• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KESIMPULAN

B. Analisa Penerapan Faktor Tata Kelola

Kesimpulan atas penilaian pelaksanaan Penerapan Tata Kelola BPR dengan mempertimbangkan faktor-faktor penilaian Penerapan Tata Kelola yang mencakup Struktur Tata Kelola, Penerapan Tata Kelola dan Hasil Tata Kelola pada 11 (sebelas) faktor yang dipersyaratkan, PT. BPR Arta Mas Surakarta menetapkan peringkat faktor Penerapan Tata Kelola untuk posisi 31 Desember 2019 pada peringkat 1,93.

Penetapan peringkat ini didasarkan pada hasil akhir Penilaian Sendiri (self assessment) Pelaksanaan Penerapan Tata Kelola. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masih ada faktor-faktor positif dari aspek struktur tata kelola dan proses tata kelola yang dapat mendukung tercapainya hasil tata kelola BPR yang baik pada aspek kualitatif dan kuantitatif seperti kemampuan BPR dalam mempertahankan kinerja dan menjaga risiko bisnis. Meskipun masih terdapat faktor negatif pada penilaian proses tata kelola BPR, namun demikian tidak terlalu memberikan dampak yang signifikan kepada hasil tata kelola BPR, mengingat BPR sudah melakukan langkah-langkah perbaikan yang perlu dilakukan oleh manajemen BPR.

Dalam analisa faktor Penerapan Tata Kelola ini, dijelaskan pula mengenai identifikasi permasalahan berupa kelemahan dan kekuatan pelaksanaan Penerapan Tata Kelola sebagai berikut:

i. Kelemahan Pelaksanaan Penerapan Tata Kelola

Berdasarkan kesimpulan Penilaian Sendiri (Self Assessment) terhadap pelaksanaan Penerapan Tata Kelola pada posisi 31 Desember 2019 masih ditemukan adanya kelemahan yang memerlukan perhatian yang cukup dari manajemen BPR. Berikut ini akan dijelaskan mengenai identifikasi permasalahan berupa kelemahan dan penyebabnya pada beberapa Faktor Penilaian Pelaksanaan Penerapan Tata Kelola yang masih perlu mendapat perhatian yang khusus dari manajemen BPR diantaranya:

1) Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

Kelemahan Pelaksanaan Tugas dan tanggung jawab Direksi selama tahun 2019 tugas berjalan sesuai dengan jobdisk dan tanggungjawab masing-masing hanya perlu koordinasi lagi yang lebih kuat.

2) Penanganan Benturan Kepentingan

Kebijakan dan prosedur penyelesaian benturan kepentingan yang mengikat bagi setiap pengurus dan pegawai belum ada. Namun dari sisi proses tata kelola, transaksi yang berpotensi mengandung Benturan Kepentingan telah diproses sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang sudah ada. Manajemen BPR tidak mengambil tindakan yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan BPR, selain itu bukti transaksi telah didokumentasikan dengan baik. Sehingga kelemahan pelaksanaan Penerapan Tata Kelola dari sisi struktur dan infrastruktur tata kelola karena BPR belum memiliki kebijakan dan prosedur penyelesaian benturan kepentingan yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi BPR.

3) Penerapan Fungsi Kepatuhan dan Manajemen Risiko

Kelemahan pada struktur dan infrastruktur tata kelola, proses penerapan tata kelola dan hasil penerapan tata kelola disebabkan pada tahun 2019 BPR sudah memiliki SOP Manajemen Risiko dan Pejabat eksekutif dibulan Agustus 2019 masih dalam penyesuaian pelaksanaan SOP tersebut dan tugas-tugasnya

4) Penerapan Fungsi Audit Intern

Kelemahan pada Faktor Penerapan Fungsi Audit Intern terhadap aspek struktur dan infrastruktur tata kelola disebabkan masa peralihan d ari Pejabat Eksekutif SPI (Sistem Pengendalian Intern) hasil laporan pemeriksaan audit belum mencerminkan pada pelaporan kertas kerja melainkan hanya pelaporan tingkat kesehatan bank dan kinerja secara umum.

5) Penerapan Manajemen Resiko termasuk Pengendaliaan Intern.

Kelemahan Manajemen Resiko dan Pengendalian Intern terhadap aspek struktur dan infrastruktur tata kelola disebabkan BPR kekosongan posisi manajer Risiko dari bulan September-Desember 2018 dan pergantian Pejabat Eksekutifnya yang baru disetujui oleh otoritas Jasa Keuangan pada bulan Agustus 2019 yang memberikan dampak pada kurang optimalnya penerapan menejemen risiko pada tahun 2019 sehingga mengakibatkan pada tingginya tingkat NPL atau Kredit Bermasalah di tahun sebelumnya karena belum terpetakannya semua profil resiko bisnis yang dihadapi.

ii. Kekuatan Pelaksanaan Penerapan Tata Kelola

Berdasarkan kesimpulan Penilaian Sendiri (self assessment) terhadap pelaksanan Penerapan Tata Kelola PT. BPR Arta Mas Surakarta posisi Desember 2019 banyak ditemukan faktor-faktor positif, baik pada aspek struktur dan infrastruktur tata kelola, proses penerapan tata kelola dan hasil penerapan tata kelola yang menjadi kekuatan dalam pelaksanaan Penerapan Tata Kelola terhadap masing-masing faktor yang menurut PT. BPR Arta Mas Surakarta dapat memberikan kekuatan dalam pelaksanaan Penerapan tata kelola:

1) Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

Pada aspek struktur dan infrastruktur tata kelola, jumlah dan komposisi memang belum sudah sesuai dengan skala usaha PT. BPR Arta Mas Surakarta dengan modal inti kurang dari 50 Milyar. Dari sisi proses tata kelola, Direksi mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Sehingga kekuatan pelaksanaan Penerapan tata kelola, baik dari sisi struktur dan infrastruktur tata kelola dan proses penerapan tata kelola, pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi maka dapat memberikan dampak positif pada hasil tata kelola baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif, yang tercermin dari kemampuan BPR untuk mempertahankan kinerja bisnis dan operasional BPR.

2) Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

Dari aspek struktur tata kelola, jumlah dan komposisi Dewan Komisaris sudah sesuai dengan skala usaha BPR dan memenuhi persyaratan Penerapan tata kelola yang baik. Dewan Komisaris juga telah memiliki pedoman dan tata tertib kerja.

Dari sisi proses tata kelola, Dewan Komisaris mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara memadai. Sehingga dengan kekuatan penerapan tata kelola baik dari sisi struktur dan infrastruktur tata kelola dan proses penerapan tata kelola pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris maka dapat memberikan dampak positif pada hasil tata kelola baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif, yang tercermin dari kemampuan BPR untuk mempertahankan kinerja dan menjaga risiko.

3) Penerapan Fungsi Kepatuhan dan Manajemen Resiko

Kekuatan Penerapan tata kelola PT. BPR Arta Mas Surakarta Penerapan fungsi Kepatuhan pada struktur dan infrastruktur tata kelola karena PT. BPR Arta Mas Surakarta telah memiliki Pejabat Eksekutif yang menangani fungsi Kepatuhan dan Manajemen Resiko sampai akhir Agustus 2018. dan diganti dengan mutasi karyawan dengan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan Nomor S-305/KO.03012/2019 tertanggal 12 Agustus 2019 Dari sisi proses penerapan tata kelola Pejabat Eksekutif Kepatuhan dan Manajemen Resiko sudah melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara memadai. Sehingga dengan kekuatan pelaksanaan Penerapan tata kelola baik dari sisi struktur dan infrastruktur tata kelola dan proses tata kelola penerapan fungsi Kepatuhan BPR maka dapat memberikan dampak positif pada hasil tata kelola yang tercermin dari telah disampaikannya Laporan Pokok-Pokok Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Disamping itu BPR telah menurunkan tingkat pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku dan membangun budaya kepatuhan dalam pengambilan keputusan serta dalam kegiatan operasional harian BPR.

4) Penerapan Fungsi Audit Intern

Dari aspek struktur dan infrastruktur tata kelola, struktur organisasi Audit Intern telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penunjukan Pejabat Eksekutif Audit Intern sudah dilaksanakan pada bulan Mei 2019 dan telah disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan dengan surat nomor S-353/KO.03012/2019 tertanggal 10 September 2019 Kelembagaan Audit Internal independen terhadap satuan kerja operasional BPR.

5) Penerapan Fungsi Audit Ekstern

Pada aspek struktur dan infrastruktur tata kelola penunjukan Audit Ekstern kepada Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik (KAP) sudah memenuhi aspek-aspek yang dipersyaratkan dalam ketentuan yang berlaku. Dari sisi proses tata kelola Akuntan Publik telah melaksanakan audit secara independen dan profesional pada bulan Januari 2020 untuk tahun pemeriksaan tahun 2019. Sehingga dengan kekuatan pelaksanaan penerapan tata kelola baik dari sisi struktur dan infrastruktur tata kelola maupun proses tata kelola Penerapan Fungsi Audit Ekstern dapat memberikan dampak positif pada hasil tata kelola yang tercermin dari hasil pemeriksaan Audit Ekstern yang telah menggambarkan permasalahan BPR dan telah disampaikan secara tepat waktu kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) oleh KAP yang ditunjuk.

6) Penerapan Manajemen Resiko termasuk Pengendaliaan Intern.

Pada aspek struktur dan infrastruktur tata kelola BPR telah memiliki Pejabat Eksekutif yang membawahi fungsi Manajemen Resiko. Hasil yang diperoleh dengan penerapan tata kelola berdampak pada terkendalinya tingkat NPL atau Kredit Bermasalah di akhir tahun dan meningkatnya tingkat kesehatan bank.dan pemetaan tingkat risiko kredit bisa terlaksana.

7) Penerapan Prinsip Kehati-hatian Dalam Penyediaan Dana Dengan Berpedoman Pada Ketentuan BMPK

Prinsip kehati-hatian dalam penyediaan dana PT BPR Arta Mas Surakarta berpedoman pada POJK Nomor 4/POJK.03/2015 tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Perkreditan Rakyat, Bab VII pasal 64 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit serta Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/26/DKBU Tanggal 19 September 2012 tentang Pedoman Kebijakan dan Prosedur Perkreditan bagi Bank Perkreditan Rakyat.

Sedangkan besaran penyediaan dana kepada Pihak terkait dan Pihak Tidak Terkait mengacu pada POJK Nomor 49/POJK.03/2017 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Perkreditan Rakyat dan setiap bulan dilaporkan secara online melalui aplikasi laporan bulanan ke Otoritas Jasa Keuangan.

Sebagai tindak lanjut penerapan POJK tersebut, PT BPR Arta Mas Surakarta juga menerbitkan peraturan-peraturan internal sebagai rambu-rambu yang wajib ditaati dalam proses pemberian kredit kepada Pihak Terkait maupun Pihak Tidak Terkait.

Adapun peraturan-peraturan tersebut antara lain:

No. Peraturan Internal Tentang

1 SOP Perkreditan Pedoman Kebijakan Perkreditan Bank 2 SOP Manajemen Risiko Pedoman Manajemen Risiko

3 Nomor:

001/SK-DIR/BPR-AMS/I/2019 Syarat dan Prosedur Kredit 4 Nomor:

003/SK-DIR/BPR-AMS/I/2019 Tim Khusus Penyelesaian Fraud 5 Nomor:

004/SK-DIR/BPR-AMS/VI/2019 Syarat dan Prosedur Kredit(Revisi) 6 Nomor:

005/SK-DIR/BPR-AMSVI/2019

Kebijakan dan Prosdur Restrukturisasi Perkerditan

7 Nomor:

006/SK-DIR/BPR-AMSVI/2019 SOP Penerapan Manajemen Risiko 8 Nomor:

012/SK-DIR/BPR-AMSXII/2019 Penetapan limit Risiko 8) Rencana Bisnis BPR

Dimulai pada aspek struktur dan infrastruktur tata kelola PT. BPR Arta Mas Surakarta telah menyusun rencana strategis dalam Rencana Jangka Panjang (Business Plan) yang telah sesuai dengan visi dan misi PT. BPR Arta Mas Surakarta. Dari sisi proses penerapan tata kelola BPR telah menyusun Rencana Bisnis BPR secara realistis, komprehensif dan terukur dengan tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian dan responsif terhadap perubahan internal dan eksternal.

9) Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan

Dimulai pada aspek struktur dan infrastruktur tata kelola PT BPR Arta Mas Surakarta telah memiliki sistem informasi yang memadai serta didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten. Dari sisi proses penerapan tata kelola PT.

BPR Arta Mas Surakarta telah mentransparansikan kondisi keuangan dan non keuangan, informasi produk, laporan pengaduan nasabah sesuai ketentuan yang berlaku. Sehingga dengan kekuatan pelaksanaan penerapan tata kelola baik dari segi struktur dan infrastruktur tata kelola dan proses penerapan tata kelola dapat memberikan dampak positif yang tercermin dari Laporan Tahunan yang dipublikasikan dan laporan penanganan pengaduan nasabah telah disampaikan secara lengkap dan tepat waktu kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).