ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kinerja Reksadana Kategori Pendapatan Tetap
5.3 Analisis Kinerja Reksadana Kategori Saham
Dalam subbab ini akan dianalisis dan dilakukan pembahasan hasil analisis kategori reksadana saham. Reksadana saham yang dibandingkan ialah reksadana yang berbentuk reksadana konvensional maupun reksadana syariah. Metode analisis yang dilakukan untuk mengukur kinerja ialah dengan menggunakan
Universitas Indonesia metode Sharpe, Jensen dan Treynor. Dengan dilakukan analisis ini nantinya akan diketahui reksadana jenis mana yang memiliki kinerja terbaik dan juga dapat diketahui seberapa besar tingkat risiko dari masing-masing jenis reksadana baik itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah. Jenis reksadana yang dijadikan sampel adalah jenis reksadana yang telah aktif dari tanggal 1 januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2010.
4.3.1 Analisis Sharpe
Tabel 4.7. Hasil Analisis Sharpe Reksadana Saham Tahun 2007
Jenis Reksadana Excess Return Sharpe σp Keterangan Reksadana Konvensional 0,0053 0,3231 0,0165
Reksadana Syariah 0,0174 0,4366 0,0398 Lebih Baik
Tahun 2008
Jenis Reksadana Excess Return Sharpe σp Keterangan Reksadana Konvensional -0,0020 -0,0745 0,0265
Reksadana Syariah 0,0011 0,0188 0,0574 Lebih Baik
Tahun 2009
Jenis Reksadana Excess Return Sharpe σp Keterangan Reksadana Konvensional 0,0023 0,1360 0,0171
Reksadana Syariah 0,0033 0,1953 0,0169 Lebih Baik
Tahun 2010
Jenis Reksadana Excess Return Sharpe σp Keterangan Reksadana Konvensional 0,0009 0,0610 0,0142 Lebih Baik
Reksadana Syariah -0,0004 -0,0293 0,0139 Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali
Pada tahun 2007, nilai excess return dari kedua jenis reksadana baik itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah memiliki nilai yang positif, hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada dua jenis reksadana ini akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari sisi kinerja, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe reksadana syariah lebih
besar, yaitu sebesar 0,4366 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,3231. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana konvensional memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0165 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar 0,0398. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko reksadana konvensional lebih kecil dibandingkan dengan reksadana syariah.
Pada tahun 2008, nilai excess return dari reksadana konvensional bernilai negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS) akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada reksadana syariah. Sedangkan pada reksadana syariah nilai excess return bernilai positif. Hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada jenis reksadana syariah akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari sisi kinerja, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0188 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar -0,0745. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana konvensional memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0265 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar 0,0574. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko reksadana konvensional lebih kecil dibandingkan dengan reksadana syariah.
Pada tahun 2009, nilai excess return dari kedua jenis reksadana baik itu reksadana konvensional maupun reksadana syariah memiliki nilai yang positif, hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada dua jenis reksadana ini akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari sisi kinerja, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Sharpe reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,1953 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,1360. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana syariah memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0169 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0171. Hal ini mengindikasikan
Universitas Indonesia bahwa risiko reksadana syariah lebih kecil dibandingkan dengan reksadana konvensional.
Pada tahun 2010, nilai excess return dari reksadana syariah bernilai negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS) akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada reksadana syariah. Sedangkan pada reksadana konvensional nilai excess return bernilai positif. Hal ini mengindikasikan bahwa berinvestasi pada jenis reksadana konvensional akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi pada aset bebas risiko (dalam hal ini SBI atau SWBI/SBIS). Jika dibandingkan dari sisi kinerja, kinerja reksadana konvensional lebih baik dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Sharpe reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0610 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar -0,0293. Untuk tingkat risiko, terlihat bahwa reksadana syariah memiliki standar deviasi yang lebih rendah sebesar 0,0139 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0142. Hal ini mengindikasikan bahwa risiko reksadana syariah lebih kecil dibandingkan dengan reksadana konvensional.
4.3.2 Analisis Treynor
Tabel 4.8. Hasil Analisis Treynor Reksadana Saham
Tahun 2007 Jenis Reksadana Excess Return βp Signifikansi β Treynor Keterangan Reksadana Konvensional 0,0053 0,9887 0,0000 0,0054 Reksadana
Syariah 0,0174 0,9190 0,0000 0,0189 Lebih Baik
Tahun 2008 Jenis Reksadana Excess Return βp Signifikansi β Treynor Keterangan Reksadana Konvensional -0,0020 1,1016 0,0000 -0,0018 Reksadana Syariah 0,0011 0,8075 0,0000 0,0013 Lebih Baik
Tahun 2009 Jenis Reksadana Excess Return βp Signifikansi β Treynor Keterangan Reksadana Konvensional 0,0023 1,1013 0,0000 0,0021 Reksadana Syariah 0,0033 0,8892 0,0000 0,0037 Lebih Baik Tahun 2010 Jenis Reksadana Excess Return βp Signifikansi β Treynor Keterangan Reksadana Konvensional 0,0009 1,0194 0,0000 0,0008 Lebih Baik Reksadana Syariah -0,0004 0,8495 0,0000 -0,0005
Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali
Pada tahun 2007, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Treynor reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0189 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0054. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 0,9887. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,9887. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,9190. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,9190. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis.
Universitas Indonesia Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Apabila digabungkan antara peringkat kinerja dengan menggunakan metode Sharpe dengan metode Treynor, pada tahun 2007 ini tidak terdapat perbedaan peringkat antara analisis Sharpe dengan Analisis treynor. Perbedaan peringkat ini mengindikasikan bahwa portofolio ini terdiversifikasi dengan baik.
Pada tahun 2008, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Treynor reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0013 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar -0,0018. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 1,1016. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 1,1016. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,8075. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,8075. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan
reksadana syariah. Apabila digabungkan antara peringkat kinerja dengan menggunakan metode Sharpe dengan metode Treynor, pada tahun 2008 ini tidak terdapat perbedaan peringkat antara analisis Sharpe dengan Analisis treynor. Perbedaan peringkat ini mengindikasikan bahwa portofolio ini terdiversifikasi dengan baik.
Pada tahun 2009, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Treynor reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0037 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0021. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 1,1013. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 1,1013. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,8892. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,8892. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Apabila digabungkan antara peringkat kinerja dengan menggunakan metode Sharpe dengan metode Treynor, pada tahun 2009 ini tidak terdapat perbedaan peringkat antara analisis Sharpe dengan Analisis treynor. Perbedaan
Universitas Indonesia peringkat ini mengindikasikan bahwa portofolio ini terdiversifikasi dengan baik.
Pada tahun 2010, kinerja reksadana konvensional lebih baik dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Treynor reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar 0,0008 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar -0,0005. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 1,0194. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 1,0194. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,8495. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess
return) sebesar 0,8495. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti
bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Apabila digabungkan antara peringkat kinerja dengan menggunakan metode Sharpe dengan metode Treynor, pada tahun 2010 ini tidak terdapat perbedaan peringkat antara analisis Sharpe dengan Analisis treynor. Perbedaan peringkat ini mengindikasikan bahwa portofolio ini terdiversifikasi dengan baik.
4.3.3 Analisis Jensen
Tabel 4.9. Hasil Analisis Jensen Reksadana Saham
Tahun 2007
Jenis
Reksadana βp Signifikansi β Signifikansiα Jensen Keterangan Reksadana
Konvensional
0,9887 0,0000 0,0000 0,0039
Reksadana
Syariah 0,9190 0,0000 0,0000 0,0158 Lebih Baik
Tahun 2008
Jenis
Reksadana βp Signifikansi β Signifikansiα Jensen Keterangan Reksadana
Konvensional
1,1016 0,0000 0,0022 0,0010
Reksadana
Syariah 0,8075 0,0000 0,2885 0,0035 Lebih Baik
Tahun 2009
Jenis
Reksadana βp Signifikansi β Signifikansiα Jensen Keterangan Reksadana Konvensional 1,1013 0,0000 0,4016 -0,0002 Reksadana Syariah 0,8892 0,0000 0,0070 0,0011 Lebih Baik Tahun 2010 Jenis
Reksadana βp Signifikansi β Signifikansiα Jensen Keterangan Reksadana
Konvensional
1,0194 0,0000 0,2119 -0,0005 Lebih Baik
Reksadana
Syariah 0,8495 0,0000 0,0092 -0,0011
Sumber : Bapepam dan BI, telah diolah kembali
Pada tahun 2007, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0158 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0039. Nilai rasio Jensen reksadana syariah dan reksadana konvensional bernilai positif dan signifikan, yang mengindikasikan bahwa manajer portofolio superior dalam mengelola portofolio. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai
p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana
Universitas Indonesia konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 0,9887. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,9887. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,9190. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,9190. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah.
Pada tahun 2008, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0035 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar 0,0010. Namun, Nilai rasio Jensen reksadana konvensional lah yang bernilai positif dan signifikan, yang mengindikasikan bahwa manajer portofolio superior dalam mengelola portofolio. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 1,1016. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 1,1016. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh
nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,8075. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,8075. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah.
Pada tahun 2009, kinerja reksadana syariah lebih baik dibandingkan dengan reksadana konvensional karena nilai rasio Jensen reksadana syariah lebih besar, yaitu sebesar 0,0011 dibandingkan dengan reksadana konvensional sebesar -0,0002. Nilai rasio Jensen reksadana syariah bernilai positif dan signifikan, yang mengindikasikan bahwa manajer portofolio superior dalam mengelola portofolio. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 1,1013. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 1,1013. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,8892. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,8892.
Universitas Indonesia Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah.
Pada tahun 2010, kinerja reksadana konvensional lebih baik dibandingkan dengan reksadana syariah karena nilai rasio Jensen reksadana konvensional lebih besar, yaitu sebesar -0,0005 dibandingkan dengan reksadana syariah sebesar -0,0011. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai p-value reksadana konvensional yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta reksadana konvensional yang dihasilkan sebesar 1,0194. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 1,0194. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Pada reksadana syariah, diperoleh nilai p-value yang signifikan, yaitu sebesar 0. Nilai p-value yang signifikan mengindikasikan bahwa H0 ditolak, sehingga secara statistik ada perbedaan kinerja antara reksadana syariah dengan reksadana konvensional. Nilai beta yang dihasilkan sebesar 0,8495. Nilai ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan risiko sistematis maka akan ada kenaikan pada return investasi (excess return) sebesar 0,8495. Nilai beta yang positif ini juga mengandung arti bahwa tingkat risiko sistematis tersebut searah dengan pergerakan pasar. Terkait dengan tingkat risiko, dalam hal ini risiko sistematis nilai beta mengindikasikan risiko sistematis. Nilai beta reksadana konvensional memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah. Hal ini berarti tingkat risiko sistematis reksadana konvensional lebih besar dibandingkan dengan reksadana syariah.
4.4 Perbandingan Kinerja dan Risiko Secara Keseluruhan Antara