• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

DAFTAR LAMPIRAN

4.3. Analisis Kelayakan Pendirian Usaha Penggilingan Gabah

4.3.5. Analisis Aspek Finansial

Analisis aspek finansial dalam rencana usaha Penggilingan Hurip Jaya terdiri atas hal-hal sebagai berikut :

Kebutuhan Modal dan Identifikasi Biaya

Kebutuhan modal dalam mendirikan usaha penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip terdiri dari modal investasi dan modal kerja. Modal investasi merupakan modal yang dikeluarkan pada awal periode usaha untuk pembelian sarana dan prasarana yang mendukung berjalannya usaha penggilingan dan digunakan untuk memperoleh manfaat hingga secara ekonomis tidak dapat digunakan lagi. Jika investasi awal secara ekonomis sudah tidak dapat digunakan lagi, maka dilakukan investasi kembali atau disebut reinvestasi. Sementara itu, modal kerja adalah modal yang digunakan untuk keperluan operasional produksi. Total rencana kebutuhan modal pada tahun pertama usaha ini sebesar Rp 112.716.000,00 terdiri dari kebutuhan investasi tahun ke nol sebesar Rp 59.756.000,00 dan perkiraan modal kerja sebesar Rp 52.960.000,00 dapat dilihat pada Lampiran 12 dikurangi biaya penyusutan dan biaya sosial.

Kebutuhan Investasi

Rencana investasi yang dibuat oleh Kelompok Tani Hurip terdiri dari pembuatan bangunan, gudang, kantor, dan lantai jemur, pembelian mesin penggilingan lengkap, pembelian meja tulis dan kursi, timbangan duduk, takaran beras, tester kadar air, tool kit seperti ring, kunci pas dan kunci sok, perlengkapan lain dapat dilihat pada Lampiran 10. Selain biaya investasi, usaha ini juga memiliki biaya reinvestasi. Pembelian kembali untuk serokan, karung, ember dan selang dilaksanakan pada tahun ke empat dan ke delapan periode analisis. Rincian dari rencana investasi dapat dilihat pada Lampiran 12.

77

Kebutuhan Modal Kerja

Kebutuhan modal kerja dalam usaha penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel atau tidak tetap. Biaya total yang dikeluarkan untuk usaha ini sebesar Rp. 58.610.000,00. Kebutuhan modal kerja pada tahun pertama dikurangi biaya penyusutan dan biaya sosial sebesar Rp. 52. 960.000,00. Biaya tetap terdiri dari gaji karyawan tetap, penyusutan, biaya umum, dan sewa tanah, sedangkan biaya variabel terdiri dari upah kerja atau buruh, bahan baku gabah, bahan bakar, biaya transport dan biaya sosial. Rincian biaya operasional dapat dilihat pada Lampiran 12.

Sumber Modal

Sumber modal untuk rencana usaha ini berasal dari modal sendiri dan pinjaman. Perbandingan modal sendiri dan modal pinjaman adalah 30:70. Modal pinjaman akan berasal dari bank syariah atau bank perkreditan rakyat syariah (BPRS) yang menetapkan proporsi bagi hasil yaitu 40:60 untuk pinjaman yang dipergunakan untuk investasi. 40 persen dari keuntungan menjadi hak bank, dan 60 persen dari keuntungan menjadi hak pengelola. Bagi hasil untuk pinjaman modal kerja ditetapkan proporsi sebesar 45:55. 45 persen untuk bank syariah dan 55 persen untuk usaha.

Total rencana kebutuhan adalah Rp. 112.716.000,00. Modal sendiri yang dipergunakan untuk rencana investasi adalah Rp. 17.927.000,00 dan untuk modal kerja adalah Rp. 15.888.000,00. Sedangkan modal pinjaman untuk kegiatan investasi adalah Rp. 41.829.000,00 dan untuk modal kerja adalah Rp. 37.072.000,00. Aspek permodalan rencana usaha ini dapat dilihat pada Lampiran 14.

Identifikasi Manfaat atau Penerimaan

Manfaat yang diterima oleh usaha penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip berasal dari penjualan produk utama yaitu jasa giling dan beras, produk sertaan seperti dedak, sekam dan menir. Penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah output dengan harga jual per satuannya.

78

Pada rencana usaha ini, harga jual yang berlaku berdasarkan kesepakatan dan pertimbangan pengelola penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip. Perhitungan penerimaan secara rinci untuk produk utama dan sertaan yang memiliki nilai jual serta perkiraan laba/rugi dapat dilihat pada Lampiran 16 dan perkiraan arus kas dapat dilihat pada Lampiran 17. Penetapan harga jual telah terdapat pada analisis aspek pasar dan pemasaran, sedangkan rencana produksi terdapat pada analisis aspek teknis dan teknologis

Kriteria Kelayakan Investasi

Lima kriteria yang digunakan dalam menilai investasi yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, Break Even Point (BEP), dan Payback Period. Hasil perhitungan kelayakan investasi ini diperoleh dari hasil perhitungan komponen outflow dan

inflow yang didiskontokan. Nilai dari kriteria penilaian investasi rencana usaha Penggilingan Hurip Jaya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Nilai Kriteria Penilaian Investasi Rencana Usaha Penggilingan Gabah Kelompok Tani Hurip

Kriteria Investasi Nilai

Net Present Value (NPV) Rp 254.889.000,00

Profitability Index (PI) 8,54

Internal Rate of Return (IRR) 40,8%

Payback Period (PBP) 0,8 tahun

Hasil perhitungan kriteria investasi secara komprehensif dapat dilihat pada Lampiran 18-21. Nilai Net Present Value (NPV) menunjukkan nilai yang positif dan sangat besar, nilai ini menunjukkan hasil dari nilai arus kas masuk selama periode analisis yang didiskontokan dikurangi dengan nilai arus kas keluar yang didiskontokan. NPV sebesar Rp. 254.889.000,00 menunjukkan bahwa penggilingan padi ini layak, karena berdasarkan kriteria penilaian investasi, usaha layak jika NPV > 0.

79

Nilai Profitability Index (PI) menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu. Menurut kriteria penilaian investasi, PI layak jika PI > 1. PI merupakan perbandingan antara nilai arus kas masuk selama periode analisis yang didiskontokan dibagi dengan nilai arus kas keluar yang didiskontokan.

IRR merupakan tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam jangka waktu tertentu yang membuat nilai NPV dari usaha tersebut sama dengan nol. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keuntungan internal yang diperoleh dari investasi yang dilakukan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai IRR dari rencana usaha penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip sebesar 40,8 persen. Nilai tersebut diperoleh dengan menggunakan metode coba-coba (trial and error). Nilai IRR tersebut menunjukkan kelayakan dari suatu usaha, karena IRR lebih besar dari tingkat suku bunga deposito.

Payback Period (PBP) merupakan jumlah lama tahun yang dibutuhkan bagi suatu usaha untuk menutupi biaya investasi awal dengan jumlah keuntungan bersih yang telah didiskontokan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai PBP adalah 0,8 tahun, artinya adalah penggilingan gabah ini baru dapat menutupi pengeluaran biaya investasinya dengan jumlah keuntungan bersih yang telah didiskontokan setelah usaha ini berjalan sekitar 9 bulan 6 hari.

Berdasarkan hasil dari empat kriteria penilaian investasi di atas, dapat disimpulkan bahwa penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip layak untuk diimplementasikan pada kondisi atau asumsi yang telah disepakati bersama. Hal ini ditunjukkan dari nilai NPV > 0, PI > 1, IRR

> tingkat suku bunga yang dijadikan dasar perhitungan, yaitu 7 persen, dan PBP lebih pendek waktunya dari periode pembayaran maksimum atau tertutupi sebelum umur rencana usaha Tirta Maju berakhir.

Kriteria lainnya

Selain empat kriteria penilaian investasi di atas, pada penelitiannya ini juga dilakukan perhitungan terhadap kriteria-kriteria tambahan lainnya, Break Even Point (BEP) tahun analisis, BEP

80

volume produksi, dan BEP harga jual. Perhitungan masing-masing kriteria dapat dilihat pada Lampiran 20 dan 21.

Analisis Sensitivitas

Hasil analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu usaha dalam menghadapi setiap perubahan yang mungkin terjadi. Analisis ini dilakukan dengan terjadinya perubahan di tingkat harga input operasional dan volume penjualan hingga nilai NPV menjadi negatif. Dari skenario kenaikan dan penurunan harga input operasional dan volume penjualan sebesar 10 persen. Kenaikan 10 persen harga input operasional meliputi harga bahan baku gabah, transport, dan bahan bakar minyak solar.

Kenaikan 10 persen harga input operasional dan penurunan 10 persen volume penjualan menghasilkan nilai NPV sebesar Rp. 213.709.000,00, IRR 40,4 persen, nilai Net B/C adalah 7,32 dan PBP 1 tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha ini tidak sensitif terhadap penurunan 10 persen penjualan dan kenaikan 10 persen harga input operasional. Analisis sensitivitas dapat dilihat pada Lampiran 22- 26.

Hasil analisis sensitivitas switching value menyatakan bahwa usaha Penggilingan Hurip Jaya akan menjadi tidak layak saat harga harga input operasional yang meliputi harga bahan baku gabah, transport, dan bahan bakar minyak solar naik hingga sebesar 50 persen dan volume penjualan turun sebesar 66 persen, penurunan volume penjualan dan kenaikan harga input operasional tersebut akan menghasilkan NPV negatif sebesar Rp. 3.016.000,00, IRR 7,1 persen, nilai Net B/C adalah 0,91 dan PBP lebih dari periode analisis atau 10 tahun. Analisis sensitivitas switching value dapat dilihat pada Lampiran 27-30.

81

4.4. Rekomendasi Dalam Tahap Implementasi Pendirian Pengilingan Gabah Penggilingan gabah ini dapat direalisasikan apabila pengelola memiliki kesungguhan dalam melaksanakannya. Kesungguhan dan keyakinan yang dimiliki oleh pengelola untuk pendirian usaha merupakan modal yang utama. Dalam mengatasi permasalahan permodalan, pengelola sebaiknya mensosialisasikan rencana usaha yang dibuat agar investor tertarik untuk menanamkan saham segera.

Pengelola perlu mempersiapkan kondisi internalnya, kondisi internal yang dimaksud adalah kesiapan bagian pemasaran dan penjualan dalam mencari konsumen, kesiapan bagian produksi yaitu mampu memenuhi permintaan yang diinginkan oleh konsumen, serta kesiapan bagian adminstrasi baik itu keuangan maupun non keuangan untuk membentuk sistem pencatatan yang baik, agar memudahkan untuk menghitung keuntungan dan kerugian serta kecepatan untuk membuat keputusan. Kesiapan ini dapat terpenuhi dengan melakukan pelatihan manajerial.

Pengelola harus mengurus masalah perizinan, dan legalitas, serta meminta rekomendasi dari Dinas Pertanian dan Pemerintah Daerah agar usaha penggilingan tersebut diakui keberadaanya. Adanya pengakuan memiliki banyak keuntungan, yaitu mendapatkan proteksi atau perlindungan dari pemerintah, bantuan, pelatihan, serta berbagai informasi yang dapat menguntungkan dan mengembangkan usaha.

Apabila usaha telah berjalan, maka pengelola harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen sehingga menciptakan kepuasan, selain itu transparansi atau keterbukaan baik kepada konsumen, kelompok tani, maupun kepada petani yang menanamkan saham sangat penting, karena dapat menciptakan kepercayaan kepada pengelola usaha penggilingan. Kemudian pengelola harus membuat sistem pembagian keuntungan yang jelas dan adil, baik bagi kelompok, petani yang menanamkan saham, maupun pengelola sendiri agar tidak menimbulkan perpecahan dan keributan.

82

Dokumen terkait