Wiwit Ratnasari S.Hum dan Arie Nugraha S.Hum., M.TI.
Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Depok, 16425, Indonesia
e-mail:[email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini membahas arsitektur informasi pada situs web Perpustakaan Digital Universitas Terbuka. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode observasi dan wawancara terhadap informan terkait dengan pengembangan Perpustakaan Digital Universitas Terbuka. Analisis pada perpustakaan digital didasarkan pada empat komponen dasar dalam arsitektur informasi yaitu, sistem organisasi, sistem pelabelan, sistem navigasi dan sistem pencarian. Observasi dilakukan dengan dua cara. Pertama, mengobservasi tampilan antarmuka pengguna situs web Perpustakaan Digital Universitas Terbuka. Kedua, mengobservasi pengguna untuk mengetahui tingkat stress dalam menavigasi situs web Perpustakaan Digital Universitas Terbuka dengan melakukannavigation stress test. Hasil penelitian menyatakan bahwa situs web Perpustakaan Digital Universitas Terbuka belum memenuhi prinsip-prinsip dalam komponen dasar arsitektur informasi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disarankan kepada pihak perpustakaan untuk meningkatkan dan mengembangkan arsitektur informasi pada perpustakaan digital sehingga memberikan kemudahan-kemudahan akses informasi bagi penggunanya.
Kata kunci: Arsitektur Informasi, Navigation Stress Test, Perpustakaan Digital.
Abstract
This research describes about information architecture on Open University Digital Library website. The research uses qualitative approach with observation and interview method associated with the development of Open University Digital Library. Analysis of the digital library is based on four fundamental components of an information architecture include organization system, labeling system, navigation system, and search system. Observation carried out in two ways. First, observe the user interface of the Open University Digital Library website. Second, observe the user to determinate the level of stress in navigating at Open University Digital Library website by conducting navigation stress test. The result of this research showed that the digital library website of Open University Digital Library not met the fundamental components of an information architecture. To put one thing in a nutshell, the librarian needs to improve and develop their quality of digital library to provide easy-access to information for its users.
Keywords: Digital Library, Information Architecture, Navigation Stress Test
Pendahuluan
Kemajuan teknologi dalam penyebaran informasi, akses informasi dan kemajuan teknologi dalam berkomunikasi mendorong lembaga informasi seperti perpustakaan untuk terus meningkatkan layanannya dalam menenuhi kebutuhan pengguna akan informasi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, perpustakaan tidak hanya menyediakan koleksi yang terbatas hanya pada media buku saja melainkan mencakup juga koleksi microfilm, CD,
piringan hitam, dan media lainnya termasuk dokumen digital seperti e-book dan e-journal. Perpustakaan digital pun memiliki cakupan koleksi dengan jenis dan format yang beragam.
Beragamnya informasi yang dikelola
perpustakaan digital menuntut perpustakaan untuk menyajikan informasi dengan seoptimal mungkin agar pengguna dapat menemukan informasi yang tepat dengan efektif dan efisien.
Sajian informasi pada antarmuka pengguna sangat mempengaruhi pengguna ketika mengunjungi situs web perpustakaan digital. Tampilan yang rumit akan membingungkan pengguna untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkannya. Oleh karena itu, analisis terhadap arsitektur informasi pada perpustakaan digital berbasis web memiliki peranan penting dalam meningkatkan dan memudahkan pengguna dalam mengakses informasi.
Perpustakaan Digital Universitas Terbuka merupakan perpustakaan digital dengan sistem terpusat. Dengan sistem terpusat, pengguna memiliki pengalaman yang sama terhadap pencarian informasi pada Perpustakaan Digital Universitas Terbuka.
Dengan adanya perpustakaan digital, mahasiswa yang tersebar di seluruh dunia dapat mengakses koleksi yang ada pada perpustakaan tanpa harus
mendatangi gedung perpustakaan. Apabila
fasilitas dan arsitektur bangunan yang baik pada perpustakaan konvensional dapat meningkatkan jumlah pengunjung yang datang, maka struktur sistem informasi dan penyajian tampilan informasi pada perpustakaan digital merupakan faktor penting untuk kenyamanan pengguna dalam mencari informasi yang dibutuhkan.
Salah satu tujuan utama dari perpustakaan digital adalah menyediakan peningkatan akses ke informasi. Hal ini berarti antarmuka pengguna, pencarian dan juga mekanisme temu kembali pada perpustakaan digital seharusnya didesain seoptimal mungkin sehingga setiap pengguna dapat menggunakannya dengan mudah. Dengan banyaknya informasi yang akan disediakan dan dengan beragam jenis baik format maupun subjeknya, pengguna akan kesulitan dalam
menemukan informasi yang dibutuhkannya
sehingga enggan untuk mengaksesnya. Oleh karena itu, dalam pengembangannya perlu mengikuti standar antar muka sistem informasi berbasis web yaitu arsitektur informasi. Dengan mengikuti standar antar muka sistem informasi berbasis web, kesulitan ini dapat diatasi sehingga pengguna dapat dengan mudah menemukan informasi yang dibutuhkannya.
Gould dan Lewis (1985) mengatakan bahwa terdapat tiga prinsip dalam desain sistem yang
bertujuan untuk menghasilkan suatu sistem
komputer yang berguna dan mudah digunakan. Salah satu prinsip yang dikemukakan oleh Gould ialah iterative design. Istilah iterative mengacu pada pengulangan dari suatu proses. Proses ini berulang berkali-kali. Pengujian ini dapat dilakukan dengan melakukan analisis. Oleh karena itu, perlu sebuah analisis arsitektur informasi pada perpustakaan digital sehingga pada akhirnya mendukung prosesiterative design. Arsitektur informasi mempelajari struktur penyajian informasi dari sebuah web. Layaknya arsitektur bangunan, arsitektur informasi dari sebuah perpustakaan digital dapat memberikan
dampak yang berbeda pada pengguna
perpustakaan. Dengan arsitektur yang baik, pengguna dapat lebih cepat dan akurat dalam mendapatkan infromasi yang diinginkan. Namun, arsitektur informasi yang buruk dapat membuat pengguna menjadi frustasi dalam melakukan pencarian informasi.
Beberapa situs web perpustakaan digital menampilkan struktur organisasi informasi secara logis agar mudah dimengerti sehingga pengguna dapat menemukan infromasi yang dibutuhkan. Namun, tidak sedikit dari situs web perpustakaan digital yang menampilkan struktur informasi yang tidak teratur dan membingungkan. Pengguna menjadi frustasi ketika tidak mendapatkan informasi yang diinginkan dengan cepat dan akurat. Dampaknya ialah pengguna enggan memanfaatkan perpustakaan digital. Dengan
menganalisis arsitektur informasi pada
perpustakaan digital, diharapkan dapat
meningkatkan penggunaan dan pencarian
informasi yang efektif dan efisien bagi pengguna.
Masalah Penelitian
Perpustakaan Digital Universitas Terbuka merupakan sumber informasi penting bagi seluruh akademisi. Sajian informasi yang diberikan oleh perpustakaan digital sangat berpengaruh terhadap ketergunaan perpustakaan digital secara keseluruhan. Perpustakaan digital yang dirancang dengan baik ialah perpustakaan yang memudahkan pengguna dalam pencarian informasi. Oleh karena itu perlu adanya sebuah
Analisis Arsitektur Informasi Perpustakaan Digital Universitas Terbuka
analisis terhadap arsitektur informasi pada perpustakaan digital sebagai umpan balik bagi pengembangan pepustakaan digital yang nantinya akan mendukung proses pembangunan yang berulang (iterative).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa Perpustakaan Digital Universitas Terbuka berdasarkan prinsip dasar dalam arsitektur informasi.
Tinjauan Literatur
Arsitektur Informasi Perpustakaan Digital
Glen Doss (2002) mendefinisikan arsitektur informasi yang berbunyi sebagai berikut: Information architecture is the foundation open which websites are built. You can think of it as the blue prints for a website. It defines a website’s structure, hierarchy, and navigation.
Sedangkan Morville & Rosenfeld (2006)
memberikan beberapa definisi mengenai
arsitektur informasi. Mereka berpendapat bahwa akan sangat sulit untuk mendefinisikan arsitektur informasi dalam satu kalimat yang mencakup kesuluruhan pengertian dari arsitektur informasi.
Sehingga, dalam bukunya Information
Architecture : for the world wide web mereka memberikan definisi lebih lanjut mengenai
arsitektur informasi sebagai berikut:
in•for•ma•tion ar•chi•tec•ture (n.)
1. The structural design of shared information environments. (Desain struktural dari lingkungan informasi bersama)
2. The combination of organization, labeling, search, and navigation systems within web sites and intranets. (Kombinasi organisasi, pelabelan, pencarian, dan sistem navigasi dalam situs web dan intranet)
3. The art and science of shaping information products and experiences to support usability and findability. (Seni dan ilmu membentuk produk informasi dan pengalaman untuk mendukung ketergunaan dan kemudahan temu kembali)
4. An emerging discipline and community of practice focused on bringing principles of design and architecture to the digital landscape. (Cabang ilmu yang tumbuh dan
komunitas praktek yang berfokus pada prinsip-prinsip desain dan arsitektur untuk lanskap digital)
Berdasarkan definisi tersebut, tujuan dasar dari arsitektur informasi dalam kaitannya dengan perpustakaan digital adalah untuk memfasilitasi pengguna dalam mengakses situs web dan mendapatkan sumber daya informasi yang
disediakan oleh perpustakaan sehingga
mendukung ketergunaan dan kemudahan temu kembali informasi.
Selanjutnya Aji Supriyanto (2007), dalam jurnal yang diterbitkan oleh Jurnal Teknologi Informasi Dinamik, memberikan definisi bahwa arsitektur informasi web merupakan struktur rancangan (desain) web agar dapat tersusun suatu informasi yang tepat (terorganisasi) dan mudah ditemukan isinya. Struktur rancangan ini harus memenuhi beberapa aspek antara lain form, fungsi, navigasi, interface, interaksi, visual, dan maksud informasi itu sendiri, yang akan dibangun dalam sebuah web.
Visualisasi Arsitektur Informasi
Visualisasi pada tampilan website merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Alasan pertama ialah arsitektur informasi merupakan bidang
(field) yang baru sehigga membutuhkan
visualisasi agar orang dapat memahaminya. Kedua, arsitektur informasi adalah bidang yang abstrak sehingga walaupun orang memahaminya namun tidak benar-benar paham jika tidak mengalaminya.
Untuk mengantisipasi kebutuhan informasi
pengguna, arsitektur informasi berusaha
menjawab pertanyaan yang paling sering diajukan seperti “Dimana ini?”, “Saya tahu apa yang saya cari, bagaimana cara menemukannya?”. Hal ini
disebut sebagai top-down information
architecture.
Komponen Utama Arsitektur Informasi
Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis arsitektur informasi Perpustakaan Digital Universitas Terbuka berdasarkan 4 komponen
dasar dalam aritektur informasi yang
dikemukakan oleh Morville dan Rosenfeld (2006) dalam bukunyaInformation Architecture : for the world wide web yaitu, sistem organisasi, sistem pelabelan, sistem navigasi, dan sistem pencarian.
Keempat komponen tersebut adalah prinsip dasar dari Arsitektur Informasi.
a. Sistem Organisasi
Organisasi informasi pada situs web dan intranet adalah faktor utama penentu kesuksesan sebuah situs web. Sistem organisasi informasi terdiri dari skema organisasi dan struktur organisasi. Selain sistem organisasi dan skema organisasi, informasi dapat disusun berdasarkan sosial klasifikasi (social classification).
Skema organisasi membahas cara informasi tersebut disampaikan dan dikelompokkan. Kita merujuk kepada skema ini setiap hari. Skema organisasi dibedakan menjadi dua bagian, eksak dan ambigu.
Struktur organisasi memainkan peran
intangible namun sangat penting dalam desain situs web. Struktur informasi menetapkan cara pengguna menavigasi situs web. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan hierarki (top-down).
b. Sistem Pelabelan
Pelabelan merupakan bentuk dari representasi. Sama halnya seperti ketika kita menggunakan kata-kata yang diucapkan untuk mewakili konsep dan pikiran, kita menggunakan label untuk mewakili potongan yang lebih besar dari informasi dalam situs web. Pelabelan adalah bagaimana suatu istilah bisa secara tepat mewakili suatu konsep atau informasi.
Pelabelan dapat dibagi menjadi dua format yaitu tekstual dan ikonis. Label dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori. Satu label dapat melakukan tugas ganda. Misalnya satu label dapat termasuk ke dalam contextual links sekaligus headings. Kategori ini dapat berupa format tekstual atau ikonis. Kategori label tersebut adalah:
1. Contextual links. Tautan kontekstual yaitu hyperlinkke informasi lain yang terdapat di halaman lain/halaman yang sama.
2. Headings. Label yang secara tepat dan sederhana mampu mendeskripsikan konten yang mengikutinya.
3. Navigation system choices. Label yang merepresentasikan pilihan-pilihan pada sistem navigasi.
4. Index terms. Kata kunci dan tajuk subjek yang merepresentasikan konten untuk keperluan browsing dan searching. Label ini tidak selalu terlihat pada situs web oleh pengguna, label ini mungkin tersembunyi sebagai metadata yang tertanam dalam dokumen HTML <META...> atau tag <TITLE>.
c. Sistem Navigasi
Navigasi adalah sarana yang dibuat agar kita tidak tersesat. Alat ini dibuat untuk memetakan
arah, menentukan posisi, dan untuk
menemukan jalan kembali. Tersesat dalam web bukanlah masalah yang sangat penting bagaikan hidup dan mati. Namun, tersesat dalam situs web yang besar adalah hal yang sangat membingungkan dan membuat frustasi. Sistem navigasi digunakan untuk membimbing pemakai berpindah dari satu informasi ke informasi lain tanpa kehilangan orientasi. Sistem navigasi terdiri dari beberapa elemen dasar. Pertama, sistem navigasi tertanam. Sistem ini dikelompokkan menjadi sistem navigasi global, lokal dan kontekstual yang terintegrasi dalam halaman web itu sendiri. Tipe kedua adalah sistem navigasi tambahan yaitu sitemap, index dan guide yang tidak melekat pada konten yang ada. Sistem navigasi tambahan ini menyediakan informasi yang sama dengan cara yang berbeda. Setiap jenis navigasi tambahan dibuat untuk tujuan yang unik dan dirancang agar sesuai dengan kerangka yang lebih luas dari sistem pencarian danbrowsing.
Glen Doss (2002) mengungkapkan dalam artikelnya pada http://www.fatpurple.com/ mengenai pentingnya sitemaps dalam sebuah situs yang berbunyi:
Site maps are one of the most critical and widely used web information architecture tools (along with wireframes). They show the overall structure and hierarchy of a Web site. They can be used as the first step in laying out the web information architecture of a site, and
Analisis Arsitektur Informasi Perpustakaan Digital Universitas Terbuka
will provide the framework upon which to base site navigation.
Serupa dengan Doss, Nielsen (2008) juga berpendapat bahwa sitemaps dapat menjadi metode paling berharga dalam memberikan pandangan (insight) mengenai struktur dan konten dari situs.
Navigation stress test adalah test sederhana untuk menguji tingkat stress dalam menavigasi situs web. Test ini dilakukan untuk menjawab
pertanyaan “Bottom-up information
architecture,” seperti “Dimana saya?”, “Apa yang ada di sini?”, “Kemana lagi saya bisa pergi dari sini?”.
d. Sistem Pencarian
Sistem pencarian (search system)
memungkinkan pengguna mencari konten
tertentu yang lebih spesifik pada situs web. Sistem pencarian terdiri dari dua komponen. Pertama adalah isi dari mesin pencarian itu sendiri; selain dari alat untuk mengindeks dan menjaring (spidering), dalam mesin pencarian, ada algoritma untuk memproses permintaan
(query) ke dalam sesuatu yang dapat
dimengerti oleh perangkat lunak, dan ada ranking atau pemberian peringkat dari hasil pencarian tersebut.
Komponen kedua adalah antarmuka dari mesin pencarian; satu antarmuka untuk memasukkan query (pencarian sederhana dan lanjutan) dan antarmuka lain untuk menampilkan hasil
pencarian (termasuk apa yang harus
ditampilkan untuk setiap hasil pencarian, dan bagaimana menampilkan seluruh himpunan hasil).
1. Zona pencarian
Zona pencarian adalah subset dari sebuah
situs web yang telah diindeks secara
terpisah dari seluruh isi situs tersebut.
Ketika pengguna memutuskan untuk
menggunakan mesin pencari, hal itu menunjukkan bahwa pengguna tertarik pada informasi tertentu. Idealnya, zona pencarian pada situs web sesuai dengan pencarian yang spesifik atas kebutuhan informasi pengguna dan hasil dari pencarian dapat
meningkatkan kinerja temu kembali.
Dengan mengeliminasi konten yang tidak sesuai, pengguna akan menerima hasil yang lebih sedikit dan lebih relevan.
2. Query builders
Selain algoritma pencarian, ada banyak cara lain untuk mempengaruhi hasil pencarian. Query builders adalah alat yang dapat meningkatkan performa query. Diantaranya adalah spell-checkers, stemming tools, natural language processing tools dan controlled vocabulariesdanthesauri. Menampilkan hasil
Dua hal yang perlu diperhatikan ketika menyampaikan hasil pencarian. Pertama, konten apa saja yang akan ditampilkan? Hal ini terkait dengan kebutuhan pengguna. Apakah pengguna sudah mengetahui apa yang dia cari sehingga cukup tampilkan komponen konten yang mewakili seperti judul atau penulis atau pengguna tidak yakin dengan apa yang dicarinya sehingga butuh ringkasan, abstrak atau kata kunci?
Kedua, berapa dokumen yang akan
ditampilkan? resolusi monitor pengguna, kecepatan konektivitas, dan pengaturan browser akan mempengaruhi jumlah hasil yang dapat ditampilkan secara efektif. Oleh karena itu sebaiknya tampilkan hasil dalam jumlah sedikit. Ada dua metode umum untuk mendaftar hasil pencarian: menyortir dan peringkat (ranking). Hasil pencarian
dapat diurutkan secara kronologis
berdasarkan tanggal atau abjad oleh
sejumlah jenis komponen konten (misalnya, dengan judul, penulis, atau departemen). Mereka juga dapat peringkat oleh algoritma pencarian (misalnya, menurut relevansi atau popularitas).
Metodologi Penelitian
Peneliti memilih informan berdasarkan dengan purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Pertimbangan yang dimaksud ialah informan diharapkan dapat memberikan informasi mengenai situasi dan latar penelitian (Moleong, 2007).
Kriteria informan adalah sebagai berikut: 1. Staf aktif Pusat Layanan Pustaka,
2. Mengerti seluk beluk Perpustakaan Digital Universitas Terbuka, dan
3. Merupakan pengembang sekaligus pengelola Perpustakaan Digital Universitas Terbuka.
Berdasarkan kriteria tersebut, peneliti
mewawancarai Bapak Rendy (nama disamarkan) yang merupakan staf aktif yang bertugas mengelola Perpustakaan Digital Universitas Terbuka untuk mendapatkan informasi mengenai teknis pengelolaan perpustakaan digital.
Untuk mengetahui tingkat stress pengguna dalam bernavigasi pasa situs web Perpustakaan Digital Universitas Terbuka, peneliti menggunakan test sederhana kepada responden yaitu navigation stress test. Navigation stress test adalah test sederhana untuk menguji tingkat stres dalam menavigasi situs web.
Dalam melakukan test sederhana ini, peneliti tidak ikut serta melakukan test. Sebagai gantinya,
peneliti melibatkan 3 orang sebagai
perbandingan. Hasil dari test ini dapat digunakan
sebagai pertimbangan dalam mengambil
keputusan terkait pengembangan perpustakaan digital.
Pada penelitian ini peneliti menyesuaikan pendekatan dengan tujuan dan fokus penelitian dengan melakukan observasi partisipasi pada
situs web serta mengobservasi pengguna
perpustakaan dalam melakukan navigasi pada perpustakaan tersebut melalui serangkaian test. Kegiatan observasi terhadap Perpustakaan Digital Universitas Terbuka digunakan oleh peneliti sebagai sarana pengumpulan data yang utama. Sedangkan wawancara terhadap informan dilakukan untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
Menentukan teknik pengumpulan data merupakan langkah yang harus dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian. Untuk memenuhi tujuan penelitian, peneliti perlu menganalisis data temuan pada tempat penelitian, data tersebut dikumpulkan melalui berbagai teknik. Berikut adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti pada penelitian ini:
1. Mengidentifikasi halaman web (webpage) yang dibutuhkan dalam analisis,
2. Menangkap (capture) halaman tersebut
dengan menggunakan tombol print screen pada keyboard kemudian gambar disimpan dalam format .jpg,
3. Mencatat tanggal dan waktu pengambilan gambar, dan
4. Menganalisis hasil temuan dengan teori yang terkait.
Analisis dan Interpretasi Data
Arsitektur Informasi Perpustakaan Digital Universitas Terbuka
Pendekatan visualisasi arsitektur informasi top- down merupakan pendekatan yang melibatkan pengembangan berdasarkan kebutuhan pengguna pada halaman muka situs dan kemudian menentukan hubungan rinci antar konten. Ketika pengguna pertama kali melihat situs ini melalui
halaman muka, maka pengguna dapat
menemukan informasi berdasarkan pertanyaan umum seperti “situs apa ini?” dan “apa yang ada pada situs ini?” Pada halaman muka website perlu dilakukan visualisasi untuk menjawab beberapa pertanyaan “top-down”. Pertanyaan ini adalah pertanyaan umum yang pengguna dapatkan ketika pertama kali melihat halaman muka pada suatu situs web. Pertanyaan ini berdasarkan pada analisis visualisasi oleh Peter Morville dan Louis Rosenfeld (2006) pada halaman muka situs web Gustavus.
Gambar 1Visualisasi Arsitektur Informasi Perpustakaan
Analisis Arsitektur Informasi Perpustakaan Digital Universitas Terbuka
Gambar 1 merupakan pemetaan terhadap top- down information architechture. Dari gambar halaman muka perpustakaan digital tersebut, seharusnya pengguna dapat menemukan jawaban atas pertanyaan umum ketika pengguna pertama
kali masuk pada halaman muka situs
perpustakaan digital.
Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang dapat terjawab pada halaman muka situs web Perpustakaan Digital Universitas Terbuka, pertanyaan tersebut dapat terjawab sesuai dengan pemetaan pada gambar 1:
1. Dimana ini?
Jawaban atas pertanyaan ini dapat ditemukan pada no.1 yang merupakan nama situs web. Pengguna dapat mengetahui bahwa situs ini
merupakan perpustakaan digital yang
dimiliki oleh Universitas Terbuka. Pada
halaman ini juga pengguna dapat
mengunjungi perpustakaan konvensional Universitas Terbuka berdasarkan alamat yang
ada pada bagian kanan halaman.
Perpustakaan konvensional Universitas Terbuka yaitu Pusat Layanan Pustaka.
2. Saya tahu apa yang saya cari, bagaimana cara menemukannya?
Jawaban atas pertanyaan ini dapat ditemukan pada no.2. Pengguna yang sudah mengetahui informasi yang dicarinya dapat menuju katalog maupunsearch boxdan memasukkan query (permintaan).
3. Bagaimana cara berkeliling di situs ini? Petanyaan ini menjawab sistem navigasi global pada halaman muka. Pengguna dapat mengelilingi dan menelusuri situs web dengan mengklik tautan tautan yang yang ditunjukkan oleh nomor 3.
4. Apa yang penting dan unik tentang organisasi ini?
Pengguna dapat mengetahui informasi
penting dan unik yang ada pada halaman muka Perpustakaan Digital Universitas Terbuka. Jawaban atas pertanyaan ini ditunjukkan oleh nomor 4.
5. Apa yang tersedia di situs ini?
Pertanyaan ini merujuk pada informasi yang disediakan pada situs web. Pertanyaan ini dapat dijawab pada nomor 5 mengenai koleksi digital yang disediakan.
6. Apa yang sedang terjadi di situs ini?
Pertanyaan ini menjawab berita terkini Universitas Terbuka yang ditunjukkan pada nomor 6.
7. Apakah mereka ingin pendapat saya tentang situs mereka?
Jawaban untuk pertanyaan ini tidak dapat