• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Analisa Tabel Silang

Pada bagian ini analisis statistik deskriptif tabel silang akan memuat tentang penilaian dan data dalam satu tabel. Analisis statistik deskriptif tabel silang merupakan salah satu teknik yang dipergunakan untuk menganalisis dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel lainnya. Sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bersifat positif atau negatif. Namun analisa ini tidak bisa dijadikan sebagai penentu utama untuk melihat bagaimana hubungan penilaian data yang satu dengan yang lain.

Tabel 4.36 Hubungan antaraTingkat Keseringan Berkomunikasi dengan Keterbukaan

Tingkat keseringan berkomunikasi Sangat

Sering Sering Jarang

Tidak

Pernah TOTAL Keterbukaan

Terbuka 16 12 0 0 28

Kurang Terbuka 10 20 6 0 36

Tidak terbuka 0 3 9 0 12

TOTAL 30 36 16 0 82

Sumber : K. 6/FC. 8 & K. 15/FC. 33

Tabel di atas menunjukkan hubungan antara tingkat keseringan berkomunikasi antara etnis Pribumi dan etnis Tionghoa dengan keterbukaan siswa Pribumi dan siswa Tionghoa. Dari 82 orang siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini mempunyai tingkat keseringan berkomunikasi yang berbeda-beda dengan siswa yang berbeda etnis, dengan sebaran data 36 orang memilih sering melakukan komunikasi dengan teman yang berbeda etnis, 30 orang memilih sangat sering, dan 16 orang lainnya memilih jarang. Tidak pernah sama sekali tidak memiliki pemilih.

Sebaran data tentang keterbukaan yang dilakukan siswa di SMA. Sw Harapan Mandiri dengan teman yang berbeda etnis adalah 36 orang memilih kurang terbuka, 28 orang memilih terbuka, 12 orang memilih tidak terbuka, dan 6 orang memilih sangat terbuka. Dari data tersebut dapat diketahui hubungan antara tingkat keseringan berkomunikasi antara siswa-siswa Pribumi dan siswa Tionghoa dengan tingkat keterbukaan siswa. Dari 82 orang sampel terdapat 36 orang memilih sering dan 30 orang memilih sangat sering berkomunikasi dengan siswa yang berbeda etnis, sehingga data yang dibahas hanyalah sering dan sangat sering seperti yang terdapat di bawah ini :

a. Sangat terbuka = 5 82 100% = 6,10% b. Terbuka = 28 82 100% = 34,14% c. Kurang terbuka = 30 82 100% = 36,58% d. Tidak terbuka = 3 82 100% = 3,66%

Bila kita melihat kepada hasil persentase dari yang menjawab sering dan sangat sering, yang paling banyak dipilih adalah kurang terbuka yaitu sebanyak 36,58%. Sedangkan sampel yang menjawab terbuka dan melakukan komunikasi secara sering dan sangat sering dengan teman yang berbeda etnis adalah 34,14%. Perbedaannya hanya kecil sekali yaitu kurang terbuka lebih banyak dipilih 2 orang sampel dari terbuka.

Berdasarkan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa yang melakukan komunikasi secara sering maupun sangat sering dengan teman yang berbeda etnis belum tentu merasa terbuka terhadap teman yang berbeda etnis. Khususnya kepada yang menjawab sangat sering, komunikasi yang terjadi di sini bisa tentang apa saja. Sangat sering berkomunikasi di sini tidak menjamin mereka akan melakukan saling keterbukaan. Artinya komunikasi bisa tentang apa saja dan dimana saja. Misalnya saja siswa tersebut tergabung dalam OSIS ataupun kegiatan sekolah lainnya. Mereka sering melakukan komunikasi dengan teman yang berbeda etnis, namun di sini komunikasi yang paling sering terjadi adalah komunikasi seputaran masalah yang terjadi dalam kelompok tersebut. Sehingga mereka merasa sangat sering berkomunikasi namun merasa kurang terbuka, karena hanya sesekali saja membicarakan tentang hal pribadi.

Kurang terbuka antara etnis Pribumi dan etnis Tionghoa di sini bisa disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya adalah faktor stereotip tadi. Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa bersangkutan, mereka merasa kurang terbuka dengan teman yang berbeda etnis dengannya karena mereka merasa bila berbicara dengan teman yang berbeda etnis, yang artinya berbeda budaya dan pemikirannya juga, sehingga ada kekhawatiran dalam diri mereka bila mereka terlalu membuka diri dengan teman yang berbeda etnis, pandangan teman yang berbeda etnis ini terhadap dirinya akan menjadi berbeda. Karena berasal dari kebudayaan yang berbeda, etnis yang satu mungkin tidak terlalu tahu apa-apa yang dianggap tabu oleh etnis lainnya. Cara pemikiran yang berbeda terhadap satu hal juga ikut menjadi sebab mengapa sulit melakukan keterbukaan antaretnis di SMA Harapan Mandiri ini.

Meskipun demikian, keterbukaan bukan berarti sama kali tidak terjadi di SMA Harapan Mandiri ini. Hal itu dapat kita lihat pada persentase di atas, dimana jumlah yang menjawab kurang terbuka dan terbuka hanya selisih 2 orang sampel. Hal ini membuktikan bahwa siswa yang menjawab sangat sering memiliki kemungkinan cukup besar juga memilih terbuka kepada siswa yang berbeda etnis.

Tabel 4.37 Hubungan antaraIntensitas Berkomunikasi dengan Tingkat Supportiveness Intensitas Komunikasi + 1 jam 1 jam -30 menit 30 -15 menit -15 menit TOTAL Tingkat Supportiveness Sangat sering 10 2 2 0 14

Sering 21 18 4 0 43

Jarang 3 11 7 0 21

Tidak pernah 0 0 4 0 4

TOTAL 34 31 17 0 82

Sumber : K. 8/FC. 10 & K. 16/FC. 34

Tabel di atas menunjukkan hubungan antara intensitas berkomunikasi antara etnis Pribumi dan etnis Tionghoa dengan supportiveness atau dukungan yang diberikan kepada teman yang berbeda etnis. Dari keseluruhan sampel yang diteliti yaitu sebanyak 82 orang, memiliki tingkat intensitas atau lamanya waktu berkomunikasi yang berbeda-beda, dengan sebaran data seperti yang terlihat pada tabel 4.37, 34 orang sampel memilih lamanya waktu berkomunikasi dengan teman yang berbeda etnis lebih dari 1 jam. Sementara 31 orang sampel memilih1 jam – 30 menit lamanya waktu mereka berbicara dengan teman yang berbeda etnis.

Sebaran data tingkat supportiveness atau dukungan yang diberikan kepada teman yang berbeda etnis adalah 43 orang siswa menjawab sering memberikan dukungan kepada teman yang berbeda etnis, 21 orang menjawab jarang, 14 orang menjawab sangat sering, dan 4 orang menjawab tidak pernah memberikan dukungan kepada teman yang berbeda etnis.

Dari data-data di atas dapat diketahui tingkat intensitas berkomunikasi sampel denga teman yang berbeda etnis dan tingkat supportiveness atau dukungan yang diberikan kepada teman yang berbeda etnis di SMA Harapan Mandiri ini. Karena mayoritas responden memilih waktu 1 jam – 30 menit sebagai lamanya waktu berbicara dengan teman yang berbeda etnis, sehingga yang dibahas hanyalah yang menjawab lebih dari 1 jam dan 1 jam – 30 menit, yaitu :

a) Sangat sering = 12 82 100% = 14,63% b) Sering = 39 82 100% = 47,56% c) Jarang = 14 82 100% = 17,07% d) Tidak pernah = 0%

Dari data di atas dapat dilihat persentase sampel yang menjawab sering adalah yang paling banyak dipilih oleh siswa yang berkomunikasi lebih dari 1 jam dan yang berkomunikasi antara 1 jam sampai 30 menit yaitu sebanyak 47,56%. Sementara

jumlah sampel yang menjawab sangat sering dan jarang mendapatkan jumlah yang hampir sama yaitu sebanyak 17,07% dan 14,63%.

Berdasarkan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa intensitas komunikasi yang dilakukan siswa-siswa di SMA Harapan Mandiri antara etnis Pribumi dan etnis Tionghoa ini cukup mempengaruhi tingkat supportiveness atau dukungan yang diberikan kepada teman yang berbeda etnis. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat hasil dari data di atas, dimana sering menjadi yang paling banyak dipilih oleh siswa yang memilih berkomunikasi lebih dari 1 jam atau 1 jam – 30 menit dengan teman yang berbeda etnis.

Sangat sering dan jarang mendapatkan jumlah yang hampir sama berdasarkan data di atas. Hal ini sebenarnya tidak terlalu berpengaruh besar karena pada sering kita sudah mendapatkan angka yang cukup tinggi. Tetapi untuk melengkapi penelitian ini peneliti mencoba menarik kesimpulan di sini bahwa siswa yang menjawab sangat sering pastinya adalah siswa yang ikut aktif dalam pertandingan yang diadakan, baik itu sebagai peserta juga, atau hanya sebagai calon peserta. Sehingga sudah seharusnyalah dia mendukung penuh siapapun itu yang menjadi wakil dari sekolahnya. Dia juga dapat mendukung secara langsung karena kemungkinan besar dia juga ada dan menyaksikan pertandingan tersebut.

Sementara itu yang menjawab jarang di sini adalah siswa-siswa yang mungkin kurang aktif, sehingga tidak mengikuti pertandingan tersebut dan pastinya tidak bisa mendukung secara langsung. Namun mereka lebih memilih jarang dari pada tidak pernah yang artinya disini walaupun mereka tidak ikut serta secara langsung dalam pertandingan, namun pastinya mereka memiliki teman akrab dari etnis yang berbeda dan mereka merasa wajib untuk mendukung teman tersebut atau mereka merasa memiliki tanggung jawab untuk mendukung wakil dari sekolahnya walaupun itu sangat sedikit.

Tabel 4.38 Hubungan antaraSuasana Saat Berkomunikasi dengan Tingkat Empati

Suasana Saat Berkomunikasi Sangat

Akrab Akrab Kurang Akrab Tidak Akrab TOTAL Rasa Empati Sangat Berempati 4 7 0 0 11 Berempati 11 35 3 0 49

Kurang Berempati 5 8 7 0 20

Tidak Berempati 0 0 2 0 2

TOTAL 20 50 12 0 82

Sumber : K. 12/FC. 26 & K. 19/FC. 37

Tabel di atas menunjukkan hubungan antara suasana saat berkomunikasi antara etnis Pribumi dan etnis Tionghoa dengan rasa empati yang diberikan kepada teman yang berbeda etnis. Dari keseluruhan sampel yang diteliti yaitu sebanyak 82 orang, memilih suasana berbeda-beda saat berkomunikasi dengan teman yang berbeda etnis, dengan sebaran data seperti yang terlihat pada tabel 4.37, 50 orang sampel memilih suasana akrab saat berkomunikasi dengan teman yang berbeda etnis. Sementara 20 orang sampel memilih sangat akrab saat berkomunikasi dengan teman yang berbeda etnis.

Sebaran data rasa empati yang diberikan kepada teman yang berbeda etnis adalah 49 orang siswa menjawab berempati kepada teman yang berbeda etnis, 20 orang menjawab kurang berempati, 11 orang menjawab sangat berempati, dan 2 orang menjawab sama sekali tidak berempati kepada teman yang berbeda etnis.

Dari data-data di atas dapat diketahui suasana saat berkomunikasi sampel denga teman yang berbeda etnis dan tingkat rasa empati yang diberikan kepada teman yang berbeda etnis di SMA Harapan Mandiri ini. Karena mayoritas responden memilih akrab dan sangat akrab sebagai suasana saat berkomunikasi dengan teman yang berbeda etnis, sehingga yang dibahas hanyalah yang menjawab akrab dan sangat akrab, yaitu :

a. Sangat berempati = 11 82 100% = 13,41% b. Berempati = 46 82 100% = 56,10% c. Kurang berempati = 13 82 100% = 15,85%

d. Tidak berempati = 0% (Tidak ada)

Dari data di atas dapat dilihat persentase sampel yang memilih berempati kepada teman yang berbeda etnis adalah sampel yang paling banyak merasa suasana akrab dan sangat akrab saat berkomunikasi dengan teman yang berbeda etnis yaitu sebesar 56,10%. Sedangkan sampel yang memilih kurang berempati dan merasa suasana akrab

sebesar 15,85%. Hal ini dikarenakan rasa empati ini adalah rasa yang datang dari dalam diri seseorang, yang tidak dapat dipaksakan, dan biasanya datang dengan sendirinya saat kita melihat hal yang menyentuh hati. Walaupun kita merasa dekat dan akrab dengan seseorang teman, kita belum tentu merasa empati atas apa yang mereka alami. Jadi siswa-siswa Pribumi dan Tionghoa di SMA Harapan Mandiri di sini memilih kurang berempati dikarenakan mungkin kurang terbukaan tadi, sehingga teman dari etnis yang berlainan jadi merasa kurang berempati terhadap teman yang berbeda etnis ini.

Berdasarkan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa suasana yang terjadi saat berkomunikasi cukup mempengaruhi rasa empati terhadap siswa-siswa Pribumi dan Tionghoa di SMA Harapan Mandiri ini khususnya antara etnis Pribumi dan etnis Tionghoa. Hal ini terbukti dari besarnya angka yang didapat dari hasil hubungan suasana akrab dan sangat akrab yang terjadi saat melakukan komunikasi antara siswa yang berbeda etnis dengan rasa empati yang dirasakan siswa terhadap teman yang berbeda etnis. Bila kita melihat lagi persentase data di atas, sangat berempati juga cukup banyak dipilih.

Dokumen terkait