• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi awal yang ditunjukkan di atas memperteguh pentingnya pengendalian terhadap faktor-faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan. Oleh karena itu kami melakukan estimasi model pertumbuhan Barro yang sederhana (Barro 1991; Barro and Sala-i-Martin 1995). Pertumbuhan merupakan fungsi dari dukungan-dukungan faktor. Khususnya kami mengestimasi

i i i i i i y K L G g =β0+β1 0+β2. +β3. +β4. +ε (1)

di mana gi adalah pertumbuhan PDB per kapita dari daerah i antara tahun

2001-2008; β0 adalah sebuah konstanta, yi0 adalah PDB per kapita pada

daerah i pada 2001, Ki adalah sebuah proxy untuk saham modal dari daerah i,

Li adalah modal SDM dari daerah i, Gi adalah sebuah vektor dari variabel-

variabel yang mewakili kualitas penata kelolaan pemerintahan daerah, εi adalah

i.i.d. notasi error16.

Teori pertumbuhan neo-klasik menyatakan bahwa daerah-daerah yang lebih miskin seharusnya bersatu menuju pertumbuhan nasional jangka panjang yang mantap, berarti nilai β1 seharusnya negatif. Teori serupa menyarankan agar β2

dan β3 positif. Tujuan kami adalah memeriksa vektor β4 untuk mengetahui

apakah aspek-aspek tertentu dari tata kelola pemerintahan telah mendorong pertumbuhan di atas tingkat yang mungkin diharapkan juga oleh faktor dukungan sendiri (endowment)17.

16 Kami menambahkan dummy untuk kelompok pulau yang berbeda, dan kontribusi pertambangan pada

PDB sebagai ukuran ketergantungan terhadap sumber daya. .

17 Studi terdahulu tentang pertumbuhan pada tingkat daerah di Indonesia. McCulloch, N., and, Suharnoko

Sjahrir, Bambang (2008). Endowments, Location or Luck? Evaluating the Determinants of Sub-National Growth in Decentralized Indonesia World Bank Policy Research Working Paper, World Bank. Memeriksa dampak dari faktor-faktor penentu pertumbuhan yang lainnya yang cakupannya luas, misalnya keterpencilanm kondisi topografi, distribusi sektoral, fragmentasi etnik, dan menemukan beberapa korelasi yang kuat dari pertumbuhan.

Kami menggunakan proporsi penduduk yang berpendidikan sekolah menengah pertama sebagai sebuah pendekatan untuk modal sumber daya manusia. Pengukuran yang baik untuk modal fisik sulit diperoleh pada tingkat daerah. Namun, kami memiliki data jumlah rumah tangga dengan saluran telepon, yang digunakan sebagai suatu indikasi pengembangan modal fisik. Untuk menghitung kinerja pertumbuhan yang berpotensi sangat berbeda di daerah-daerah dengan dan tanpa sumber daya mineral, kami juga memasukkan kontribusi pertambangan pada PDB daerah sebagai sebuah regresor. Akhirnya, mengingat kondisi geografis dari kelompok-kelompok pulau yang besar sangat berbeda sehingga dapat mempunyai pengaruh yang penting terhadap pertumbuhan, maka kami memasukkan satu set dummy untuk kelompok lima pulau utama18.

Tabel 3 memperlihatkan hasil-hasil setelah dilakukan estimasi dengan menggunakan persamaan (1).

Kolom pertama dari Tabel 3 memperlihatkan suatu hasil regresi pertumbuhan yang tipikal: besaran populasi dan pendidikan yang berkaitan positif dengan pertumbuhan, demikian juga dengan modal, sekalipun koefisiennya tidak signifikan secara statistik. Kontribusi yang lebih tinggi dari sektor pertambangan terhadap PDB secara signifikan mereduksi pertumbuhan secara keseluruhan, mencerminkan pertumbuhan yang lebih lambat dari PDB mineral relatif terhadap PDB non-mineral selama kurun waktu ini. Bergantung kepada variabel-variabel kontrol tersebut, pertumbuhan lebih cepat pada daerah-daerah dengan PDB per kapita lebih rendah pada awalnya.

Kolom 2 dari Tabel 3 memasukkan semua sub-indeks tata kelola pemerintahan. Konsisten dengan hasil-hasil keterkaitan yang diperoleh, kami mendapatkan tidak ada satupun koefisien pada sub-sub indeks yang secara statistik berbeda dari nol, terkecuali infrastruktur. Sub-indeks infrastruktur berkaitan positif dengan pertumbuhan. Untuk menghitung potensi multi-collinearity antara sub-sub indeks yang mereduksi tingkat pentingnya masing-masing indeks, kami juga memasukkan setiap sub-indeks ke dalam persamaan secara terpisah –didapati 18 Tabel Appendix A1 memperlihatkan statistik deskriptif dari variabel-variabel penjelas kami.

lagi bahwa satu-satunya sub-indeks yang secara statistik signifikan adalah sub- indeks infrastruktur19.

Oleh karena itu hasil-hasil studi kami menunjukkan bahwa temuan awal kecilnya korelasi antara tata kelola pemerintahan dengan pertumbuhan daerah tidak didorong oleh kegagalan untuk memperhitungkan faktor-faktor penentu struktural lainnya dari pertumbuhan. Mungkin saja bahwa hasil yang mengejutkan ini disebabkan oleh adanya variabel pertumbuhan yang agak tidak jelas. Untuk mengecek kemungkinan ini kami memeriksa tiga alternatif ukuran pertumbuhan. Pertama kami mempertimbangkan pertumbuhan dalam PDB riil per kapita bukan-minyak (kolom 3). Hasilnya sebenarnya tidak berubah, kecuali bahwa, tidak mengherankan, kontribusi pertambangan dalam PDB tidak lagi mempunyai pengaruh terhadap laju pertumbuhan. Ketika seluruh sub-indeks tata kelola pemerintahan dimasukkan (kolom 4), hanya infrastruktur yang secara statistik berbeda dari nol (sekalipun sub-sub indeks pada integritas dan interaksi antara pemerintah daerah dengan sektor bisnis menunjukkan angka signifikan pada tingkat 10% jika dimasukkan tersendiri).

Tabel 3: Regresi Pertumbuhan pada Variabel-Variabel Tata Kelola Pemerintahan

Pertumb PDB per kapita

Pertumb PDB

Bukan-Minyak Manufac Pertumb PDB Pertumb Pengeluaran Variabel Tidak Bebas: per kapita 2001-2007 per kapita 2001-2007 per kapita 2001-2007 per kapita 2001-2007 Pertumb PDB Bukan-minyak

riil per kapita 2001-2007 1 2 3 4 5 6 7 8

Pendapatan awal + -0.010*** -0.008560*** -0.009*** -0.008308*** -0.001479 -0.003321** -0.028911*** -0.034274***

[0.003] [0.003] [0.003] [0.003] [0.002] [0.002] [0.008] [0.009]

Jumlah Penduduk tercatat 2001 0.006*** 0.005477*** 0.007*** 0.005213*** 0.006322* 0.002420 0.002934 0.000445

[0.002] [0.002] [0.002] [0.002] [0.003] [0.004] [0.002] [0.002]

Proporsi Populasi dengan

pendidikan setingkat SLTP (2001) 0.073* 0.081420* 0.070* 0.074618* -0.010349 0.033562 0.096565** 0.055993

[0.041] [0.043] [0.040] [0.041] [0.071] [0.076] [0.040] [0.041]

Akses Telpon per Rumah Tangga

(2000) 0.027 0.017606 0.040** 0.030589 -0.008420 -0.035346 0.096243*** 0.087491***

[0.020] [0.021] [0.019] [0.020] [0.027] [0.038] [0.025] [0.031]

Kontribusi Pertambangan terhadap

PDB (2001) -0.031** -0.028633* 0.000 0.006824 -0.004268 -0.003159 0.008143 0.006714

[0.014] [0.015] [0.010] [0.009] [0.018] [0.018] [0.008] [0.008]

Akses terhadap Informasi -0.000098 -0.000093 -0.000129 -0.000146

[0.000] [0.000] [0.000] [0.000]

Program Pengembangan Bisnis -0.000030 -0.000042 -0.000437*** 0.000097

[0.000] [0.000] [0.000] [0.000]

Infrastruktur 0.000537*** 0.000506** 0.000536** 0.000333

[0.000] [0.000] [0.000] [0.000]

Integritas -0.000035 -0.000048 -0.000594** 0.000429**

Interaksi 0.000108 0.000202 0.000685** -0.000290 [0.000] [0.000] [0.000] [0.000] Pertanahan -0.000189 -0.000145 -0.000174 0.000051 [0.000] [0.000] [0.000] [0.000] Perijinan -0.000218 -0.000178 -0.000257 0.000027 [0.000] [0.000] [0.000] [0.000] Keamanan 0.000248 0.000127 -0.000068 -0.000333** [0.000] [0.000] [0.000] [0.000] Biaya-biaya Transaksi -0.000027 -0.000013 -0.000217 -0.000197 [0.000] [0.000] [0.000] [0.000] Konstanta 0.084* 0.055569 0.070 0.053422 0.001029 0.128039** 0.320244*** 0.422937*** [0.048] [0.061] [0.046] [0.055] [0.034] [0.061] [0.096] [0.120] Observasi 275 184 275 184 275 184 275 184 R-squared 0.18 0.30 0.12 0.25 0.04 0.14 0.11 0.23

Standard error kuat dalam kurung

* signifikan pada 10%; ** signifikan pada 5%; *** signifikan pada 1%

+: Pendapatan awal adalah PDB per kapita pada 2001 untuk regresi PDB; PDB bukan-minyak per kapita pada 2001 untuk regresi PDB bukan- minyak; PDB manufaktur per kapita pada 2001 untuk regresi manufaktur; dan pengeluaran per kapita pada 2001 untuk regresi pengeluaran.

Kemungkinan lainnya adalah bahwa loncatan dari tata kelola pemerintahan ke pertumbuhan PDB (dengan atau tanpa minyak) mungkin hanya karena terlalu jauh. Selain itu, kualitas perhitungan dari berbagai elemen PDB yang berbeda bervariasi, yaitu beberapa elemen dihitung berdasarkan pada survei tahunan dan sensus, sedangkan komponen lainnya didekati dari data sejarah, data tingkat provinsi, atau data tingkat nasional. Proses pendekatan ini dapat menambah gangguan yang signifikan terhadap angka-angka PDB. Untuk memperhitungkan hal ini, kami melakukan estimasi ulang terhadap regresi yang telah dilakukan dengan menggunakan PDB manufaktur sebagai variabel tidak bebas. Oleh Badan Pusat Statistik PDB manufaktur diperlakukan sebagai komponen PDB yang paling akurat karena perhitungannya didasarkan kepada sensus tahunan dari industri, juga karena komponen PDB ini merupakan komponen yang paling terkait secara langsung dengan tata kelola perekonomian daerah. Kolom 5 dan 6 menunjukkan regresi-regresi yang menggunakan PDB manufaktur.

Sedikit saja dari variabel-variabel struktural tentang modal sumber daya manusia atau modal fisik yang dikaitkan dengan keseluruhan pertumbuhan mempengaruhi pertumbuhan PDB manufaktur, sekalipun masih terdapat bukti lemah terjadinya konvergensi kondisional. Namun, ketika variabel-variabel tata kelola pemerintahan ditambahkan, kami melihat perubahan yang besar. Infrastruktur mempengaruhi pertumbuhan manufaktur secara positif dan signifikan, begitu pula sifat interaksi antara pemerintah daerah dengan perusahaan-perusahaan. Namun demikian, terdapat pula dampak negatif yang signifikan dari tata kelola pemerintahan yang dihubungkan dengan kehadiran dan kualitas dari program-program pengembangan usaha di daerah, maupun integritas kepala daerah. Dengan hal-hal lainnya sama, daerah-daerah dengan program-program pengembangan bisnis yang lebih banyak dan lebih baik mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dalam PDB manufaktur; dan daerah- daerah di mana kepala daerah dan pejabat-pejabatnya dipandang lebih korup, bertumbuh lebih cepat. Yang pertama dapat dijelaskan yaitu sebagai dampak pengalokasian program - penjelasannya adalah program pengembangan bisnis dialokasikan pada daerah-daerah di mana industri sedang berjuang dengan

susah payah. Namun, pengaruh positif korupsi merupakan sebuah teka-teki, yang untuk itu kami akan kembali lagi nanti.

Akhirnya, untuk mengecek kembali hasil-hasil studi kami menggunakan variabel- variabel tidak bebas yang berbasis PDB, kami melihat pertumbuhan per kapita riil rata-rata pada tingkat daerah, yang diambil dari survei sosial ekonomi nasional (Susenas) rumah tangga tahunan. Tentu saja, pertumbuhan pengeluaran per kapita bahkan disingkirkan lebih jauh dari tata kelola perekonomian daerah dibandingkan pertumbuhan PDB, sebab hal tersebut menghendaki agar pertumbuhan yang terjadi dapat menetes kepada penduduk di daerah tersebut dalam bentuk pengeluaran yang lebih tinggi. Namun, dapat terjadi bahwa daerah-daerah yang tata kelolanya lebih baik akan lebih efektif dalam memastikan bahwa pertumbuhan daerahnya menjangkau penduduk. Kolom 7 memperlihatkan kisah yang sering didengar tetang modal sumber daya manusia dan modal fisik yang berkontribusi terhadap pertumbuhan, serta penyatuan sesuai kondisi ketika variabel-variabel ini diperhitungkan. Ketika variabel-variabel tata kelola pemerintahan ditambahkan (kolom 8), infrastruktur tetap positif, tetapi sekarang integritas masuk secara positif, sementara daerah- daerah yang mengalami lebih banyak kriminalitas tampil dengan pertumbuhan lebih cepat.

Hasil-hasil dari Tabel 3 memperlihatkan gambaran yang agak membingungkan tentang pengaruh tata kelola pemerintahan daerah terhadap pertumbuhan. Satu- satunya sub indeks tata kelola pemerintahan yang secara konsisten berhubungan dengan pertumbuhan adalah tata kelola infrastruktur. Bagi ukuran- ukuran pertumbuhan PDB yang paling generik, tidak ada ukuran-ukuran tata kelola pemerintahan lainnya yang memiliki pengaruh signifikan. Sebaliknya, beberapa aspek lain dari tata kelola pemerintahan muncul menjadi masalah bagi pertumbuhan manufaktur, sedangkan integritas kepala daerah nampaknya memiliki efek yang bertentangan, dengan korupsi yang lebih tinggi memicu pertumbuhan manufaktur, tetapi integritas yang lebih baik ternyata lebih efektif

dalam memastikan bahwa pertumbuhan akan terdistribusi kepada semua orang di daerah yang bersangkutan.

Untuk mencoba dan memahami pengaruh dari masing-masing aspek tata kelola pemerintahan terhadap berbagai macam pertumbuhan yang berbeda, kami membagi sub-sub indeks ke dalam variabel-variabel pokok dan memasukkan masing-masing ke dalam regresi. Mengingat ada beberapa variabel yang dimasukkan ke dalam setiap sub-indeks, tidak memungkinkan untuk memasukkan semua variabel dari setiap sub-indeks ke dalam satu buah regresi. Karena itu kami mengestimasi setiap regresi pada setiap kali dengan variabel- variabel dari satu sub-indeks. Agar ringkas, hasil-hasil studi yang kami laporkan hanya untuk regresi yang melibatkan variabel-variabel infrastruktur, dan variabel- variabel integritas.

Dokumen terkait