• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Univariat

Dalam dokumen HUBUNGAN ANTARA ASUPAN NATRIUM ASUPAN KA (Halaman 56-63)

Tekanan Darah

5.4 Analisa Univariat

5.4.1 Tekanan Darah

Data tekanan darah yang diteliti adalah tekanan darah sistolik dan diastolik yang dinyatakan dalam mmHg. Data tekanan darah sistolik dikategorikan hipertensi apabila tekanan darah sistoliknya ≥ 140 mmHg. Sampel yang memiliki tekanan darah sistolik tinggi yaitu sebanyak 19 orang. Rata-rata tekanan darah sistolik sampel yaitu 136.2 mmHg dengan nilai SD 29.7 mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah sistolik tersebut berada pada tahap pre hipertensi. Hal ini berarti dapat dikatakan pasien Puskesmas Pasikarliki memiliki rata-rata tekanan darah sistolik cenderung mendekati hipertensi. Nilai minimal tekanan darah sistolik sampel adalah 80 mmHg dan nilai maksimalnya 200 mmHg. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan uji Kolmogorov Smirnov didapatkan nilai p = 0.200 untuk tekanan darah sistolik. Hal ini berarti bahwa data tekanan darah sistolik terdistribusi normal (p > α).

Data tekanan darah diastolik dikategorikan hipertensi apabila tekanan diastoliknya ≥ 90. Sampel yang memiliki tekanan darah diastolik tinggi yaitu sebanyak 20 orang. Rata-rata tekanan darah diastolik sampel yaitu 85.1 mmHg dengan nilai SD 13.5 mmHg. Nilai

rata-rata tekanan darah diastolik tersebut berada pada tahap pre hipertensi. Hal ini berarti dapat dikatakan pasien Puskesmas Pasikarliki memiliki rata-rata tekanan darah diastolik cenderung mendekati hipertensi. Nilai minimal tekanan darah diastolik sampel adalah 60 mmHg dan nilai maksimalnya 110 mmHg. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan uji Kolmogorov Smirnov didapatkan nilai p = 0.003 untuk tekanan darah diastolik. Hal ini berarti bahwa data tekanan darah diastolik tidak terdistribusi normal (p < α).

Data tekanan darah secara keseluruhan kemudian dikategorikan hipertensi apabila tekanan darah sistoliknya ≥ 140 mmHg atau tekanan diastoliknya ≥ 90 dan tidak hipertensi apabila tekanan darah sistolik < 140 mmHg atau tekanan diastolik < 90 mmHg. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi sampel berdasarkan tekanan darah.

TABEL 5.9

DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN TEKANAN DARAH DI PUSKESMAS PASIRKALIKI KECAMATAN CICENDO

KOTA BANDUNG

Tekanan Darah n %

Hipertensi 20 54.1

Tidak Hipertensi 17 45.9

Total 37 100

Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa dari 37 orang, sebagian besar sampel hipertensi yaitu 20 orang (54.1%). Menurut data Depkes tahun 2007 penderita hipertensi usia ≥ 18 tahun di Indonesia sebanyak 31,7% sedangkan di Jawa Barat adalah sebanyak 29,4%. Hal ini berarti proporsi penderita hipertensi pada penelitian ini telah melebihi angka di nasional dan Jawa Barat.

Dari 20 orang sampel yang mengalami hipertensi di antaranya 19 orang berumur ≥ 40 tahun (95%), 18 orang berjenis kelamin

perempuan (90%), 17 orang berpendidikan rendah (85%), 10 orang tidak memiliki perkerjaan (50%), 14 orang tidak memilki riwayat hipertensi dari keluarga (70%), 16 orang obesitas (80%), 20 orang kurang latihan fisik (100%), dan 18 orang tidak memiliki kebiasaan merokok (90%).

5.4.2 Asupan Natrium

Menurut WHO (2013) anjuran asupan natrium dalam makanan sehari-hari adalah ≤ 2000 mg. Rata-rata asupan natrium sampel adalah 2432.1 mg/hari yaitu 121.6% dari konsumsi yang dianjurkan dengan nilai SD 993.4 mg/hari. Hal ini berarti dapat dikatakan sampel Puskesmas Pasikarliki memiliki rata-rata asupan natrium cenderung tinggi. Jenis makanan sumber natrium yang sering dikonsumsi sampel adalah bumbu penyedap, kecap, saos, mie instan, dan ikan asin. Rata-rata konsumsi bumbu penyedap adalah 2 bungkus/hari, kecap 3x/minggu, saos 2x/minggu, dan mie instan 2x/minggu, dan ikan asin 2x/bulan. Nilai minimal asupan natrium sampel adalah 816.7 mg/hari yaitu 40.8% dari konsumsi yang dianjurkan dan nilai maksimalnya 5760.3 mg/hari yaitu 288.0% dari konsumsi yang dianjurkan. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan uji Kolmogorov Smirnov didapatkan nilai p = 0.004 untuk asupan natrium. Hal ini berarti bahwa data asupan natrium tidak terdistribusi normal (p < α).

Data asupan natrium secara keseluruhan kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu tinggi dan cukup. Asupan natrium dikategorikan tinggi apabila asupan natrium > 2000 mg dan asupan natrium dikategorikan cukup apabila asupan natrium ≤ 2000 mg. Untuk lebih jelasnya di bawah ini merupakan tabel distribusi frekuensi asupan natrium.

TABEL 5.10

DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN ASUPAN NATRIUM DI PUSKESMAS PASIRKALIKI KECAMATAN CICENDO

KOTA BANDUNG

Asupan Natrium n %

Tinggi 24 64.9

Cukup 13 35.1

Total 37 100

Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat bahwa dari 37 orang, sebagian besar sampel memiliki asupan natrium tinggi sebanyak 24 orang (64.9%). Dari 24 orang sampel yang memiliki asupan natrium tinggi, sampel yang hipertensi yaitu 11 orang (45.8%). Hasil penelitian Mustamin (2010) proporsi sampel yang asupan natriumnya tinggi dan memiliki hipertensi yaitu hanya 44.44%. Hal ini sejalan dengan penelitian Mustamin (2010) bahwa hanya sebagian kecil sampel yang asupan natriumnya tinggi dan memiliki hipertensi. Hal ini diduga peran dari faktor risiko lainnya yang menyebabkan hipertensi. Menurut FDA (2013), hipertensi atau peningkatan tekanan darah bergantung pada banyak faktor yaitu usia lanjut, asupan natrium, asupan alkohol, obesitas, dan riwayat hipertensi dari keluarga. Oleh karena itu, natrium bukan satu-satunya yang berhubungan dengan peningkatan tekanan darah (Insel et al, 2013).

5.4.3 Asupan Kalium

Menurut WHO (2013) anjuran asupan kalium dalam makanan sehari-hari adalah ≥ 3510 mg. Rata-rata asupan kalium sampel adalah 1472.1 mg/hari yaitu 41.9% dari konsumsi yang dianjurkan dengan nilai SD 1047.9 mg/hari. Hal ini berarti dapat dikatakan sampel Puskesmas Pasikarliki memiliki rata-rata asupan kalium cenderung rendah. Pada

sampel yang asupan kaliumnya cukup jenis makanan sumber kalium yang sering dikonsumsi sampel adalah bayam, labu siam, jeruk manis, pepaya, dan pisang ambon. Rata-rata konsumsi bayam 2x/minggu, labu siam 2x/minggu, jeruk manis 2x/minggu, pepaya 2x/minggu, dan pisang 3x/minggu. Nilai minimal asupan kalium sampel adalah 263.3 mg/hari yaitu 7.5% dari konsumsi yang dianjurkan dan nilai maksimalnya 4714.0 mg/hari yaitu 134.3% dari konsumsi yang dianjurkan. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan uji Kolmogorov Smirnov didapatkan nilai p = 0.064 untuk asupan kalium Hal ini berarti bahwa data asupan kalium terdistribusi normal (p > α).

Data asupan kalium secara keseluruhan kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu rendah dan cukup. Asupan kalium dikategorikan rendah apabila asupan kalium < 3510 mg dan asupan kalium dikategorikan cukup apabila asupan kalium ≥ 3510 mg. Untuk lebih jelasnya di bawah ini merupakan tabel distribusi frekuensi asupan kalium.

TABEL 5.11

DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN ASUPAN KALIUM DI PUSKESMAS PASIRKALIKI KECAMATAN CICENDO

KOTA BANDUNG

Asupan Kalium n %

Rendah 35 94.6

Cukup 2 5.4

Total 37 100

Berdasarkan tabel 5.11 dapat dilihat bahwa dari 37 orang, sebagian besar sampel yang memiliki asupan kalium rendah yaitu 35 orang (94.6%). Dari 35 orang sampel yang asupan kaliumnya rendah, sampel yang hipertensi 20 orang (57.1%). Hasil penelitian Muliyati dkk (2011) proporsi sampel yang hipertensi dan memiliki asupan kalium rendah yaitu 74.71%. Hal ini sejalan dengan penelitian ini bahwa

sebagian besar sampel yang hipertensi memilki asupan kalium yang rendah.

Kalium menjaga keseimbangan antara konsentrasi cairan intraseluler dengan ekstraseluler. Asupan tinggi kalium membantu untuk menjaga keseimbangan cairan dan menurunkan tekanan darah (Escott-Stump, 2008). Efek asupan kalium pada tekanan darah termasuk menurunkan tahanan periferal, peningkatan ekskresi air dan natrium dari tubuh, serta menekan sekresi renin dan angiotensin (Krummel, 2004).

5.4.4 Rasio Asupan Natrium : Kalium

Menurut KEPMENKES (2009), rasio konsumsi natrium dan kalium yang dianjurkan adalah ≤ 1. Rata-rata rasio asupan natrium : kalium sampel yaitu 2.2. Hal ini berarti dapat dikatakan sampel Puskesmas Pasikarliki memiliki rata-rata rasio asupan natrium : kalium cenderung buruk. Kisaran rasio asupan natrium : kalium sampel adalah 0.6 sampai dengan 5.4. Nilai standar deviasinya adalah 1.24. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan uji Kolmogorov Smirnov didapatkan nilai p = 0.189 untuk rasio asupan natrium : kalium. Hal ini berarti bahwa data rasio asupan natrium : kalium terdistribusi normal (p > α).

Data rasio asupan natrium : kalium dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu buruk dan baik. Untuk lebih jelasnya di bawah ini merupakan tabel distribusi frekuensi rasio asupan natrium : kalium. Rasio asupan natrium : kalium dikategorikan buruk apabila rasio > 1 dan baik apabila ≤ 1 untuk mendapatkan gambaran umum rasio asupan natrium : kalium sampel yang memenuhi anjuran.

TABEL 5.12

DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN RASIO ASUPAN NATRIUM : KALIUM DI PUSKESMAS PASIRKALIKI KECAMATAN

CICENDO KOTA BANDUNG

Rasio Asupan

Natrium : Kalium n %

Buruk 31 83.8

Baik 6 16.2

Total 37 100

Berdasarkan tabel 5.12 dapat dilihat bahwa dari 37 orang, sebagian besar sampel memiliki rasio asupan natrium : kalium buruk yaitu 31 orang (83.8%). Dari 31 orang sampel yang memiliki rasio asupan natrium : kalium buruk, sampel yang hipertensi yaitu 16 orang (51.6%). Hasil penelitian Mulyati dkk (2011) proporsi sampel yang rasio asupan natrium : kaliumnya buruk dan hipertensi yaitu (67.8%). Hal ini sejalan dengan penelitian Muliyati dkk (2011) bahwa sebagian besar sampel yang hipertensi memiliki rasio asupan natrium : kalium yang buruk. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar sampel lebih banyak konsumsi sumber makanan natrium dibandingkan sumber makanan kalium.

Tekanan darah normal memerlukan perbandingan antara natrium dan kalium yang sesuai dalam tubuh (Almatsier, 2009). Rasio natrium : kalium dari diet berhubungan dengan tekanan darah (Krummel, 2004). Peningkatan rasio asupan natrium : kalium merupakan indikator terkuat meningkatkan risiko hipertensi daripada natrium dan kalium sendiri (NIH, 2009).

Dalam dokumen HUBUNGAN ANTARA ASUPAN NATRIUM ASUPAN KA (Halaman 56-63)

Dokumen terkait