VI. ANALISIS KELAYAKAN USAHA
6.1. Analisis Aspek Pasar
Analisis terhadap aspek pasar usaha budidaya ikan kerapu macan
dilakukan dengan melihat potensi permintaan dan penawaran ikan kerapu macan
di pasaran, serta menganalisis strategi pemasaran yang dilakukan dalam rangka
memasarkan ikan kerapu macan yang diproduksi.
6.1.1. Potensi Permintaan dan Penawaran Pasar
Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam memutuskan
untuk membuka atau tidak suatu usaha. Kelangsungan usaha tersebut sangat
ditentukan oleh keberhasilan dalam memasarkan produk yang dihasilkan,
sedangkan keberhasilan memasarkan produk, salah satunya ditentukan oleh
seberapa besar peluang pasar yang bisa dimasuki. Diantara jenis ikan laut
budidaya, kerapu macan merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai
peluang pasar cukup tinggi. Hal ini disebabkan laju pertumbuhan produksi
perikanan dunia yang masih didominasi oleh perikanan laut dan telah
menunjukan trend yang baik, terutama dengan semakin meningkatnya konsumsi
dunia yang sejalan dengan peningkatan populasi dan tingkat pendapatan
penduduk dunia. Selain itu, semakin membaiknya perekonomian negara-negara
tujuan ekspor seperti Hongkong, Taiwan, Singapura, Cina dan Jepang juga akan
berdampak positif berupa peningkatan permintaan ikan kerapu untuk ekspor ke
negara-negara tersebut. Namun demikian, peningkatan permintaan ikan kerapu
dari negara-negara tujuan ekspor ini, tidak diiringi dengan peningkatan
kemampuan ekspor nasional. Gambaran mengenai kondisi ekspor ikan kerapu di
52
Tabel 2. Perkembangan Ekspor Nasional Ikan Kerapu 1997-2004 Tahun Volume (ton) Pertumbuhan (%)
1997 338,58 - 1998 349,84 3,25 1999 395,80 13,13 2000 252,60 -36,17 2001 195,00 -22,80 2002 185,50 -5,02 2003 205,20 10,61 2004 215,00 4,78 Rata-rata 267,19 -4,60 Sumber : Sari, 2006
Menurut Sari (2006), penurunan kemampuan ekspor ini seiring dengan
penurunan produksi akibat adanya kondisi over fishing di sebagian besar wilayah
penangkapan ikan kerapu di Indonesia. Sedangkan, seperti yang disampaikan
sebelumnya bahwa sebagian besar produksi ikan kerapu di Indonesia berasal
dari kegiatan penangkapan. Kepulauan Seribu merupakan wilayah yang
berperan dalam produksi ikan kerapu nasional. Jumlah produksi ikan kerapu
yang dihasilkan di perairan Kepulauan Seribu dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Produksi Ikan Kerapu di Perairan Kepulauan Seribu Tahun Jumlah Produksi (kilogram) Pertumbuhan
1994 27.856,40 1995 19.246,24 -30.90% 1996 21.494,10 11.67% 1997 23.726,50 10.38% 1998 29.141,90 22.82% 1999 62.491,46 114.43% 2000 63.075,86 0.93% 2001 36.466,34 -42.18% 2002 119.100,00 226.60% 2003 62.410,00 -72.78%
53
Lanjutan Tabel 3.
2004 90.540,00 45.07%
Rata-rata 50.504,44 15.671%
Sumber : Sari (2006)
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan produksi ikan
kerapu di Kepulauan Seribu menunjukkan nilai yang positif. Namun demikian,
menurut hasil wawancara dengan petani pembesar ikan kerapu macan di Pulau
Semak Daun, mereka menghadapi beberapa kendala sehubungan dengan
produksi ikan kerapu macan. Kendala yang umumnya dihadapi petani budidaya
ikan kerapu macan adalah sulitnya memperoleh benih dalam kuantitas dan
kualitas yang memadai. Rendahnya supply benih ini disebabkan masih
sedikitnya jumlah pembenih yang berhasil membudidayakan ikan kerapu macan.
Rendahnya keberhasilan pembenihan ikan kerapu macan ini terkait dengan sifat
kanibalisme ikan tersebut selama masa pendederan sehingga diperlukan
penanganan yang benar dalam pemeliharaannya.
Sebagaimana yang disampaikan sebelumnya bahwa kegiatan yang
dilakukan oleh balai budidaya milik Pemda Kepulauan Seribu saat ini meliputi
kegiatan pendederan II (pemeliharaan mulai ukuran 5-7 cm hingga 10 cm) dan
penggelondongan (pemeliharaan mulai ukuran 10 hingga 13-15 cm). Untuk
daerah Kepulauan Seribu sendiri, permintaan benih ukuran 13-15 cm ini cukup
tinggi, mengingat jumlah petani pembesar yang lebih banyak bila dibandingkan
dengan jumlah petani pembenih.
Salah satu pembenih ikan kerapu macan yang sudah cukup besar yang
ada di Kepulauan Seribu adalah Nuansa Ayu Karamba milik Bapak Hendrik,
namun benih yang dihasilkan hanya sampai ukuran larva, setelah itu benih
dilepas kepada petani pendeder berikutnya. Rendahnya supply benih ikan
54
Seribu membeli benih dari luar daerah yakni dari Gondol (Bali) dan Situbondo.
Termasuk juga balai budidaya tempat penelitian ini dilakukan, kebutuhan akan
benih ukuran 5-7 cm didatangkan dari daerah Gondol dan Situbondo. Benih
kerapu macan tersebut dibeli dengan harga Rp 4000,00 sampai Rp 5.100,00 per
ekor. Sedangkan untuk benih berukuran 13-15 cm yang digunakan sebagai input
oleh petani pembesar belum ada yang memproduksi. Keengganan petani
memproduksi benih ukuran tersebut diduga karena jauhnya perbedaan harga
antara benih ukuran tersebut dengan ikan kerapu ukuran konsumsi. Harga ikan
kerapu ukuran 13-15 cm adalah Rp 15.000,00 per ekor sedangkan ukuran
konsumsi (500-1000 gram) seharga Rp 90.000,00 per kilogram. Dari gambaran
di atas, maka dapat diduga bahwa peluang usaha untuk budidaya ikan kerapu
macan baik di tingkat pembenihan, pendederan maupun pembesaran masih
terbuka lebar.
6.1.2. Strategi Pemasaran
Berdasarkan gambaran peluang pasar yang ada, maka BBL ini
mengusahakan benih ikan ukuran 13-15 cm. Benih ini dikonsumsi oleh petani
pembesar yang ada di Kepulauan Seribu. Sementara waktu, BBL kerapu macan
ini baru mampu mensupply benih untuk tiga orang anggota kelompok tani
pembesar dan satu petani bukan anggota kelompok. Namun ini saja masih
belum mampu memenuhi kebutuhan keempat petani tersebut.
Benih yang dihasilkan oleh balai budidaya ini merupakan benih yang
berkualitas tinggi, karena mulai dari proses pemilihan benih hingga proses
pemanenan dilakukan dengan baik. Benih yng dihasilkan menunjukkan ciri-ciri
benih yang sehat antara lain; gerakan lincah, warna cerah, tidak ada cacat serta
responsif terhadap makanan. Ukuran benih yang dijual kepada petani kelompok
55
kegiatan pembesaran ukuran konsumsi. Benih ikan kerapu macan tersebut dijual
dengan harga Rp 10.000,00 per ekor. Harga benih ini ditentukan oleh Pemda
sebagai harga subsidi bagi petani pembesar di Kepulauan Seribu. Dalam kondisi
normal harga ikan kerapu ukuran 13-15 cm adalah Rp 15.000,00 per ekor. Benih
kerapu tersebut diambil sendiri oleh pembeli ke lokasi balai, sehingga resiko
kematian ikan selama pemanenan dan pengangkutan menjadi tanggung jawab
pembeli. Dalam memasarkan benih kerapu macannya, balai budidaya ini belum
memerlukan strategi promosi khusus, karena untuk saat ini, yang secara aktif
mencari benih kerapu macan adalah masih pihak konsumen (petani pembesar).
6.1.3. Keputusan Kelayakan Berdasarkan Aspek Pasar
Berdasarkan gambaran di atas, yaitu mengenai permintaan dan penawaran
ikan kerapu macan nasional dan di Kepulauan Seribu, dapat disimpulkan bahwa
peluang usaha untuk budidaya ikan kerapu macan di Pulau Semak Daun masih
terbuka lebar dan layak untuk dimasuki. Peluang usaha yang ada, tidak hanya
pada usaha pembenihan dan pembesaran saja, tetapi juga pada tingkat
pendederan seperti yang sedang diupayakan di balai budidaya laut, tempat
penelitian ini dilakukan.
Ditinjau dari strategi produk, ikan kerapu macan yang dihasilkan oleh balai
merupakan ikan kerapu yang berkualitas baik dan dapat bersaing dipasaran.
Namun dilihat dari strategi harga, harga yang ditetapkan oleh balai berada jauh
dibawah harga standar di pasaran. Hal ini terkait dengan kebijakan pemerintah
untuk membantu petani pembesar dengan cara memberikan harga yang telah
disubsidi. Mengingat tingginya permintaan terhadap ikan kerapu ukuran 13-15
cm seperti yang dihasilkan oleh balai ini, maka untuk saat ini strategi pemasaran
yang dilakukan oleh balai masih cukup efektif dan layak. Dengan strategi
56
adanya kepastian terjualnya ikan kerapu yang diproduksi. Sedangkan untuk
sistem penyerahan barang yang dilakukan dilokasi budidaya (FOB Shipping
Point), bagi balai hal ini telah mengurangi resiko kematian ikan selama proses pemanenan dan pemindahan. Dari analisis yang dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa secara aspek pasar, usaha budidaya ikan kerapu macan di
BBL Pulau Semak Daun ini layak.