• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKIM PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA KUKM MELALUI PMV

A. LPDB-KUMKM Sebagai Alternatif Lembaga Keuangan Dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

Pada saat ini, banyak kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai permasalahan ekonomi yang langsung menyentuh kepentingan rakyat kecil. LPDB-KUMKM sebagai salah satu lembaga yang didirikan demi memenuhi kebutuhan para pengusaha kecil, mikro dan menengah dalam masalah permodalan, juga memegang peranan yang penting dalam memberdayakan ekonomi rakyat.

Sebagai lembaga yang menyalurkan dana dari pemerintah, menjadikan LPDB-KUMKM sebagai salah satu ujung tombak pemerintah dalam memberdayakan ekonomi rakyat dalam upaya menekan angka pengangguran dan kemiskinan yang ada di negri ini. Di samping itu, sebagai salah satu unit organisasi yang berada di lingkungan Kementrian Negara Koperasi dan UKM, LPDB-KUMKM memiliki komitmen untuk memperkokoh permodalan KUMKM serta mengembangkan lembaga keuangan KUMKM, mengingat bahwa permodalan merupakan salah satu

kekuatan sekaligus kelemahan bagi pengembangan usaha KUMKM.1

Dengan demikian, LPDB-KUMKM bisa menjadi alternatif dari lembaga keuangan bagi UKM dalam memperkokoh struktur permodalannya, sehingga dapat

1LPDB-KUMKM, “Sejarah Singkat LPDB”, artikel diakses pada 5 Januari 2009 dari http://www.danabergulir.com/sejarah_singkat_LPDB

lembaga layanan umum (BLU) tentunya memiliki peran yang strategis dalam memberdayakan perekonomian rakyat. Dengan kontribusi yang telah diberikan oleh sektor UMKM terhadap perekonomian Indonesia baik kontribusi terhadap PDB nonmigas maupun penyerapaan tenaga kerja, seharusnya pemerintah bisa lebih memberikan perhatiannya kepada UMKM, misalnya dengan lebih banyak membuat program atau kebijakan yang mendukung tumbuh kembangnya UMKM.

Oleh karena itu, untuk memberikan pelayanan yang lebih professional kepada UMKM, Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah membentuk lembaga pengelola dana bergulir untuk menyalurkan dana bergulir kepada sektor UMKM. Dengan adanya lembaga pengelola dana bergulir (LPDB) ini, diharapkan dapat membantu para pelaku usaha UMKM untuk mengatasi masalah utama yang dihadapi oleh UMKM yaitu masalah permodalan, sehingga UMKM bisa berkembang, baik dari segi kualitas maupun kuantitas produk yang dihasilkan.

Sampai tanggal 28 februari 2009, LPDB-KUMKM telah menyalurkan dana sebesar Rp. 43.610.000.000,- kepada mitra LPDB-KUMKM yang tersebar di

berbagai daerah di Indonesia.2 Angka tersebut masih jauh dari permintaan yang

diajukan oleh para calon mitra LPDB-KUMKM yang sampai tanggal 28 februari

para pelaku UMKM tersebut, tentunya membawa angin segar kepada perkembangan LPDB-KUMKM dan UMKM itu sendiri yang merupakan sasaran dari LPDB-KUMKM, ini membuktikan bahwa masih banyak unit UMKM yang belum tersentuh oleh lembaga keuangan yang sudah lebih dulu ada.

Dari dana yang telah digulirkan sebesar Rp. 43.610.000.000,- ini, tersebar

kepada 16 mitra LPDB-KUMKM yang jumlahnya sebagai berikut:3

a. Koperasi simpan pinjam/ unit simpan pinjam (KSP/USP) sebanyak 2 (dua) koperasi sekunder dengan jumlah dana bergulir sebesar

Rp.7.500.000.000,-b. Koperasi jasa keuangan syariah/ unit jasa keuangan syariah (KJKS/UJKS) sebanyak 1 (satu) koperasi sekunder dengan jumlah dana bergulir sebesar

Rp.2.250.000.000,-c. Perusahaan modal ventura (PMV) sebanyak 13 perusahaan dengan jumlah dana bergulir sebesar

Rp.33.860.000.000,-Dana tersebut akan digulirkan kembali kepada koperasi primer yang kemudian selanjutnya diberikan kepada UMKM sebagai sasaran akhir dana bergulir, dengan persyaratan yang ditentukan LPDB-KUMKM, misalnya PMV diwajibkan untuk menyalurkan pembiayaan yang diperoleh dari LPDB-KUMKM kepada KUKM-PPU dalam jangka waktu 30 hari kalender sejak dana pembiayaan

LPDB-KUMKM, tetapi lebih diprioritaskan kepada bank pembangunan daerah (BPD). Alasannya adalah karena bank merupakan lembaga keuangan dengan sistem terbaik dan sebaran kantor terluas sehingga memudahkan LPDB-KUMKM untuk menggulirkan dananya ke seluruh pelosok negri. Untuk menjaga agar visi dan misi LPDB-KUMKM tercapai, LPDB-KUMKM tetap mengontrol bank dengan ketentuan dan persyaratan agar dana bergulir dapat disalurkan kepada

UMKM yang belum bankable.5

2. Prioritas penyaluran dana bergulir

Dalam hal prioritas penyaluran dana bergulir, pada dasarnya seluruh pelaku usaha mikro, kecil dan menengah merupakan sasaran dari LPDB-KUMKM dalam menyalurkan dana. Tetapi ada beberapa kriteria bagi para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah untuk bisa mendapatkan dana dari LPDB-KUMKM, meskipun kriteria itu tidak mutlak harus dipenuhi oleh para pelaku UKM. Maksudnya adalah dalam menyalurkan dananya, LPDB-KUMKM akan sangat selektif dalam menentukan siapa saja yang lebih berhak mendapatkan dana bergulir dengan mengacu pada aspek keadilan dan pemerataan pendapatan, di mana para pelaku UKM yang tidak bisa memenuhi persyaratan dalam

4 Peraturan direksi LPDB-KUMKM nomor: 44/per/LPDB/2007, (kementrian Negara koperasi dan usaha kecil dan menengah RI, 2008), hal. 12

untuk mendapatkan dana begulir, tentunya dengan tidak mengesampingkan faktor-faktor yang akan mempengaruhi kualitas tingkat pengembalian dari dana yang diberikan.

3. Peran Negara dalam pendistribusian pendapatan

Indonesia merupakan negara besar yang memiliki sumberdaya yang besar pula, baik alam maupun manusianya. Dengan potensi sumberdaya yang dimiliki, sebenarnya Indonesia bisa menjadi negara maju dalam segala hal jika seluruh sumberdaya yang ada dikelola secara baik. Namun yang terjadi di negeri kita ini adalah angka kemiskinan dan penganggurannya relatif cukup tinggi. Ini menunjukan bahwa sebenarnya kita belum mampu mengelola sumberdaya yang kita miliki secara baik. Di sini, negara yang memiliki peranan bagaimana mengelola sumberdaya yang ada agar bermanfaat bagi seluruh rakyatnya.

Permasalahan yang paling mendapat sorotan di suatu negara adalah permasalahan ekonomi, begitupun di Indonesia. Permasalahan ekonomi yang paling mencolok adalah kemiskinan dan pengangguran. Kedua masalah ini ditimbulkan oleh banyak faktor, di antaranya kebodahan, kemalasan, kurangnya lapangan kerja, dan lain-lain. Tugas Negara khususnya pemerintah adalah bagaimana mengatasi permasalahan ini, agar angka kemiskinan dan pengangguran dapat ditekan sekecil mungkin sehingga tercipta keseimbangan dan pemerataan pendapatan yang adil di masyarakat, karena sudah kewajiban suatu negara untuk memberikan perlindungan dan pelayanan bagi rakyatnya.

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 47,97 38,70 37,90 38,40 37,30 36,10 35,10 39,30 37,17 23,43 19,14 18,41 18,20 17,42 16,66 15,97 17,75 16,58

Source: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Angka kemiskinan memang cenderung menurun sejak krisis ekonomi 1998, tetapi kemiskinan tetap saja kemiskinan, dan bukan hal yang bisa di tolerir. Menurut Euis Amalia Negara wajib memberikan jaminan dan pelayanan dalam hal agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta kepada warga negaranya karena kelima unsur tersebut mutlak harus terpenuhi bagi setiap manusia.

Dalam perekonomian Indonesia, usaha mikro, kecil dan menengah memiliki porsi yang paling besar dari segi kontribusinya. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, jumlah UKM di Indonesia mencapai 41,36 juta unit atau sekitar 99,99 persen jumlah unit usaha di Indonesia. Jumlah tersebut jauh lebih besar dibandingkan jumlah usaha besar yang hanya mencapai 2.198 unit. Sementara itu, jumlah serapan tenaga kerja UKM pada tahun 2002 mencapai 74,6 juta orang atau sebesar 99,45 persen dari penyerapan tenaga kerja nasional. Sisanya sebanyak 0,55 persen atau 423.733 orang diserap oleh usaha besar.

mampu menyumbang sebesar 63,99 persen atau Rp 919,1 triliun. Sedangkan kelompok usaha besar yang jumlah unit usahanya sangat kecil memiliki

kontribusi cukup besar sebanyak 36,11 persen atau Rp 519,6 triliun.6

Dari data di atas kita bisa bayangkan betapa besarnya potensi yang dimiliki oleh UKM di Indonesia. Dari segi penyerapan tenaga kerja, jika bertambah 1 (satu) tenaga kerja dalam setiap unit usaha berarti sudah dapat menyerap 40 juta lebih lapangan kerja baru yang tersedia. Yang menjadi masalahnya adalah bagaimana peran pemerintah dalam mendistribusikan kekayaan negara sehingga terciptanya pemerataan pendapatan yang adil.

Jika kita melihat kenyataan yang ada, terlihat bahwa meskipun pertumbuhan ekonomi telah berjalan dengan pesat namun pertumbuhan yang pesat ini telah membawa akibat yang mengkhawatirkan, yaitu terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan yang lebih buruk. Meskipun pertumbuhan mampu mengurangi persentase penduduk miskin namun di lain pihak sebagian penduduk miskin menjadi semakin miskin. Dengan demikian, Indonesia belum termasuk kelompok negara-negara berkembang yang telah berhasil dalam menggabungkan pertumbuhan ekonomi yang pesat dengan distribusi pendapatan yang makin

merata serta pengurangan kemiskinan absolut yang lebih pesat.7

6 BBC Indonesia, ”Kredit Mikro”, artikel diakses pada 28 Desember 2008 dari http://www.bbc.co.uk/sekilas_umkm_di_indonesia/2008/07/21/kreditmikro5.shtml

7 Yudistika Okfram, “Perekonomian Indonesia”, artikel diakses pada 28 Desember 2008 dari http://one.indoskripsi.com/category/mata_kuliah/perekonomian_indonesia/2007/12/09

1. Pemerataan kebutuhan pokok rakyat.

2. Pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan.

3. Pemerataan pembagian pendapatan, khususnya melalui usaha-usaha padat karya.

4. Pemerataan kesempatan kerja melalui peningkatan pembangunan regional. 5. Pemerataan dalam pengembangan usaha, khususnya memberikan kesempatan

yang luas bagi golongan ekonomi lemah untuk memperoleh akses perkreditan dan penggalakan koperasi.

6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita.

7. Pemerataan penyebaran penduduk melalui transmigrasi dan pengembangan wilayah.

8. Pemerataan dalam memperoleh keadilan hukum.

Sejak awal 1980-an, pemerintah membuat keputusan politik bagi pemberdayaan UMKM. Semangatnya memang konsisten, sebab pemerintahan sekarang pun membuat kebijakan politik yang melahirkan instrumen pembiayaan UMKM bernama Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sayangnya, konsistensi semangat itu tak dibarengi konsistensi instrumen pembiayaan. Kalau pada 1980-an dirumuskan instrumen

ubah menjadi KUK (kredit usaha kecil) pada 1990-an. Masuk ke dasawarsa ini, instrumen yang sama di ubah menjadi kredit UKM (usaha kecil dan menengah). Lalu,

baru-baru ini, kredit UKM itu telah berganti nama menjadi KUR.9

Selain instrument KUR, ada juga program PNPM mandiri. PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Madiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil

yang dicapai.10

9BBC Indonesia, “Kredit Mikro” artikel diakses pada 28 Desember 2008 dari http://www.bbc.co.uk/mengoreksi_pembiayaan_umkm/2008/07/21/kreditmikro5.shtml

10Tim Pengendali PNPM Mandiri, “PNPM-Mandiri” artikel diakses pada 5 Januari 2009 dari http://www.pnpm-mandiri.org/index.php?option=com_content&task=view&id=26&Itemid

tertinggal dan khusus. Strategi pembangunan dan pengembangan daerah-daerah tertinggal dan khusus adalah dengan memperkuat kapasitas Pemerintah Kabupaten

serta memperkuat proses perencanaan partisipatif. Dengan demikian diharapkan

Pemerintah Daerah akan mampu mengakomodasi kebutuhan masyarakat. Secara umum Program P2DTK bertujuan untuk membantu Pemerintah Daerah dalam mempercepat pemulihan dan pertumbuhan sosial ekonomi daerah-daerah tertinggal

dan khusus.11

Ada juga kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan berupa program BOS. Secara umum, Program BOS cenderung dilaksanakan sebagai bentuk subsidi umum. Hal ini karena hanya sebagian kecil saja sekolah yang menolak BOS, dan manfaat yang diterima siswa miskin dan tidak miskin hampir sama karena hanya sebagian kecil dari dana BOS yang dialokasikan sekolah untuk memberikan bantuan khusus kepada siswa miskin. Sekolah yang menolak BOS umumnya sekolah yang relatif kaya.

Dari kebijakan-kebijakan yang di keluarkan pemerintah di atas, masing masing dinilai berbeda oleh masyarakat. Ada yang menganggap baik dan mendukung tetapi ada juga yang mengkritik. Sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang 25 Tahun 2004

11Bappenas, “P2DTK”, artikel diakses pada 5 Januari 2009 dari

Jangka Menengah (RPJM) yang menjabarkan visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih selama 5 (lima) tahun. Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden ditempuh melalui Strategi Pokok yang dijabarkan dalam Agenda Pembangunan Nasional yang memuat Sasaran-sasaran Pokok yang harus dicapai, arah kebijakan, dan program-program pembangunan. Adapun visi pembangunan nasional tahun

2004-2009, yaitu:12

1. Terwujudnya masyarakat, bangsa, dan Negara yang aman, bersatu, rukun dan damai;

2. Terwujudnya masyarakat, bangsa, dan Negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak asasi manusia; serta

3. Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan.

Berdasarkan visi pembangunan nasional tersebut, ditetapkan 3 (tiga) misi

pembangunan nasional tahun 2004-2009, yaitu:13

1. Mewujudkan Indonesia yang aman dan damai 2. Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis 3. Mewujudkan Indonesia yang sejahtera

12Bappenas, “RJPM 2004-2009”, artikel diakses pada 5 januari 2009 dari http://www.bappenas.go.id/index.php?

module=filemanager&func=download&pathext=contentexpress/RPJNM2004/&view 13 ibid

program ataupun kebijakan yang diambil pemerintah mencerminkan visi dan misi pembangunan nasional yang bertujuan sepenuhnya untuk kemaslahatan dan kesejahteraan rakyat Indonesia dan juga diarahkan bagi terwujudnya Negara yang aman, damai dan sejahtera melalui pemenuhan hak dasar masyarakat dengan harapan kehidupan rakyat Indonesia menjadi lebih mapan dan kokoh baik agama, politik, dan ekonomi.

B. Kendala yang Dihadapi dalam Penyaluran Dana Bergulir

LPDB-KUMKM merupakan lembaga baru yang didirikan dengan tujuan membantu para pelaku UMKM dalam mendapatkan dana untuk mengembangkan usahanya. Dalam melaksanakan kegiatannya itu, LPDB-KUMKM pastinya memiliki beberapa kendala yang di hadapi baik dari dalam lembaga LPDB-KUMKM itu sendiri maupun kendala dari luar lembaga.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis, LPDB-KUMKM mengemukakan beberapa kendala yang dihadapi dalam menyalurkan dana bergulir. Berikut ini adalah beberapa kendala yang dihadapi LPDB-KUMKM dalam

melaksanakan kegiatan menyalurkan dana bergulir:14

1. Kendala dari dalam lembaga (internal)

Sebagai lembaga baru, LPDB-KUMKM harus menyesuaikan diri terhadap peraturan yang sudah ada terlebih dahulu yang terkait dengan kegiatan menyalurkan dana pemerintah. Di samping itu, LPDB-KUMKM juga harus bisa menempatkan diri sebagimana fungsi dan tugasnya sebagai unit organisasi yang berada di bawah Mentri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dan secara administratif bertanggung jawab kepada sekretaris Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.

b. Menyusun petunjuk teknis dalam pemberian pinjaman. Sebagai sebuah lembaga, LPDB-KUMKM tentunya memilki peraturan internal yang dikeluarkan oleh direksi yang berkaitan dengan kegiatan dan petunjuk teknis dalam menyalurkan pinjaman kepada mitra kerja LPDB-KUMKM. c. Sumber daya manusia (SDM). Sebagai lembaga yang cakupannya

nasional, LPDB-KUMKM memiliki kendala dalam hal sumber daya manusia yang jumlahnya sangat minim. Dengan wilayah cakupan yang luas ini, seharusnya LPDB-KUMKM memilki jumlah SDM yang lebih banyak sehingga bisa menyentuh para pelaku UMKM di seluruh pelosok

negri ini.15

2. Kendala dari luar lembaga (eksternal)

Kendala yang di hadapi LPDB-KUMKM dari luar adalah kualitas dan

yang tidak atau belum dipenuhi oleh para calon mitra, baik itu bentuk badan hukumnya, kinerja, atau pun pengalaman para calon mitra dalam bidang menjalankan jasa keuangan.

Dari beberapa kendala internal yang dihadapi LPDB-KUMKM, itu semua merupakan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan secara profesional oleh internal LPDB-KUMKM, sehingga bisa membuat LPDB-KUMKM menjadi lembaga yang lebih kuat, solid dan lebih profesional dalam menjalankan fungsi dan tugasnya di masa yang akan datang sesuai dengan peraturan Mentri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 11/Per/M.KUKM/VI/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja LPDB-KUMKM. Sedangkan kendala dari luar yang dihadapi LPDB-KUMKM merupakan kendala yang banyak dihadapi oleh lembaga keuangan lainnya. Tetapi LPDB-KUMKM sebagai lembaga pengelola dana bergulir pemerintah harusnya bisa lebih mengerti keadaan atau kondisi para calon mitra, kendala ini bisa diatasi apabila LPDB-KUMKM lebih banyak berkomunikasi dengan para calon mitra tersebut, sehingga terbuka jalan keluar yang sama-sama menguntungkan semua pihak.

Dokumen terkait