• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

DAFTAR LAMPIRAN

4.3. Analisis Kelayakan Pendirian Usaha Penggilingan Gabah

4.3.1. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran.

Aspek pasar dan pemasaran menempati urutan pertama dalam studi kelayakan. Tanpa perkiraan jumlah permintaan produk yang teliti dikemudian hari usaha dapat terancam, kesulitan yang timbul karena adanya kekurangan atau kelebihan permintaan. Baik kekurangan atau kelebihan permintaan akan menyebabkan usaha tidak dapat beroperasi secara efisien. Kekurangan permintaan produk mengakibatkan mesin dan peralatan bekerja dibawah kapasitas produksinya, jumlah karyawan menjadi berlebihan, organisasi perusahaan tidak sepadan, beban biaya tetap menjadi berat.

Peluang pasar

a. Kecenderungan Permintaan

Desa Cikarawang memiliki potensi yang cukup besar dalam pertanian, dari hasil wawancara dengan kepala desa dan tokoh desa didapat informasi bahwa lahan produktif untuk pertanian harus tetap dipertahankan hingga periode jangka panjang, meskipun ada beberapa lahan sawah warga yang sudah dijual, namun kemudian dibeli kembali oleh warga setempat sehingga lahan ini tidak beralih fungsi tetap diolah untuk menghasilkan produk pertanian. Sumber daya alam yang ada saat ini harus dikelola dengan baik, bahkan dengan bantuan dari pemerintah melalui UPTD, produktivitas hasil pertanian perlahan-lahan dapat ditingkatkan.

Data produksi padi di Desa Cikarawang yang didapat dari UPTD dan Kecamatan Dramaga yaitu pada tahun 2005 mencapai 1215 ton (dapat dlihat pada Lampiran 4) dan pada tahun 2006

50

mencapai 1271 ton (Lampiran 5), ada peningkatan sebesar 4,6 persen dan diperkirakan masih bisa meningkat menjadi 1300 ton padi. Hasil padi yang cukup besar ini harus didukung dengan adanya usaha yang mampu menangani pasca panen padi dengan baik. Hal ini dimaksudkan untuk menekan susut hasil sehingga ketersediaan beras dapat meningkat, salah satu usaha untuk menekan susut hasil adalah dengan penggilingan gabah yang baik.

b. Kecenderungan Penyediaan Jasa Penggilingan Gabah.

Penggilingan gabah yang terdapat di Desa Cikarawang hanya menawarkan jasa giling saja, penggilingan tersebut belum mengambil peluang untuk melakukan penjualan beras, alasannya yaitu (1) penggilingan tidak melihat adanya peluang yang dapat diambil apabila ia melakukan pembelian gabah dan menjual beras, (2) penggilingan melihat peluang namun terbentur dengan dana yang tersedia, dan (3) penggilingan tidak memiliki manajemen yang baik.

Penggilingan gabah yang terdapat di Desa Cikarawang berjumlah dua penggilingan milik perseorangan, penggilingan tersebut terletak di daerah Cangkrang (Dusun I) dan Carangpulang Kidul (Dusun III). Masyarakat di Dusun I dan II mengatakan bahwa penggilingan di daerah Cangkrang memiliki mesin yang sudah sangat tua, dan seringkali mogok pada waktu operasi, output beras yang dihasilkan pun jelek dan banyak yang patah, sehingga penggilingan ini tidak memiliki kepercayaan dari konsumen lagi dan dapat dinyatakan bangkrut.

Bangkrutnya penggilingan gabah yang terdapat di Dusun I mengakibatkan di Desa Cikarawang hanya terdapat satu penggilingan gabah. Dari hasil wawancara dengan pemilik penggilingan yang terletak di Carangpulang Kidul di peroleh informasi bahwa penggilingan beroperasi sejak tahun 1982 dengan kapasitas produksi riil yaitu 250 kg/jam. Jam kerja operasi setiap hari tidak bisa dipastikan, karena disesuaikan dengan permintaan

51

harian. Berdasarkan informasi pemilik hari kerja per bulan rata- rata 20 hari. Pada masa panen, penggilingan dapat menggiling maksimun 1400 kg gabah kering giling (GKG) per hari dan pada hari-hari di luar masa panen hanya dapat menggiling maksimun 700 kg gabah kering giling per hari. Dengan atau jika diasumsikan bahwa masa panen dalam setahun adalah enam bulan, maka enam bulan lainnya adalah bulan diluar masa panen.

Informasi di atas sangat penting untuk melakukan perkiraan kapasitas produksi riil penggilingan gabah di Carangpulang Kidul. Dari hasil perhitungan didapat kapasitas produksi penggilingan maksimal yaitu 252 ton gabah kering giling per tahun. Perhitungan kapasitas produksi riil ini menunjukkan bahwa penggilingan hanya mampu memenuhi kebutuhan warga petani sekitar daerah Carangpulang Kidul saja tetapi belum seluruh petani di Desa Cikarawang.

Pendirian penggilingan gabah oleh Kelompok Tani Hurip yang terletak di Carangpulang Lebak (Dusun II) merupakan pendirian yang berdasarkan permintaan dan kebutuhan warga desa di dusun ini terhadap jasa penggilingan. Selama ini warga desa terutama yang berada di Dusun I dan II harus melakukan penggilingan gabahnya ke luar desa. Hal yang harus dilakukan oleh warga tentunya membawa gabah kering giling ke penggilingan dan membawa beras kembali dari penggilingan.

c. Potensi Pasar Usaha Penggilingan Gabah

Rencana pendirian usaha ini direspon positif oleh warga desa. Rencana produk utama dari penggilingan ini yaitu jasa giling dan pemasaran beras. Untuk permintaan jasa giling, terdapat

captive market atau kejelasan pasar, yaitu warga yang berada dekat dengan penggilingan terutama warga Dusun I dan II. Dusun II merupakan daerah yang strategis karena berada di tengah-tengah desa. Apabila mendirikan penggilingan gabah disini, maka tidak akan menutup kemungkinan apabila masyarakat akan beralih untuk

52

melakukan penggilingan di Dusun II, terlebih lagi bila nantinya penggilingan ini memberikan kualitas output yang baik dan pelayanan serta kenyamanan yang menimbulkan kepuasan, karena yang dilihat oleh masyarakat adalah keterjangkauan lokasi,kualitas hasil, pelayanan, dan biaya yang dikeluarkan.

Permintaan beras tidak akan pernah habis, karena beras merupakan komoditas yang sangat penting, dan merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh masyarakat Indonesia. Permintaan beras dapat terpenuhi apabila terdapat pasokan bahan baku berupa gabah kering giling (GKG) secara simultan, oleh karena itu, penggilingan harus menjalin kemitraan dengan desa- desa lain yang berada di Kecamatan Dramaga atau di luar Bogor agar persedian bahan baku gabah terjamin. Keberadaan Desa Cikarawang di Kecamatan Dramaga dan letak desa-desa lain yang berada dalam satu kecamatan dapat dilihat pada Lampiran 6.

Perhitungan Pasar

Data mengenai luas tanah sawah, hasil padi dan masa panen di Desa Cikarawang didapat dari data desa dan hasil wawancara dengan tokoh desa dan petani yang mengetahui masalah tersebut. Hasil padi didapatkan dari wawancara ke beberapa petani, sedangkan masa panen diketahui dari hasil survey ke beberapa lahan sawah di Desa Cikarawang.

Dusun I dan II hanya melakukan penanaman padi satu tahun sekali karena dikenakan sistem pengairan yang bergilirm sedangkan untuk Dususn III sumber air berasal dari situ yang terdapat di Desa Cikarawang yaitu situ burung yang mengaliri tanah sawah sepanjang musim. Perhitungan produksi padi Desa Cikarawang dapat dilihat pada Tabel 5.

Produksi padi Desa Cikarawang berkisar antara 1100 ton hingga 1300 ton padi. Hasil survei Badan Pusat Statistik tahun 1996 (BPS, 1996) menunjukkan bahwa kehilangan hasil panen padi di Indonesia yang terjadi pada saat panen yaitu mencapai 9,5

53

persen, perontokan yaitu 4,8 persen, dan pengeringan 2,1persen, sehingga dari data tersebut dapat diketahui kehilangan hasil panen padi dimulai dari pemanenan hingga pengeringan sebesar 16,4 persen.

Produksi padi yang mencapai 1100 hingga 1300 ton padi, akan susut (lose) hingga menghasilkan gabah kering giling (GKG) sebanyak 919,6 ton hingga 1086,8 ton GKG. Peluang yang sangat besar ini terlihat dari belum terpenuhinya seluruh kebutuhan masyarakat Desa Cikarawang terhadap jasa giling gabah, sehingga banyak masyarakat yang harus melakukan penggilingan ke luar Desa.

Kapasitas produksi maksimal penggilingan yang terdapat di Desa Cikarawang adalah 252 ton GKG, oleh karena itu pendirian penggilingan gabah ini dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dengan berproduksi antara 400 ton GKG hingga 800 Ton GKG dalam satu tahun.

Tabel 5. Perhitungan Produksi Padi Desa Cikarawang per Tahun Luas tanah sawah Desa Cikarawang 155,62 hektar Luas tanah sawah Dusun I dan II 125,62 hektar Hasil padi Dusun I dan II 5 ton per hektar Masa panen padi Dusun I dan II 1 kali per

tahun Luas tanah sawah Dusun III 30 hektar

Hasil padi Dusun III 6 ton per hektar

Masa panen padi Dusun III 3 kali per tahun Produksi padi Dusun I dan II per tahun 628,1 ton per

tahun

Produksi padi Dusun III per tahun 540 ton per tahun

Hasil perhitungan: Produksi padi per tahun 1168,1 ton Kisaran data produksi padi dari Kecamatan Dramaga 1200-1300 ton

54

d. Bentuk Pasar

Penggilingan gabah yang akan didirikan akan menghasilkan produk utama berupa jasa giling dan beras dalam kemasan. Bentuk pasar dari produk jasa giling adalah oligopoli. Setiap penggilingan yang terdapat di Desa Cikarawang maupun di luar desa menghasilkan produk yang sama yaitu jasa giling. Konsumen memiliki kebebasan untuk memilih penggilingan yang akan mereka datangi dan sukai, sehingga untuk merebut konsumen diperlukan analisis tindakan pesaing. Perhitungan mengenai tindakan atau aktivitas pesaing diperlukan untuk menentukan tingkat harga dan kuantitas produksi.

Bentuk pasar dari produk beras yaitu pasar persaingan sempurna, harga beras ditentukan di pasar pada harga pasar. Jumlah produsen yang menjual beras sangat banyak, sehingga diperlukan diferensiasi dalam kemasan terhadap beras yang akan dijual Permintaan dari produk beras tidak akan pernah terhenti karena hal ini berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia. Konsumen memiliki kebebasan untuk membeli atau menjual berapa saja tanpa ada batas asal bersedia membeli atau menjual beras pada harga pasar. Pasar sasaran usaha penggilingan gabah yang akan didirikan yaitu bagi petani yang berada dekat dengan penggilingan. Pasar sasaran adalah petani di Dusun II, I dan III.

Analisis Persaingan

Hasil penyebaran angket kepada 68 responden yang bekerja sebagai petani dan buruh tani yang sering menggiling gabah didapatkan informasi bahwa selama ini responden melakukan penggilingan ke lima penggilingan yang terdapat di Desa Cikarawang dan desa sekitarnya, penggilingan tersebut terletak di Situgede, Cikarawang, Bantar Kambing dan Pasir Gaok.

Di Situgede terdapat dua penggilingan gabah yang dimiliki oleh Kardi dan Totong, untuk dapat membedakan maka Situgede 1 merupakan lokasi penggilingan milik Kardi dan Situgede 2 merupakan

55

lokasi penggilingan milik Totong. Tabel 6 memperlihatkan penggilingan gabah yang terletak di sekitar Desa Cikarawang, dan persentase responden dalam melakukan penggilingan gabah.

Tabel 6. Data Penggilingan yang Terdapat di Wilayah Sekitar Desa Cikarawang dan Persentase Konsumen.

Penggilingan Persentase Konsumen (%)

Situgede 1 82

Bantar Kambing 7

Cikarawang 6

Situgede 2 4

Pasir Gaok 1

Hasil analisis didapatkan bahwa ketidakpuasan konsumen terletak pada lokasi dan masalah transportasi, empat penggilingan lain berada di luar desa, sehingga untuk menjangkau ke tempat penggilingan gabah tersebut, biaya transportasi yang dikeluarkan tentu lebih besar, dan jarak tempuh yang cukup jauh. Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap penggilingan gabah yang ada dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kepuasan Konsumen Terhadap Penggilingan Gabah yang Ada

No Faktor Persaingan Situgede 1 Bantar Kambing Cikarawang Situgede 2 Pasir Gaok 1 Harga 3 4 3 4 4 2 Mutu 4 4 4 4 5 3 Lokasi 2 2 2 2 2 4 Fasilitas 3 3 4 3 5 5 Pelayanan 3 2 3 4 5 6 Sistem pembayaran 4 4 4 4 5 7 Transportasi 2 2 2 1 1 8 Dampak Usaha 4 3 3 4 4

Tingkat kepuasan responden terhadap masing-masing penggilingan dinilai dari delapan faktor persaingan yang meliputi harga, mutu, lokasi, fasilitas, pelayanan, sistem pembayaran, transportasi, dan dampak usaha. Penilaian yang digunakan menggunakan penilaian dari rata-rata yang dihasilkan oleh responden secara keseluruhan angka 1 hingga 5, dimana angka 1 menerangkan tidak puas, angka 2 menerangkan kurang puas, angka 3 menerangkan

56

cukup puas, angka 4 menerangkan puas, dan angka 5 menerangkan sangat puas.

Petani yang akan melakukan penggilingan gabah diminta untuk mengurutkan ke delapan faktor persiangan di atas sesuai dengan tingkat kepentingan yang harus dimiliki oleh penggilingan gabah, kemudian tingkat kepentingan ini didiskusikan lalu disepakati untuk pemberian bobot pada masing-masing tingkat kepentingan.

Perlakuan demikian, bermanfaat untuk mengetahui penggilingan mana yang sudah baik dalam memberikan kepuasan kepada konsumen, sehingga dari analisis didapatkan penggilingan yang pantas dijadikan tolak ukur (benchmark). Jumlah terbesar dari analisis persaingan diraih oleh penggilingan yang terletak di Pasir Gaok, dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Analisis Persaingan.

Faktor Persaingan Bobot Situgede 1 Bantar Kambing Cikarawang Situgede 2 Pasir Gaok Lokasi 8 16 16 16 16 16 Mutu 7 28 28 28 28 35 Pelayanan 6 18 12 18 24 30 Harga 5 15 20 15 20 20 Sistem Pembayaran 4 16 16 16 16 20 Transportasi 3 6 6 6 3 3 Fasilitas 2 6 6 8 6 10 Dampak Usaha 1 4 3 3 4 4 Jumlah - 109 107 110 117 138

Analisis Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat

Angket atau kuesioner disebarkan kepada 68 responden yang terdiri dari 52 orang perempuan dan 16 orang laki-laki. Penyebaran angket dilakukan kepada petani dan buruh tani yang terdapat di Dusun I, II, dan III Desa Cikarawang. Responden yang berasal dari Dusun I berjumlah 18 orang, responden yang berasal dari Dusun II berjumlah 29 orang, responden yang berasal dari Dusun III berjumlah 21 orang.

Tanggapan responden dan masyarakat sekitar sangat positif, dimana 15 orang atau 21 persen dari responden menyatakan sangat

57

setuju dan sangat mendukung pendirian penggilingan gabah baru tersebut dan memiliki tingkat kepastian yang sangat tinggi untuk menggiling padinya di penggilingan baru apabila penggilingan telah berdiri. 51 orang atau 76 persen responden menyatakan setuju dan memiliki keinginan untuk menggiling padinya di penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip.

Dua orang yang berasal dari Dusun I atau tiga persen dari responden menyatakan persetujuan akan penggilingan gabah baru, tapi memiliki kecenderungan untuk tidak menggiling gabahnya di Penggilingan Hurip Jaya, hal ini karena lokasi dari rencana pendirian terlalu jauh dari tempat responden apabila berjalan kaki, penggilingan terdekat untuk berjalan kaki bagi ke dua responden itu adalah penggilingan yang terletak di Situgede 1. Responden tidak sanggup membayar ongkos tambahan untuk transportasi. Persentase analisis kebutuhan dan keinginan masyarakat terhadap penggilingan gabah baru di Desa Cikarawang dapat dilihat pada Gambar 6 .

Gambar 6. Analisis Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat terhadap Penggilingan Padi Baru.

Kepastian Kelancaran Pemasaran Periode Jangka Panjang

Lahan sawah di Desa Cikarawang semakin lama akan semakin berkurang, salah satunya karena perubahan fungsi lahan dari lahan produktif menjadi perumahan, lahan sawah yang berkurang tentu akan mengurangi produksi padi di desa ini. Berkurangnya produksi padi

Pendirian Penggilingan Gabah Baru dan Keinginan Masyarakat 21% 76% 3% Sangat Stj & ingin Kurang

58

tersebut akan berdampak pada penggilingan, namun jika penggilingan telah melakukan antisipasi dan penetapan pengembangan usaha, maka usaha tersebut akan terus berkelanjutan bahkan berkembang.

Antisipasi terhadap semakin berkurangnya lahan produktif telah direncanakan oleh kelompok tani yaitu pada tahun ke 5 setelah beroperasinya penggilingan dilakukan ekspansi pasar dalam penjualan beras kemasan, sehingga kelompok tani harus menjalin kemitraan dengan kelompok tani lain, desa-desa lain dalam satu Kecamatan Dramaga, koperasi unit desa (KUD), maupun gabungan kelompok tani di luar Kabupaten Bogor seperti di Karawang. Kemudian bermanfaat untuk memudahkan memperoleh bahan baku gabah yang diperlukan untuk memproduksi beras kemasan.

Strategi Bauran Pemasaran a. Produk

Spesifikasi dan tingkat mutu produk yang direncanakan adalah sebagai berikut:

1. Jasa penjemuran. Dengan pengawasan yang ketat saat penjemuran di penjemuran Penggilingan Hurip Jaya akan menghasilkan padi yang kekeringannya layak untuk disimpan atau digiling dan bebas dari kerikil atau pasir. Setelah panen, padi harus segera dijemur, tidak boleh padi dijemur melebihi satu hari, jika tidak padi akan terbakar dan warnanya akan memerah. Kebersihan tempat jemuran sangat diperlukan, sehingga pasir atau kerikil tidak akan masuk dalam beras hasil giling, oleh karena itu tempat penjemuran akan dilapisi terpal berwarna gelap agar tidak bercampur dengan pasir atau kerikil dan kekeringannya sesuai serta merata.

2. Jasa simpan. Adanya gudang yang dimiliki oleh penggilingan gabah, petani bisa menyimpan gabahnya sebelum digiling. Gabah yang dijemur harus memenuhi standar kering simpan., sehingga gabah tidak mudah

59

terbakar. Penyimpanan ditata sesuai dengan standar tempat penyimpanan yang bagus, sehingga sirkulasi udara bisa terus terjadi, dan kekeringan gabah tetap terjaga. Gudang harus menyediakan alat pengusir tikus atau dilindungi supaya tikus tidak bisa masuk. Obat tradisional untuk mengusir kutu padi yang disimpan di gudang juga harus disediakan. Dengan kondisi tempat penyimpanan seperti ini, maka masyarakat di Desa Cikarawang pengguna jasa ini akan tertarik untuk menyimpan di penggilingan gabah karena mutu simpannya dapat dipercaya.

3. Jasa giling, Mesin giling yang akan digunakan bertipe LM 24 untuk pemecah gabah dan ICHI N-50 untuk pemutih. Penggilingan akan berusaha memberikan kualitas giling yang memenuhi standar: tidak ada krikil, pasir, sekam yang terikut dan gabah yang belum tergiling, serta tidak menghasilkan susut yang besar. Standar mutu seperti ini akan mampu menjamin konsistennya pasar untuk selalu mengkonsumsi beras dari penggilingan ini.

4. Beras, penggilingan akan mendapatkan penghasilan yang cukup besar dari hasil penjualan beras, bahan baku gabah dibeli dari petani yang berasal dari kelompok tani lain. Produksi beras memerlukan bahan baku yang selalu tersedia, dan pasar yang ada. Penyimpanan beras ditaruh di gudang yang terbebas dari tikus.

5. Dedak, sebagai hasil sertaan ternyata mendatangkan pendapatan yang cukup besar. Penggilingan akan berusaha menghasilkan bekatul yang halus sehingga sekam yang terikut maksimal 3%. Dengan mutu yang tinggi ini pendapatan penggilingan akan besar dengan penjualan dedak atau katul.

60

b. Harga

Penetapan harga jual berfungsi untuk mengetahui tingkat pendapatan yang akan diperoleh, selain itu harga juga mempengaruhi keinginan konsumen untuk menggunakan produk yang dipasarkan. Penggilingan Hurip Jaya akan menetapkan harga yang mampu bersaing, tidak berbeda dengan penggilingan gabah yang sudah ada, bahkan menetapkan harga yang sama dengan harga penggilingan terendah yang pernah di kunjungi oleh masyarakat. Penetapan ongkos giling gabah ditetapkan dari harga ongkos giling yang terdapat di beberapa penggilingan. Kisaran harga ongkos giling yaitu Rp.400/kg – Rp. 600/kg beras sosoh atau sama dengan pengambilan 1 kg beras yang dihasilkan dari 10 kg beras sosoh. Penggilingan Hurip Jaya akan menetapkan harga ongkos giling sebesar Rp. 400/kg beras sosoh.

Harga jual beras ditetapkan dari harga pasar yang berlaku. Penggilingan Hurip Jaya akan menetapkan harga jual beras sebesar Rp. 4000/kg. Beras yang akan dijual akan dikemas dengan baik. Kemudian di pasarkan ke wilayah sekitar hingga ke Pasar Induk Kramatjati.

Penggilingan gabah akan menghasilkan by product

atau hasil samping berupa dedak yang dapat dijadikan pakan ternak dan sekam yang bisa dijadikan beragam produk seperti pupuk kompok, biogas, dan abu gosok. Rendemen dari penggilingan akan menghasilkan 63,2 persen beras, 10 persen dedak, 25 persen sekam, dan 1,8 persen menir. Harga dedak yang ditetapkan oleh penggilingan Kelompok Tani Hurip yaitu sebesar Rp. 1000/kg, sedangkan untuk sekam ditetapkan harga Rp. 1000/karung (±10 kg).

61

c. Distribusi

Saluran pemasaran untuk produk yang akan dihasilkan oleh penggilingan gabah Kelompok Tani Hurip meliputi saluran pemasaran produk beras, dedak, dan sekam, sedangkan jasa giling dan jasa lainnya tidak dikenakan saluran pemasaran. Distribusi akan disalurkan ke pasar konsumen dan reseller.

d. Promosi

Penggilingan Hurip Jaya harus melakukan kegiatan kampanye dan sosialisasi untuk jasa giling di tingkat kelompok tani yang ikut menerima manfaat usaha secara langsung. Harga produk/jasa diupayakan bisa bersaing dengan penggilingan gabah yang ada di sekitar Desa Cikarawang, dengan cara mengurangi biaya-biaya yang tak perlu dan dengan memanfaatkan limbah yang diolah seperti sekam menjadi pupuk kompos sehingga memiliki nilai ekonomis. Biaya promosi yang kecil karena diantara petani terjadi self promotion sehingga mampu membuat harga produk bersaing dan kualitas produk/jasa harus diperhatikan.

Dokumen terkait