• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Komunikasi Antarbudaya dan Hubungan yang Harmonis (Studi Kuantitatif antara Siswa Pribumi dan Siswa Tionghoa/Cina Di SMA Harapan Mandiri Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Komunikasi Antarbudaya dan Hubungan yang Harmonis (Studi Kuantitatif antara Siswa Pribumi dan Siswa Tionghoa/Cina Di SMA Harapan Mandiri Medan)"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

DAN HUBUNGAN YANG HARMONIS

SKRIPSI

Disusun Oleh :

LUKTRI ARSHEILA

110922018

DEPARTEMEN EKSTENSI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

DAN HUBUNGAN YANG HARMONIS

(Studi Kuantitatif antara Siswa Pribumi dan Siswa Tionghoa/Cina

Di SMA Harapan Mandiri Medan)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

LUKTRI ARSHEILA

110922018

DEPARTEMEN EKSTENSI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : LUKTRI ARSHEILA

NIM : 110922018

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Pengaruh Komunikasi Antarbudaya dan Hubungan yang Harmonis

Medan, Juli 2013

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Lusiana Andriani Lubis, M.A, Ph.D Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A

(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang

dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan

benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran

(plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang

berlaku.

Nama :...

Nim :...

Tanda Tangan :...

(5)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : LUKTRI ARSHEILA

NIM : 110922018

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : Pengaruh Komunikasi Antarbudaya dan

Hubungan yang Harmonis

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara,

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ... (...)

Penguji : ... (...)

Penguji Utama : ... (...)

Ditetapkan di : ...

(6)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Pengaruh Komunikasi Antarbudaya dan Hubungan yang Harmonis dengan subjudul studi kuantitatif antara siswa Pribumi dan siswa Tionghoa/Cina di SMA Harapan Mandiri Medan. Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh komunikasi antarbudaya dan hubungan yang harmonis antara siswa Pribumi dan siswa Tionghoa di SMA Harapan Mandiri Medan. Tujuannya adalah untuk menjelaskan keadaan komunikasi antarbudaya yang dialami oleh siswa-siswa dari etnis yang berlainan serta menjelaskan pengaruh komunikasi antarbudaya dan hubungan yang harmonis antara etnis Pribumi dan Cina di SMA Harapan Mandiri Medan.

Penelitian ini menggunakan beberapa teori, diantaranya seperti teori komunikasi antarbudaya, teori efektivitas komunikasi antarbudaya, teori masyarakat majemuk, dan teori etnosentris. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan cara mengambil beberapa orang siswa sebagai sampel yang mewakili dari keseluruhan populasi. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan rumus Correlation Rank Spearman’s melalui software SPSS 20. Dimana harga r yang diperoleh adalah sebesar 0,468. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi antara kedua variabel, digunakan skala Guilford yang nilai korelasi 0,468 berada pada tingkat ≥ 0,40 → < 0,70. Hal ini menunjukkan hubungan yang cukup berarti.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat

dan rahmatNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi syarat

untuk mendapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU). Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh

Komunikasi Antarbudaya dan Hubungan yang Harmonis”.

Peneliti menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, dan masih banyak

kekurangan baik dalam tata bahasa maupun isi pembahasan. Oleh karena itu peneliti

menerima kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Peneliti juga menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi peneliti

untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapka banyak terima

kasih kepada :

1. Teristimewa kepada kedua orang tua peneliti, Ayahanda H. Lukman Muliawan dan

Ibunda Hj. Nurlailati Arbaiyah serta abang peneliti Lucki Armanda dan kakak peneliti

Lufti Arlini yang selalu memberikan doa dan dorongan baik material maupun

spiritual.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, MA selaku Ketua Departeman Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Lusiana Andriani Lubis, MA, Ph.D selaku Dosen Pembimbing yang

membimbing peneliti dalam pengerjaan skripsi ini melalui arahan, saran dan waktu

(8)

6. Seluruh Dosen khususnya yang bernaung di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yang telah mengajarkan

banyak ilmu kepada peneliti agar berguna di masyarakat.

7. Bapak Kepala Sekolah SMA Harapan Mandiri Medan beserta wakilnya, guru-guru

pengajar, dan siswa-siswa yang telah memberikan izin dan waktu bagi peneliti untuk

melakukan penelitian di lingkungan sekolah SMA Harapan Mandiri Medan.

8. Bapak Firman, selaku pimpinan tempat peneliti bekerja yang selalu memberikan izin

dan dukungan demi kelangsungan skripsi peneliti.

9. Muhammad Reza Sitompul, selaku orang terkasih yang selalu membantu, menjaga,

dan memotivasi peneliti hingga bisa menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman-teman seperjuangan angkatan terakhir ekstensi Komunikasi FISIP USU, Kak

Nensi, Lidya, Deni, Wuri, Iin, Nayla, Ando, Kak Ita, Kak Marta, Bang Amar, dan

yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga kita semua dapat

mencapai garis finish bersama-sama dan akan selalu kompak.

11.Staff Administrasi Departeman Ilmu Komunikasi, Kak Maya, Kak Icut dan yang

lainnya yang telah membantu selama peneliti kuliah di Departemen Ilmu Komunikasi

FISIP USU.

12.Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu. Kontribusi semua pihak

baik aktif maupun pasif, telah membuat skripsi ini akhirnya terselesaikan.

Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya atas

segala bantuan dan dukungan baik moril maupun materil yang telah diberikan. Akhir kata,

peneliti mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam

meningkatkan wawasan pengetahuan dibidang komunikasi.

Medan, Juli 2013

(9)

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di

bawah ini :

Nama : Luktri Arsheila

NIM : 110922018

Departeman : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas : Universitas Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-ekslusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“Pengaruh Komunikasi Antarbudaya dan Hubungan yang Harmonis”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif

ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan,

mengelola dalam bentuj pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas

akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai

pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di :

Pada Tanggal :

Yang Menyatakan

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... I LEMBAR PENGESAHAN... II KATA PENGANTAR... III LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... V DAFTAR ISI... VI DAFTAR TABEL... VII DAFTAR GAMBAR... VIII BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah... 5

1.3 Pembatasan Masalah... 5

1.4 Tujuan Penelitian... 5

1.5 Manfaat Penelitian... 5

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori... 6

2.2 Kerangka Konsep... 12

2.3 Variabel Penelitian... 14

2.4 Definisi Operasional... 15

2.5 Hipotesis... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 18

3.2 Metode Penelitian... 22

3.3 Populasi dan Sampel... 23

3.4 Teknik Pengumpulan Data... 25

3.5 Teknik Analisi Data... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tahap Pelaksanaan Penelitian... 29

4.2 Analisis Tabel Tunggal... 30

4.3 Analisis Tabel Silang... 66

4.4 Pengujian Hipotesis... 73

4.5 Pembahasan... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 78

5.2 Saran Responden Penelitian... 79

5.3 Saran dalam Kaitan Akademis... 79

5.4 Saran dalam Kaitan Praktis... 79

(11)

Tabel 2.2 Operasional Variabel... 14

Tabel 3.1 Data Staff di SMA Harapan Mandiri Medan... 19

Tabel 3.2 Besar Sampel Per Jenjang Kelas... 24

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden... 31

Tabel 4.2 Jenjang Kelas Responden... 31

Tabel 4.3 Agama Responden... 32

Tabel 4.4 Etnis Responden... 33

Tabel 4.5 Frekuensi Siswa Berkomunikasi dengan Sesama Etnis... 35

Tabel 4.6 Frekuensi Siswa Berkomunikasi dengan Berbeda Etnis... 36

Tabel 4.7 Frekuensi Lamanya Waktu Berkomunikasi dengan Sesama Etnis... 37

Tabel 4.8 Frekuensi Lamanya Waktu Berkomunikasi dengan Berbeda Etnis... 38

Tabel 4.9 Frekuensi Membicarakan Masalah Pribadi dengan Berbeda Etnis... 39

Tabel 4.10 Frekuensi Membicarakan Soal Pelajaran... 40

Tabel 4.11 Frekuensi Membicarakan Keadaan Sekolah (Gosip)... 42

Tabel 4.12 Frekuensi Membicarakan Hal-Hal Kecil (Basa-Basi)... 43

Tabel 4.13 Frekuensi Bercanda (Mengejek dan Saling Mencela)... 44

Tabel 4.14 Frekuensi Berkomunikasi di Luar Sekolah dengan yang Berbeda Etnis.... 45

Tabel 4.15 Frekuensi Berkomunikasi di Kelas... 46

Tabel 4.16 Frekuensi Berkomunikasi di Kantin Sekolah ... 47

Tabel 4.17 Frekuensi Berkomunikasi di Kamar Mandi... 48

Tabel 4.18 Frekuensi Berkomunikasi di Koridor... 49

Tabel 4.19 Frekuensi Berkomunikasi Saat Jam Pelajaran... 50

Tabel 4.20 Frekuensi Berkomunikasi Saat Jam Istirahat... 51

Tabel 4.21 Frekuensi Berkomunikasi Saat Pulang Sekolah... 52

Tabel 4.22 Frekuensi Berkomunikasi Saat Ujian... 53

Tabel 4.23 Frekuensi Berkomunikasi Saat Mengikuti Ekstrakurikuler... 54

Tabel 4.24 Frekuensi Suasana yang Terjadi Saat Berkomunikasi... 55

Tabel 4.25 Frekuensi Berkomunikasi Secara Langsung (Tatap Muka)... 56

Tabel 4.26 Frekuensi Berkomunikasi Menggunakan Handphone... 57

Tabel 4.27 Frekuensi Berkomunikasi Menggunakan Internet... 58

Tabel 4.28 Frekuensi Bahasa Indonesia Digunakan dalam Berkomunikasi... 59

Tabel 4.29 Frekuensi Bahasa Mandarin Digunakan dalam Berkomunikasi... 60

Tabel 4.30 Frekuensi Bahasa Inggris Digunakan dalam Berkomunikasi... 61

Tabel 4.31 Frekuensi Keterbukaan Siswa... 62

Tabel 4.32 Frekuensi Saling Mendukung Siswa... 63

Tabel 4.33 Frekuensi Berpikir Positif Siswa... 64

Tabel 4.34 Frekuensi Berpikir Negatif Siswa... 65

Tabel 4.35 Frekuensi Rasa Empati Siswa... 65

Tabel 4.36 Hubungan antara Tingkat Keseringan Berkomunikasi dengan Keterbukaan... 67

Tabel 4.37 Hubungan antara IntensitasBerkomunikasi dengan Tingkat Supportiveness... 69

Tabel 4.38 Hubungan antara Suasana Saat Berkomunikasi dengan Tingkat Empati... 71

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Teoritis... 13 Gambar 3.1 Struktur Organisasi di SMA Harapan Mandiri

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Pengaruh Komunikasi Antarbudaya dan Hubungan yang Harmonis dengan subjudul studi kuantitatif antara siswa Pribumi dan siswa Tionghoa/Cina di SMA Harapan Mandiri Medan. Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh komunikasi antarbudaya dan hubungan yang harmonis antara siswa Pribumi dan siswa Tionghoa di SMA Harapan Mandiri Medan. Tujuannya adalah untuk menjelaskan keadaan komunikasi antarbudaya yang dialami oleh siswa-siswa dari etnis yang berlainan serta menjelaskan pengaruh komunikasi antarbudaya dan hubungan yang harmonis antara etnis Pribumi dan Cina di SMA Harapan Mandiri Medan.

Penelitian ini menggunakan beberapa teori, diantaranya seperti teori komunikasi antarbudaya, teori efektivitas komunikasi antarbudaya, teori masyarakat majemuk, dan teori etnosentris. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan cara mengambil beberapa orang siswa sebagai sampel yang mewakili dari keseluruhan populasi. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan rumus Correlation Rank Spearman’s melalui software SPSS 20. Dimana harga r yang diperoleh adalah sebesar 0,468. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi antara kedua variabel, digunakan skala Guilford yang nilai korelasi 0,468 berada pada tingkat ≥ 0,40 → < 0,70. Hal ini menunjukkan hubungan yang cukup berarti.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang multi kultural dan multi etnis. Keberadaan etnis

Cina di Indonesia diperkirakan sudah ada sejak abad ke-5. Secara umum etnis Cina

atau lebih dikenal dengan etnis Tionghoa di Indonesia membuat lingkungannya sendiri

untuk dapat hidup secara “eksklusif” dengan tetap mempertahankan kebudayaan atau

tradisi leluhur. Etnis Tionghoa adalah salah satu kelompok masyarakat non-pribumi

yang bermigrasi ke Indonesia.

Hal itu ditunjukkan oleh kunjungan Fa-Hsien, seorang pendeta Budha ke

Indonesia pada abad awal tarikh masehi (Kwartanada, 2011). Semenjak berabad-abad

lalu, etnik Tionghoa berada di Indonesia dengan jumlah cukup besar. Persoalan

menyangkut etnis masih dianggap peka, oleh karena itu sebelum tahun 2000, jumlah

suku bangsa/etnis di Indonesia tidak pernah dimasukkan ke dalam sensus penduduk

Republik Indonesia.

Masa pemerintahan Orde Lama maupun Orde Baru terlihat berbagai kebijakan

yang mengatur sendi-sendi kehidupan Etnis Cina di Indonesia. Hal itu terlihat dari

pemerintahan Orde Lama dengan adanya Peraturan Presiden (PP) 10/1959 dengan

kebijakan yang mengatur etnis Cina di Indonesia dan pada pemerintahan Orde Baru

dalam Instruksi Presiden (Inpres) No 14/1967, yaitu pemerintah telah memberikan

garis-garis kebijaksanaannya mengenai “Masalah Cina” . Indonesia hanya mengenal

Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA).

Etnis Cina mulai mendapatkan tempatnya di Indonesia pada masa

pemerintahan Orde Reformasi. Angin Reformasi telah mengubah nasib etnis Tionghoa

di Indonesia. Hal ini ditandai dengan mereka dapat lebih bebas berekspresi di berbagai

bidang kehidupan. Sekat-sekat yang membatasi kiprah mereka diranah politik, budaya,

dan jabatan publik menguap seiring dengan dihapusnya kebijakan pembatasan yang

berlaku sejak akhir 1950-an dan, terutama, selama Orde Baru.

Etnis Cina memiliki kebudayaan yang berbeda dengan

kebudayaan-kebudayaan yang dimiliki pada umumnya masyarakat di Indonesia, dan khususnya

(15)

Para pemimpin di era Reformasi tampaknya lebih toleran dibandingkan

pemimpin masa Orde Baru. Sejak masa pemerintahan B.J. Habibie melalui Instruksi

Presiden No. 26 Tahun 1998 tentang Penghentian Penggunaan Istilah Pribumi dan

Non-Pribumi, seluruh aparatur pemerintahan telah pula diperintahkan untuk tidak lagi

menggunakan istilah pribumi dan non-pribumi untuk membedakan penduduk

keturunan Tionghoa dengan warga negara Indonesia pada umumnya. Kalaupun ada

perbedaan, maka perbedaan itu hanyalah menunjuk pada adanya keragaman etinisitas

saja, seperti etnis Jawa, Sunda, Batak, Arab, Cina dan lain sebagainya.

Pada masa pemerintahan Gusdur, Instruksi Presiden (Inpres) No 14/1967 yang

melarang etnis Tionghoa merayakan pesta agama dan penggunaan huruf-huruf Cina

dicabut. Selain itu juga ada Keppres yang dikeluarkan Presiden Abdurrahman Wahid

memberi kebebasan ritual keagamaan, tradisi dan budaya kepada etnis Tionghoa.

Imlek menjadi hari libur nasional berkat Keppres Presiden Megawati Soekarnoputri.

Pada masa kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, agama Khonghucu diakui

sebagai agama resmi dan sah. Berbagai kalangan etnis Tionghoa mendirikan partai

politik, LSM dan ormas.

Pada dasarnya banyak usaha-usaha yang telah dilakukan pemerintah dalam

rangka mewujudkan persatuan dan kesatuan antara warga negara Indonesia asli

(pribumi) dengan warga negara Indonesia keturunan asing (non-pribumi) yang dalam

hal ini etnis Cina. Namun dalam praktiknya, interaksi sosial etnis Cina dengan orang

pribumi pada dasarnya kurang harmonis.

Etnis Cina, khususnya yang berada di Kota Medan, lebih memilih hidup secara

ekslusif ketimbang berbaur dengan warga sekitar dalam hal ini etnis Pribumi. Hal ini

dapat dibuktikan dengan banyaknya kita lihat sekarang ini komplek-komplek

perumahan mewah dan komplek ruko 90% dimiliki oleh etnis Tionghoa. Belum lagi

bila kita berjalan-jalan ke pusat perbelanjaan atau tempat-tempat umum lainnya seperti

pasar dan lain-lainnya, etnis Cina seenaknya berbicara dengan menggunakan bahasa

mereka sendiri, tidak peduli apakah disebelahnya ada temannya yg warga Pribumi yg

bisa dipastikan ingin sekali mengetahui apa yg sedang mereka bicarakan.

Kita juga bisa melihat di sekolah-sekolah pembauran yg pada awal

didirikannya bertujuan untuk memperlancar proses pembauran ternyata sekarang

menjadi sekolah ekslusif bagi etnis Cina. Bahasa pengantar yg mereka gunakan

sehari-hari disekolah pun bahasa ibu mereka. Padahal guru yg mengajar disekolah tersebut

(16)

Jika kita melihat pada uraian di atas, kita akan beranggapan bahwa komunikasi

yang harmonis tidak berhasil dijalankan di kota Medan ini. Pembauran etnis Cina dan

etnis Pribumi di kota Medan tidak sepenuhnya gagal. Hal ini terbukti dengan

terpilihnya orang dari etnis Cina masuk keputaran kedua pada pemilihan Walikota

Medan tahun 2010. Walaupun pada akhirnya dia tidak memenangkan pemilihan, hal

ini sudah membuktikan adanya kesempatan yang sama bagi etnis Cina untuk dapat

memegang kekuasaan yang sama besar dengan etnis Pribumi.

Kita bisa melihat kepada sekolah-sekolah pembauran di Medan ini, etnis Cina

juga sudah mendapat pendidikan yang sama dengan etnis Pribumi. Bahkan

dikebanyakan sekolah-sekolah yang disebut sebagai sekolah Cina, mayoritas

siswa-siswa yang bersekolah di sana adalah dari kalangan etnis Cina itu sendiri. Hal ini

memang tidak mengherankan karena sekolah itu sendiri bisa disebut sebagai sekolah

Cina karena penilaian masyarakat melihat banyak etnis Cina yang bersekolah di sana

atau karena memang pemilik yayasan sekolah itu berasal dari etnis Cina.

Perguruan Harapan Mandiri yang terletak di jalan Brigjend Hamid No. 40

Medan, adalah salah satu sekolah pembauran di kota Medan. Sekolah ini terletak

sangat strategis di depan jalan besar dan dikelilingi banyak ruko-ruko milik etnis Cina.

Sekolah ini terkenal sebagai sekolah etnis Cina karena pemilik yayasan sekolah ini

adalah keturunan dari Cina. Hal-hal yang membedakannya dengan sekolah-sekolah

etnis Cina kebanyakan, di sini siswa-siswa dari etnis Cina tidak menjadi mayoritas,

tetapi malah menjadi minoritas. Jumlah siswa etnis Cina di SMA Harapan Mandiri

adalah 30% dari keseluruhan jumlah siswanya.

SMA Harapana Mandiri adalah sekolah dengan gedung yang megah dan jika

kita melihat kedalam sekolahnya, SMA Harapan Mandiri terkenal karena disiplinnya

yang kuat. Guru-guru dan siswa-siswanya diterapkan disiplin yang ketat dan harus

mau mengikuti semua peraturan-peraturan yang ada di Harapan Mandiri. Hal ini juga

yang membuat etnis Cina tertarik untuk memasukkan anak-anak mereka di sekolah ini.

Siswa-siswa yang melanggar peraturan dengan sengaja ataupun tidak sengaja akan

menerima sanksi yang tegas.

Etnis cina terkenal sangat patuh terhadap peraturan dan disiplin, karena taat

peraturan dan disiplin adalah kunci sukses bagi mereka. Mereka tentu ingin

memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Hal inilah yang

(17)

Kita masuk ke pembahasan kita tentang hubungan yang harmonis di SMA

Harapan Mandiri ini. Di SMA Harapan Mandiri ini, kita akan melihat toleransi yang

sangat kental yang diterapkan di SMA Harapan Mandiri ini. Hari Raya Imlek, yang

adalah merupakan tahun baru di kalender etnis Cina, di SMA Harapan Mandiri ini

mereka meliburkan siswa-siswanya selama hampir 2 minggu. Hal ini dikarenakan

untuk menghormati dan menghargai keragaman etnis dan agama dari siswa-siswanya.

SMA Harapan Mandiri mengatur kalender akademiknya dengan sangat adil dengan

memberikan libur kepada siswa-siswanya untuk menghormati Hari Raya Islam,

Lebaran diberi libur 2 minggu, untuk menghormati Hari Raya Kristen, Natal dan

Tahun Baru diberi libur 2 minggu, dan untuk menghormati Hari Raya Budha (etnis

Cina), Imlek juga diberi libur 2 minggu.

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMA Harapan Mandiri ini

karena selain kedisiplinan yang diterapkannya sangat ketat, juga karena peneliti

melihat SMA Harapan Mandiri ini memiliki banyak extra kurikuler di sekolahnya

yang wajib diikuti oleh siswa-siswanya. Extra kurikuler yang ada di SMA Harapan

Mandiri bukan hanya sekedar mengikuti extra kurikuler saja sesuai dengan jadwal

yang telah disepakati, tetapi extra kurikuler di sini juga menekankan kedisiplinan.

Extra kurikuler juga memiliki absen kehadirannya sendiri. Selain itu juga ada nilai

tersendiri untuk extra kurikuler ini. SMA Harapan Mandiri juga sering mengikuti

perlombaan-perlombaan yang dapat lebih memotivasi siswanya dalam mengikuti

kegiatan-kegiatan extra kurikuler di sekolahnya ini.

SMA Harapan Mandiri ini berbeda dengan SMA-SMA etnis Cina lain yang

banyak di Medan dikarenakan di SMA Harapan Mandiri ini kita tidak hanya

menemukan bahasa Mandarin sebagai mata pelajaran, tetapi juga dia termasuk dalam

extra kurikuler. Bahasa Mandarin, yang pada dasarnya adalah bahasa yang resmi yang

digunakan di Negara Cina, tidak hanya menarik minat dari etnis itu sendiri untuk

mempelajarinya. Sebaliknya di SMA Harapan Mandiri ini yang mengambil extra

kurikuler bahasa Mandarin ini sebagian besar berasal dari etnis Pribumi.

SMA Harapan Mandiri juga rajin mengadakan festival-festival untuk

menunjukkan bakat-bakat dari siswa-siswanya. SMA Harapan Mandiri secara rutin

setiap tahunnya mengadakan festival band atau yang lebih dikenal dengan pensi di

lapangan Basket sekolahnya sendiri. Hal ini diadakan di sekolah sebagai bentuk

(18)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai beriku :

“ Sejauhmanakah pengaruh komunikasi antarbudaya dan hubungan yang harmonis antara

siswa Pribumi dan siswa Cina di SMA Harapan Mandiri Medan? “

1.3 Tujuan Penelitian

Dilihat dari pemilihan judul (pokok pemikiran), ada beberapa tujuan yang akan

dicapai dalam penelitian ini, yaitu :

1. Menjelaskan keadaan komunikasi antarbudaya yang dialami oleh siswa-siswa

dari etnis yang berlainan.

2. Menjelaskan pengaruh komunikasi antarbudaya dan hubungan yang harmonis

antara etnis Pribumi dan Cina di SMA Harapan Mandiri.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperluas dan

memperkaya penelitian kuantitatif dalam bidang Ilmu Komunikasi.

2. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan memperkaya

khasanah penelitian mengenai Komunikasi Antarbudaya sebagai bagian dari

Ilmu Komunikasi.

3. Secara Praktis, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk

menangani masalah-masalah komunikasi antarbudaya, khususnya kegiatan

belajar mengajar di SMA Harapan Mandiri, maupun masyarakat lainnya

yang memiliki keragaman etnis sehingga dapat memelihara adanya hubungan

(19)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Landasan Teori

Penelitian dilakukan dengan landasan teori yang berperan sebagai dasar

pemikiran untuk mendukung suatu permasalahan dengan jelas dan sistematis.

Landasan teori ini juga diperlukan untuk pengembangan penelitian.

Penelitian ini mengggunakan teori-teori agar permasalahan lebih jelas dimana

teori-teori yang digunakan adalah : Teori Komunikasi Antarbudaya, Teori Efektivitas

Komunikasi Antarbudaya, Teori Masyarakat Majemuk, dan Teori Etnosentrisme.

a. Teori Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antarbudaya merupakan salah satu bidang kajian Ilmu Komunikasi

yang lebih menekankan pada perbandingan pola-pola komunikasi antar pribadi diantara

peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan. Pada awalnya, studi antarbudaya

berasal dari perspektif antropologi sosial dan budaya sehingga kajiannya lebih bersifat

depth description, yakni penggambaran yang mendalam tentang perilaku komunikasi

berdasarkan budaya tertentu.

Pengertian komunikasi antarbudaya telah banyak diuraikan oleh beberapa ahli,

diantaranya Fred. E. Jandt (2004) yang mengartikan bahwa “komunikasi antarbudaya

sebagai interaksi tatap muka diantara orang yang berbeda-beda budaya”. Menurut

Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss dalam Liliweri (2003) menjelaskan bahwa

“komunikasi antarbudaya terjadi diantara orang-orang yang memiliki budaya yang

berbeda (ras, etnik, sosial ekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan itu)”.

Berdasarkan defenisi di atas, komunikasi antarbudaya sebagai suatu proses yang

mempengaruhi perilaku sumber (komunikator) dan penerimanya (komunikan) dengan

sengaja menyandi (to code) perilaku mereka untuk menghasilkan pesan yang mereka

salurkan lewat suatu saluran (channel) guna merangsang atau memperoleh

sikap/perilaku tertentu (Lubis, 2012 : 13). Komunikasi antarbudaya juga adalah suatu

tindak komunikasi dimana para partisipan berbeda latar belakang budayanya

(20)

Philipsen (dalam Griffin, 2003) mendeskripsikan budaya sebagai suatu konstruksi

sosial dan pola simbol, makna-makna, pendapat, dan aturan-aturan yang dipancarkan

secara mensejarah. Untuk mencari kejelasan dan mengintegrasikan berbagai konseptualisasi

tentang kebudayaan komunikasi antarbudaya, ada 3 dimensi menurut Young Yun Kim (dalam

Lubis, 2012) , yaitu :

a. Partisipasi dalam berkomunikasi

b. Konteks sosial

c. Saluran yang digunakan

Menurut Samovar dan Porter (1993 : 19-22) komunikasi antarbudaya terjadi

apabila komunikator pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesan

(komunikan) adalah anggota suatu budaya lainnya. Komunikasi antarbudaya memiliki

dua aspek, yaitu komunikasi intrabudaya dan komunikasi lintas budaya (Senjaya. 2007:

7.10-7.11). Sitaram dan Cogdell (Shadid, 2007) mengidentifikasi komunikasi

intrabudaya sebagai komunikasi yang berlangsung antara para anggota kebudayaan

yang sama namun tetap menekankan pada sejauh mana perbedaan pemahaman dan

penerapan nilai-nilai budaya yang mereka miliki bersama.

Komunikasi antarbudaya memiliki tema pokok yang membedakannya dari studi

komunikasi lainnya, yaitu perbedaan latar belakang pengalaman yang relatif besar

antara para komunikatornya, yang disebabkan perbedaan kebudayaan. Konsekuensinya,

jika ada dua orang yang berbeda budaya maka akan berbeda pula perilaku komunikasi

dan makna yang dimilikinya. Dalam setiap budaya ada bentuk lain yang agak serupa

dengan bentuk budaya tersebut. Ini menunjukkan individu yang telah dibentuk oleh

budaya. Bentuk individu sedikit berbeda dari bentuk yang mempengaruhinya. Ini

menunjukkan dua hal, pertama, ada pengaruh-pengaruh lain disamping budaya yang

membentuk individu. Kedua, meskipun budaya merupakan kekuatan dominan yang

mempengaruhi individu, orang-orang dalam suatu budaya pun mempunyai sifat-sifat

(21)

Kenyataan dan kehidupan sosial telah membuktikan bahwa manusia di muka

bumi tidak dapat hidup sendiri. Mereka pasti melakukan interaksi sosial dan selalu

berhubungan satu sama lain. Dan interaksi itu tidak akan terjadi tanpa adanya proses

komunikasi. Itu artinya, dalam komunikasi antarbudaya, interaksi antarbudaya pun

tidak akan pernah ada jika tidak ada komunikasi antarbudaya. Segala keefektivan dalam

interaksi antarbudaya tergantung pada komunikasi antarbudaya. Gudykunst (2003)

menyakini bahwa kecemasan dan ketidakpastian adalah dasar penyebab dari kegagalan

komunikasi pada situasi antarbudaya.

Konsep di atas sekaligus menekankan bahwa segala tujuan komunikasi

antarbudaya akan tercapai dan dikatakan berhasil jika bentuk-bentuk hubungan

antarbudaya menggambarkan upaya dari peserta komunikasi untuk memperbaharui

relasi antar komunikator dan komunikan, menciptakan dan memperbaharui sebuah

manajemen komunikasi yang efektif, lahirnya sikap dan semangat kesetiakawanan,

persahabatan, pertemanan, kekerabata, hingga kepada pengurangan konflik antar

keduanya.

Pemahaman mengenai komunikasi antarbudaya dan bagaimana komunikasi dapat

dilakukan, dengan ini maka kita dapat melihat bagaimana komunikasi dapat

mewujudkan perdamaian dan meredam konflik di tengah-tengah masyarakat. Dengan

komunikasi yang intens kita dapat memahami akar permasalahan sebuah konflik,

membatasi dan mengurangi kesalahpahaman, komunikasi dapat mengurangi konflik

sosial. Usaha meredam konflik dan mendorong terciptanya perdamaian tergantung

bagaimana cara kita mendefinisikan situasi orang lain agar kita dapat mencapai

perdamaian dan kerjasama.

Kehidupan makhluk hidup terutama kita sebagai manusia tak bisa meninggalkan

yang namanya komunikasi. Baik antar individu, kelompok atau organisasi. Bila diteliti

banyak kegagalan dari komunikasi yang kita lakukan. Joseph de Vito (2012)

mengemukakan kondisi yang dibutuhkan untuk mencapai komunikasi yang efektif

antara lain :

- Openese : adanya keterbukaan

- Supportiveness : adanya suasana saling mendukung

(22)

- Empathy : memahami perasaan orang lain

- Equality : kesetaraan.

Komunikasi yang berjalan baik dan lancar sangatlah penting. Agar komunikasi

berjalan baik dan lancar, kondisi di atas sangat penting untuk di perhatikan. Karena

sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih

perhatian, cinta kasih, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang

lain.

Untuk mencapai komunikasi antarbudaya yang efektif, individu seharusnya mengembangkan kompetensi antarbudaya; merujuk pada keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai komunikasi antarbudaya yang efektif Jandt (2004) mengidentifikasikan empat keterampilan sebagai bagian dari kompetensi antarbudaya, yaitu personality strength, communication skills, psychological adjustment and cultural awareness. Tidak dapat diragukan bahwa kompetensi antarbudaya adalah sebuah hal yang sangat penting saat ini. Seperti halnya pendatang sementara yang disebut sojourners, yaitu sekelompok orang asing (stranger) yang tinggal dalam sebuah negara yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dengan negara tempat mereka berasal.

Komunikasi efektif membantu kita untuk lebih memahami seseorang dan

situasinya sehingga memungkinkan kita untuk menyelesaikan perbedaan, membangun

kepercayaan dan rasa hormat, serta menciptakan lingkungan di mana kita bisa berpikir

kreatif, memecahkan masalah, menumbuhkan kasih sayang dan dan meningkatkan

kepedulian antarmanusia.

Menurut Wahyudin (2010) menjelaskan bahwa “masyarakat ideal dan harmonis terjadi jika adanya kesadaran akan hak dan kewajiban pada interaksi seluruh anggota masyarakat yang berperan sebagai peserta komunikasi. Dengan kata lain, masyarakat ideal atau harmonis adalah kesesuaian tingkah laku seluruh anggota masyarakat dengan norma-norma umum masyarakat dan adat istiadat, terintegrasi dengan tingkah laku umum, serta dapat mengetahui jati dirinya dan mengorganisasikannya sebagai satu kesatuan yang utuh dari sistem sosial”.

Kunci dari komunikasi yang harmonis ini adalah komunikasi efektif. Komunikasi

yang harmonis dapat dengan mudah kita capai bila komunikasi yang kita lakukan sudah

efektif. Biasanya komunikasi yang harmonis ini akan sulit kita capai bila kita sudah

memiliki persepsi yang buruk tentang suatu etnis, sehingga memperburuk hubungan

dan cara pandang kita terhadap etnis tertentu.

(23)

Konsep masyarakat majemuk pertama kali diperkenalkan oleh J.S. Furnivall,

menurutnya ciri utama masyarakat majemuk adalah kehidupan masyarakat

berkelompok-kelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi mereka terpisah-pisah

karena perbedaan sosial dan tidak tergabung dalam sebuah unit politik (Liliweri, 2004 :

166). Terdapat kehendak kuat mengganti asumsi beragamnya primordial Indonesia

dengan tidak lagi menggunakan denotasi majemuk melainkan multikultural. Dalam

multikultural, etnis-etnis yang berbeda setara posisinya dalam proses hidup dan

berpolitik di dalam negara kesatuan Republik Indonesia. Sebaliknya konsepsi

masyarakat majemuk menyiratkan bias konsep dominasi salah satu etnis atau ras dalam

kehidupan sosial dan politik Indonesia.

Menurut Clifford Gertz (1963) masyarakat multikultural adalah merupakan masyarakat yang terbagi dalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri sendiri dan masing-masing sub sistem terkait oleh ikatan-ikatan primordial. Sementara menurut Nasikun (2011) masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat bersifat majemuk sejauh masyarakat tersebut secara struktur memiliki sub-subkebudayaan yang bersifat deverseyang ditandai oleh kurang berkembangnya sistem nilai yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat dan juga sistem nilai dari satu-kesatuan sosial, serta seringnya muncul konflik-konflik sosial.

Ciri-ciri masyarakat majemuk ataupun multikultural menurut Van den Berghe (dalam Prasetyono dan Piliang, 2002) adalah :

1. Terjadi segmentasi, yaitu masyarakat yang terbentuk oleh bermacam-macam suku, ras, dll tapi masih memiliki pemisah. Yang biasanya pemisah itu adalah suatu konsep yang di sebut primordial. Contohnya, di Jakarta terdiri dari berbagai suku dan ras, baik itu suku dan ras dari daerah dalam negri maupun luar negri, dalam kenyataannya mereka memiliki segmen berupa ikatan primordial kedaerahaannya.

2. Memilki struktur dalam lembaga yang non komplementer, maksudnya adalah dalam masyarakat majemuk suatu lembaga akan mengalami kesulitan dalam menjalankan atau mengatur masyarakatnya alias karena kurang lengkapnya persatuan tyang terpisah oleh segmen-segmen tertentu.

3. Konsesnsus rendah, maksudnya adalah dalam kelembagaan pastinya perlu adanya suatu kebijakan dan keputusan. Keputusan berdasarkan kesepakatan bersama itulah yang dimaksud konsensus, berarti dalam suatu masyarakat majemuk sulit sekali dalam penganbilan keputusan.

4. Relatif potensi ada konflik, dalam suatu masyarakat majemuk pastinya terdiri dari berbagai macam suku adat dankebiasaan masing-masing. Dalam teorinya semakin banyak perbedaan dalam suatu masyarakat, kemungkinan akan terjadinya konflik itu sangatlah tinggi dan proses peng-integrasianya juga susah.

(24)

cara paksaan, walaupun dengan cara seperti ini integrasi itu tidak bertahan lama.

6. Adanya dominasi politik terhadap kelompok lain, karena dalam masyarakat multikultural terdapat segmen-segmen yang berakibat pada ingroup fiiling tinggi maka bila suaru ras atau suku memiliki suatu kekuasaan atas masyarakat itu maka dia akan mengedapankan kepentingan suku atau rasnya.

d. Teori Etnosentrisme

Etnosentris sangat erat hubungannya dengan apa yang disebut in group feeling (keikut sertaan dalam kelompok) tinggi (Purwasito, 2003). Biasanya dalam suatu kelompok sosial sering kita melihat perang antar desa, perang antar suku ataupun perang dalam agama dan sebagainya. Tapi entosentris lebih kepada anggapan suatu kelompok sosial bahwa kelompoknyalah yang paling unggul. Jadi, yang dimaksud dengan etnosentris adalah suatu anggapan dari kelompok sosial bahwa kelompoknyalah yang paling unggul (Budiman, 2005). Dari definisi di atas kita dapat memahami bahwa dalam suatu masyarakat majemuk terdapat suatu kelompok yang beranggapan bahwa kelompoknyalah yang paling unggul dari kelompok-kelompok sosial lain.

Etnosentris merupakan suatu kecenderungan untuk memandang norma-norma

dan nilai-nilai dalam kelompok budayanya sebagai yang mutlak dan digunakan sebagai

standar untuk mengukur dan bertingkah terhadap semua kebudayaan lain. Etnosentris

menyebabkan adanya prasangka dalam setiap etnis yang dapat memandang orang dari

kelompok etnis lain sebagai barbar, kafir, dan tidak mempunyai peradaban. Suatu

kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah prasangka, yang mana

merupakan suatu konsep yang sangat dekat dengan stereotip. Prasangka adalah sikap

yang tidak adil terhadap seseorang atau suatu kelompok (Lubis, 2012).

Poortinga (dalam Liliweri, 2005: 176-179), menyatakan bahwa ada 3 faktor penentu prasangka yang diduga mempengaruhi komunikasi antarbudaya, yaitu :

a. Stereotip

(25)

b. Jarak Sosial

Jarak sosial merupakan perasaan untuk memisahkan seseorang atau kelompok tertentu berdasarkan tingkat penerimaan seseorang terhadap orang lain. Liliweri beranggapan semakin dekat jarak sosial seorang komunikator dari suatu etnis dengan seorang komunikan dari etnis lain, maka semakin efektif komunikasi yang terjalin diantara mereka, begitu juga sebaliknya.

c. Sikap diskriminasi

Secara teoritis menurut Doob, diskriminasi dapat dilakukan melalui kebijaksanaan untuk mengurangi, memusnahkan, menaklukkan, memindahkan, melindungi secara legal, menciptakan pluralisme budaya, dan tindakan asimilasi terhadap kelompok lain. Ini juga berarti bahwa sikap diskriminasi tidak lain dari suatu kompleks berpikir, berperasaan, dan kecenderungan untuk berperilaku maupun bertindak dalam suatu bentuk negatif maupun positif. Sikap ini dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi antaretnik (Liliweri, 2005 : 178).

2.2 Kerangka Konsep

Setiap penelitian kuantitatif dimulai dengan menjelaskan konsep penelitian yang digunakan, karena konsep penelitian ini merupakan kerangka acuan peneliti di dalam mendesain instrumen penelitian. Konsep harus merupakan atribut berbagai kesamaan dari fenomena yang berbeda. Dalam mendesain konsep penelitian, yang terpenting adalah peneliti harus mendesain konsep interaksi antarvariabel-variabel penelitiannya, oleh karena itu peneliti harus menentukan pilihan sebenarnya dari interaksi antarvariable-variabel penelitian itu (Bungin, 2005 : 57).

Dalam penelitian ini ada 2 variabel yang digunakan, yaitu variabel bebas (X) dan

variabel terikat (Y). Variabel bebas adalah variabel yang menjadi penyebab dari variabel

lain atau yang mempengaruhi munculnya variabel lain (Y). Variabel X dalam penelitian

ini adalah komunikasi antarbudaya.

Variabel terikat (Y) adalah variabel yang muncul setelah adanya variabel bebas

(X) dan masih mempunyai kaitan gejala dengan variabel X. Variabel Y dalam penelitian

ini adalah hubungan yang harmonis.

2.3 Model Teoritis

Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, untuk memudahkan

kelanjutan penelitian maka dibuatlah model teoritis dengan memasukkan keseluruhan

(26)

Model teoritisnya adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Teoritis

Keterangan :

X : Variabel Bebas

Y : Variabel Terikat

2.4 Operasional Variabel

Operasional variabel berguna untuk memudahkan penggunaan kerangka konsep

yang telah disusun operasionalisasinya. Berdasarkan hal itu, maka operasional variabel

dalam penelitian ini adalah :

Tabel 2.2 Operasional Variabel Variabel X

Komunikasi Antarbudaya

Variabel Y

Hubungan yang Harmonis

Karakteristik Responden :

a. Etnis

b. Jenis Kelamin

c. Agama

(27)

Variabel Teoritis Variabel Operasional

1. Komunikasi Antarbudaya

(Variabel X)

1. Dimensi berkomunikasi :

a. Partisipasi siswa dalam berkomunikasi :

- Frekuensi berkomunikasi

- Pesan yang disampaikan

- Intensitas komunikasi

b. Konteks sosial :

- Tempat

- Waktu

- Suasana

c. Saluran yang digunakan :

- Komunikasi Antar Pribadi

- Komunikasi Bermedia

2. Bahasa Verbal

a. Bahasa Indonesia

b. Bahasa Inggris

c. Bahasa Mandarin/Hokian

2. Hubungan yang Harmonis

(Variabel Y)

1. Openese : a. Terbuka

b. Tertutup

2. Supportiveness : a. Saling Mendukung

(28)

c. Saling Menjatuhkan

3. Positiviness : a. Berpikir positif

b. Berpikir negatif

4. Empati : a. Sukacita

b. Dukacita

5. Equility : a. Setara

b. Berbeda

3. Karakteristik Responden 1. Kelas : a. Kelas 2 SMA

b. Kelas 3 SMA

2. Jenis Kelamin : a. Laki-laki

b. Perempuan

3. Agama : a. Kristen Protestan

b. Kristen Katolik

c. Islam

d. Budha

2.5 Defenisi Operasional

a. Komunikasi antarbudaya adalah proses komunikasi yan terjadi diantara

komunikator dan komunikan yang berbeda latar belakang budaya.

b. Komunikasi antarbudaya sebagai suatu proses yang mempengaruhi perilaku

sumber (komunikator) dan penerimanya (komunikan) dengan sengaja menyandi (to

code) perilaku mereka untuk menghasilkan pesan yang mereka salurkan lewat

(29)

c. Masyarakat multikultural adalah merupakan masyarakat yang terbagi dalam

sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri sendiri dan masing-masing sub-sub sistem terkait

oleh ikatan-ikatan primordial.

d. Tujuan komunikasi antarbudaya akan tercapai dan dikatakan berhasil jika

bentuk-bentuk hubungan antarbudaya menggambarkan upaya dari peserta komunikasi

untuk memperbaharui relasi antar komunikator dan komunikan, menciptakan dan

memperbaharui sebuah manajemen komunikasi yang efektif, lahirnya sikap dan

semangat kesetiakawanan, persahabatan, pertemanan, kekerabata, hingga kepada

pengurangan konflik antar keduanya.

e. Partisipasi dalam berkomunikasi dilihat dari keikutsertaan seseorang dalam

berkomunikasi, apakah dia terlibat secara aktif maupun pasif.

f. Konteks sosial merupakan tempat berlangsungnya komunikasi, waktu

berlangsungnya komunikasi, maupun bagaimana suasana komunikasi itu terjadi.

g. Saluran yang digunakan penting untuk dilihat karena syarat melakukan komunikasi

salah satunya adalah menggunakan media.

h. Prasangka sosial adalah sikap perasaan orang-orang terhadap golongan tertentu,

golongan ras atau kebudayaan yang berlainan dengan golongannya.

i. Stereotip adalah suatu sikap atau karakter yang dimiliki oleh seseorang untuk

menilai orang lain semata-mata berdasarkan kelas atau pengelompokan yang

dibuatnya sendiri dan biasanya bersifat negatif.

j. Jarak sosial adalah perasaan untuk memisahkan seseorang atau kelompok tertentu

berdasarkan tingkat penerimaan seseorang terhadap orang lain.

k. Komunikasi yang harmonis adalah komunikasi yang efektif dan iklim komunikasi

yang kondusif dapat menyelesaikan konflik secara efektif.

2.6 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang bersifat dugaan sementara mengenai

hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Champion, hipotesis merupakan

penghubung antar teori dan dua empiris (Kriyantono, 2006).

(30)

Ho = Tidak ada pengaruh antara komunikasi antarbudaya terhadap hubungan yang

harmonis antara siswa Pribumi dan siswa Tionghoa.

Ha = Ada pengaruh antara komunikasi antarbudaya terhadap hubungan yang

(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SMA Harapan Mandiri, jalan Brigjend Zein Hamid No.

40 Medan. SMA Harapan Mandiri dipilih karena melihat lokasinya yang strategis,

berada dipinggir jalan raya, yang dikelilingi oleh ruko-ruko milik etnis Cina dan rumah

penduduk etnis Pribumi. Di samping sekolah terdapat mesjid yang sering digunakan

siswa-siswa muslim di sana untuk menjalankan ibadah mereka dan di sisi yang lain

terdapat banyak penjual masakan Cina yang sudah pasti mengandung babi yang haram

bagi umat islam.

Kita bisa melihat ke dalam isi sekolahnya dimana SMAny sendiri berada di lantai

4. Peraturan di sekolah ini sangat ketat, sehingga tidak menerima sembarangan tamu

saat masih jam pelajaran. Di depan gerbang sudah ada satpam penjaga sekolah yang

mengawasi siswa-siswa dan tamu-tamunya. Siswa-siswa yang terlambat menerima

hukuman sesuai dengan keterlambatannya. Tamu-tamu yang tidak berkepentingan tidak

diizinkan untuk masuk.

SMA Harapan Mandiri juga dipilih karena melihat perbandingan jumlah siswa

Pribumi dan siswa Cinanya. Biasanya di sekolah-sekolah etnis Cina lain, yang menjadi

mayoritas disekolah itu adalah yang berasal dari etnis Cina itu sendiri. Tetapi di sini

perbandingan etnis Pribumi dan etnis Cinanya adalah 3 : 1. Siswa pribuminyalah yang

mendominasi di sini. Meskipun demikian siswa Pribumi yang menjadi mayoritas, tidak

langsung mendominasi sekolah ini. Sekolah ini tetap dikenal sebagai sekolah etnis Cina

di masyarakat. Dari uraian diatas, peneliti tertarik dan memilih sekolah ini sebagai

lokasi penelitian. Bagaimana bisa etnis Cina yang di SMA Harapan Mandiri ini menjadi

minoritas, tetapi mereka tetap dipandang sebagai mayoritas. Dan bagaimana pula

hubungan yang harmonis itu dapat dicapai oleh siswa-siswa di sekolah ini.

Visi dari SMA Harapan Mandiri Medan adalah ‘Profesionalisme untuk mencapai

(32)

Misi dari SMA Harapan Mandiri Medan adalah

a. Sebagai mitra pemerintah untuk ikut bertanggung jawab dalam mencerdaskan

bangsa

b. Memberikan wadah dan kesempatan belajar yang maksimal bagi seluruh lapisan

masyarakat

c. Membentuk peserta didik yang berpengetahuan, berakhlak, dan berbudi pekerti

luhur.

Tabel 3.1 Data Staff di SMA Harapan Mandiri Medan

No. Staff Pendidikan Akhir Jumlah

1 Kepala Sekolah S-2 1

2 Wakil Kepala Sekolah S-2 1

3 Guru S-2 3

S-1 29

Jumlah seluruhnya 34

(33)

Struktur Organisasi di SMA Harapan Mandiri Medan

Gambar 3.1 Struktur Organisasi di SMA Harapan Mandiri Medan T.A 2012/2013

KETUA YAYASAN

Drs. WIRYANTO. MBA

KOORDINATOR PENDIDIKAN

H. RAMLI J. MARPAUNG, SH, S.Pd, MM

KEPALA SEKOLAH

H. RAMLI J. MARPAUNG, SH, S.Pd, MM

WAKASEK BID. SARANA & PRASARANA

KWOK HIN, ST, M.Pd.

KEPALA TU

ZAINUDDIN, SS, MBA

WALI KELAS/GURU

SISWA-SISWI DINAS PENDIDIKAN

PEMKO MEDAN

BENDAHARA

MEI-MEI

WAKASEK BID. KURIKULUM

KWOK HIN, ST, M.Pd.

STAFF TU

AZHARI

KOMITE SEKOLAH

SEKRETARIS

WIE SHIE WUJUD, SSi, SE, MBa

WAKASEK BID. KESISWAAN

KWOK HIN, ST, M.Pd.

GURU BP/BK

(34)

Daftar Prestasi yang Pernah Diraih Siswa-Siswi SMA Harapan Mandiri Medan.

1. Juara III Lomba Menulis Tingkat Nasional Tupperware “Children Helping

Children” (XI IPS 2).

2. Juara Harapan II Lomba Menulis Cerpen Buddhis Tingkat Nasional (XII IPA 2).

3. Juara I Lomba Pidato Bahasa Inggris Tingkat SMA se-Kota Medan di SMA

Nasrani (XI IPA 1).

4. Juara IV Lomba Pidato Bahasa Inggris Tingkat SMA se-kota Medan di SMA

Sultan Iskandar Muda ( XI IPA 1).

5. Juara IV Lomba Debat APBN Tingkat Nasional Oleh Menteri Keuangan RI (XII

IPS 1 dan XII IPA 1)

6. Juara III Lomba Cerdas Cermat Tingkat SMA se-Kota Medan di Dinas

Pendidikan Kota Medan (XII IPS 1 dan XI IPA 1)

7. Juara I Turnamen Futsal “UMA Zee Cup 2010”

8. Juara II Lomba Cheerleaders “Yamaha School Matic 2010”

9. Juara I Lomba Tenis Meja O2SN Tingkat SMA se-Kota Medan di Dinas

Pendidikan Kota Medan

10. Juara III Pertandingan Basket Tingkat SMA se-Kota Medan Pengkot Perbasi

Lanud

11. Juara III Lomba Parodi “Honda Fiesta 2010”

12. Juara III Cheerleaders Competition “Pentas Sehari” Tingkat SMA se-Kota Medan

(35)

3.2 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2009 : 2), metode penelitian didefenisikan bahwa metode

penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan

dan kegunaan tertentu.

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian

merupakan suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan, atau mencatat

data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang dapat digunakan untuk

keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian dianalisis berdasarkan faktor-faktor

yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu

kesimpulan serta kebenaran atas data yang diperoleh. Metode penelitian juga

merupakan cara kerja untuk memahami dan mendalami objek yang menjadi sasaran.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kuantitatif. Menurut Sarwono (2006), metode penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta

hubungan-hubungannya.

Menurut Hamidi (2004), metode penelitian kuantitatif memiliki cakupan yang sangat luas. Secara umum, metode penelitian kuantitatif dibedakan atas dua dikotomi besar, yaitu eksperimental dan noneksperimental. Eksperimental dapat dipilah lagi menjadi eksperimen kuasi, subjek tunggal, dan sebagainya. Sedangkan noneksperimental berupa deskriptif, komparatif, korelasional, survey, ex post facto, histories, dan lain sebagainya.

Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian

kuantitatif noneksperimental berupa korelasional. Di sini kita akan mencari hubungan

atau pengaruh antara komunikasi antarbudaya dan hubungan yang harmonis. Penelitian

kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui

perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta

menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan

(36)

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,

benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test, atau peristiwa-peristiwa,

sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.

Unit analisis suatu penelitian dalam kajian komunikasi bisa berupa individu, kelompok

individu, teks media massa (Hamidi, 2004). Dalam penelitian ini yang menjadi

populasinya adalah siswa-siswa Pribumi dan Tionghoa di SMA Harapan Mandiri

Medan yang telah menjalani pendidikan selama lebih dari 1 tahun, dengan asumsi siswa

akan lebih memahami situasi lingkungannya sehingga lebih dapat menjawab

pertanyaan dengan baik. Berdasarkan hasil prapenelitian jumlah populasi adalah

sebesar 550 orang dengan rincian siswa etnis Pribumi ±380 dan etnis Cina ±170

(Sumber : daftar jumlah siswa SMA Harapan Mandiri T.A 2012/2013).

3.3.2 Sampel

Secara sederhana sampel diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi. Pada dasarnya sampel merupakan bagian dari populasi yang memperoleh perlakuan penelitian yang secara keseluruhan mempunyai sifat yang sama dengan populasi. Sampel merupakan wakil yang bersifat representatif dari populasi, khususnya dalam hal pendataan (Bulaeng, 2004 : 156).

Menurut Arikunto (2002 : 112) jika populasi kurang dari 100, lebih baik diambil

semua, namun jika populasinya di atas 100 orang dapat diambil antara 10-15% atau

20-25%. Berdasarkan data populasi yang ada, maka berdasarkan rumus Arikunto tersebut

jumlah sampel penelitian ini adalah 15% x 550 = 82 orang. Dalam penelitian ini

peneliti mencoba mengambil sampel dengan teknik purposive sampling. Teknik

purposive sampling menurut Sugiono (2009 : 300) adalah teknik pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang dimaksud di sini adalah

karakteristik responden yang telah kita tentukan di atas tadi. Karakteristik responden ini

tidak untuk diuji dalam penelitian ini, hanya sebagai pelengkap untuk mendapatkan

hasil yang lebih maksimal.

(37)

karena kelas satu masih belum dibagi-bagi berdasarkan kemampuan siswanya.

Sementara di kelas 2 dan 3 sudah ada pembagian jurusan untuk masing-masing

siswanya. Peneliti juga melihat minat dari siswa Cina ini tampaknya sedikit untuk ke

jurusan IPA. Sehingga siswa Cina di jurusan IPA sangat sedikit sekali walaupun pasti

ada.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan di setiap kelas XI dan XII.

Oleh karena itu untuk menentukan jumlah sampel per kelas digunakan teknik

Stratifikasi Propotional Random Sampling dengan rumus :

n =

�1��

Keterangan :

n1 =Jumlah siswa per jenjang kelas

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dirincihkan besar sampel per jenjang

kelas dalam penelitian ini, yaitu :

Tabel 3.2 Besar Sampel Per Jenjang Kelas

No. Kelas Populasi Sampel Keterangan

1 XI IPA 1 44 7 Tionghoa diambil semua

2 XI IPA 2 45 7 Tionghoa diambil semua

3 XI IPA 3 45 7 Tionghoa diambil semua

4 XI IPA 4 42 6 Tionghoa diambil semua

5 XI IPA 5 42 6 Tionghoa diambil semua

6 XI IPS 1 40 7 Tionghoa diambil semua

7 XI IPS 2 35 6 Tionghoa diambil semua

Jumlah 300 46

8 XII IPA 1 38 6 Tionghoa diambil semua

9 XII IPA 2 37 5 Tionghoa diambil semua

(38)

11 XII IPA 4 37 5 Tionghoa diambil semua

12 XII IPS 1 31 5 Tionghoa diambil semua

13 XII IPS 2 34 5 Tionghoa diambil semua

14 XII IPS 3 36 5 Tionghoa diambil semua

Jumlah 250 36

Jumlah 550 82

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu mengadakan penelitian dengan jalan mengumpulkan data melalui studi kepustakaan, dan mempelajari buku-buku

yang berhubungan dengan objek yang diteliti.

b. Penelitian lapangan (Field Research), yaitu mengumpulkan data dilapangan yang meliputi kegiatan survey dilokasi penelitian melalui :

- Menyebarkan Kuesioner

Kuesioner atau angket adalah kertas yang berisikan beberapa pertanyaan pilihan

berganda yang harus diisi oleh sampel yang telah terpilih. Kuesioner dalam penelitian

ini adalah data pokok yang paling penting.

- Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang

yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2001 : 180).

- Observasi

(39)

3.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisa yang digunakan adalah analisis data kuantitatif. Analisis data

kuantitatif adalah pengolahan data dengan kaidah-kaidah matematik terhadap data

angka atau numerik. Angka dapat merupakan representasi dari suatu kuantita maupun

angka sebagai hasil konversi dari suatu kualita, yakni data kuantitatif yang

dikuantifikasikan. Dalam penelitian kuantitatif, analisa data merupakan kegiatan setelah

data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera dilakukan

pengolahan data, ada yang menyebut data preparation, ada pula data analisis. Teknik

analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat dua macam

statistik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian, yaitu statistik

deskriptif dan statistik inferensial. Statistik inferensial meliputi statistik parametris dan

non parametris.

Data yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisa dalam beberapa tahap

analisa, yaitu :

a. Analisa Tabel Tunggal

Analisa tabel tunggal merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan

membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar

frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri

dari 2 kolom, yaitu sejumlah frekuensi dalam kolom persentase untuk setiap kategori.

b. Analisa Tabel Silang

Analisa tabel silang adalah teknik yang digunakan untuk menganalisa dan

mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel yang lainnya,

sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut positif atau negatif.

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah pengujian data statistik untuk mengetahui apakah data

hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk mengukur tingkat

(40)

genjang (Rank Order Correlation Coeficient) oleh Spearman atau Spearman Rho Koefisien. Spearman Rho menunjukkan hubungan antara variabel X dan variabel Y

yang tidak diketahui sebaran datanya.

Peneliti dalam mengolah data menggunakan komputer dengan program SPSS 20

untuk menganalisa hubungan variabel X dan variabel Y, digunakan teknik analisis

Rank Spearman. Teknik ini dipilih karena data yang diteliti untuk mengukur skala ordinal.

Uji hipotesis ini menggunakan korelasi Spearman Rank karena adanya jenjang dari kedua variabel tidak harus membentuk distribusi normal. Jadi korelasi Spearman Rank bekerja dengan data berjenjang atau rangking.

Rumus Korelasi Spearman Rank :

Keterangan :

rs : Nilai Korelasi Spearman Rank

d2 : Selisih setiap pasangan Rank

n : Jumlah pasangan Rank untuk Spearman (5<n<30)

Spearman Rho Koefisien adalah metode untuk menganalisa data dan untuk melihat hubungan antara variabel yang sebenarnya dengan skala ordinal.

Jika rs < 0, maka hipotesis ditolak

Jika rs > 0, maka hipotesis diterima

Setelah melalui pengujian hipotesis dan hasilnya signifikan, (Ho ditolak), maka

untuk menentukan keeratan hubungan bisa digunakan Kriteria Guilford (1956), yaitu :

(41)

- 0,20 ≤ 0,40 : Hubungan yang kecil (tidak erat)

- 0,40 ≤ 0,70 : Hubungan yang cukup erat

- 0,70 ≤ 0,90 : Hubungan yang cukup erat (reliabel)

- 0,90 ≤ 1,00 : Hubungan yang sangat erat (sangat reliabel)

(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada BAB ini peneliti akan menganalisis dan membahas hasil penelitian yang

telah dilakukan yaitu mengenai “Pengaruh Komunikasi Antarbudaya dan Hubungan

yang Harmonis”. Adapun data yang telah terkumpul dilakukan dengan cara

menyebarkan angket kepada responden yaitu siswa-siswa Pribumi dan Tionghoa di

SMA Harapan Mandiri Medan. Penyebaran angket dilaksanakan sejak tanggal 9 April

sampai dengan 12 April 2013 bertempat di ruang guru lantai 5 SMA Harapan Mandiri

Medan.

Agar pembahasan yang dilakukan lebih sistematis dan terarah maka analisis hasil

penelitian ini terbagi atas beberapa bagian, yaitu :

4.1Langkah – langkah pelaksanaan penelitian

4.2Analisis tabel tunggal

4.3Analisis tabel silang

4.4Uji hipotesa

4.5Pembahasan

4.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Proses tahapan pengumpulan data penelitian ini terdiri dari kegiatan :

a. Penyebaran kuesioner atau angket penelitian kepada 82 responden yang menjadi

sampel penelitian

b. Pengumpulan data dari angket penelitian

c. Pengolahan data terhadap jawaban yang telah diberikan oleh responden dalam

angket penelitian. Adapun pengolahan data ini meliputi tahapan sebagai berikut :

1) Penomoran Kuesioner

Kuesioner yang telah dikumpulkan diberi nomor urut responden, dengan

memberikan nomor 01 – 82 dalam kotak nomor responden yang telah tersedia di atas

(43)

2) Editing

Pada tahap ini peneliti melakukan proses perbaikan atau pembenahan untuk

memperjelas jawaban yang meragukan dan menghindari adanya kesalahan pengisian

data dalam kotak kode yang tersedia.

3) Coding

Proses pemindahan jawaban responden ke dalam kotak kode angka yang telah

disediakan dikuesioner dalam bentuk angka atau skor.

4) Inventarisasi variabel

Yaitu data yang diperoleh dari responden yang dimasukkan ke dalam tabel FC

(Foltron Cobol) yang memuat seluruh data dalam satu kesatuan. 5) Pengujian Hipotesa

Merupakan pengujian statistik untuk mengetahui apakah data yang diperlukan

menolak atau menerima hipotesa penelitian yang diajukan. Dalam penelitian ini,

digunakan rumus tata uji korelasi tata jenjang “Rank Spearman” (rho/s). Untuk

mengukur tinggi atau rendahnya hubungan antara variabel menggunakan skala Guilford

yang dikutip dari buku Jalaluddin Rakhmat (2002), yang kriterianya adalah sebagai

berikut :

Karakteristik responden perlu disajikan untuk lebih mengetahui latar belakang

responden. Adapun karakteristik umum yang dianggap relevan dengan penelitian ini

meliputi jenis kelamin, kelas, agama, dan etnis. Hasil data tersebut dapat dilihat pada

tabel 4.1 sampai dengan tabel 4.4.

(44)

No. Jenis Kelamin Frekuensi %

1 Laki-laki 37 45,12%

2 Perempuan 45 54,88%

Jumlah 82 100%

Sumber : K. 1/FC. 3

Pada tabel Jenis Kelamin Responden di atas, diperoleh 37 orang yang berjenis

kelamin laki-laki dengan persentase 45,12% dari jumlah sampel secara keseluruhan,

sedangkan responden dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 45 orang atau

54,88% dari jumlah sampel secara keseluruhan. Tabel ini menunjukkan bahwa dalam

penelitian ini, selisih antara laki-laki dengan perempuan adalah 8 orang.

Sampel ini diambil secara acak pada awalnya, tanpa membedakan antara jumlah

laki-laki dan perempuan. Jumlah sampel yang didapat ini adalah bukan merupakan

suatu kesengajaan. Bila kita melihat jumlah siswa laki-laki dan perempuan secara

keseluruhan, perbedaannya memang tidak terlalu besar. Jumlah wanitanya hanya lebih

banyak sekitar ±24 orang dari jumlah laki-lakinya.

Tabel 4.2 Jenjang Kelas Responden

No. Kelas Frekuensi %

Pada tabel 4.2 di atas, kita bisa melihat bahwa dalam penelitian ini sampel yang

paling banyak diambil adalah dari kelas XI IPA yaitu sebanyak 33 orang atau 40,20%

dari jumlah keseluruhan. Menyusul dibawahnya kelas XII IPA dengan 21 orang atau

25,60% dari jumlah keseluruhan. Kemudian dibawahnya kelas XII IPS dengan 15

orang atau 18,30% dari jumlah keseluruhan, dan yang paling sedikit diambil adalah

siswa-siswa dari kelas XI IPS yaitu 13 orang atau 15,90%.

(45)

semakin banyak pula sampel yang diambil dalam kelas tersebut. Kita bisa melihat pada

tabel 3.1 yang memaparkan jumlah siswa perkelas, di sana jelas terlihat bahwa

siswa-siswa dikelas IPA jauh lebih banyak dibandingkan dengan siswa-siswa-siswa-siswa dikelas IPS.

Pada tabel 3.1 juga sudah dijabarkan siswa-siswa yang diambil sebagai sampel dalam

tiap kelasnya.

Agama dirasa perlu untuk dimasukkan dalam penelitian ini karena peneliti

melihat walaupun kebanyakan masyarakat Tionghoa beragaman Budha ataupun Kong

Hu Chu, tetapi ada juga masyarakat Tionghoa yang memeluk agama Kristen ataupun

Islam. Seperti pada SMA Harapan Mandiri ini terdapat 2 orang siswa Tionghoa yang

beragama Kristen Protestan dan 1 orang keturunan Jawa Tionghoa yang beragama

Islam.

Pada tabel di atas dapat terlihat bahwa penganut agama Islam yang menjadi

mayoritas yaitu sebanyak 40 orang atau 48,78% dari jumlah keseluruhan. Budha yang

menjadi terbanyak kedua yaitu sebanyak 28 orang atau 34,10% dari jumlah

keseluruhan. Pada SMA Harapan Mandiri ini tidak ada siswa yang beragama Kristen

Katolik, sedangkan yang beragaman Kristen Protestan ada sebanyak 13 orang atau

15,85%. Pemeluk agama Hindu di sekolah ini ada sebanyak 1 orang saja, namun karena

agama Hindu tidak masuk dalam mata pelajaran agama pada sekolah ini jadi siswa ini

dibebaskan memilih pada mata pelajaran agama mau mengikuti pelajaran agama mana

atau bila dia tidak ingin mengikuti pelajaran agama manapun, dia diizinkan untuk

(46)

Tabel 4.4 Etnis Responden

No. Agama Frekuensi %

1 Batak 20 24,40%

2 Jawa 15 18,30%

3 Padang 5 6,10%

4 Melayu 4 4,88%

5 Tionghoa 31 37,80%

6 Dan lain-lain 7 8,53%

Jumlah 82 100%

Sumber : K. 4/FC. 6

Keseluruhan jumlah etnis Tionghoa dari kelas XI sampai XII di SMA Harapan

Mandiri ini sebenarnya ada 42 orang siswa. Namun penyebarannya disetiap kelas tidak

merata, jadi peneliti tidak dapat mengambil keseluruhan siswa Tionghoa di SMA ini.

Siswa Tionghoa yang menjadi sampel dalam penelitian ini hanya 31 orang atau 37,80%

dari jumlah keseluruhan sampel.

Etnis pribumi dalam penelitian ini dibagi-bagi lagi berdasarkan sukunya. Suku

yang dipilih di sini hanya suku yang mewakili saja, yang dirasa menjadi mayoritas di

Medan ini, sehingga dipilihlah suku Batak, Jawa, Padang, dan Melayu. Suku yang lain

yang tidak terdapat pada pilihan disediakan suku Dan lain-lain.

Persentasi suku ini dapat kita lihat pada tabel 4.4 di atas ini, yaitu suku Batak

sebanyak 20 orang (24,40%), suku Jawa sebanyak 15 orang (18,30%), suku Padang

sebanyak 5 orang (6,10%), dan suku Melayu sebanyak 4 orang (4,88%). Suku-suku lain

yang menjadi minoritas disatukan dalam dan lain-lain sebanyak 7 orang (8,53%). Suku

lain-lain ini terdiri dari suku Aceh 3 orang, Mandailing 2 orang, Bugis 1 orang, dan

Jepang 1 orang.

4.2.2 Komunikasi Antarbudaya (Variabel X)

Pada bagian ini akan dipaparkan data-data yang disaring dari jawaban setiap

(47)

sesama etnis, namun itu hanya sebagai pembanding saja, tidak dibahas secara lebih

mendalam.

Komunikasi antarbudaya yang akan dibahas di sini adalah dimensi

berkomunikasinya dan bahasa yang digunakan. Kita bisa melihat pada tabel 2.1, di sana

telah dijabarkan tentang dimensi yang digunakan dalam berkomunikasi, yaitu

partisipasi siswa dalam berkomunikasi, konteks sosial, dan saluran yang digunakan.

Sedangkan untuk bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, Mandarin, dan

Inggris.

Masing-masing dimensinya tadi juga akan dijabarkan satu demi satu secara

mendalam. Seperti pada partisipasi siswa dalam berkomunikasi, di sana dijelaskan lagi

tentang frekuensi berkomunikasi, isi pesan, dan intensitas berkomunikasi. Frekuensi

berkomunikasi di sini yang dimaksud adalah seberapa sering waktu siswa-siswa itu

berkomunikasi, misalnya dalam sehari. Sedangkan intensitas berkomunikasi di sini

yang dilihat adalah seberapa lama siswa itu berkomunikasi dengan teman yang berbeda

etnis. Hitungannya bisa jam, menit, ataupun detik.

Konteks sosial dijabarkan dalam tempat, waktu, dan suasana. Semua ini

berhubungan dengan pada saat terjadinya komunikasi antara siswa Pribumi dan siswa

Tionghoa. Dan yang terakhir yaitu saluran dijelaskan dengan komunikasi antarbudaya

maupun bermedia. Temuan data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5 sampai dengan

tabel 4.30.

4.2.2.1 Dimensi Komunikasi

a) Partisipasi Siswa dalam Berkomunikasi

-Frekuenis Berkomunikasi

Gambar

Tabel 3.1 Data Staff di SMA Harapan Mandiri Medan
Gambar 3.1 Struktur Organisasi di SMA Harapan Mandiri Medan T.A 2012/2013
Tabel 3.2 Besar Sampel Per Jenjang Kelas
Tabel 4.2 Jenjang Kelas Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Perencanaan sarana prasarana pendidikan dalam meningkatkan mutu SDM di MAN 3 Madiun dilakukan oleh timperencanaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara status gizi terhadap waktu erupsi gigi incisivus central decidui rahang bawah pada bayi usia 6 sampai 7

Oleh karena itu pada tahun anggaran 2018, Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada akan menyelenggarakan Program Hibah Pengabdian kepada

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil sebagai berikut : subjek dengan kemampuan matematika tinggi mampu mengoneksikan koneksi antar topik matematika

perenang menghasilkan prilaku yang tepat dalam suatu pertandmgan, pada saat. mana saran pengajaran tidaklah selalu munglun, dan kornbinasikan

Analisis korelasi menggunakan data tanah pada Proyek Pembangunan Kantor Terpadu Pemerintahan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Proyek Pembangunan Kantor Bank

Berdasarkan pada tabel diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, yang artinya Ada pengaruh pemberian Pengaruh terapi mendengarkan

Di dalam penelitian ini, ditemukan bahwa mahasiswa FISIP Universitas Airlangga yang mendapatkan pacar melalui situs jejaring sosial memiliki beberapa proses interaksi