• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM af7b319104 BAB VIIIBAB VIII ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM af7b319104 BAB VIIIBAB VIII ASPEK TEKNIS PER SEKTOR"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

8.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

8.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Pengembangan Permukiman adalah rangkaian kegiatan yang

bersifat multisektor meliputi kegiatan pengembangan permukiman baru

dan peningkatan kualitas permukiman lama baik di perkotaan (kecil,

sedang, besar dan metropolitan), di perdesaan (termasuk daerah-daerah

tertinggal dan terpencil) maupun kawasan-kawasan tertentu.

Pengembangan permukiman baik pada perkotaan maupun di

perdesaan pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan

dan perdesaan yang layak huni (livable), aman, nyaman, damai dan

sejahtera serta berkelanjutan. Permukiman merupakan salah satu

kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada

masyarakat untuk memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera,

berbudaya, dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini

meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan dan

perdesaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi

masyarakat berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan,

pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di

perkotaan. Perkembangan permukiman hendaknya juga

mempertimbangkan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempat,

agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi masyarakat dan

alam lingkungannya.

Pengembangan permukiman di Kabupaten Bangkalan selama ini

masih banyak mengalami kendala yang cukup besar. Dalam

perkembangannya, pengembangan permukiman masih bersifat parsial

(2)

Kabupaten Bangkalan masih mengacu pada Undang-undang nomor 4

tahun 1992 tentang Perumahan. Dengan demikian diharapkan dengan

adanya penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah

bidang permukiman di Kabupaten Bangkalan dapat mendorong

pertumbuhan yang cukup signifikan dalam bidang permukiman. Adapun

rincian pengembangan permukiman di Kabupaten Bangkalan ini meliputi :

1. Pengembangan Kawasan Permukiman

2. Rencana pengembangan jaringan prasarana dasar (misalnya

air bersih, sanitasi, drainase, sampah)

3. Rencana investasi jaringan prasarana

4. Rencana fasilitas umum

5. Peningkatan Kualitas Permukiman

6. Rencana peningkatan dan perluasan prasarana dan sarana

8.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tentangan

8.1.2.1.Isu Strategis

8.1.2.2.Kondisi Eksisting

Karakteristik Permukiman yang terdapat diwilayah Kabupaten

Bangkalan dapat dibedakan menjadi 2 jenis kawasan permukiman yaitu

Kawasan Permukiman Perdesaan dan Kawasan Permukiman Perkotaan.

Kawasan pemukiman pedesaan adalah suatu kawasan untuk pemukiman

yang pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh tanah pertanian,

tegalan, perkebunan dan tanah kosong serta mempunyai aksesbilitas

umumnya kurang, jumlah sarana dan prasarana penunjang juga terbatas

atau hampir tidak ada. Sedangkan Kawasan Pemukiam Perkotaan adalah

kawasan yang digunakan untuk kegiatan pemukiman dengan ditunjang

oleh sarana prasarana transportasi yang umumnya memadai, fasilitas

peribadatan, pendidikan, perdagangan, perkantoran, dan pemerintahan,

serta jasa. Fungsi dari kawasan ini adalah sebagai pusat pemerintahan

dan sekaligus sebagi pusat atau sentra kegiatan perekonomian.

Berdasarkan gambaran perkembangan kawasan permukiman yang

(3)

1 Kamal 874.27 2279.93 874.72 58.4 52.62 4139.94 2 Labang 779.90 1 735.20 907.90 - 99.70 3 522.70 3 Kwanyar 1 029.10 2 848.10 613.70 - 277.30 4 768.20 4 Modung 1 611.60 4 449.54 1 709.01 - 120.46 7 890.61 5 Blega 2 991.67 3 653.02 1 858.13 410.00 369.74 9 282.56 6 Konang 2 426.17 5 162.07 1 384.51 - - 8 972.75 7 Galis 809.00 9 147.00 970.00 860.77 - 11 786.77 8 Tanah Merah 2 408.09 2 663.64 1 701.35 - 464.18 7 237.26 9 Tragah 1 674.72 1 345.09 844.73 - 96.62 3 961.16 10 Socah 1 659.21 2 013.35 1 081.56 - 586.93 5 341.05 11 Bangkalan 1 336.34 422.88 1 320.17 - 422.39 3 501.78 12 Burneh 2 968.24 1 531.62 765.13 - 1 005.73 6 270.72 13 Arosbaya 2 131.93 1 199.93 845.71 0.00 67.70 4 245.27 14 Geger 2 818.63 9 112.59 234.40 123.50 166.55 12 455.67 15 Kokop 1 673.30 7 287.71 591.61 2 563.35 459.03 12 575.00 16 Tanjung Bumi 1 214.30 4 415.70 916.10 - 246.70 6 792.80 17 Sepulu 1 244.00 4 583.19 634.49 236.15 429.31 7 127.14 18 Klampis 753.90 3 929.10 1 548.90 - 478.50 6 710.40

30404.37 67779.66 18802.12 4252.17 5343.46 126581.78

Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2006

Total

Luas Total (Ha) Lain-lain

Hutan Negara Bangunan/

Pekarangan Tanah

Sawah

No Kecamatan

Jenis Penggunaan Tanah ( Ha ) Tanah

Tegalan

terbangun yang berupa permukiman baik di kawasan perkotaan dan

kawasan perdesaan, sebesar 18.800 Ha atau mencakup 15% dari luas

wilayah Kabupaten Bangkalan.

Tabel 8.1

(4)
(5)

A. Permukiman Perkotaan

Dari 18 (delapan belas) kecamatan yang tersebar diseluruh wilayah

Kabupaten Bangkalan, berdasarkan orde kota yang dirumuskan didalam

RTRW Kabupaten Bangkalan, maka wilayah perkotaan hirarki tertinggi

yaitu Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah Kecamatan Bangkalan yang

merupakan wilayah Ibukota Kabupaten. Dengan dasar pertimbangan

tersebut, maka wilayah perkotaan prioritas adalah Kecamatan Bangkalan

yang merupakan pusat (kutub orientasi) tarikan dan perkembangan bagi

seluruh wilayah di Kabupaten Bangkalan.

Di Kecamatan Bangkalan terdapat 7 kelurahan yang tersebar

diseluruh wilayahnya. Dari 7 kelurahan tersebut dibagi dalam 3 Wilayah

Pengamatan :

1. Wilayah Pengamatan Selatan meliputi Kel. Mlajah dan Kel.

Kemayoran :

Wilayah pengamatan selatan memiliki luas sebesar 694,35 Ha.

Luas lahan terbesar adalah lahan untuk sawah dan lahan kosong

yaitu sebesar 362,15 Ha yang banyak tersebar di wilayah

Kelurahan Mlajah. Kemudian disusul oleh lahan untuk pemukiman

yaitu sbebesar 173,68 Ha yang secara proporsional sebenarnya

lebih besar di kelurahan kemayoran akan tetapi berdasar atas

jumlah lebih banyak terdapat di Kelurahan Mlajah. Perkembangan

lahan terbangun yang berkembang dalam 5 hingga 10 tahun ini

adalah guna lahan untuk kawasan perkantoran , dimana pada WP

Selatan in adalah seluas 28,65 Ha .

2. Wilayah Pengamatan Tengah meliputi Kel. Pangeranan, Kel.

Demangan dan Kel. Keraton :

Wilayah pengamatan Tengah memiliki luas sebesar 324,525 Ha.

WP ini sebagai kawasan CBD kota memiliki proporsi luas lahan

terbangun terbesar yaitu lebih dari 77 % lahanya adalah lahan

terbangun. Guna lahan terbesar di WP ini adalah untuk kawasan

(6)

Kelurahan. Kemudian disusul oleh lahan untuk perdagangan dan

jasa yaitu sebebesar 25,29 Ha yang secara proporsional

terkosentrasi di kelurahan Demangan dan Kraton. Wilayah

Pengamatan Utara meliputi Kel. Pejagan dan Kel. Bancaran :

3. Wilayah pengamatan Utara memiliki luas sebesar 788,79 Ha Luas

lahan terbesar adalah lahan untuk sawah dan lahan kosong yaitu

sebesar 419,84 Ha yang banyak tersebar di wilayah Kelurahan

Bancaran . Kemudian disusul oleh lahan untuk pemukiman yaitu

sbebesar 154,31 Ha yang secara proporsional sebenarnya lebih

besar di kelurahan Pejagan akan tetapi berdasar atas jumlah lebih

banyak terdapat di Kelurahan Bancaran . Perkembangan lahan

terbangun yang berkembang dalam 5 hingga 10 tahun ini adalah

guna lahan untuk kawasan perdagangan dan jasa , dimana pada

WP Selatan ini adalah seluas 16,93 Ha .

Kutub pertumbuhan pada Kecamatan Bangkalan terletak pada

Desa/Kelurahan Kemayoran, Pangeranan, Demangan, Keraton dan

Pejagan. Fakta ini didukung oleh keuntungan lokasional yang terletak di

sepanjang jalan arteri primer dan keberadaan guna lahan kawasan

perdagangan dan jasa, fasilitas perkantoran serta fasilitas transportasi

regional di Desa/Kelurahan tersebut.

Pada umumnya bangunan rumah penduduk dikawasan

permukiman perkotaan terdiri dari bangunan yang sudah lebih baik dan

permanen dengan konstruksi utama berupa konstruksi beton. Namun

dibeberapa permukiman kawasan yang lebih bersifat rural, masih banyak

terdapat bangunan yang terbuat dari kayu dengan kondisi yang relatif

kurang baik.

Berdasarkan kondisi faktual mengenai kondisi bangunan rumah

penduduk yang terdapat di 4 Kelurahan kawasan perkotaan di Kabupaten

Bangkalan, dapat dibedakan menjadi 3 jenis kondisi rumah yaitu : Rumah

Permanen, Rumah Semi Permanen dan Rumah Non Permanen. Definisi

kondisi rumah permanen ini adalah rumah yang memiliki pondasi dan

(7)

permanen yaitu rumah yang memiliki pondasi dan material rumah

merupakan kombinasi semen, tembok dan kayu/papan, serta rumah

kondisi Non Permanen adalah rumah yang memiliki pondasi dan material

bangunan didominasi bahan kayu, papan, dan bambu. Sebagian besar

kondisi perumahan penduduk pada wilayah perkotaan berupa rumah

permanen, hanya sebagian kecil saja perumahan penduduk yang yang

berupa rumah semi permanen maupun rumah non permanen.

Jenis permukiman di wilayah perkotaan di Kecamatan Bangkalan

meliputi permukiman informal (permukiman kampung) yang dibangun oleh

perorangan dan permukiman formal (real estate). Permukiman Formal

yang ada di wilayah perkotaan cenderung tersebar dalam jumlah yang

kecil dan hanya terdapat pada beberapa titik-titik lokasi seperti yang

dijumpai pada Kelurahan Mlajah, Kemayoran, Pejagan, Bancaran, Kraton.

Sedangkan pola permukiman dengan karakter informal (kampung) cukup

banyak dijumpai dihampir seluruh wilayah perencanaan. Kondisi

permukiman perkampungan beberapa diantaranya telah tertata dengan

baik, dan beberapa diantaranya pula belum tertata dengan baik. Pada

umumnya tidak tertatanya perkampungan dapat dilihat dari kondisi

lingkungan yang cukup padat dan kumuh serta dan kondisi fasilitas sarana

seperti saluran drainase, kondisi jalan, sanitasi dan lain-lain yang kurang

memadai dan mengalami kerusakan.

Karakter Permukiman informal (kampung)

Karakter permukiman informal di kawasan permukiman perkotaan

pada umumnya memiliki kepadatan yang cukup tinggi, dengan pola

tatanan rumah mengelompok, dan akses untuk menuju ke pusat

pelayanan cukup memadai, dengan kepadatan yang cukup tinggi dan

kurang memiliki bahkan tidak memiliki halaman rumah (pekarangan) yang

cukup luas, dengan pola tatanan komunal atau mengelompok pada titik

tertentu.

(8)

Keberadaan kawasan permukiman formal di kawasan perkotaan

terbentuk oleh adanya upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

akan kebutuhan perumahan yang semakin meningkat dan cenderung

terdapat pada kawasan perkotaan. Karakteristik perumahan formal

tersebut antara lain sebagai berikut : Pola jaringan jalan yang tertata

dengan baik, walaupun untuk kondisi lingkungannya masih belum tertata,

baik untuk ruang terbuka hijau maupun resapan air, Lantai bangunan

rata-rata berupa 2 lantai, Umumnya memiliki fasade bangunan yang seragam

sebagai identitas rumah kawasan perumahan, Aksesbilitas yang ada di

kawasan perumahan rata–rata memiliki akses yang cukup baik, dan

mudah untuk menuju ke pusat pelayanan (baik itu ke tempat pendidikan,

perdagangan dan jasa, perkantoran dan lain – lain) dan Lebar jalan di

(9)

Wil. Pengamatan ( Kelurahan )

Pemukiman Perkantoran Perdagangan Peribadatan Kesehatan Pendidikan Makam Fas. Umum Sawah Mangrove Tambak Kebun Salak Jumlah A WP Selatan

1. Mlajah 108,965 19,23 4 0,98 0,78 8,95 5,03 8,25 324,56 23,33 18,01 10,12 532,205

2. Kemayoran 70,365 5,32 9,78 1,27 0,57 4,74 0,82 2,03 37,59 13,76 10,29 5,61 162,145

Jumlah 173,68 28,65 13,78 2,25 1,35 13,69 5,85 11,83 362,15 37,09 28,3 15,73 694,35

B WP Tengah

1. Pangeranan 109,54 0,75 7,97 1,23 0,23 1,79 0,09 0,23 0 5,5 31,97 1,25 165,05

2. Demangan 35,97 0,79 11,09 1,05 0,33 0,98 0,15 0,27 2,35 0 0 1,23 55,01

3. Keraton 66,12 1,89 6,23 1,61 0,27 1,35 0,15 0,15 30,155 0 0 1,84 104,465

Jumlah 211,63 3,43 25,29 3,89 0,83 4,12 0,39 0,65 32,505 5,5 31,97 4,32 324,525

C WP Utara

1 Pejagan 50,6 4,89 8,97 1,3 6,98 6,01 3,25 2,8 39,15 0 0 9,05 133

2 Bancaran 103,71 1,05 7,96 1,05 4,56 6,05 1,41 3,05 380,69 36,05 90,57 1,2 655,79

Jumlah 154,31 5,94 16,93 2,35 11,54 12,06 4,66 5,85 419,84 36,05 90,57 10,25 788,79

539,62 38,02 56 8,49 13,72 29,87 10,9 18,33 814,495 78,64 150,84 30,3 1807,655 29,852 2,103 3,098 0,470 0,759 1,652 0,603 1,014 45,058 4,350 8,345 1,676 100 Sumber : Hasil perhitungan planimetri Tahun 2004

Luas Penggunaan Lahan Tahun 2004 ( Ha )

TOTAL JUMLAH No.

Persentase ( % )

Tabel 8.2

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

B. Permukiman Perdesaan

Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Bangkalan pada saat ini (thn

2009) berjumlah 281 Desa/Kelurahan dengan spesifikasi 273 Desa dan 8

Kelurahan.

Jumlah keluarga miskin di Kabupaten Bangkalan 138.950 jiwa (± 65,68%),

tertinggi berada diwilayah Kecamatan Blega 12.438 jiwa, diikuti wilayah

Kecamatan Galis 12.284 jiwa dan terendah berada di wilayah Kecamatan

Arosbaya 2.170 jiwa.

Tingginya keberadaan desa tertinggal di Kabupaten Bangkalan

disebabkan :

Keterbatasan lapangan kerja

Tempat tinggal penduduk yang belum terpenuhi sarana dan prasarana

dasar sesuai kebutuhan

Kualitas kesehatan, pendidikan lingkungan permukiman, usaha dan

produktuvitas masih rendah

Rendahnya akses ekonomi

Kurangnya partisipasi swasta

Penentuan wilayah permukiman kawasan perdesaan prioritas

penanganan dalam kegiatan Penyusunan Rencana Program Investasi

Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bangkalan adalah didasarkan oleh

rujukan terhadap hasil studi terdahulu berupa Penyusunan Perencanaan

Program Pembangunan Bidang Permukiman Pada Desa Miskin Tertinggal

Di Kecamatan Geger dan Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan yang

dilakukan oleh Dinas Permukiman Pemerintah Propinsi Jawa Timur pada

tahun anggaran 2008. Dari hasil studi tersebut, ditentukan desa-desa

miskin tertinggal prioritas penanganan yaitu Desa Banyoning Laok dan

Desa Katol Barat di Kecamatan Geger serta Desa Gangseyan dan Desa

Klapayan di Kecamatan Sepulu, dengan dasar-dasar pertimbangan yaitu

Kawasan Miskin Tertinggal adalah kawasan yang memiliki karakter

wilayah yang lebih tertinggal dari kawasan–kawasan lain dan memiliki

(15)

manusia, tingkat pelayanan sarana prasarana wilayah dan memiliki tingkat

aksesbilitas yang rendah dalam sebuah sistem kewilayahan.

Memandang ketertinggalan suatu kawasan yang meliputi

faktor-faktor tersebut di atas, maka titik tolak penilaian dari ketertinggalan

kawasan dan pemilihan lokasi Kawasan Miskin Tertinggal di Kecamatan

Geger dan Kecamatan Sepulu adalah :

1. Desa dengan tingkat aksesbilitas terendah dari sub wilayah (desa)

lainnya dalam satu wilayah kecamatan diasumsikan sebagai

Kawasan Desa miskin tertinggal.

2. Desa yang memiliki tingkat SDM terendah dari sub wilayah (desa)

lainnya dalam satu wilayah kecamatan diasumsikan sebagai

Kawasan Desa miskin tertinggal.

3. Desa yang memiliki tingkat ekonomi terendah dari sub wilayah

(desa) lainnya dalam satu wilayah kecamatan

4. Desa yang memiliki ketersediaan sarana dan prasarana wilayah

terendah dari sub wilayah (desa) lainnya dalam satu wilayah

kecamatan.

Merujuk dari hasil Studi Kegiatan Penyusunan Perencanaan

Program Pembangunan Bidang Permukiman Pada Desa Miskin

Tertinggal di Kecamatan Geger dan Kecamatan Sepulu serta atas dasar

pertimbangan keempat point tersebut diatas, maka ditarik kesimpulan

bahwa desa-desa prioritas penanganan dalam kegiatan Penyusunan

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten

Bangkalan pada kawasan Perdesaan meliputi 4 (dua) desa yaitu Desa

Banyoning Laok dan Desa Katol Barat di Kecamatan Geger serta Desa

Gangseyan dan Desa Klapayan di Kecamatan Sepulu. Dengan

karakteristik wilayah yaitu kawasan yang memiliki karakter wilayah yang

lebih tertinggal dari kawasan–kawasan lain dan memiliki permasalahan

dalam aspek potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, tingkat

pelayanan sarana prasarana wilayah dan memiliki tingkat aksesbilitas

(16)

C. PrasaranaDasar Permukiman

Dalam konstelasi regional, wilayah perkotaan merupakan sub

sentral dan pusat aglomerasi kegiatan sosial ekonomi bagi Kabupaten,

sehingga perkembangan wilayahnya diarahkan pada kegiatan-kegiatan

non pertanian dan multisektoral, dengan ketersediaan dan pelayanan

sarana dan prasarana pendukung yang cukup lengkap dan memadai.

Sedangkan kawasan perdesaan adalah suatu kawasan untuk pemukiman

dimana arah pengembangannya lebih dititik beratkan pada sektor agraris

(pertanian) sehingga pada perkembangannya, pada lokasi sekitarnya

masih didominasi oleh tanah pertanian, tegalan, perkebunan dan tanah

kosong serta mempunyai aksesbilitas umumnya kurang, jumlah sarana

dan prasarana penunjang juga terbatas atau hampir tidak ada.

Untuk menunjang berbagai kegiatan yang ada, baik pada kawasan

perkotaan maupun kawasan perdesaan, maka ketersediaan prasarana

penunjang merupakan faktor pendukung utama dalam upaya pengelolaan

dan pengembangan kawasan secara berkelanjutan. Prasarana dasar

penunjang permukiman pada kawasan perkotaan dan perdesaan yaitu

meliputi prasarana jalan dan jembatan, prasarana air bersih, prasarana

drainase, prasarana persampahan, dan prasarana sanitasi. Ketersediaan

dan kondisi prasarana dasar tersebut, sangat mempengaruhi

perkembangan suatu kawasan, baik dalam mendorong perkembangan

wilayah secara fisik sosial, maupun ekonomi. Adapun gambaran

mengenai prasarana prasarana dasar permukiman pada kawasan

perkotaan dan perdesaan di Kabupaten Bangkalan adalah sebagai

berikut.

1) Jalan

Pelayanan prasarana jalan dan jembatan yang ada di Kawasan

permukiman perkotaan pada umumnya sudah cukup baik, terutama pada

jalan-jalan poros (utama) yang berfungsi menghubungkan antar

(17)

yang terdapat pada kawasan perkotaan, sebagian besar sudah cukup baik

dan memadai. Jalan-jalan tersebut juga berfungsi ekonomis bagi

wilayah-wilayah dalam Kawasan perkotaan, mengingat fungsi kawasan perkotaan

yang merupakan pusat aglomerasi kegiatan sosial ekonomi dengan skala

pelayanan kabupaten, sehingga ketersediaan serta kondisinya harus

cukup baik dan memadai. Pada umumnya prasarana jalan dan jembatan

yang menjadi penghubung bagi wilayah perkotaan memiliki kondisi cukup

baik, dimana perkerasannya pun berupa aspal kondisi baik, sedangkan

jalan lingkungan pada kawasan permukiman berupa perkerasan semen

dan paving.

Prasarana jalan yang ada di wilayah kawasan perdesaan pada

umumnya sudah cukup baik, terutama pada jalan-jalan poros (utama)

yang berfungsi menghubungkan antar pusat desa dengan pusat

kecamatan dan jalan menghubungkan antar desa. Jalan utama yang

menjadi penghubung wilayah memiliki kondisi perkerasan aspal dengan

kondisi cukup baik. Jalan antar desa dilayani oleh jalan lokal yang sudah

terhubung ke seluruh yang ada. Permasalahan-permasalahan yang terkait

dengan bidang prasarana jalan di kawasan perdesaan pada umumnya

yaitu, terdapatnya kondisi perkerasan jalan yang mengalami kerusakan

pada ruas-ruas tertentu pada jalan penghubung antar desa dan jalan

lingkungan penghubung antar kawasan pemukiman. Selain itu, pada

jalan-jalan lingkungan yang menghubungkan antar pemukiman penduduk

masih ditemukan jalan-jalan yang berupa perkerasan makadam dan

perkerasan tanah.

2) Air Bersih

Sumber air bersih yang terdapat di empat kelurahan kawasan

perkotaan prioritas terdiri dari PDAM, dan Sumur Bor. Sebagian besar

penduduk memanfaatkan sumber-sumber`air dari pelayanan PDAM untuk

keperluan kehidupan sehari-hari. Di wilayah Kawasan perkotaan,

sebagian besar kegiatan penduduk, baik untuk kegiatan pemukiman,

(18)

terlayani air bersih baik dari saluran pipaniasi sumber air bersih PDAM

yang ada terdistribusi keseluruh wilayah perkotaan.

Ketersediaan sumber-sumber prasarana air bersih pada kawasan

perdesaan pada umumnya lebih memanfaatkan sumber-sumber air

sekitar. Jika melihat kondisi wilayah perdesaan yang sebagian besar

penggunaan lahannya yang didominasi lahan tak terbangun serta

peruntukkan lahan berupa lahan-lahan pertanian, perkebunan dan

lainnya, maka potensi sumber air bersih di kawasan perdesaan masih

cukup banyak. Berdasarkan kondisi faktual pemanfaatan sumber air

bersih oleh penduduk dikawasan perdesaan, pada umumnya Sebagian

besar penduduk memanfaatkan air tanah baik dari sumur pompa maupun

sumur gali, serta kran-kran umum yang tersedia guna memenuhi

kebutuhan air bersih untuk kehidupan sehari-hari.

3) Drainase

Saluran drainase yang berfungsi sebagai saluran air permukaan di

sebagian besar diwilayah perkotaan merupakan saluran air permukaan

dengan perkerasan saluran berupa perkerasan beton. Dimana saluran

drainase itu terletak di sepanjang bahu jalan yang melintas pada

jalan-jalan yang melintas di wilayah perkotaan tersebut. Berdasarkan kondisi

faktualnya, sebagian besar saluran drainase berfungsi dengan baik,

walupun pada beberapa titik lokasi saluran drainase tidak berfungsi

dengan optimal dan lancar karena beban kapasitas saluran yang sudah

tidak sebanding dengan debit aliran serta akibat tersumbat oleh material

sampah pada saluran-saluran. Dengan demikian, jika pada musim-musim

curah hujan tinggi, maka keadaan tersebut sangat mengakibatkan

terjadinya genangan air atau banjir musiman akibat lambatnya air

permukaan yang digelontorkan ke saluran drainase yang ada. Kondisi

demikian, terjadi pada kawasan permukiman di Kelurahan Mlajah. Untuk

itu perlu penanganan lebih lanjut agar saluran drainase dapat berfungsi

optimal seperti pemeliharaan secara rutin pada saluran drainase ataupun

(19)

Pada wilayah perdesaan, sebagian besar wilayahnya masih belum

memiliki saluran drainase yang permanen terutama pada jalan–jalan

lingkungan pemukiman. Drainase pada wilayah perdesaan ini pada

umumnya menjadi satu dengan saluran irigasi. Disamping itu saluran yang

ada belum berfungsi dengan baik misalnya lebar saluran dan kondisi

salurannya. Sedangkan drainase yang terletak di sepanjang jalan poros

terutama pada umumnya telah permanen dengan plengsengan dan telah

berfungsi dengan baik, walaupun pada beberapa lokasi masih perlu

mendapat perhatian karena mengalami kerusakan. Pada beberapa lokasi

saluran drainase yang ada fungsinya juga menyatu dengan saluran irigasi.

Hal ini dapat dimaklumi karena sebagian besar wilayah perdesaan ini

masih merupakan wilayah agraris, sehingga banyak saluran drainase

yang juga memiliki fungsi sebagai saluran irigasi.

4) Sanitasi

Sistem sanitasi yang ada diwilayah perkotaan perencanaan

berdasarkan air limbah yang dibuang adalah limbah domestik. Dimana

limbah domestik ini berasal dari berbagai aktifitas rumah tangga yang

berupa tinja dan buangan cair lainnya seperti air bekas cucian. Sanitasi

yang digunakan sebagian besar penduduk di wilayah perkotaan berupa

jamban keluarga, dengan media yang dimanfaatkan mengandalkan sistem

sanitasi setempat (on-site) untuk pembuangan limbah manusia yang

meliputi tangki septik (ceptic tank), kakus, dan WC. Ketersediaan sarana

Sanitasi Masal (Sanimas) yang melayani kebutuhan penduduk secara

kolektif berada pada kawasan pemukiman padat.

Pada kawasan perdesaan, sistem pembuangan yang dimiliki oleh

masyarakat juga mengandalkan sistem sanitasi setempat (on-site) untuk

pembuangan limbah manusia yang meliputi tangki septik, kakus, WC.

Namun pada sebagian kecil masyarakatnya masih menggunakan sungai

dan saluran drainase untuk pembuangan air kotor. Hingga saat ini, belum

ada sarana sanitasi masal yang tersedia untuk melayani kebutuhan

(20)

5) Persampahan

Sistem pengelolaan sampah di kawasan perkotaan dilakukan

dengan pola penanganan sistem perangkutan (kolektif) yang dikelola dan

dioperasikan dibawah pengawasan dan wewenang Badan Lingkungan

Hidup Kabupaten Bangkalan. Pola penangan sampah telah terkelola

dengan baik, dimana operasional sistem perangkutan sampah dengan

gerobak sebagai angkutan pengumpul dari permukiman-permukiman

penduduk yang kemudian dikumpulkan pada TPS (Tempat Pembuangan

Sampah Sementara) maupun transfer depo, dan kemudian diangkut oleh

angkutan truck sampah untuk dibawa ke TPA (Tempat Pembuangan

Sampah) Akhir yang berada di Desa Buluh. Pola perangkutan diatur

dalam waktu 1 kali pengakutan dalam sehari.

Sedangkan sistem penanganan dan pengelolaan persampahan di

kawasan perdesaan, masih menggunakan sistem konvensional yaitu

ditimbun dan dibakar. Sampah yang dihasilkan secara langsung dikelola

sendiri secara individual oleh tiap-tiap rumah tangga. Hingga saat ini

dikawasan perdesaan belum tersedia fasilitas pengelolaan sampah seperti

Tempat Pembuangan Sementara (TPS), gerobak/becak pengangkut

sampah maupun fasilitas lainnya.

8.1.2.3.Paramater Teknis

Untuk dapat menyelenggarakan upaya pengembangan

permukiman pada kawasan perkotaan dan perdesaan dalam Kegiatan

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah di Kabupaten

Bangkalan, maka perlu didasari pertimbangan sebagai acuan dalam

pemenuhan pelayanan prasarana permukiman. Berdasarkan perkiraan

pertumbuhan dan perkembangan permukiman, maka perkiraan kebutuhan

layanan sarana dan prasarana permukiman (perumahan, air bersih,

drainase, persampahan dan sanitasi) didasarkan pada standar

(21)

1) Perumahan

Tolak ukur dan pendekatan yang dipergunakan dalam penentuan

dasar perbaikan perumahan di kawasan studi adalah :

o Kondisi sosial ekonomi masyarakat.

o Kondisi kesehatan perumahan dan lingkungan.

o Tata letak perumahan dan lingkungan alamiah.

2) Jalan

Ketersediaan sarana jalan sangat dibutuhkan oleh masyarakat

karena merupakan sarana utama untuk menunjang kehidupan sehari-hari,

baik untuk kegiatan pendidikan, perekonomian, pemerintahan maupun

sosial budaya.

Penggunaan jalan yang terdapat pada daerah perencanaan

dihubungkan dengan suatu jaringan jalan. Adapun syarat atau kriteria

ketersediaan jaringan suatu kawasan permukiman dapat dianalisa dengan

panjang eksisting dengan luas area permukiman, yaitu :

฀ Panjang Jalan Lingkungan = = 40 – 60

Permukiman Area

Luas

Jalan Panjang

m/Ha

Dengan Lebar jalan 2 – 5 m

฀ Panjang Jalan Setapak = = 50 – 110 m/Ha

Permukiman Area

Luas

Jalan Panjang

Dengan Lebar Jalan 0,8 – 2 m

฀ Kecepatan Ijin Jalan = 5 – 10 Km/jam

3) Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat di wilayah

perencaanan dipengaruhi oleh:

a. Jumlah penduduk.

b. Ketersediaan air, baik dari aspek kualitas, kuantitas maupun

kontinuitas.

c. Faktor pelayanan air bersih, seperti fasilitas distribusi/transmisi dan

fasilitas pengolahan air.

(22)

f. Pola dan tingkat kehidupan.

Berdasarkan penggunaannya, air bersih dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Penggunaan air untuk kebutuhan domestik.

2. Penggunaan air untuk kebutuhan non domestik.

Penggunaan air untuk kebutuhan domestik adalah kebutuhan air yang

dipergunakan untuk keperluan rumah tangga seperti :

• Minum dan memasak

• Mencuci

• Mandi dan kebersihan diri

• Menyiram tanaman dan halaman

4) Drainase

Dalam perencanaan, pengelolaan dan pengembangan drainase,

sistem yang ada beserta segala permasalahannya akan menjadi sangat

penting. Hal ini berguna untuk menentukan sistem jaringan drainase

beserta program pembangunan dan pengembangan jaringannya.

Pengkajian terhadap sistem drainase ini meliputi : Daerah tangkapan

hujan/catchments area beserta daerah genangannya, Kondisi topografi

daerah rencana guna penetapan arah alirannya, Kondisi sistem dan

bangunan drainase yang ada, baik primer, sekunder maupun tersier

beserta segala permasalahannya, Daerah aliran sungai bagian atas,

Kondisi saluran pembuang, Kondisi eksisting dan kondisi saluran

pembawa dan Rencana Pengembangan dan Pembangunan Permukiman.

Kegiatan-kegiatan tersebut di implementasikan terhadap pengendalian

sistem drainase kawasan secara komprehensif.

5) Sanitasi

Air limbah merupakan jenis air buangan yang mengandung kotoran

manusia, binatang, tumbuhan, buangan industri dan buangan kimia.

Sedangkan air limbah domestik adalah semua jenis air buangan dari

keperluan rumah tangga seperti air bekas mandi dan cuci, baik dari dapur

(23)

limbah merupakan salah satu upaya untuk memenuhi salah satu

kebutuhan dasar manusia yaitu peningkatan derajat kesehatan

masyarakat dan kualitas lingkungan yang ada.

Sistem sarana/ prasarana air limbah meliputi :

฀ Sistem sarana/prasarana air limbah meliputi sistem setempat (on site) atau sistem terpusat (off site)

฀ Jumlah, macam dan kondisi sarana/ prasarana air limbah

฀ Tingkat pelayanan sistem untuk memberi gambaran tingkat pelayanan yang ada

Asumsi dan kriteria yang diperlukan untuk penyusunan program air

limbah/sanitasi adalah sebagai berikut :

1. Air limbah adalah air limbah domestik yaitu terdiri dari air buangan

manusia/ faeces dan sullage (cuci).

2. Area Pelayanan adalah daerah yang air limbahnya telah tertangani,

baik secara individual maupun komunal, on site maupun off site.

Area pelayanan terdiri atas area Pelayanan Perkotaan adalah

kecamatan-kecamatan yang air limbah seluruh desa atau sebagian

desanya telah tertangani, baik secara individual maupun komunal.

6) Sampah

Daya dukung lingkungan terhadap buangan domestik dan non

domestik terkendala oleh keterbatasan lahan. Sampah yang menumpuk

umumnya berupa sampah organik yang mestinya bisa didaur ulang

menjadi kompos yang mestinya diperlukan petani. Sampah yang

dihasilkan dari aktivitas sehari-hari harus ditangani dengan pengelolaan

yang baik oleh instansi yang ditunjuk mulai dari pengumpulan,

transportasi, sampai pembuangan/pengelolaan akhir.

Fasilitas pengumpulan sampah rumah tangga :

1. Kapasitas minimum tempat sampah, rumah tangga 0,02 m3

berdasarkan jumlah orang dan banyaknya buangan sampah

untuk seluruh kawasan ฀ 0,002 m3/orang/hari.

(24)

3. Penempatannya sedemikian rupa, sehingga mudah dicapai oleh

petugas kebersihan dan tidak mengganggu lalu lintas.

Tempat pengumpulan sampah lingkungan:

• Kapasitas tempat sampah lingkungan minimum bervolume 2 m3

berdasarkan jumlah rumah yang dilayani

• Tempat sampah dibuat dari bahan rapat air.

• Penempatan tempat sampah lingkungan setiap jarak ฀ 150 meter.

8.1.2.4.Aspek Pendanaan

Dari segi pendanaan dalam pembangunan prasarana dan sarana

dasar permukiman di Kabupaten Bangkalan, lebih banyak dilakukan

secara swadaya maupun individual masyarakat setempat, dengan

kebutuhan dan ketersediaan dana yang relatif rendah. Dukungan dari

pemerintah dalam peningkatan dan pengembangan permukiman cukup

diharapkan cukup besar oleh masyarakat, karena dari segi pendanaannya

yang cukup besar, sehingga dalam hal ini pemerintah cukup mendukung

untuk direalisasikannya program-program ataupun kegiatan-keigatan

pengembangan permukiman di Kabupaten Bangkalan. Bantuan stimulan

sebagai pendorong dalam perbaikan prasarana dan sarana dasar

perumahan dan permukiman di Kabupaten Bangkalan, diberikan kepada

warga/ masyarakat yang benar-benar membutuhkan untuk meningkatkan

kualitas perumahan maupun lingkungannya.

8.1.2.5.Aspek Kelembagaan

Dari segi tugas kewenangan dalam hal sistem pengelolaan

pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman untuk

mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, maka Kompetensi dan

tanggung jawab pemerintah setempat, melalui tugas pokok dan fungsi

aparatur pemerintahan sangat cukup besar. Adapun instansi yang

berwenang dan bertanggung jawab dalam pengelolaan dan pembangunan

prasarana dan sarana dasar permukiman di Kabupaten Bangkalan

(25)

dan Tata Ruang, Dinas PU Binamarga & pengairan, dan Badan

Lingkungan Hidup.

8.1.2.6.Sasaran

Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan

permukiman di Kabupaten Bangkalan, antara lain :

• Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman;

• Peningkatan perumahan sederhana, sehat dan layak huni;

• Meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman yang sehat dan

bersih;

• Meningkatkan kualitas permukiman kumuh;

• Meningkatkan kualitas dan penyediaan sarana dan prasarana

dasar lingkungan/ pemukiman.

8.1.2.7.Permasalahan Pembangunan Permukiman

Salah satu fungsi kawasan permukiman baik pada kawasan

perkotaan maupun pedesaan adalah sebagai tempat hunian bagi

penduduk yang ada. Untuk itu, kawasan tersebut harus nyaman ditempati.

Berbagai fasilitas perlu disediakan untuk melayani kebutuhan hidup

sehari-hari dari penduduk yang tinggal di dalamnya. Salah satu fasilitas

tersebut adalah perumahan. Kondisi rumah dan lingkungan sekitar yang

nyaman ditempati merupakan dambaan bagi setiap warga. Namun untuk

proses pembangunan maupun pengembangan terhadap permukiman

tidak terlepas dari kendala ataupun masalah-masalah yang dihadapi.

Adapun permasalahan-permasalahan yang ada mengenai pembangunan

permukiman secara umum adalah sebagai berikut :

฀ Pertumbuhan permukiman yang cukup pesat baik pada kawasan perkotaan dan perdesaan seringkali tidak diikuti oleh penyediaan lahan

ataupun perumahan yang mengakomdir pertambahan jumlah

permukiman di masa mendatang.

(26)

subur untuk dipergunakan sebagai lahan terbangun baik untuk rumah

maupun fasilitas-fasilitas.

฀ Karakteristik wilayah yang sebagian besar memiliki topografi (kontur) yang bervariasi (datar-terjal) sehingga menjadi kendala untuk

pendistribusian kawasan permukiman yang cukup merata dan

proporsional.

฀ Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung yang jumlahnya terbatas dan kondisinya kurang memadai, terutama pada kawasan

permukiman pedesaan.

฀ Pengaruh dan tarikan yang cukup kuat dari fasilitas-fasilitas tertentu seperti pasar yang memiliki skala pelayanan cukup luas sehingga

mendorong pertumbuhan permukiman yang memadat disekitarnya.

Terutama pada kawasan perkotaan, sehingga menimbulkan

terbentuknya permukiman padat dengan kondisi yang kurang memadai

dan kumuh.

฀ Masih adanya kondisi bangunan pemukiman yang masih kurang memadai, dengan jenis bangunan masih berupa rumah semi permanen

dan rumah berupa non permanen yang kondisinya kurang memadai

dan kurang sehat.

฀ Keterlibatan dan peran serta yang rendah dari masyarakat dalam mendukung maupun pro aktif dalam mendukung program

pembangunan wilayah.

8.1.3. Analisa Permasalahan, Alternatif Pemecahan dan Rekomendasi

Analisa Permasalahan

Perkembangan suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh

perkembangan penduduk yang terwujud dalam bentuk dan perkembangan

kawasan mennjadi sebuah wilayah yang mempunyai daya tarik kawasan

(27)

masyarakatnya terutama aspek fisiografi dan sosio-culturnya, serta

kebutuhan akan sarana dan prasarana penunjang kehidupan. Disamping

itu dengan bertambahnya jumlah penduduk akan berpengaruh pula

terhadap perubahan tata gunan lahan, yang selanjutnya berpengaruh

terhadap karakteristik wilayah. Untuk itu, perlu dilakukan proyeksi

penduduk pada masing-masing kawasan, baik pada kawasan perkotaan

maupun perdesaan sehingga dapat diperhitungkan dan prediksi

kebutuhan sarana dan prasarana penunjang.

Analisa Kebutuhan Prasarana Permukiman

Dalam menganalisa kebutuhan sarana dan prasarana permukiman

pada masing-masing wilayah perkotaan dan perdesaan, pendekatannya

adalah dengan menggunakan analisa kebutuhan sarana prasarana

wilayah (penetuan tingkat kebutuhan sarana prasarana wilayah dalam

sistem wilayahnya) di Kawasan prioritas penanganan dengan

menggunakan metode : Analisa berbasis pada SPM (Standart Pelayanan

Minimum) dengan variabel-variabel yaitu Perumahan, Jalan Lingkungan,

Air bersih, Drainase, sanitasi, dan Persampahan. Implementasi masing–

masing metode dan model analisa untuk setiap variabel-variabel tersebut

diatas akan dideskripsikan dalam bagian–bagian dibawah ini.

a. Perumahan

Kecenderungan permukiman yang dibangun secara individu adalah

permukiman yang berupa perkampungan. Perumahan yang dibangun dan

dikembangkan oleh pengembang/developer pada umumnya berupa

rumah dengan berbagai macam tipe dan ukuran. Perkembangan kawasan

permukiman di wilayah Kota Bangkalan diarahkan sebagai perumahan

layak huni untuk berbagai lapisan masyarakat. Permasalahan yang terjadi

dalam kaitannya dengan penyediaan perumahan di Kota Bangkalan

(28)

฀ Tidak meratanya perkembangan perumahan yaitu kecenderungannya berkembang ke arah timur dan selatan pusat

kota.

฀ Perumahan yang dikembangkan oleh developer/pengembang yang berada di wilayah barat dan utara hamper tidak ada . Hal ini karena

aksesibilitas ke arah barat dan utara kurang bagus dan tidak adanya

fasilitas-fasilitas yang mampu menggerakkan perkembangan wilayah

barat dan utara.

฀ Sebagian besar perkampungan yang berada di kota berkepadatan tinggi, misalnya perkampungan di sekitar Kelurahan Pangeranan (

Kampung Lebak dan Bandaran), perkampungan di belakang pasar

baru saat ini ( Kelurahan Kraton )

Dengan melihat permasalahan diatas, terutama dalam kaitannya

dengan pemerataan perkembangan fisik kota, maka sesuai dengan

skenario dan arahan pengembangan Kota Bangkalan, pengembangan

fisik kota diarahkan pada wilayah selatan kota. Upaya-upaya yang perlu

dilakukan guna mendukung konsep dan arahan pengembangan Kota

Bangkalan yaitu dengan cara mengembangkan fasilitas-fasilitas yang

mempunyai efek ganda (multiplier efect) dan ditunjang dengan

pengembangan aksesibilitas, misalnya dengan mengoptimalkan fungsi

jalan lingkar, pengembangan jembatan yang menghubungkan antara

pusat kota dengan wilayah timur kota. Dengan terealisasi jalan lingkar

tersebut diharapkan aksesibilitas antar kawasan di wilayah Kota

Bangkalan menjadi terbuka dan dapat memperlancar proses pergerakan

penduduk.

Seiring dengan perkembangan Kota Bangkalan yang pesat, maka

akan disertai dengan meningkatnya kebutuhan penggunaan lahan untuk

kawasan terbangun terutama dalam kaitannya kebutuhan akan tempat

tinggal. Mengingat keterbatasan lahan untuk wilayah kota, maka didalam

pengembangan permukiman penduduk lebih ditekankan bekerja sama

dengan pengembang (dalam wujud pengembangan perumahan). Selain

(29)

didorong melalui pembentukan rumah bertingkat/vertikal. Adapun

pengaturan lebih lanjut ditetapkan dalam rencana intensitas bangunan.

Perumahan yang dikembangkan oleh developer/pengembang

Pada wilayah Kota Bangkalan saat ini sudah mulai berkembang

perumahan yang dikembangkan oleh pengembang. Perkembangan

kawasan perumahan tersebut kecenderungannya berkembang ke arah

Timur dan selatan kota, seperti perumahan Wisma Pangeranan Asri,

Pondok Halim I/II, Perumahan Griya abadi, Perumahan Nilam permai,

Graha Candraland, Graha Mentari, IMC, Graha Utama dan lain-lain.

Pengembangan perumahan sampai saat ini terus berkembang seiring

dengan minat masyarakat akan kebutuhan perumahan yang

dikembangkan oleh developer/pengembang.

Didalam pengembangan perumahan ini harus disesuaikan dengan

kebutuhan dan pangsa pasar. Dengan demikian diharapkan perumahan

yang telah dikembangkan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.

Dengan kondisi seperti ini, maka didalam penyediaan perumahan

diarahkan untuk masyarakat berpendapatan menengah kebawah, yaitu

berupa rumah sederhana.

Disamping itu penyediaan perumahan ini juga dapat dilakukan

melalui pengembangan kapling siap bangun. Jumlah kebutuhan rumah

yang akan direncanakan di wilayah Kota Bangkalan hingga tahun 2015

adalah sebanyak 7.542 unit dan tahun 2015 kebutuhan rumah mencapai

12.238 unit rumah.

Sedangkan perkiraan kebutuhan rumah berdasarkan asumsi

perbandingan tipe rumah besar, sedang dan rumah kecil (perbadingan 1 :

3 : 6) adalah :

1. Perkiraan kebutuhan rumah hingga tahun 2007 berdasarkan

perbandingan 1 : 3 : 6 adalah tipe rumah kecil sebanyak 4.525

unit, rumah tipe sedang sebanyak 2.265 unit dan rumah tipe

(30)

2. Perkiraan kebutuhan rumah hingga tahun 2015 berdasarkan

perbandingan 1 : 3 : 6 adalah; tipe rumah kecil sebanyak 7.343

unit, tipe rumah sedang sebanyak 3.671 unit dan tipe rumah

besar sebanyak 1.224 unit.

b. Prasarana Jalan

Pelayanan kebutuhan prasarana jalan dalam hal ini akan lebih

ditikberatkan pada pemenuhan kebutuhan pelayanan prasarana jalan

pada kawasan perdesaan. Hal tersebut didasari pertimbangan karena

sebagian besar prasarana jalan pada wilayah perkotaan kondisinya sudah

cukup baik dan memadai, sehingga hanya akan difokuskan pada

pelayanan pada wilayah perdesaan saja. Analisa prasarana jalan pada

desa-desa yang termasuk kedalam wilayah kawasan perdesaan

mencakup kebutuhan prasarana jalan dan jenis perkerasan jalan yang

ada. Dengan menggunakan parameter tahun perencanaan maksimum

yaitu tahun 2013 dengan dasar pertimbangan kebutuhan panjang jalan

sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan Analisa Kebutuhan Prasarana Jaringan

Jalan di Wilayah perdesaan prioritas di Kabupaten Bangkalan, untuk

kebutuhan prasarana jaringan jalan pada tiap-tiap desa tersebut hingga

tahun 2017 tidak memerlukan penambahan jaringan jalan karena jalan

yang ada sudah mencukupi kebutuhan prasarana jalan. jadi yang

diperlukan hanya berupa peningkatan atau perbaikan kualitas perkerasan

jalan dari yang sebelumnya berupa makadam maka ditingkatkan menjadi

perkerasan aspal. Adapun hasil perhitungan analisa kebutuhan prasarana

Kebutuhan Prasarana Jalan = 50 m / Ha Lahan

(31)

jalan pada masing-masing desa-desa di wilayah perdesaan prioritas di

kabupaten Bangkalan dapat dilihat pada tabel berikut.

c. Air Bersih

Analisa kebutuhan air bersih pada masing-masing wilayah di

Kawasan Perkotaan menggunakan analisa yang berbasis pada Standart

Pelayanan Minimum. Dimana dalam analisa kebutuhan air bersih di

wilayah ini menggunakan dasar-dasar pertimbangan yaitu direncanakan

20–30 % dari kebutuhan total (kebutuhan domestik dan non domestik),

Kebutuhan air bersih untuk fasilitas non-rumah tangga dihitung

berdasarkan 10% dari kebutuhan rumah tangga, Sumber air bersih yang

diprioritaskan adalah mata air dengan sistem pengaliran secara gravitasi.

Kapasitas mata air sesuai dengan data sekunder dan belum dilakukan

pengukuran terhadap kapasitas sumber dan Tingkat layanan sambungan

rumah yaitu 1 unit sambungan rumah untuk 10 meter. Adapun hasil

analisa perhitungan kebutuhan sarana dan prasarana air bersih pada

kelurahan dan desa prioritas di Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

adalah sebagai berikut :

d. Sanitasi

Pertimbangan untuk analisa kebutuhan prasarana Sanitasi pada

kawasan perencanaan yaitu berupa sarana MCK (Mandi-Cuci-Kakus)

antara lain :

1. Tingkat pelayanan MCK untuk 5 KK/unit (25 jiwa/unit).

2. Tingkat pelayanan Sanimas untuk 65KK/unit (325 jiwa/unit)

3. Jangkauan pelayanan untuk sarana sanitasi adalah 50% - 80% dari

seluruh penduduk wilayah perencanaan.

Adapun hasil analisa kebutuhan sarana Sanitasi pada masing-masing

lokasi di Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di kabupaten Bangkalan

adalah sebagai berikut.

(32)

Kebutuhan akan prasarana persampahan baik yang berupa sarana

TPS (Tempat Pembuangan Sampah), gerobak, sarana composting dan

lainnya di wilayah perencanaan akan disesuaikan untuk dibangun pada

lokasi pusat-pusat kegiatan desa dengan asumsi tingkat kepadatan

penduduk > 50 jiwa/Ha. Pola penanganan sampah di Wilayah dengan

kepadatan penduduk <50 jiwa/ha akan diarahkan pada sistem

pengelolaan secara onsite dengan hasil olahan nantinya untuk kompos.

Adapun asumsi-asumsi pertimbangan untuk analisa pelayanan sarana

dan prasarana persampahan di Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

adalah :

1. Produksi sampah rumah tangga 2,5 liter/orang/hari

2. Kebutuhan 1 gerobak sampah = 1 m³ untuk melayani 400 jiwa.

3. Kebutuhan sarana Tempat Pembuangan Sampah (TPS) akan

diarahkan pada wilayah perkotaan.

4. Pada kawasan perdesaan pengolahan sampah dilakukan secara

onsite (Composting Rumah Tangga).

5. 1 sarana composting berkapasitas 2 m³.

6. Transfer depo difungsikan pula untuk melakukan daur ulang

sampah organic.

7. Adanya sosialisasi mengenai pemisahan sampah organic dan

anorganik.

Adapun hasil analisa kebutuhan prasarana persampahan pada

masing-masing lokasi di Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di Kabupaten

Bangkalan dapat dilihat pada tabel berikut.

Alternatif Pemecahan

Pengelolaan dan pengembangan kawasan perdesaan dan

kawasan perkotaan terutama ditujukan untuk menunjang program

pembangunan berkelanjutan. Kawasan perdesaan sebagai kawasan

permukiman diarahkan memiliki dan dilengkapi dengan pelayanan jasa

pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Selanjutnya untuk

(33)

desa pusat pertumbuhan, desa strategis, maupun kawasan agropolitan

melalui keterkaitan kawasan perkotaan–perdesaan. Dan Penataan

kawasan perkotaan dilakukan sesuai dengan fungsi dan peran

masing-masing yakni sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah, pusat pengolahan

dan distribusi hasil pertanian, perdagangan, jasa, pemerintahan,

pendidikan, kesehatan, serta transportasi, pergudangan dan sebagainya.

Peningkatan lingkungan permukiman sangat diperlukan untuk

meningkatkan kualitas hidup masyarakat, melalui :

฀ Perencanaan dan pengembangan sistem pengelolaan dan pembangunan infrastruktur di perdesaan dan perkotaan secara

terpadu yang dilakukan oleh dinas, masyarakat, swasta ataupun

sistem perbantuan.

฀ Upaya peningkatan kesadaran kesehatan lingkungan permukiman melalui : penyuluhan, kegiatan gotong royong dan peningkatan

keswadayaan.

฀ Keikutsertaan masyarakat didalam merencanakan, melaksanakan dan memelihara kualitas hidup masing-masing baik di perdesaan

maupun di perkotaan.

฀ Meningkatkan peran lembaga keswadayaan masyarakat di dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan permukiman.

Atas dasar tersebut pemerataan dan pengembangan sarana dan

prasarana permukiman secara bertahap akan dilakukan. Pada kawasan

perkotaan peningkatan kegiatannya diarahkan untuk permukiman dengan

fasilitas penunjangnya, dan terdapat kawasan-kawasan dengan fungsi

tertentu untuk kegiatan usaha dan lainnya. Pada kawasan permukiman

pedesaan, maka pengalihan fungsi untuk kegiatan pertanian ke kawasan

terbangun diijinkan, tetapi harus menghindari penggunaan tanah yang

subur terutama pada kawasan sawah kelas I dan kelas II serta kawasan

perkebunan. Adapun alternatif pemecahan permasalahan pada

masing-masing lokasi kawasan perkotaan dan perdesaan di Kabupaten

(34)

A. Kawasan Permukiman Perkotaan;

• Antisipasi dan penyediaan permukiman bagi masyarakat

perkotaan.

• Peremajaan dan Penyehatan lingkungan permukiman terutama

pada kawasan permukiman kumuh dan padat.

• Pemugaran perumahan penduduk yang berupa non permanen

sebagai bentuk peningkatan kualitas rumah.

• Penyediaan dan rehabilitasi sarana dan prasarana dasar

permukiman perkotaan.

• Efisiensi pemanfaatan lahan untuk permukiman

• meningkatkan ketersediaan permukiman dan mendayagunaan

permukiman dan mendayagunakan fasilitas yang ada di

sekitarnya

• Relokasi pemukiman penduduk yang berada pada kawasan rawan

bencana seperti pada kawasan sempadan sungai (rawan longsor)

dan kawasan rawan banjir.

• Sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat mengenai

pemahaman kebencanaan dan pengembangan dan penyehatan

lingkungan permukiman.

Kawasan Permukiman Perdesaan;

• Peremajaan dan Penyehatan lingkungan permukiman terutama

pada kawasan permukiman penduduk.

• Pemugaran perumahan penduduk yang berupa non permanen

sebagai bentuk peningkatan kualitas rumah.

• Penyediaan dan pengembangan sarana dan prasarana dasar

permukiman perdesaan.

• Pemisahan antara perumahan dan tempat hunian ternak untuk

menjamin tingkat kesehatan penghuni rumah.

• Sosialisasi dan pemberdayaan kepada masyarakat mengenai

peningkatan kualitas hidup dan penyehatan lingkungan

(35)

• Pengaturan pengembangan fisik atau kawasan terbangun tidak

menggunakan kawasan pertanian yang produktif.

Rekomendasi

Pengelolaan pembangunan dan pengembangan kawasan

permukiman dilakukan dengan menyediakan tempat bermukim yang sehat

dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan yang

sesuai untuk pengembangan masyarakat dengan tetap memperhatikan

kelestarian lingkungan dalam rangka mewujudkan pembangunan yang

berkelanjutan. Adapaun kriteria kawasan yang diperuntukan bagi

permukiman, yaitu harus memenuhi kriteria-kriteria :

• Kesesuaian lahan dengan masukan teknologi yang ada

• Ketersediaan Air

• Lokasi yang terkait dengan kawasan hunian yang telah

ada/berkembang

• Tidak terletak di kawasan tanaman pangan lahan basah

Kebijakan pengembangan kawasan permukiman dibagi menjadi kawasan

permukiman perkotaan dan perdesaan.

Adapun kebijaksanaan pembangunan dan pengembangan kawasan

permukiman perkotaan di Kabupaten Bangkalan yaitu :

Lebih mengefisienkan pemanfaatan lahan;

Peningkatan sistem fasilitas dan utilitas pelayanan;

Meningkatkan kualitas permukiman kumuh;

Meningkatkan kualitas lingkungan;

Memperhatikan proyeksi pertambahan penduduk dengan

ketersediaan lahan permukiman perlu atau tidaknya untuk

pengembangan vertikal.

Dan Kebijakan pengembangan kawasan permukiman perdesaan di

Kabupaten Bangkalan yaitu:

Meningkatkan sumber-sumber air memperluas pelayanan air bersih

(36)

Meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman yang sehat dan

bersih;

Meningkatkan kualitas dan penyediaan fasilitas dan utilitas

lingkungan/ pemukiman;

Kebijakan pembangunan permukiman perdesaan pada daerah

tertinggal;

Akses fisik ke kota/PKL terdekat.

8.1.4. Usulan Pembangunan Permukiman

8.1.4.1. Sistem Infrastruktur Permukiman

Kawasan permukiman adalah kawasan di luar kawasan lindung

yang diperlukan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan

hunian yang berada di daerah perkotaan atau pada daerah perdesaan.

Kriteria dari kawasan permukiman adalah kawasan yang secara teknis

dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari bahaya bencana

alam, sehat dan mempunyai akses yang relatif baik. Usulan

pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Bangkalan yaitu

sebagai berikut :

• meningkatkan ketersediaan permukiman dan mendayagunaan

permukiman dan mendayagunakan fasilitas yang ada di sekitarnya

• meningkatkan perkembangan kegiatan bidang (sektor) dan

ekonomi yang ada di sekitarnya,

• tidak mengganggu fungsi lindung,

• tidak mengganggu upaya kelestarian sumber daya alam,

• meningkatkan pendapatan masyarakat dan menyediakan

kesempatan kerja

Untuk pengelolaan kawasan permukiman dilakukan dengan

menyediakan tempat bermukim yang sehat dan aman dari bencana alam

serta dapat memberikan lingkungan yang sesuai untuk pengembangan

masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dalam

(37)

Mengacu pada Produk Pengaturan Departemen Permukiman Dan

Prasarana Wilayah Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah tentang

kebijakan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Kebijakan

Pembangunan Permukiman Prasrana Wilayah meliputi :

1. Meningkatkan Penanggulangan Kemiskinan dan Ketahanan

Pangan

2. Meningkatkan Pembangunan Daerah melalui Otonomi Daerah dan

Pemberdayaan Masyarakat.

3. Membangun dan Memelihara Prasarana dan Sarana Pendukung

Pembangunan

4. Meningkatkan Penerapan Prinsip-Prinsip Pembangunan

Berkelanjutan.

Di dalam program pembangunan perkotaan dan perdesaan termasuk

didalamnya terutama meningkatkan upaya penanggulangan kemiskinan;

peningkatan fungsi perkotaan dan perdesaan; peningkatan mobilitas

masyarakat dan pengembangan sistem sarana dan prasarana

permukiman, serta revitalisasi kawasan dengan melihat skala prioritas

atau pentahapan dengan tolok ukur kebutuhan dan keinginan dari

kawasan itu sendiri.

8.1.4.2.Usulan Dan Prioritas Program Pembangunan Prasarana dan Sarana Permukiman

a) Kawasan Permukiman Perkotaan

Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan yang digunakan untuk

kegiatan permukiman dengan kegiatan utama non pertanian dan pada

umumnya ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai, seperti

fasilitas peribadatan, pendidikan, perdagangan dan jasa, perkantoran dan

pemerintahan. Adapun usulan prioritas pengelolaan dan pengembangan

kawasan permukiman perkotaan yaitu:

• Pengelolaan dan Pengembangan pada kawasan yang bebas dari

(38)

• Pengembangannya dilengkapi fasilitas pendukung

• Efisiensi pemanfaatan lahan untuk permukiman

• Peningkatan dan optimalisasi sistem pelayanan sarana dan

prasarana dasar permukiman;

• Meningkatkan kualitas permukiman padat dan kumuh;

• Meningkatkan kualitas lingkungan;

• Pengembangannya tidak menggunakan lahan produktif / sawah

terknis atau setengah teknis dan pengembangannya diluar

kawasan lindung

• Relokasi pemukiman penduduk yang berada pada kawasan rawan

bencana seperti pada kawasan sempadan sungai (rawan longsor)

dan kawasan rawan banjir.

• Pengembangannya harus dilengkapi ruang terbuka minimal seluas

30% dari luas lahan.

• Pengaturan antar bangunan perlu pengendalian Koefisien Dasar

Bangunan dan Koefisien Lantai Bangunan sesuai dengan fungsi

tiap-tiap zone.

• Peningkatan kesehatan lingkungan permukiman terutama pada

kawasan padat dan kumuh yang terdapat pada kawasan perkotaan.

• Perencanaan kapling siap huni dan rumah inti yang dapat

dikembangkan sesuai kemampuan masyarakat.

• Sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat mengenai pemahaman

kebencanaan dan pengembangan dan penyehatan lingkungan

permukiman.

b) Permukiman Perdesaan

Kawasan permukiman perdesaan adalah suatu kawasan untuk

permukiman yang pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan

pertanian, tegalan, perkebunan dan pemanfaatan lahan lainnya. Kawasan

permukiman perdesaan di Kabupaten Bangkalan prosentasenya lebih

(39)

disebabkan mayoritas wilayah Kabupaten Bangkalan masih didominasi

kawasan perdesaan kecuali pada wilayah kecamatan Bangkalan yang

merupakan wilayah Ibukota Kabupaten sehingga karakteristik yang

berkembang lebih cenderung berbentuk perkotaan.

Pada kawasan permukiman perdesaan, pengembangannya diarahkan

untuk permukiman dengan fasilitas penunjangnya, dan terdapat kawasan

pertanian untuk kegiatan usaha. Untuk usulan prioritas sistem

pengelolaan akan pengembangan kawasan permukiman di wilayah

perdesaan meliputi :

• Pengaturan pengembangan fisik atau kawasan terbangun tidak

menggunakan kawasan pertanian yang produktif.

• Pengaturan terhadap Koefisien Dasar Bangunan (KDB) bangunan

yang lebih besar karena kawasan pengembangan relative masih

luas.

• Meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman yang sehat dan

bersih;

• Peningkatan dan optimalisasi sistem pelayanan sarana dan

prasarana dasar permukiman;

• Kebijakan pembangunan permukiman perdesaan pada daerah

tertinggal;

• Perlu adanya pencadangan tanah kosong atau pekarangan di

masing-masing unit rumah, yang dapat digunakan untuk kegiatan

seperti bercocok tanam dan sebagainya dimana hal tersebut

mampu menambah penghasilan.

• Pemisahan antara perumahan dan tempat hunian ternak untuk

menjamin tingkat kesehatan penghuni rumah.

• Perluasan areal yang akan digunakan untuk permukiman sedapat

mungkin menggunakan tanah yang tidak termasuk tanah subur

atau beririgasi teknis dan ½ teknis.

• Sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat mengenai pemahaman

kebencanaan dan pengembangan dan penyehatan lingkungan

(40)

Mengacu pada arahan prioritas pengelolaan dan pengembangan diatas,

maka jika di implementasikan pada masing-masing lokasi kelurahan dan

desa prioritas pengembangan di Kabupaten Bangkalan, dengan

mempertimbangkan kondisi faktual, potensi dan permasalahan yang ada.

Maka usulan prioritas program pembangunan prasarana dan sarana

permukiman pada tiap-tiap lokasi kawasan perkotaan dan perdesaan

prioritas adalah sebagai berikut pada tabel dibawah ini.

8.1.4.3.Usulan Dan Prioritas Proyek Pembangunan Infrastruktur Permukiman

Dalam merumuskan rencana prioritas proyek pembangunan di

setiap lokasi Kelurahan mapun desa yang terdapat pada Kawasan

Perkotaan dan Perdessan di Kabupaten Bangkalan, dilakukan identifikasi

potensi dan masalah sarana dan prasarana permukiman pada

masing-masing lokasi. Dari hasil tersebut, maka dirumuskan program-program

yang menjadi prioritas kebutuhan untuk pengembangan sarana dan

prasarana pada masing-masing wilayah.

Dari hasil perumusan Rencana program prioritas di desa kawasan

prioritas penanganan, selanjutnya dilakukan perumusan rencana prioritas

proyek pembangunan untuk jangka waktu pelaksanaan pembangunan

dengan skala prioritas untuk masing-masing desa prioritas penanganan di

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan dalam kurun waktu tahun 2013

sampai dengan tahun 2017. Rencana prioritas proyek pembangunan

disusun berdasarkan atas urgensi kebutuhan bidang sarana prasarana

permukiman (bidang air bersih, sanitasi, jalan lingkungan, perumahan,

serta bidang persampahan) yang ada pada masing-masing lokasi

prioritas. Adapun rencana prioritas proyek program pembangunan bidang

permukiman pada masing-masing lokasi kelurahan dan desa di Kawasan

Perkotaan dan Perdesaan di Kabupaten Bangkalan adalah sebagai

(41)
(42)

Tabel 8.3

Matrik Logical Framework Bidang Pengembangan Permukiman

Potensi Isu/ Permasalahan Kawasan Tujuan /Sasaran

Pendekatan cukup rendah, hal ini dapat ditunjukan oleh

฀Pertumbuhan permukiman yang cukup pesat baik pada kawasan perkotaan dan perdesaan

฀Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung yang jumlahnya terbatas dan kondisinya kurang memadai

฀pertumbuhan permukiman yang memadat disekitarnya. Terutama pada kawasan perkotaan, sehingga menimbulkan terbentuknya permukiman padat dengan kondisi yang kurang memadai dan kumuh.

฀Masih adanya kondisi bangunan pemukiman yang masih kurang memadai, dengan jenis bangunan masih berupa rumah semi permanen dan rumah berupa non permanen yang kondisinya kurang memadai dan kurang sehat.

(43)
(44)

8.2. PENATAAN BANGUNAN LINGKUNGAN

8.2.1. Arah Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan

yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaaatan

ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan

maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan

lingkungannya. Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah

terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati

diri, sedangkan misinya adalah: (1) Memberdayakan masyarakat dalam

penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri,

serasi dan selaras, dan (2) Memberdayakan masyarakat agar mandiri

dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.

Dalam penatan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa

permasalahan dan tantangan yang antara lain :

1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung

• Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan

kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah

rawan bencana

• Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak

berfungsi dan kurang mendapat perhatian

• Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di

daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan

2. Permasalahan dan tantangan di bidang Penataan Lingkungan

• Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional

dan bangunan gedung bersejarah, padahal punya potensi

wisata.

• Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi

ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota.

• Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana

olah raga, dan lain-lain kurang diperhatikan hampir di semua

kota, terutama kota Metro dan Besar.

(45)

• Amanat Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan

Gedung dan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang

Peraturan Pelaksanaan UUBG, bahwa semua Bangunan

Gedung harus layak fungsi pada tahun 2010.

• Komitmen terhadap kesepakatan intemasional MDGs, bahwa

pada tahun 2015, 200 Kabupaten/Kota bebas kumuh, dan pada

tahun 2020 semua Kabupaten/Kota bebas kumuh

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penataan bangunan dan

lingkungan antara lain:

1. Peran dan fungsi Kabupaten/Kota,

2. Rencana pembangunan Kabupaten/Kota

3. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten/Kota

bersangkutan, seperti struktur dan morfologi tanah, topografi, dan

sebagainya,

4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,

5. Dalam penyusunan RPUM harus memperhatikan Rencana Induk

(Masterplan) Pengembangan Kota,

6. Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan

pengembangan,

7. Keterpaduan penataan bangunan dan lingkungan sektor lain

dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan,

sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik

dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik,

8. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman

yang tersedia,

9. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi penataan

bangunan dan lingkungan pada kota bersangkutan,

10. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan

lingkungan masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan

(46)

11. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat

maupun swasta,

12. Kelembagaan yang mengelola penataan bangunan dan lingkungan,

13. Penataan bangunan dan lingkungan memperhatikan kelayakan

terutama dalam hal pemulihan biaya investasi,

14. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam penataan bangunan dan

lingkungan, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut,

15. Safeguard sosial dan lingkungan,

16. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk

mendukung analisis disertakan dalam bentuk lampiran.

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan

Gedung, serta pedoman pelaksanaan lebih detail dibawahnya

mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Bangunan Gedung merupakan

kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan

gedung negara dan rumah negara yang merupakan kewenangan pusat.

Namun dalam pelaksanaannya di lapangan terlihat bahwa masih

banyak daerah yang belam menindak lanjutinya sebagaimana mestinya,

sebagaimana terlihat dari:

1. Masih banyaknya Kabupaten/Kota yang belum menyesuaikan Perda

Bangunan Gedung yang dimilikinya agar sesuai dengan UUBG, atau

terutama Kabupaten/Kota hasil pemekaran masih belum memiliki

Perda Bangunan Gedung;

2. Masih banyak Kabupaten/Kota; terutama Kabupaten/Kota hasil

pemekaran yang belum memiliki atau melembagakan

institusi/kelembagaan dan Tim Ahli Bangunan Gedung yang

bertugas dalam pembinaan penataan bangunan dan lingkungan;

3. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum memulai pelaksanaan

Gambar

Tabel 8.1Luas Penggunaan Tanah (Ha) di Kabupaten Bangkalan
Gambar 8.1. Peta Kawasan Perkotaan dan Perdesaan Di Kabupaten Bangkalan
Tabel 8.2Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Perkotaan
Gambar 8.2. Peta IKK Bangkalan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saat menemukan teman maupun kelompok yang nyaman bagi remaja tersebut, remaja akan sulit untuk melepaskan diri dari kelompok sebaliknya remaja akan mulai mengadopsi nilai-

Metode yang dilakukan dalam kegiatan monitoring dan evaluasi hasil pemugaran Gapura Royal Palace Angkor Thom Kamboja ini adalah survei lapangan untuk mendata kondisi kerusakan

Hasil analisis menunjukkan nilai p sebesar 0,001 (p &lt; 0,05) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara stres akademik dan Adversity Quotient pada mahasiswa tahun

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus atas segala penyertaan, pengalaman, kesempatan, serta pilihan yang diberikan sehingga penelitian yang berjudul “Dukungan

dari sisi keaktifan apabila semua siswa (100%) aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok,2).dari sisi kreatifitas apabila semua kelompok mampu menyelesaikan

Dengan mengacu pada kebutuhan nurturance khususnya menyayangi anak-anak, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi para pengasuh mengenai pengaruh

Schubungan dengan hal tersebut saya mohon sudi kiranya Bapak/lbu bcrkenan memberi ijin bagi mahasiswa yang bersangkutan untuk mcngambil data di tempat yang Bapa,k!Ibu

Tim Pusat Layanan Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala atas segala perhatian, dukungan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis selama penggarapan