• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKIM PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA KUKM MELALUI PMV

D. Analisa SWOT LPDB-KUMKM

dalam rangka penyusunan rencana strategi bisnis lembaga pada rencana kerja tahun 2006 – 2009, LPDB-KUMKM perlu mengetahui posisi lembaga pada saat ini. Dengan menggunakan alat bantu melalui analisa SWOT, diharapkan dapat diketahui posisi lembaga berada lebih kuat pada daerah kuadran I, II, III, atau IV, dimana masing-masing kuadran harus disikapi dengan strategi lembaga yang berbeda. Dalam analisa tersebut disepakati terdapat 5 (lima) faktor yang mempengaruhi, dan setiap

2. Keuangan/Pembiayaan Dana Bergulir = 25 %

3. Sumber Daya Manusia (SDM) = 15 %

4. Fasilitas Pendukung = 10 %

5. Pengawasan = 25 %

Pemberian persentase bobot pada 5 (lima) faktor tersebut di atas, dengan penjelasan yaitu :

1. Faktor Ketentuan Perundang-Undangan mempunyai bobot 25 %, dengan pertimbangan karena keberadaan aturan main (UU, PP, Permen, dll) yang jelas terhadap pengelolaan dana bergulir sangat mempengaruhi keberhasilan pengelolaan dana bergulir tersebut, sehingga tujuan yang diharapkan dapat dicapai dan dipayungi oleh aturan hukum yang pasti.

2. Faktor keuangan/Pembiayaan dana bergulir mempunyai bobot 25 %, dengan pertimbangan karena tingginya tingkat resiko piutang tak tertagih dari penyaluran dana bergulir kepada KUMKM, dan tuntutan pengelolaan pembiayaan dengan administrasi dan manajemen yang profesional, dan dampak kinerja lembaga terhadap timbulnya piutang macet, serta kerawanan

tingkat suku bunga pinjaman yang relatif masih cukup tinggi sampai ke-end

user. Di samping itu, dalam pelaksanaan penyaluran/pembiayaan dana

bergulir jangkauannya sangat terbatas (tidak menyalurkan langsung atau

lembaga secondtier), pinjaman yang diberikan beresiko tinggi terutama untuk

usaha mikro dan kecil, dan tuntutan pelayanan publik sebagai lembaga pemerintah, sehingga penetapan tarif tidak berbasis pada resiko, dan kondisi politik dan ekonomi yang belum stabil yang dapat mempengaruhi kebijakan ekonomi.

cukup jumlahnya, tepat orangnya dan profesional.

4. Faktor Fasilitas Pendukung mempunyai bobot 10 %, dengan pertimbangan karena kelancaran setiap kegiatan operasional pengelolaan dana bergulir juga sangat ditentukan oleh kecukupan/ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana kantor sebagai pendukung kerja.

5. Faktor Pengawasan mempunyai bobot 25 %, dengan pertimbangan karena fungsi dari pengawasan adalah meningkatkan efisiensi dan efektifitas operasional pengelolaan dana bergulir, menjaga kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang ada, memberikan keyakinan atas kewajaran laporan keuangan, sehingga dapat sebagai alat kontrol dalam mencapai tujuan dari pengelolaan dana bergulir.

Sedangkan skala nilai yang diberikan untuk melihat besaran pengaruh masing-masing faktor terhadap kinerja lembaga dengan skala 1 s/d 5, yaitu :

1. Nilai 5 (lima) berarti sangat berpengaruh

2. Nilai 4 (empat) berarti berpengaruh

3. Nilai 3 (tiga) berarti cukup berpengaruh

4. Nilai 2 (dua) berarti lemah pengaruhnya

5. Nilai 1 (satu) berarti sangat lemah pengaruhnya.

Pemberian bobot dan skala didasarkan atas pembahasan lintas direksi

LPDB-KUMKM, sehingga hasil penilaiannya lebih bersifat corporate judgement, sangat

tergantung dari latar belakang dan pengalaman si pengambil keputusan.

Analisa SWOT merupakan salah satu model analisa untuk mengindentifikasi posisi lembaga berdasarkan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman). Kekuatan dan Peluang bernilai posisitif, sedangkan kelemahan dan ancaman bernilai negatif, dengan perhitungan bobot dan nilai

sebagaimana dimaksud, maka akan diperoleh titik dimana posisi lembaga berada, dan strategi apa yang harus dijalankan.

Hasil analisa SWOT akan digunakan sebagai acuan oleh lembaga untuk menentukan langkah-langkah operasional yang akan dilakukan dalam upaya untuk :

1. Memaksimalkan kekuatan lembaga

2. Memanfaatkan peluang lembaga yang ada

3. Meminimalkan kelemahan yang dimiliki lembaga

4. Mengantisipasi ancaman terhadap kelangsungan lembaga

Anatomi kuadran SWOT dapat digambarkan sebagai berikut :

Hasil analisa SWOT atas faktor-faktor internal dan eksternal LPDB-KUMKM, sebagai berikut :

KEKUATAN (Strengths)

1. LPDB-KUMKM memiliki keleluasaan lebih untuk mengelola program dana bergulir, dan kegiatan yang didukung dengan tingkat kepastian yang lebih tinggi atas pembiayaan untuk program dan kegiatan yang dilaksanakan, dengan tetap mempertahankan prinsip-prinsip akuntabilitas.

2. Sumber utama pendanaan pengembangan pembiayaan KUMKM melalui dana bergulir berasal dari APBN, sehingga dapat menjamin likuiditas penyaluran dana bergulir.

3. Pembiayaan dana bergulir dapat disalurkan dengan bunga yang lebih murah dari pesaing.

4. LPDB-KUMKM dikelola secara profesional dengan mengedepankan kualitas pelayanan serta efisiensi dan efektifitas penggunaan sumber daya.

1/2004, PP 23/2005, Permen KUKM 19.4/2006, Kepmenkeu 292/2006)

7. Transisi peraturan perundangan dalam pengelolaan BLU, mengingat pola BLU dalam keuangan negara masih baru, sehingga beberapa peraturan perundangan akan disesuaikan.

8. Dapat merekruit pegawai dengan selektif khususnya bagi tenaga-tenaga yang sudah siap pakai/bekerja dalam pengelolaan keuangan/dana bergulir.

9. Sudah terbentuknya struktur organisasi LPDB-KUMKM dengan pembagian tugas dan wewenang yang jelas.

10. Hubungan antar pegawai yang terjalin sangat baik mengingat jumlah pegawai yang masih sangat terbatas.

11. Lokasi kantor yang strategis di Gedung SPC, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.

12. Tingkat pengawasan masih sederhana karena object yang diawasi masih terbatas mengingat kegiatan operasionalisasi perguliran dana belum berjalan.

13. Adanya mekanisme dan pelaksanaan pengawasan yang masih dibina oleh Kementerian Negara KUKM, mengingat aset LPDB-KUMKM merupakan aset Kementerian Negara KUKM.

KELEMAHAN (Weaknesses)

1. Pengelolaan dana bergulir yang sudah berjalan selama ini sangat kental dengan mekanisme birokratik sehingga menimbulkan persepsi masyarakat bahwa pemerintah adalah organisasi birokratis yang tidak efisien, lambat dan tidak efektif.

2. Belum adanya sistem pengelolaan dana bergulir yang terukur, terarah, efisien dan efektif.

memiliki mekanisme yang baku dalam menetapkan biaya keseluruhan yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu

output/outcome.

4. Kurangnya kompetensi dan profesionalisme SDM serta jumlahnya yang belum proporsional.

5. Terbatasnya SDM yang ada sehingga sulit membentuk budaya kerja profesional yang berpotensi dapat menimbulkan permasalahan dalam pengelolaan dana bergulir.

6. Ketidakmerataan pendistribusian dana bergulir, baik antar KUMKM atau daerah sebagai akibat dari adanya perbedaan tingkat permintaan dan penawaran kebutuhan modal, serta keterbatasan ketersediaan sumberdaya yang dimiliki.

7. Kelambanan waktu penyaluran pinjaman sebagai akibat terkendalanya oleh peraturan perundangan yang belum disetujui oleh pemerintah.

8. Pengelolaan administrasi kepegawaian yang masih sederhana dan belum terkomputerisasi.

9. Belum memadainya sarana dan prasarana kantor (termasuk TI) sebagai tempat operasionalisasi LPDB-KUMKM.

10. Sistem dan prosedur kerja yang belum baku dalam perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan serta pelaporan, dan belum adanya SDM yang secara formal sebagai SPI.

PELUANG (Opportunities)

1. Tingginya dukungan pemerintah mengingat besarnya jumlah KUMKM (99,9% pelaku usaha) dan tingginya jumlah tenaga kerja yang diserap sektor ini. Tercatat ada 43,22 juta unit Usaha Kecil dan Menengah pada tahun 2004, meningkat 1,61 persen

2. Kinerja KUMKM dalam beberapa tahun terakhir terus meningkat. Seiring dengan semakin meningkatnya perekonomian Indonesia tahun 2004, sumbangan Usaha Kecil Menengah semakin jelas pangsanya terhadap penciptaan nilai tambah nasional, karena lebih dari separuhnya diciptakan oleh UKM (55,88 persen) sekaligus mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar sehingga dapat menekan tingkat pengangguran. Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1.135,8 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 1993 sebesar Rp.276 triliun, dengan pertumbuhan mencapai 5,45 persen terhadap tahun 2003 di mana laju pertumbuhannya selalu bergerak lebih tinggi dibandingkan dengan total PDB nasional sebesar 4,86 persen (BPS, Maret 2005).

3. Lembaga Keuangan Mikro seperti Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan Usaha Simpan Pinjam Koperasi (USP-Kop) memiliki prospek usaha yang baik untuk dikembangkan, serta secara nyata mendukung perkembangan usaha anggotanya.

4. Adanya Program Dana Bergulir secara kontinue dari pemerintah yang diharapkan dapat membantu memperbaiki perekonomian masyarakat terutama bagi usaha Koperasi dan UMKM.

5. LPDB-KUMKM dapat menyuburkan pewadahan baru bagi pembaharuan manajemen keuangan negara, dan dapat mengubah manajemen keuangan negara dari sistem manajemen tradisional yang kaku, birokratis dan hierarkis menjadi model manajemen yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar.

dan diharapkan dapat meningkatkan penerimaan pajak sebagai upaya optimalisasi penerimaan dalam negeri yang berarti meningkatnya kontribusi warga negara terhadap aktivitas pemerintahan melalui pembiayaan LPDB-KUMKM, dan yang pada akhirnya menimbulkan konsekuensi peningkatan pemenuhan layanan publik pemerintah kepada warganya.

7. Opini publik yang positif dan liputan pers yang mendukung turut mempengaruhi keberhasilan program.

8. Pasar tenaga kerja potensial tersedia dalam jumlah yang cukup banyak untuk pemenuhan kebutuhan pegawai LPDB-KUMKM yang merupakan lembaga baru, sehingga perencanaan pegawai dapat dipersiapkan dengan baik dari awal, dan peningkatan kompetensinya dapat memanfaatkan jasa institusi atau lembaga pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan pegawai yang cukup banyak keberadaannya.

9. Adanya kesempatan menyusun peraturan perundangan BLU yang belum ada dengan mengacu pada kebutuhan BLU yang sudah berjalan, sedangkan kesalahan administrasi (bukan perdata/pidana) dalam pengelolaan BLU yang belum ada aturan hukumnya dapat dimaklumi sambil diusulkan payung hukumnya.

10. Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat yang dapat mendukung operasionalisasi LPDB-KUMKM.

11. Dapat ditumbuhkan koperasi karyawan dalam rangka membantu kesejahteraan pegawai.

12. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan pengelolaan usaha yang baik, maka sebelum berjalannya SPI dapat mengoptimalkan pembinaan pengawasan dari Kementerian KUKM, selain adanya pemeriksaan oleh auditor eksternal

1. Pemerintah terfokus pada transisi politik dan perbaikan ekonomi, sehingga hal-hal yang lebih detail dalam penyediaan layanan umum belum diprioritaskan.

2. Penunjukan atau mandat legislatif dapat mempengaruhi arah program.

3. Potensi penurunan proporsi pengeluaran untuk pos-pos yang berkaitan dengan layanan publik sebagai dampak meningkatnya jumlah kewajiban pemerintah untuk pembayaran cicilan dan bunga hutang luar negeri.

4. Suku bunga yang semakin meningkat akan menekan permintaan atas modal dan kredit.

5. Penurunan keadaan ekonomi dapat meningkatkan kegagalan dalam program dana bergulir LPDB-KUMKM.

6. Adanya resistensi pada berbagai pihak terkait dalam pengelolaan dana bergulir sehingga mengakibatkan sulitnya melakukan perubahan pada sistem yang sudah berjalan terutama perubahan tata nilai dan cara pelayanan.

7. Sulitnya menata ulang aturan main (rearange the rule)

dan melatih para pelaksana (retraining people) sebagai

bagian dari langkah redesign system.

8. Persepsi para penerima dana bergulir, bahwa dana bergulir adalah suatu pemberian dari pemerintah yang tidak perlu dikembalikan.

dalam pengelolaan dan pengembalian dana bergulir. 10. Belum adanya sanksi hukum yang jelas bagi pelanggaran

pelayanan umum.

11. Beberapa karyawan merupakan tenaga yang

diperbantukan dari departemen/instansi terkait, di sisi lain mahalnya biaya pengembangan SDM apabila dilakukan secara berkala.

12. Peningkatan biaya hidup layak yang lebih cepat kenaikannya dibanding peningkatan kompensasi yang diterima karyawan yang dapat mengganggu produktivitas karyawan.

13. Biaya pemeliharaan sarana dan prasarana kantor cenderung akan terus meningkat, dan kebutuhan TI sangat cepat berubah perlu pencadangan biaya yang cukup tinggi apabila tidak ingin tertinggal.

14. Waktu pelaksanaan pemeriksaan belum terjadwal dengan baik, dan dengan kriteria pemeriksaan yang digunakan belum baku dapat menimbulkan interprestasi ganda.

Matrik bobot nilai dari faktor Kekuatan dan Kelemahan, sebagai berikut :

FAKTOR KEKUATAN (S) BOBOT/

NILAI KELEMAHAN (W)

Dokumen terkait