• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kinerja Reksadana Kategori Pendapatan Tetap

4.1.3 Analisis Jensen

Analisis kinerja dengan menggunakan metode Jensen merupakan metode yang mengukur tingkat excess return terhadap tingkat pengembalian yang diharapkan atau diprediksi dari pengembangan Capital Asset Pricing

Model. Hasil pengukuran Jensen dalam bentuk α positif yang semakin tinggi

dan signifikan bermakna bahwa manajer portofolio superior dalam mengelola portofolio.

Tabel 4.3. Hasil Analisis Jensen Reksadana Pendapatan Tetap

Tahun 2007 Jenis Reksadana βp Signifikansi β Signifikansi α Jensen Keterangan Reksadana Konvensional 0,0798 0,0144 0,9332 0,0000 Reksadana

Syariah -0,0071 0,9145 0,3199 0,0011 Lebih Baik

Tahun 2008

Jenis

Reksadana βp Signifikansi β Signifikansiα Jensen Keterangan Reksadana

Konvensional

0,0958 0,0006 0,0003 -0,0024

Reksadana

Syariah -0,0449 0,5399 0,8187 0,0005 Lebih Baik

Tahun 2009

Jenis

Reksadana βp Signifikansi β Signifikansiα Jensen Keterangan Reksadana

Konvensional -0,0228 0,7857 0,0558 0,0024 Lebih Baik Reksadana

Syariah

Universitas Indonesia Tahun 2010 Jenis Reksadana βp Signifikansi β Signifikansi α Jensen Keterangan Reksadana Konvensional 0,0816 0,6500 0,6226 0,0011 Reksadana

Syariah 0,0555 0,4484 0,0046 0,0029 Lebih Baik

Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali

Dalam analisis Jensen ada beberapa aspek yang dapat dianalisis, yaitu beta yang merupakan risiko sistematis dan kinerja dengan menggunakan metode Jensen.

Pada tahun 2007, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0011 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0,0144. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 0,0798. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,0798. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang tidak signifikan, yaitu sebesar 0,9145. Nilai p-value yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana syariah yang dihasilkan sebesar -0,0071. Nilai negatif ini mengindikasikan bahwa tingkat risiko sistematis tersebut berlawanan arah dengan pergerakan pasar.

Pada tahun 2008, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0005 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar -0,0024. Berdasarkan uji statistik yang telah

dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0,0006. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 0,0958. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,0958. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang tidak signifikan, yaitu sebesar 0,5399. Nilai p-value yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar -0,0449. Nilai negatif ini mengindikasikan bahwa tingkat risiko sistematis tersebut berlawanan arah dengan pergerakan pasar.

Pada tahun 2009, kinerja reksadana konvensional lebih baik dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Jensen reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0024 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar -0,0002. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana syariah yang tidak signifikan, yaitu sebesar 0,7070. Nilai p-value yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana syariah yang dihasilkan sebesar 0,0351. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,0351. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana konvensional, diperoleh nilai p-value yang tidak signifikan, yaitu sebesar 0,7857. Nilai p-value yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar -0,0228. Nilai negatif ini

Universitas Indonesia mengindikasikan bahwa tingkat risiko sistematis tersebut berlawanan arah dengan pergerakan pasar.

Pada tahun 2010, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0029 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar -0,0011. Nilai rasio Jensen reksadana syariah bernilai positif dan signifikan, yang mengindikasikan bahwa manajer portofolio superior dalam mengelola portofolio. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang tidak signifikan, yaitu sebesar 0,6500. Nilai p-value yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 0,0816. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,0816. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang tidak signifikan, yaitu sebesar 0,4484. Nilai p-value yang tidak signifikan mengindikasikan bahwa H0 diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,0555. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,0555. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah.