• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Permasalahan, Alternatif Pemecahan dan Rekomendasi

8.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

8.1.3. Analisa Permasalahan, Alternatif Pemecahan dan Rekomendasi

Analisa Permasalahan

Perkembangan suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh perkembangan penduduk yang terwujud dalam bentuk dan perkembangan kawasan mennjadi sebuah wilayah yang mempunyai daya tarik kawasan secara sosial dan ekonomi. Dengan demikian, seiring dengan

masyarakatnya terutama aspek fisiografi dan sosio-culturnya, serta kebutuhan akan sarana dan prasarana penunjang kehidupan. Disamping itu dengan bertambahnya jumlah penduduk akan berpengaruh pula terhadap perubahan tata gunan lahan, yang selanjutnya berpengaruh terhadap karakteristik wilayah. Untuk itu, perlu dilakukan proyeksi penduduk pada masing-masing kawasan, baik pada kawasan perkotaan maupun perdesaan sehingga dapat diperhitungkan dan prediksi kebutuhan sarana dan prasarana penunjang.

Analisa Kebutuhan Prasarana Permukiman

Dalam menganalisa kebutuhan sarana dan prasarana permukiman pada masing-masing wilayah perkotaan dan perdesaan, pendekatannya adalah dengan menggunakan analisa kebutuhan sarana prasarana wilayah (penetuan tingkat kebutuhan sarana prasarana wilayah dalam sistem wilayahnya) di Kawasan prioritas penanganan dengan menggunakan metode : Analisa berbasis pada SPM (Standart Pelayanan Minimum) dengan variabel-variabel yaitu Perumahan, Jalan Lingkungan, Air bersih, Drainase, sanitasi, dan Persampahan. Implementasi masing– masing metode dan model analisa untuk setiap variabel-variabel tersebut diatas akan dideskripsikan dalam bagian–bagian dibawah ini.

a. Perumahan

Kecenderungan permukiman yang dibangun secara individu adalah permukiman yang berupa perkampungan. Perumahan yang dibangun dan dikembangkan oleh pengembang/developer pada umumnya berupa rumah dengan berbagai macam tipe dan ukuran. Perkembangan kawasan permukiman di wilayah Kota Bangkalan diarahkan sebagai perumahan layak huni untuk berbagai lapisan masyarakat. Permasalahan yang terjadi dalam kaitannya dengan penyediaan perumahan di Kota Bangkalan adalah:

฀ Tidak meratanya perkembangan perumahan yaitu kecenderungannya berkembang ke arah timur dan selatan pusat kota.

฀ Perumahan yang dikembangkan oleh developer/pengembang yang berada di wilayah barat dan utara hamper tidak ada . Hal ini karena aksesibilitas ke arah barat dan utara kurang bagus dan tidak adanya fasilitas-fasilitas yang mampu menggerakkan perkembangan wilayah barat dan utara.

฀ Sebagian besar perkampungan yang berada di kota berkepadatan tinggi, misalnya perkampungan di sekitar Kelurahan Pangeranan ( Kampung Lebak dan Bandaran), perkampungan di belakang pasar baru saat ini ( Kelurahan Kraton )

Dengan melihat permasalahan diatas, terutama dalam kaitannya dengan pemerataan perkembangan fisik kota, maka sesuai dengan skenario dan arahan pengembangan Kota Bangkalan, pengembangan fisik kota diarahkan pada wilayah selatan kota. Upaya-upaya yang perlu dilakukan guna mendukung konsep dan arahan pengembangan Kota Bangkalan yaitu dengan cara mengembangkan fasilitas-fasilitas yang mempunyai efek ganda (multiplier efect) dan ditunjang dengan pengembangan aksesibilitas, misalnya dengan mengoptimalkan fungsi jalan lingkar, pengembangan jembatan yang menghubungkan antara pusat kota dengan wilayah timur kota. Dengan terealisasi jalan lingkar tersebut diharapkan aksesibilitas antar kawasan di wilayah Kota Bangkalan menjadi terbuka dan dapat memperlancar proses pergerakan penduduk.

Seiring dengan perkembangan Kota Bangkalan yang pesat, maka akan disertai dengan meningkatnya kebutuhan penggunaan lahan untuk kawasan terbangun terutama dalam kaitannya kebutuhan akan tempat tinggal. Mengingat keterbatasan lahan untuk wilayah kota, maka didalam pengembangan permukiman penduduk lebih ditekankan bekerja sama dengan pengembang (dalam wujud pengembangan perumahan). Selain itu pengembangan perumahan pada masa yang akan datang harus

didorong melalui pembentukan rumah bertingkat/vertikal. Adapun pengaturan lebih lanjut ditetapkan dalam rencana intensitas bangunan.

Perumahan yang dikembangkan oleh developer/pengembang

Pada wilayah Kota Bangkalan saat ini sudah mulai berkembang perumahan yang dikembangkan oleh pengembang. Perkembangan kawasan perumahan tersebut kecenderungannya berkembang ke arah Timur dan selatan kota, seperti perumahan Wisma Pangeranan Asri, Pondok Halim I/II, Perumahan Griya abadi, Perumahan Nilam permai, Graha Candraland, Graha Mentari, IMC, Graha Utama dan lain-lain. Pengembangan perumahan sampai saat ini terus berkembang seiring dengan minat masyarakat akan kebutuhan perumahan yang dikembangkan oleh developer/pengembang.

Didalam pengembangan perumahan ini harus disesuaikan dengan kebutuhan dan pangsa pasar. Dengan demikian diharapkan perumahan yang telah dikembangkan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan kondisi seperti ini, maka didalam penyediaan perumahan diarahkan untuk masyarakat berpendapatan menengah kebawah, yaitu berupa rumah sederhana.

Disamping itu penyediaan perumahan ini juga dapat dilakukan melalui pengembangan kapling siap bangun. Jumlah kebutuhan rumah yang akan direncanakan di wilayah Kota Bangkalan hingga tahun 2015 adalah sebanyak 7.542 unit dan tahun 2015 kebutuhan rumah mencapai 12.238 unit rumah.

Sedangkan perkiraan kebutuhan rumah berdasarkan asumsi perbandingan tipe rumah besar, sedang dan rumah kecil (perbadingan 1 : 3 : 6) adalah :

1. Perkiraan kebutuhan rumah hingga tahun 2007 berdasarkan perbandingan 1 : 3 : 6 adalah tipe rumah kecil sebanyak 4.525 unit, rumah tipe sedang sebanyak 2.265 unit dan rumah tipe besar sebanyak 754 unit.

2. Perkiraan kebutuhan rumah hingga tahun 2015 berdasarkan perbandingan 1 : 3 : 6 adalah; tipe rumah kecil sebanyak 7.343 unit, tipe rumah sedang sebanyak 3.671 unit dan tipe rumah besar sebanyak 1.224 unit.

b. Prasarana Jalan

Pelayanan kebutuhan prasarana jalan dalam hal ini akan lebih ditikberatkan pada pemenuhan kebutuhan pelayanan prasarana jalan pada kawasan perdesaan. Hal tersebut didasari pertimbangan karena sebagian besar prasarana jalan pada wilayah perkotaan kondisinya sudah cukup baik dan memadai, sehingga hanya akan difokuskan pada pelayanan pada wilayah perdesaan saja. Analisa prasarana jalan pada desa-desa yang termasuk kedalam wilayah kawasan perdesaan mencakup kebutuhan prasarana jalan dan jenis perkerasan jalan yang ada. Dengan menggunakan parameter tahun perencanaan maksimum yaitu tahun 2013 dengan dasar pertimbangan kebutuhan panjang jalan sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan Analisa Kebutuhan Prasarana Jaringan Jalan di Wilayah perdesaan prioritas di Kabupaten Bangkalan, untuk kebutuhan prasarana jaringan jalan pada tiap-tiap desa tersebut hingga tahun 2017 tidak memerlukan penambahan jaringan jalan karena jalan yang ada sudah mencukupi kebutuhan prasarana jalan. jadi yang diperlukan hanya berupa peningkatan atau perbaikan kualitas perkerasan jalan dari yang sebelumnya berupa makadam maka ditingkatkan menjadi perkerasan aspal. Adapun hasil perhitungan analisa kebutuhan prasarana

Kebutuhan Prasarana Jalan = 50 m / Ha Lahan terbangun

jalan pada masing-masing desa-desa di wilayah perdesaan prioritas di kabupaten Bangkalan dapat dilihat pada tabel berikut.

c. Air Bersih

Analisa kebutuhan air bersih pada masing-masing wilayah di Kawasan Perkotaan menggunakan analisa yang berbasis pada Standart Pelayanan Minimum. Dimana dalam analisa kebutuhan air bersih di wilayah ini menggunakan dasar-dasar pertimbangan yaitu direncanakan 20–30 % dari kebutuhan total (kebutuhan domestik dan non domestik), Kebutuhan air bersih untuk fasilitas non-rumah tangga dihitung berdasarkan 10% dari kebutuhan rumah tangga, Sumber air bersih yang diprioritaskan adalah mata air dengan sistem pengaliran secara gravitasi. Kapasitas mata air sesuai dengan data sekunder dan belum dilakukan pengukuran terhadap kapasitas sumber dan Tingkat layanan sambungan rumah yaitu 1 unit sambungan rumah untuk 10 meter. Adapun hasil analisa perhitungan kebutuhan sarana dan prasarana air bersih pada kelurahan dan desa prioritas di Kawasan Perkotaan dan Perdesaan adalah sebagai berikut :

d. Sanitasi

Pertimbangan untuk analisa kebutuhan prasarana Sanitasi pada kawasan perencanaan yaitu berupa sarana MCK (Mandi-Cuci-Kakus) antara lain :

1. Tingkat pelayanan MCK untuk 5 KK/unit (25 jiwa/unit). 2. Tingkat pelayanan Sanimas untuk 65KK/unit (325 jiwa/unit)

3. Jangkauan pelayanan untuk sarana sanitasi adalah 50% - 80% dari seluruh penduduk wilayah perencanaan.

Adapun hasil analisa kebutuhan sarana Sanitasi pada masing-masing lokasi di Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di kabupaten Bangkalan adalah sebagai berikut.

Kebutuhan akan prasarana persampahan baik yang berupa sarana TPS (Tempat Pembuangan Sampah), gerobak, sarana composting dan lainnya di wilayah perencanaan akan disesuaikan untuk dibangun pada lokasi pusat-pusat kegiatan desa dengan asumsi tingkat kepadatan penduduk > 50 jiwa/Ha. Pola penanganan sampah di Wilayah dengan kepadatan penduduk <50 jiwa/ha akan diarahkan pada sistem pengelolaan secara onsite dengan hasil olahan nantinya untuk kompos. Adapun asumsi-asumsi pertimbangan untuk analisa pelayanan sarana dan prasarana persampahan di Kawasan Perkotaan dan Perdesaan adalah :

1. Produksi sampah rumah tangga 2,5 liter/orang/hari

2. Kebutuhan 1 gerobak sampah = 1 m³ untuk melayani 400 jiwa. 3. Kebutuhan sarana Tempat Pembuangan Sampah (TPS) akan

diarahkan pada wilayah perkotaan.

4. Pada kawasan perdesaan pengolahan sampah dilakukan secara onsite (Composting Rumah Tangga).

5. 1 sarana composting berkapasitas 2 m³.

6. Transfer depo difungsikan pula untuk melakukan daur ulang sampah organic.

7. Adanya sosialisasi mengenai pemisahan sampah organic dan anorganik.

Adapun hasil analisa kebutuhan prasarana persampahan pada masing-masing lokasi di Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di Kabupaten Bangkalan dapat dilihat pada tabel berikut.

Alternatif Pemecahan

Pengelolaan dan pengembangan kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan terutama ditujukan untuk menunjang program pembangunan berkelanjutan. Kawasan perdesaan sebagai kawasan permukiman diarahkan memiliki dan dilengkapi dengan pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Selanjutnya untuk mendorong pengembangan perdesaan dilakukan pembentukan kawasan

desa pusat pertumbuhan, desa strategis, maupun kawasan agropolitan melalui keterkaitan kawasan perkotaan–perdesaan. Dan Penataan kawasan perkotaan dilakukan sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing yakni sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah, pusat pengolahan dan distribusi hasil pertanian, perdagangan, jasa, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, serta transportasi, pergudangan dan sebagainya.

Peningkatan lingkungan permukiman sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, melalui :

฀ Perencanaan dan pengembangan sistem pengelolaan dan pembangunan infrastruktur di perdesaan dan perkotaan secara terpadu yang dilakukan oleh dinas, masyarakat, swasta ataupun sistem perbantuan.

฀ Upaya peningkatan kesadaran kesehatan lingkungan permukiman melalui : penyuluhan, kegiatan gotong royong dan peningkatan keswadayaan.

฀ Keikutsertaan masyarakat didalam merencanakan, melaksanakan dan memelihara kualitas hidup masing-masing baik di perdesaan maupun di perkotaan.

฀ Meningkatkan peran lembaga keswadayaan masyarakat di dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan permukiman.

Atas dasar tersebut pemerataan dan pengembangan sarana dan prasarana permukiman secara bertahap akan dilakukan. Pada kawasan perkotaan peningkatan kegiatannya diarahkan untuk permukiman dengan fasilitas penunjangnya, dan terdapat kawasan-kawasan dengan fungsi tertentu untuk kegiatan usaha dan lainnya. Pada kawasan permukiman pedesaan, maka pengalihan fungsi untuk kegiatan pertanian ke kawasan terbangun diijinkan, tetapi harus menghindari penggunaan tanah yang subur terutama pada kawasan sawah kelas I dan kelas II serta kawasan perkebunan. Adapun alternatif pemecahan permasalahan pada masing-masing lokasi kawasan perkotaan dan perdesaan di Kabupaten Bangkalan adalah sebagai berikut :

A. Kawasan Permukiman Perkotaan;

• Antisipasi dan penyediaan permukiman bagi masyarakat perkotaan.

• Peremajaan dan Penyehatan lingkungan permukiman terutama pada kawasan permukiman kumuh dan padat.

• Pemugaran perumahan penduduk yang berupa non permanen sebagai bentuk peningkatan kualitas rumah.

• Penyediaan dan rehabilitasi sarana dan prasarana dasar permukiman perkotaan.

• Efisiensi pemanfaatan lahan untuk permukiman

• meningkatkan ketersediaan permukiman dan mendayagunaan permukiman dan mendayagunakan fasilitas yang ada di sekitarnya

• Relokasi pemukiman penduduk yang berada pada kawasan rawan bencana seperti pada kawasan sempadan sungai (rawan longsor) dan kawasan rawan banjir.

• Sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat mengenai pemahaman kebencanaan dan pengembangan dan penyehatan lingkungan permukiman.

Kawasan Permukiman Perdesaan;

• Peremajaan dan Penyehatan lingkungan permukiman terutama pada kawasan permukiman penduduk.

• Pemugaran perumahan penduduk yang berupa non permanen sebagai bentuk peningkatan kualitas rumah.

• Penyediaan dan pengembangan sarana dan prasarana dasar permukiman perdesaan.

• Pemisahan antara perumahan dan tempat hunian ternak untuk menjamin tingkat kesehatan penghuni rumah.

• Sosialisasi dan pemberdayaan kepada masyarakat mengenai peningkatan kualitas hidup dan penyehatan lingkungan permukiman.

• Pengaturan pengembangan fisik atau kawasan terbangun tidak menggunakan kawasan pertanian yang produktif.

Rekomendasi

Pengelolaan pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman dilakukan dengan menyediakan tempat bermukim yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan yang sesuai untuk pengembangan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Adapaun kriteria kawasan yang diperuntukan bagi permukiman, yaitu harus memenuhi kriteria-kriteria :

• Kesesuaian lahan dengan masukan teknologi yang ada • Ketersediaan Air

• Lokasi yang terkait dengan kawasan hunian yang telah ada/berkembang

• Tidak terletak di kawasan tanaman pangan lahan basah

Kebijakan pengembangan kawasan permukiman dibagi menjadi kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan.

Adapun kebijaksanaan pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Bangkalan yaitu :

Lebih mengefisienkan pemanfaatan lahan;

Peningkatan sistem fasilitas dan utilitas pelayanan; Meningkatkan kualitas permukiman kumuh;

Meningkatkan kualitas lingkungan;

Memperhatikan proyeksi pertambahan penduduk dengan ketersediaan lahan permukiman perlu atau tidaknya untuk pengembangan vertikal.

Dan Kebijakan pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Bangkalan yaitu:

Meningkatkan sumber-sumber air memperluas pelayanan air bersih sampai ke tingkat desa-desa;

Meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman yang sehat dan bersih;

Meningkatkan kualitas dan penyediaan fasilitas dan utilitas lingkungan/ pemukiman;

Kebijakan pembangunan permukiman perdesaan pada daerah tertinggal;

Akses fisik ke kota/PKL terdekat.