• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENERAPAN TATA KELOLA PT BPR ARTA MAS SURAKARTA

N. Pemberian Dana untuk Kegiatan Sosial dan Kegiatan Politik, Baik

Pada tahun 2019 ini tidak ada pemberian dana untuk kegiatan sosial maupun politik.

BAB IV KESIMPULAN

A. Kesimpulan Umum Hasil Penilaian Sendiri (Self Assessment) Penerapan Tata Kelola BPR

Berdasarkan hasil self-assessment posisi tahun 2019, PT. BPR Arta Mas Surakarta memperoleh Nilai Komposit 1,93 atau predikat “Baik”, dimana rincian peringkat masing-masing faktor serta Nilai Komposit hasil self assessment adalah sebagai berikut:

Ringkasan Perhitungan Nilai Komposit

No. Faktor Peringkat

(a)

Bobot (b)

Nilai (a x b) 1 Pelaksanaan tugas dan tanggung

jawab Direksi. 1,85 20,00% 0,37

2 Pelaksanaan tugas dan tanggung

jawab Dewan Komisaris. 1,85 15,00% 0,28 3 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas

atau fungsi komite. 0,00 00,00% 0,00

4 Penanganan benturan kepentingan 2,60 10,00% 0,26 5 Penerapan fungsi kepatuhan 1,93 10,0% 0,19 6 Penerapan fungsi audit intern 1,88 10,00% 0,19

7 Penerapan fungsi audit ekstern 1,10 2,50% 0,03 8 Penerapan manajemen risiko termasuk

system pengendalian intern 1,83 10,00% 0,18 9 Batas maksimum pemberian kredit 1,95 7,50% 0,15

10 Rencana Bisnis BPR 1,90 7,50% 0,14

11 Transparansi kondisi keuangan dan

non keuangan. 1,95 7,50% 0,15

Nilai Komposit 18,84 100,00% 1,93 Predikat: Baik

B. Analisa Penerapan Faktor Tata Kelola

Kesimpulan atas penilaian pelaksanaan Penerapan Tata Kelola BPR dengan mempertimbangkan faktor-faktor penilaian Penerapan Tata Kelola yang mencakup Struktur Tata Kelola, Penerapan Tata Kelola dan Hasil Tata Kelola pada 11 (sebelas) faktor yang dipersyaratkan, PT. BPR Arta Mas Surakarta menetapkan peringkat faktor Penerapan Tata Kelola untuk posisi 31 Desember 2019 pada peringkat 1,93.

Penetapan peringkat ini didasarkan pada hasil akhir Penilaian Sendiri (self assessment) Pelaksanaan Penerapan Tata Kelola. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masih ada faktor-faktor positif dari aspek struktur tata kelola dan proses tata kelola yang dapat mendukung tercapainya hasil tata kelola BPR yang baik pada aspek kualitatif dan kuantitatif seperti kemampuan BPR dalam mempertahankan kinerja dan menjaga risiko bisnis. Meskipun masih terdapat faktor negatif pada penilaian proses tata kelola BPR, namun demikian tidak terlalu memberikan dampak yang signifikan kepada hasil tata kelola BPR, mengingat BPR sudah melakukan langkah-langkah perbaikan yang perlu dilakukan oleh manajemen BPR.

Dalam analisa faktor Penerapan Tata Kelola ini, dijelaskan pula mengenai identifikasi permasalahan berupa kelemahan dan kekuatan pelaksanaan Penerapan Tata Kelola sebagai berikut:

i. Kelemahan Pelaksanaan Penerapan Tata Kelola

Berdasarkan kesimpulan Penilaian Sendiri (Self Assessment) terhadap pelaksanaan Penerapan Tata Kelola pada posisi 31 Desember 2019 masih ditemukan adanya kelemahan yang memerlukan perhatian yang cukup dari manajemen BPR. Berikut ini akan dijelaskan mengenai identifikasi permasalahan berupa kelemahan dan penyebabnya pada beberapa Faktor Penilaian Pelaksanaan Penerapan Tata Kelola yang masih perlu mendapat perhatian yang khusus dari manajemen BPR diantaranya:

1) Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

Kelemahan Pelaksanaan Tugas dan tanggung jawab Direksi selama tahun 2019 tugas berjalan sesuai dengan jobdisk dan tanggungjawab masing-masing hanya perlu koordinasi lagi yang lebih kuat.

2) Penanganan Benturan Kepentingan

Kebijakan dan prosedur penyelesaian benturan kepentingan yang mengikat bagi setiap pengurus dan pegawai belum ada. Namun dari sisi proses tata kelola, transaksi yang berpotensi mengandung Benturan Kepentingan telah diproses sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang sudah ada. Manajemen BPR tidak mengambil tindakan yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan BPR, selain itu bukti transaksi telah didokumentasikan dengan baik. Sehingga kelemahan pelaksanaan Penerapan Tata Kelola dari sisi struktur dan infrastruktur tata kelola karena BPR belum memiliki kebijakan dan prosedur penyelesaian benturan kepentingan yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi BPR.

3) Penerapan Fungsi Kepatuhan dan Manajemen Risiko

Kelemahan pada struktur dan infrastruktur tata kelola, proses penerapan tata kelola dan hasil penerapan tata kelola disebabkan pada tahun 2019 BPR sudah memiliki SOP Manajemen Risiko dan Pejabat eksekutif dibulan Agustus 2019 masih dalam penyesuaian pelaksanaan SOP tersebut dan tugas-tugasnya

4) Penerapan Fungsi Audit Intern

Kelemahan pada Faktor Penerapan Fungsi Audit Intern terhadap aspek struktur dan infrastruktur tata kelola disebabkan masa peralihan d ari Pejabat Eksekutif SPI (Sistem Pengendalian Intern) hasil laporan pemeriksaan audit belum mencerminkan pada pelaporan kertas kerja melainkan hanya pelaporan tingkat kesehatan bank dan kinerja secara umum.

5) Penerapan Manajemen Resiko termasuk Pengendaliaan Intern.

Kelemahan Manajemen Resiko dan Pengendalian Intern terhadap aspek struktur dan infrastruktur tata kelola disebabkan BPR kekosongan posisi manajer Risiko dari bulan September-Desember 2018 dan pergantian Pejabat Eksekutifnya yang baru disetujui oleh otoritas Jasa Keuangan pada bulan Agustus 2019 yang memberikan dampak pada kurang optimalnya penerapan menejemen risiko pada tahun 2019 sehingga mengakibatkan pada tingginya tingkat NPL atau Kredit Bermasalah di tahun sebelumnya karena belum terpetakannya semua profil resiko bisnis yang dihadapi.

ii. Kekuatan Pelaksanaan Penerapan Tata Kelola

Berdasarkan kesimpulan Penilaian Sendiri (self assessment) terhadap pelaksanan Penerapan Tata Kelola PT. BPR Arta Mas Surakarta posisi Desember 2019 banyak ditemukan faktor-faktor positif, baik pada aspek struktur dan infrastruktur tata kelola, proses penerapan tata kelola dan hasil penerapan tata kelola yang menjadi kekuatan dalam pelaksanaan Penerapan Tata Kelola terhadap masing-masing faktor yang menurut PT. BPR Arta Mas Surakarta dapat memberikan kekuatan dalam pelaksanaan Penerapan tata kelola:

1) Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

Pada aspek struktur dan infrastruktur tata kelola, jumlah dan komposisi memang belum sudah sesuai dengan skala usaha PT. BPR Arta Mas Surakarta dengan modal inti kurang dari 50 Milyar. Dari sisi proses tata kelola, Direksi mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Sehingga kekuatan pelaksanaan Penerapan tata kelola, baik dari sisi struktur dan infrastruktur tata kelola dan proses penerapan tata kelola, pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi maka dapat memberikan dampak positif pada hasil tata kelola baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif, yang tercermin dari kemampuan BPR untuk mempertahankan kinerja bisnis dan operasional BPR.

2) Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

Dari aspek struktur tata kelola, jumlah dan komposisi Dewan Komisaris sudah sesuai dengan skala usaha BPR dan memenuhi persyaratan Penerapan tata kelola yang baik. Dewan Komisaris juga telah memiliki pedoman dan tata tertib kerja.

Dari sisi proses tata kelola, Dewan Komisaris mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara memadai. Sehingga dengan kekuatan penerapan tata kelola baik dari sisi struktur dan infrastruktur tata kelola dan proses penerapan tata kelola pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris maka dapat memberikan dampak positif pada hasil tata kelola baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif, yang tercermin dari kemampuan BPR untuk mempertahankan kinerja dan menjaga risiko.

3) Penerapan Fungsi Kepatuhan dan Manajemen Resiko

Kekuatan Penerapan tata kelola PT. BPR Arta Mas Surakarta Penerapan fungsi Kepatuhan pada struktur dan infrastruktur tata kelola karena PT. BPR Arta Mas Surakarta telah memiliki Pejabat Eksekutif yang menangani fungsi Kepatuhan dan Manajemen Resiko sampai akhir Agustus 2018. dan diganti dengan mutasi karyawan dengan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan Nomor S-305/KO.03012/2019 tertanggal 12 Agustus 2019 Dari sisi proses penerapan tata kelola Pejabat Eksekutif Kepatuhan dan Manajemen Resiko sudah melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara memadai. Sehingga dengan kekuatan pelaksanaan Penerapan tata kelola baik dari sisi struktur dan infrastruktur tata kelola dan proses tata kelola penerapan fungsi Kepatuhan BPR maka dapat memberikan dampak positif pada hasil tata kelola yang tercermin dari telah disampaikannya Laporan Pokok-Pokok Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Disamping itu BPR telah menurunkan tingkat pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku dan membangun budaya kepatuhan dalam pengambilan keputusan serta dalam kegiatan operasional harian BPR.

4) Penerapan Fungsi Audit Intern

Dari aspek struktur dan infrastruktur tata kelola, struktur organisasi Audit Intern telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penunjukan Pejabat Eksekutif Audit Intern sudah dilaksanakan pada bulan Mei 2019 dan telah disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan dengan surat nomor S-353/KO.03012/2019 tertanggal 10 September 2019 Kelembagaan Audit Internal independen terhadap satuan kerja operasional BPR.

5) Penerapan Fungsi Audit Ekstern

Pada aspek struktur dan infrastruktur tata kelola penunjukan Audit Ekstern kepada Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik (KAP) sudah memenuhi aspek-aspek yang dipersyaratkan dalam ketentuan yang berlaku. Dari sisi proses tata kelola Akuntan Publik telah melaksanakan audit secara independen dan profesional pada bulan Januari 2020 untuk tahun pemeriksaan tahun 2019. Sehingga dengan kekuatan pelaksanaan penerapan tata kelola baik dari sisi struktur dan infrastruktur tata kelola maupun proses tata kelola Penerapan Fungsi Audit Ekstern dapat memberikan dampak positif pada hasil tata kelola yang tercermin dari hasil pemeriksaan Audit Ekstern yang telah menggambarkan permasalahan BPR dan telah disampaikan secara tepat waktu kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) oleh KAP yang ditunjuk.

6) Penerapan Manajemen Resiko termasuk Pengendaliaan Intern.

Pada aspek struktur dan infrastruktur tata kelola BPR telah memiliki Pejabat Eksekutif yang membawahi fungsi Manajemen Resiko. Hasil yang diperoleh dengan penerapan tata kelola berdampak pada terkendalinya tingkat NPL atau Kredit Bermasalah di akhir tahun dan meningkatnya tingkat kesehatan bank.dan pemetaan tingkat risiko kredit bisa terlaksana.

7) Penerapan Prinsip Kehati-hatian Dalam Penyediaan Dana Dengan Berpedoman Pada Ketentuan BMPK

Prinsip kehati-hatian dalam penyediaan dana PT BPR Arta Mas Surakarta berpedoman pada POJK Nomor 4/POJK.03/2015 tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Perkreditan Rakyat, Bab VII pasal 64 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit serta Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/26/DKBU Tanggal 19 September 2012 tentang Pedoman Kebijakan dan Prosedur Perkreditan bagi Bank Perkreditan Rakyat.

Sedangkan besaran penyediaan dana kepada Pihak terkait dan Pihak Tidak Terkait mengacu pada POJK Nomor 49/POJK.03/2017 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Perkreditan Rakyat dan setiap bulan dilaporkan secara online melalui aplikasi laporan bulanan ke Otoritas Jasa Keuangan.

Sebagai tindak lanjut penerapan POJK tersebut, PT BPR Arta Mas Surakarta juga menerbitkan peraturan-peraturan internal sebagai rambu-rambu yang wajib ditaati dalam proses pemberian kredit kepada Pihak Terkait maupun Pihak Tidak Terkait.

Adapun peraturan-peraturan tersebut antara lain:

No. Peraturan Internal Tentang

1 SOP Perkreditan Pedoman Kebijakan Perkreditan Bank 2 SOP Manajemen Risiko Pedoman Manajemen Risiko

3 Nomor:

001/SK-DIR/BPR-AMS/I/2019 Syarat dan Prosedur Kredit 4 Nomor:

003/SK-DIR/BPR-AMS/I/2019 Tim Khusus Penyelesaian Fraud 5 Nomor:

004/SK-DIR/BPR-AMS/VI/2019 Syarat dan Prosedur Kredit(Revisi) 6 Nomor:

005/SK-DIR/BPR-AMSVI/2019

Kebijakan dan Prosdur Restrukturisasi Perkerditan

7 Nomor:

006/SK-DIR/BPR-AMSVI/2019 SOP Penerapan Manajemen Risiko 8 Nomor:

012/SK-DIR/BPR-AMSXII/2019 Penetapan limit Risiko 8) Rencana Bisnis BPR

Dimulai pada aspek struktur dan infrastruktur tata kelola PT. BPR Arta Mas Surakarta telah menyusun rencana strategis dalam Rencana Jangka Panjang (Business Plan) yang telah sesuai dengan visi dan misi PT. BPR Arta Mas Surakarta. Dari sisi proses penerapan tata kelola BPR telah menyusun Rencana Bisnis BPR secara realistis, komprehensif dan terukur dengan tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian dan responsif terhadap perubahan internal dan eksternal.

9) Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan

Dimulai pada aspek struktur dan infrastruktur tata kelola PT BPR Arta Mas Surakarta telah memiliki sistem informasi yang memadai serta didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten. Dari sisi proses penerapan tata kelola PT.

BPR Arta Mas Surakarta telah mentransparansikan kondisi keuangan dan non keuangan, informasi produk, laporan pengaduan nasabah sesuai ketentuan yang berlaku. Sehingga dengan kekuatan pelaksanaan penerapan tata kelola baik dari segi struktur dan infrastruktur tata kelola dan proses penerapan tata kelola dapat memberikan dampak positif yang tercermin dari Laporan Tahunan yang dipublikasikan dan laporan penanganan pengaduan nasabah telah disampaikan secara lengkap dan tepat waktu kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

C. Penutup

Demikian Laporan Penerapan Tata Kelola PT. BPR Arta Mas Surakarta tahun laporan Desember 2019 untuk periode penilaian 31 Desember 2019 yang disusun sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor. 4/POJK.03/2015 dan disempurnakan dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 5/SEOJK.03/2016 perihal Penerapan Tata Kelola Bagi BPR, yang telah mengungkapkan aspek Transparansi Penerapan Tata Kelola dan Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan Penerapan Tata Kelola sesuai dengan periode penilaian 31 Desember 2019. Sehingga dengan disusunnya Laporan Pelaksanaan Penerapan Tata Kelola ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih jelas kepada Stakeholder sebagai bentuk pelaksanaan prinsip transparansi, akuntabilitas, independensi, pertanggungjawaban dan kewajaran BPR.

Surakarta, Juni 2020 PT. Bank Perkreditan Rakyat

Arta Mas Surakarta

Robiansyah Direktur Utama

Drs. Bambang Nuryanto Komisaris Utama

LAMPIRAN

No Kriteria/Indikator

1) BPR dengan modal inti paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah):

Jumlah anggota Direksi paling sedikit 3 (tiga) orang, dan salah satu anggota Direksi bertindak sebagai Direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan.

BPR dengan modal inti kurang dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah):

Jumlah anggota Direksi paling sedikit 2 (dua) orang, dan salah satu anggota Direksi bertindak sebagai Direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan.

2) Seluruh anggota Direksi bertempat tinggal di kota/kabupaten yang sama, atau kota/kabupaten yang berbeda pada provinsi yang sama, atau kota/kabupaten di provinsi lain yang berbatasan langsung dengan kota/kabupaten pada provinsi lokasi Kantor Pusat BPR.

3) Anggota Direksi tidak merangkap jabatan pada Bank, Perusahaan Non Bank dan/atau lembaga lain (partai

politik atau organisasi

kemasyarakatan).

4) Mayoritas anggota Direksi tidak memiliki hubungan keluarga atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan sesama anggota

Direksi...

No Kriteria/Indikator penasihat perorangan dan/atau penyedia jasa profesional sebagai konsultan kecuali memenuhi persyaratan yaitu untuk proyek yang bersifat khusus yang dari sisi

karakteristik proyeknya

membutuhkan adanya konsultan;

telah didasari oleh kontrak yang jelas meliputi lingkup pekerjaan, tanggung jawab, produk yang dihasilkan, dan jangka waktu pekerjaan, serta biaya; dan perorangan dan/atau penyedia jasa profesional adalah pihak independen yang memiliki kualifikasi untuk proyek yang bersifat khusus dimaksud.

6) Seluruh anggota Direksi telah lulus Uji Kemampuan dan Kepatutan dan telah diangkat melalui RUPS termasuk perpanjangan masa jabatan Direksi telah ditetapkan

Total nilai untuk seluruh Skala

Penerapan 9

Perhitungan rata-rata dengan dibagi

jumlah pertanyaan (S): 6 1,50

Dikali dengan bobot Struktur dan

Infrastuktur Tata Kelola (S): 50% 0,75

No Kriteria/Indikator B. Proses Penerapan Tata Kelola (P)

7) Direksi melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara independen dan tidak memberikan

kuasa umum yang dapat

mengakibatkan pengalihan tugas dan wewenang tanpa batas.

8) Direksi menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari Pejabat Eksekutif yang ditunjuk sebagai auditor intern, auditor ekstern, dan hasil pengawasan Otoritas Jasa

Keuangan dan/atau hasil

pengawasan otoritas lain.

9) Direksi menyediakan data dan informasi yang lengkap, akurat, terkini, dan tepat waktu kepada Dewan Komisaris.

10) Pengambilan keputusan rapat Direksi yang bersifat strategis dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat, suara terbanyak dalam hal tidak tercapai musyawarah mufakat, atau sesuai ketentuan yang berlaku dengan mencantumkan dissenting opinion jika terdapat perbedaan pendapat.

11) Direksi tidak menggunakan BPR untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan BPR, serta tidak mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari BPR, selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan RUPS.

12) Anggota Direksi membudayakan pembelajaran secara berkelanjutan dalam rangka peningkatan

No Kriteria/Indikator pengetahuan tentang perbankan dan

perkembangan terkini terkait bidang keuangan/lainnya yang mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi antara lain dengan peningkatan keikutsertaan

pegawai BPR dalam

pendidikan/pelatihan dalam rangka pengembangan kualitas individu.

13) Anggota Direksi mampu mengimplementasikan kompetensi yang dimilikinya dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, antara lain pemahaman atas ketentuan mengenai prinsip kehati- hatian.

14) Direksi memiliki dan melaksanakan pedoman dan tata tertib kerja anggota Direksi yang paling sedikit mencantumkan etika kerja, waktu kerja, dan peraturan rapat.

Perhitungan rata-rata dengan dibagi

jumlah pertanyaan (P): 8 2,25

Dikali dengan bobot Proses

Penerapan Tata Kelola (P): 40% 0,90

C. Hasil Penerapan Tata Kelola (H)

15) Direksi mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham melalui RUPS.

16) Direksi mengkomunikasikan kepada seluruh pegawai mengenai kebijakan

strategis BPR di bidang kepegawaian.

No Kriteria/Indikator 17) Hasil rapat Direksi dituangkan dalam

risalah rapat dan didokumentasikan

dengan baik, termasuk

pengungkapan secara jelas dissenting opinions yang terjadi dalam rapat Direksi, serta dibagikan kepada seluruh Direksi.

18) Terdapat peningkatan pengetahuan, keahlian, dan kemampuan anggota Direksi dan seluruh pegawai dalam pengelolaan BPR yang ditunjukkan antara lain dengan peningkatan kinerja BPR, penyelesaian permasalahan yang dihadapi BPR, dan pencapaian hasil sesuai ekspektasi stakeholders.

19) Direksi menyampaikan laporan penerapan Tata Kelola pada Otoritas Jasa Keuangan, Asosiasi BPR di Indonesia, dan 1 (satu) kantor media atau majalah ekonomi dan keuangan sesuai ketentuan.

Perhitungan rata-rata dengan dibagi

jumlah pertanyaan (H): 5 2,00

Dikali dengan bobot Hasil Penerapan

Tata Kelola (H): 10% 0,20

Penjumlahan S + P + H 1,85

Total Penilaian Faktor 1

Dikalikan dengan bobot Faktor 1:

20%

0,37

No Kriteria/Indikator 2 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung

Jawab Dewan Komisaris

A. Struktur dan Infrastruktur Tata Kelola (S)

1) BPR dengan modal inti paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah):

Jumlah anggota Dewan Komisaris paling sedikit 3 (tiga) orang.

BPR dengan modal inti kurang dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah):

Jumlah anggota Dewan Komisaris paling sedikit 2 (dua) orang.

2) Jumlah anggota Dewan Komisaris tidak melampaui jumlah anggota

Direksi sesuai ketentuan.

3) Seluruh anggota Dewan Komisaris telah lulus Uji Kemampuan dan Kepatutan dan telah diangkat melalui RUPS. Dalam hal BPR memperpanjang masa jabatan anggota Dewan Komisaris, RUPS yang menetapkan perpanjangan masa jabatan anggota Dewan Komisaris dilakukan sebelum berakhirnya masa jabatan.

4) Paling sedikit 1 (satu) anggota Dewan Komisaris bertempat tinggal di provinsi yang sama atau di kota/kabupaten pada provinsi lain yang berbatasan langsung dengan provinsi lokasi Kantor Pusat BPR.

5) BPR memiliki Komisaris Independen:

a. Untuk BPR dengan modal inti

paling sedikit

Rp80.000.000.000,00 (delapan puluh milyar rupiah) paling sedikit 50% (lima puluh persen)

No Kriteria/Indikator

Komisaris adalah Komisaris Independen.

b. Untuk BPR dengan modal inti

paling sedikit

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) dan kurang dari Rp80.000.000.000,00 (delapan puluh milyar rupiah), paling sedikit satu anggota Dewan Komisaris merupakan Komisaris Independen.

6) Dewan Komisaris memiliki pedoman dan tata tertib kerja termasuk pengaturan etika kerja, waktu kerja, dan rapat.

7) Dewan Komisaris tidak merangkap jabatan sebagai anggota Dewan Komisaris pada lebih dari 2 (dua) BPR atau BPRS lainnya, atau sebagai Direksi atau pejabat eksekutif pada BPR, BPRS dan/atau Bank Umum.

8) Mayoritas anggota Dewan Komisaris tidak memiliki hubungan keluarga atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan sesama anggota Dewan Komisaris atau Direksi.

9) Seluruh Komisaris Independen tidak ada yang memiliki hubungan

keuangan, kepengurusan,

kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lain, Direksi

dan/atau pemegang saham

pengendali atau hubungan lain yang

dapat mempengaruhi

kemampuannya untuk bertindak independen.

No Kriteria/Indikator

Perhitungan rata-rata dengan dibagi

jumlah pertanyaan (S): 9 2,00

Dikali dengan bobot Struktur dan

Infrastuktur Tata Kelola (S): 50% 1,00

B. Proses Penerapan Tata Kelola (P)

10) Dewan Komisaris telah

melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab serta memberikan nasihat kepada Direksi, antara lain pemberian rekomendasi atau nasihat tertulis terkait dengan pemenuhan ketentuan BPR termasuk prinsip kehati-hatian.

11) Dalam rangka melakukan tugas

pengawasan, Komisaris

mengarahkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis BPR.

12) Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan keputusan kegiatan operasional BPR, kecuali dalam hal penyediaan dana kepada pihak terkait sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai batas maksimum pemberian kredit BPR dan hal-hal lain yang ditetapkan dalam peraturan perundangan dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan.

13) Dewan Komisaris memastikan bahwa Direksi menindaklanjuti temuan audit intern, audit ekstern, hasil

No Kriteria/Indikator pengawasan Otoritas Jasa

Keuangan, dan/atau hasil pengawasan otoritas lainnya antara lain dengan meminta Direksi untuk menyampaikan dokumen hasil tindak lanjut temuan.

14) Dewan Komisaris menyediakan

waktu yang cukup untuk

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal dan menyelenggarakan Rapat Dewan Komisaris paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 bulan yang dihadiri oleh seluruh anggota Dewan Komisaris.

15) Pengambilan keputusan rapat Dewan Komisaris yang bersifat strategis telah dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat atau suara terbanyak dalam hal tidak tercapai musyawarah mufakat, atau sesuai ketentuan yang berlaku dengan mencantumkan dissenting opinion jika terdapat perbedaan pendapat.

16) Anggota Dewan Komisaris tidak

memanfaatkan BPR untuk

kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang merugikan atau mengurangi keuntungan BPR, serta tidak mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari BPR, selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan RUPS.

17) Anggota Dewan Komisaris melakukan pemantauan terhadap laporan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan yang memerlukan tindak lanjut

No Kriteria/Indikator

Skala Penerapan

Keterangan SB

(1) B (2)

CB (3)

KB (4)

TB (5) Direksi.

Jumlah jawaban pada Skala Penerapan

a x 1 b x 2 c x 3 d x 4 e x 5

Hasil perkalian untuk masing-

masing Skala Penerapan 2 10 3 0 0

Total nilai untuk seluruh Skala

Penerapan 15

Perhitungan rata-rata dengan dibagi

jumlah pertanyaan (P): 8 1,88

Dikali dengan bobot Proses

Penerapan Tata Kelola (P): 40% 0,75

Penerapan Tata Kelola (P): 40% 0,75