasi dan mendamaikan kedua belah pihak akan tetapi tidak berhasil;

c. Secara kompetensi relative dan kompetensi absolute Pengadilan Agama Ambarawa berwenang memeriksa dan mengadili perkara tersebut;

d. Pemohon dan Termohon terbukti terikat dalam perkawinan sehingga mempunyai hubungan hukum dan berkapasitas sebagai pihak dalam perkara ini;

e. Dalil-dalil Permohonan Pemohon (M.Ch. al. AR,SE. bin Ks) pada pokoknya Pemohon dan Termohon sering terjadi perselisihan dan pertengkaran;

f. Termohon mengakui sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang berakibat telah berpisah rumah sehingga tidak keberatan dicerai oleh Pemohon;

g. Saksi-saksi dari pihak Pemohon dan Termohon mengetahui secara langsung Pemohon dan Termohon terjadi perselisihan dan pertengkaran;

h. Saksi-saksi tersebut memberikan keterangan di bawah sumpah dan saling bersesuaian sehingga secara formil dan materiil sebagai bukti sah dan dapat dipertimbangkan;

i. Dalil-dalil Pemohon mendasarkan pada pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 jo pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam;

j. Saksi-saksi keluarga tersebut menyatakan tidak sanggup mendamaikan dan lebih baik Pemohon dan Termohon bercerai;

k. Berdasarkan Yurisprudensi MARI No.1354.K/Pdt/2000

l. Terhadap rumah tangga yang retak tidak perlu dicari siapa penyebab kesalahannya, melainkan dalam hal ini Majelis Hakim lebih menekankan kepada rumah tangga tersebut tidak dapat lagi memberi manfaat kepada kedua belah pihak;

m. Telah dilakukan mediasi oleh Majelis Hakim dan keluarga masing- masing tidak sanggup lagi mendamaikannya, dengan demikian antara Pemohon dan Termohon tidak dapat disatukan lagi sehingga tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga maka jalan terbaik adalah perceraian;

n. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas maka Permohonan Pemohon telah mempunyai cukup alasan dan memenuhi pasal 39 ayat 2 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 jis. pasal huruf (f) pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 jo. pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, incasu petitum Pemohon dapat di kabulkan;

o. Berdasarkan kitab Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu Juz VII halaman 363;

“Diperbolehkan juga talak dalam hal adanya perselisihan baik adanya syiqaq atau sebab lain untuk menghilangkan madlarat, atau (boleh juga talak) karena istri tidak iffah (bisa menjaga diri) maka

tidak layak mempertahankannya, karena yang demikian mengurangi tingkat keberagamaannya.”

Dalam Rekonpensi, Majelis Hakim menimbang bahwa:

a. Maksud dan tujuan gugatan Penggugat Rekonpensi a quo seperti terurai di atas;

b. Gugatan Rekonpensi diajukan pada saat memberikan jawaban dan berkaitan dengan konpensi maka secara formil dapat diterima;

c. Dalam Rekonpensi semula Pemohon sekarang disebut Tergugat Rekonpensi dan semula Termohon sekarang Penggugat Rekonpensi; d. Terhadap Rekonpensi ini terjadi perdamaian pada tanggal 27 Oktober

2010 antara Penggugat Rekonpensi dan Tergugat Rekonpensi yang selengkapnya ada dalam Berita Acara Pemeriksaan Perkara ini;

e. Bahwa oleh karena telah terjadi perdamaian, maka perdamaian itu merupakan undang-undang bagi yang membuatnya, maka oleh karenanya Majelis Hakim menghukum para pihak untuk mentaati perdamaian tersebut yang termuat dalam amar putusan.

Dalam Konpensi dan Rekonpensi

Dalam Konpensi dan Rekonpensi, Majelis Hakim menimbang bahwa Berdasarkan pasal 89 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana yang diubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan tahap kedua Undang-undang nomor 50 tahun 2009 tentang Peradilan Agama, maka biaya yang timbul dalam perkara ini dibebankan kepada Penggugat

Rekonpensi / Tergugat Rekonpensi yang besarnya seperti tersebut dalam amar putusan.

Kemudian dengan mengingat semua peraturan perundang- undangan yang berlaku dan hukum syar’i yang berkaitan dengan perkara ini, Majelis Hakim mengadili kedua belah pihak dengan amar putusan sebagai berikut:

- Mengadili dalam Konpensi:

1) Mengabulkan permohonan pemohon;

2) Menetapkan memberi ijin kepada Termohon (M.Ch. al. AR,SE. bin Ks ) untuk ikrar menjatuhkan talak kepada Termohon (ENH binti AS) di depan persidangan Pengadilan Agama Ambarawa. - Mengadili dalam Rekonpensi:

1) Menetapkan Penggugat Rekonpensi dan Tergugat Rekonpensi telah sepakat berdamai tentang persengketaan harta bersama sebagaimana Surat Perjanjian Kesepakatan Perdamaian tanggal 27 Oktober 2010.

2) Menghukum kedua belah pihak (ENH binti AS ) dan (M.Ch. al. AR,SE. bin Ks) untuk mentaati isi perjanjian perdamaian yang telah disepakati tersebut diatas.

- Mengadili dalam Konpensi dan Rekonpensi

Membebankan kepada Pemohon Konpensi untuk membayar biaya perkara yang hingga kini (akhir pemeriksaan perkara) dihitung sebesar Rp 466.000 (empat ratus enam puluh enam ribu rupiah).

5. Pelaksanaan Putusan (Eksekusi) terhadap Sengketa Harta Bersama Nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb

Dalam persidangan perkara 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb antara kedua kedua belah pihak yang berperkara telah berdamai tentang sengketa harta bersama atas anjuran hakim dan disetujui kedua belah pihak. Setelah tercapai perdamaian dalam persidangan kemudian hakim membuat akta perdamaian dalam Surat Perjanjian Kesepakatan Perdamaian yang ditandatangani Pihak I dan Pihak II disaksikan oleh hakim pemeriksa perkara yang kemudian memberikan putusan atas pemeriksaan perkara tersebut.

Putusan Hakim atas perkara nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb amar putusannya berbunyi, “Menghukum kedua belah pihak (ENH binti AS ) dan (M.Ch. al. AR,SE. bin Ks) untuk mentaati isi perjanjian perdamaian yang telah disepakati tersebut diatas.” Putusan hakim tersebut telah diucapkan hakim dalam sidang terbuka untuk umum pada tanggal 10 November 2010 dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pada tanggal 20 Juni 2012 M.Ch. al. AR,SE. bin Ks mengajukan permohonan tertulis ditujukan kepada Ketua Pengadilan Agama Ambarawa yang isinya, bahwa terhadap putusan 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb tersebut Pemohon eksekusi (M.Ch. al. AR,SE. bin Ks) bermaksud akan membalik namakan tanah-tanah yang menjadi hak Pemohon eksekusi yang ada pada pasal (3) Surat Perjanjian

Kesepakatan Perdamaian antara Pemohon eksekusi dan Termohon eksekusi, akan tetapi Badan Pertahanan Nasional Kabupaten Semarang yang selanjutnya di sebut BPN Kabupaten Semarang, belum bisa menerima/memproses perubahan balik nama tersebut dengan alasan Termohon eksekusi tidak ikut datang di kantor BPN Kabupaten Semarang. Untuk memenuhi maksud BPN Kabupaten Semarang tersebut Pemohon eksekusi sudah berkali-kali mengajak Termohon eksekusi untuk datang di kantor BPN Kabupaten Semarang, akan tetapi Termohon eksekusi tidak bersedia hadir/mendatangi kantor BPN Kabupaten Semarang.

Dengan ketidakbersedianya Termohon eksekusi untuk hadir di Kantor BPN Kabupaten Semarang menjadikan indikasi ketidakpatuhan Termohon eksekusi menjalankan Putusan Pengadilan Agama Ambarawa nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb untuk mentaaati Perjanjian Kesepakatan Perdamaian sebagaiman tercantum dalam amar putusan. Dengan berdasarkan hal-hal tersebut pemohon eksekusi mengajukan permohon an kepada Ketua Pengadilan Agama Ambarawa untuk melaksanakan putusan tersebut secara paksa dan menyerahkan kepada yang berhak menerimanya.

Dokumen terkait