• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selain lembaga keuangan bank, ada juga lembaga keuangan lainnnya atau lebih sering disebut lembaga keuangan non bank. Lembaga keuangan non bank ini dipisahkan dari lembaga keuangan bank karena memang terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal jumlah asset dan nasabah yang tentunya membedakan pengaruhnya terhadap perekonomian di Indonesia. Tetapi peran dan pengaruh lembaga keuangan non bank tidak bisa di kesampingkan begitu saja. Lembaga keuangan non bank memiliki keunggulan tersendiri yang bisa menarik minat para calon nasabahnya, meskipun tugas, fungsi dan tujuannya tidak jauh berbeda dengan lembaga keuangan bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat.

Gerakan koperasi di gagas oleh Robert Owen (1771–1858), yang menerapkannya pertama kali pada usaha pemintalan kapas di New Lanark, Skotlandia. Gerakan koperasi ini dikembangkan lebih lanjut oleh William King (1786–1865) – dengan mendirikan toko koperasi di Brighton, Inggris. Pada 1 Mei 1828, King menerbitkan publikasi bulanan yang bernama The

Cooperator, yang berisi berbagai gagasan dan saran-saran praktis tentang

Koperasi akhirnya berkembang di negara-negara lainnya. Di Jerman, juga berdiri koperasi yang menggunakan prinsip-prinsip yang sama dengan koperasi buatan Inggris. Koperasi-koperasi di Inggris di dirikan oleh Charles Foirer, Raffeinsen, dan Schulze Delitch. Di Perancis, Louis Blanc

mendirikan koperasi produksi yang mengutamakan kualitas barang. Di

Denmark Pastor Christiansone mendirikan koperasi pertanian.10

10 Ensiklopedia bebas, “Koprasi”, artikel diakses pada 15 Desember 2008 dari

Sedangkan gerakan Koperasi di Indonesia diperkenalkan oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Dia mendirikan koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang terjerat hutang dengan rentenir. Koperasi tersebut lalu berkembang pesat dan akhirnya ditiru oleh Boedi Oetomo dan SDI. Belanda yang khawatir koperasi akan dijadikan tempat pusat perlawanan, mengeluarkan UU no. 431 Tahun 19 yang isinya yaitu :

2). Sistem usaha harus menyerupai sistem di Eropa

4). Proposal pengajuan harus berbahasa Belanda

Hal ini menyebabkan koperasi yang ada saat itu berjatuhan karena tidak mendapatkan izin Koperasi dari Belanda. Namun setelah para tokoh Indonesia mengajukan protes, Belanda akhirnya mengeluarkan UU no. 91 pada Tahun 1927, yang isinya lebih ringan dari UU no. 431 seperti :

1). Hanya membayar 3 gulden untuk materai 2). Bisa menggunakan bahasa daerah

3). Hukum dagang sesuai daerah masing-masing 4). Perizinan bisa di daerah setempat

Koperasi menjamur kembali hingga pada tahun 1933 keluar UU yang mirip UU no. 431 sehingga mematikan usaha koperasi untuk yang kedua kalinya. Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia. Jepang lalu mendirikan koperasi kumiyai. Awalnya koperasi ini berjalan mulus. Namun

fungsinya berubah drastis dan menjadi alat jepang untuk mengeruk keuntungan, dan menyengsarakan rakyat.

Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi di Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di

Tasikmalaya. Hari ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.11

b. Pengertian koperasi

Sementara itu koperasi memiliki pengertian adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya.

Berdasarkan pengertian tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi yaitu:

1). Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi;

2). Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi yang menjadi anggota koperasi yang memiliki lingkup lebih luas.

Pada Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 (Revisi 1998), disebutkan bahwa karateristik utama koperasi yang membedakan dengan badan usaha lain, yaitu anggota koperasi memiliki identitas ganda. Identitas ganda maksudnya anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.

Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh seluruh anggotanya, di mana setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam setiap keputusan yang diambil koperasi. Pembagian keuntungan koperasi (biasa disebut Sisa Hasil Usaha atau SHU) biasanya dihitung berdasarkan

andil anggota tersebut dalam koperasi, misalnya dengan melakukan pembagian dividen berdasarkan besar pembelian atau penjualan yang di lakukan oleh si anggota.12 Menurut UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, pengertian Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Sementara menurut ICA Cooperative Identity Statement, Manchester, 23 September 1995, Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial, dan budaya bersama melalui perusahaan yang mereka miliki bersama dan mereka kendalikan secara demokratis.13

Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa koperasi merupakan wadah bagi individu-individu yang memiliki tujuan meningkatkan taraf hidupnya bersama anggota koperasi yang lain dengan memanfaatkan potensi ekonomi yang dimiliki para anggotanya sehingga

12Tim LAPENKOP Nasional, “Bentuk Koperasi”, artikel diakses pada15 Desember 2008 dari http://berkoperasi.blogspot.com/search/label/koperasi

13 Djunaedird, “Mahluk apa Koperasi itu?”, artikel diakses pada 15 Desember 2008 dari http://djunaedird.wordpress.com/wp-admin/-_ftn2

Secara garis besar, usaha yang di lakukan koperasi di kelompokan menjadi dua bagian utama, yaitu usaha penghimpunan dana dan penyaluran dana. Usaha penghimpunan dana adalah usaha untuk mengumpulkan dana dari berbagai sumber, baik dari anggota koperasi maupun dari pihak lain. Jenis-jenis sumber dana yang bisa di jaring oleh koperasi adalah: modal, hutang dan simpanan.14 Sumber dana jenis modal berupa simpanan wajib dan simpanan pokok dari anggota, sedangkan sumber dana jenis hutang bisa berupa hutang dari bank atau dari pihak lain di luar anggota, kemudian sumber dana jenis simpanan berasal dari tabungan yang dimiliki masing-masing anggota di dalam koperasi tersebut. Sedangkan usaha menyalurkan dana yang dilakukan koperasi secara umum tidak jauh berbeda dari lembaga keuangan lainnya yaitu dengan memberikan pinjaman atau pembiayaan. Perbedaannya hanya terletak pada pihak debiturnya, di mana yang bisa menjadi debitur hanya anggota koperasi tersebut.

2. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) a. Pengertian Baitul Maal Wattamwil

Baitul Maal Wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal

14 HA Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat, cet.I, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h.155.

dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha – usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non – profit, seperti; zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha – usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah.15

Baitul Maal Wattamwil adalah lembaga ekonomi atau keuangan syari’ah non perbankan yang sifatnya informal. Disebut informal karena lembaga ini didirikan oleh kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang berbeda dengan lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya. Oleh karena itu, selain berfungsi sebagai lembaga keuangan, BMT juga bisa berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Sebagai lembaga keuangan ia bertugas menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) dan menyalurkan dana kepada masyarakat (anggota BMT). Sebagai lembaga ekonomi ia juga berhak melakukan kegiatan ekonomi, seperti perdagangan, industri dan pertanian.

b. Prinsip Operasional BMT

Dalam menjalankan usahanya BMT tidak jauh dengan BPR syariah, yakni menggunakan prinsip:

1) Prinsip bagi hasil

Dengan prinsip ini ada pembagian hasil dari pemberi pinjaman

c). Al – Muzara’ah d). Al – Musyaqah

2). Sistem Jual Beli

Sistem ini merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam pelaksanaanya BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi kuasa melakukan pembelian barang atas nama BMT, dan kemudian bertindak sebagai penjual, dengan menjual barang yang telah dibelinya tersebut dengan ditambah mark – up. Keuntungan BMT nantinya akan dibagi kepada penyedia dana.

a). Bai’ al – Murrabahah b). Bai’ as – Salam c). Bai’ al – Istishna d). Bai’ Bitsaman Ajil 3) Sistem non – Profit

Sistem yang sering disebut sebagai pembiayaan kebajikan ini merupakan pembiayaan yang bersifat sosial dan non – komersial, Nasabah cukup mengembalikan pokok pinjamannya saja atau disebut dengan istilah Al – Qordhul Hasan.16

Dokumen terkait