5.1. Lokasi dan Kondisi Wilayah
Pulau Semak Daun merupakan pulau dengan kawasan perairan laut
dangkal terlindung (perairan karang dalam) yang relatif luas. Berdasarkan
prinsip keterlindungan saja, perairan laut dangkal di sekitar pulau tersebut
diperkirakan menyimpan potensi yang tinggi sebagai lokasi budidaya laut. Pulau
Semak Daun terletak di sebelah utara Pulau Panggang dan Pulau Karya, dan
sebelah selatan Pulau Karang Bongkok. Pulau ini memiliki daratan seluas 0,5
ha yang dikelilingi karang penghalang (barrier reef) sehingga terbentuk perairan
dangkal terlindung (perairan karang dalam/gosong) seluas 315 ha. Karang
penghalang ini sebagian besar terlihat atau muncul ke permukaan air laut ketika
surut dan masyarakat menyebutnya sebagai gudus, namun sebagian kecil tetap
di bawah permukaan air laut saat surut sekalipun. Bagian ini merupakan “pintu”
keluar masuk air laut ke kawasan perairan laut dangkal dan menjadi pintu pula
untuk keluar masuk perahu nelayan berukuran kecil.
Menurut Pusat Kajian Sumberempat 4 goba yang diperkirakan memiliki
luas total 33,3 ha pada saat pasang. Goba merupakan cerukan (kolom perairan
yang lebih dalam dibandingkan dengan sekitarnya) yang berada di dalam wilayah
perairan karang dalam (gosong). Goba biasanya digunakan sebagai tepat usaha
budidaya laut baik dengan sistem bagan tancap (Pen Culture) maupun sistem
KJA, karena kondisinya yang terlindung dan memilki bentuk berupa cerukan.
Adapun goba-goba tersebut antara lain; Goba Tipis (sebelah utara kawasan),
Goba Nawi dan Goba Blencong (sebelah selatan) serta Goba Sempit (sebelah
barat daya). Diantara keempat goba tersebut, Goba Tipis merupakan tempat
47
KJA. Alasan utama dipilihnya Goba Tipis sebagai lokasi budidaya karena
berdasarkan kriteria secara geofisik, goba ini memenuhi kriteria yang paling tepat
sebagai lokasi budidaya kerapu macan sistem KJA. Mengenai peta lokasi BBL
kerapu macan di Pulau Semak Daun dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Peta Lokasi Pemanfaatan Pulau Semak Daun
5.2. Gambaran Usaha
Usaha budidaya ikan kerapu macan di BBL Pulau Semak Daun ini
merupakan salah satu model pegembangan (pilot project) bagi Pemda
Kepulauan Seribu yang bekerjasama dengan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir
dan Lautan, Institut Pertanian Bogor (PKSPL-IPB), salah satu Lembaga
Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) di IPB. Usaha ini merupakan
salah satu dari beberapa kegiatan perikanan yang secara keseluruhan disebut
oleh PKSPL IPB sebagai program Sea Farming. Secara garis besar Sea
Farming merupakan salah satu kegiatan perikanan yang terdiri dari kegiatan produksi benih ikan (seed production), budidaya yang berorientasi ekonomi,
pelepasan benih ke laut lepas (restocking), dan penangkapan ikan (recapturing).
48
tujuan dari program Sea Farming adalah untuk memacu produksi perikanan
masyarakat Kepulauan Seribu khususnya kelurahan Pulau Panggang dan Pulau
Karya dengan cara peningkatan produksi perikanan yang dilakukan melalui
aktivitas peningkatan stok ikan dan budidaya, serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui penambahan pendapatan dan kegiatan ekonomi lokal. Salah
satu cara yang dilakukan adalah dengan membuka suatu balai budidaya ikan
yang melibatkan masyarakat sekitar. Pada tahap awal usaha budidaya kerapu
macan ini, pemda setempat menyerahkan pengelolaannya kepada PKSPL-LLPM
IPB, yang bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilan proyek ini. Dalam
rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat setempat tentang budidaya ikan,
PKSPL-LPPM IPB melakukan kegiatan pelatihan dan penyuluhan tentang teknik
budidaya ikan kerapu macan, serta memberikan bantuan berupa pinjaman benih
kepada masyarakat di sekitar pulau yang tergabung dalam suatu kelompok tani
pembudidayakan ikan kerapu macan.
Usaha budidaya kerapu macan yang sedang diupayakan ini merupakan
usaha pembesaran tahap pendederan II dan tahap penggelondongan. Tahap
pendederan II ialah tahapan pembesaran benih ikan kerapu macan, mulai benih
ukuran 5-7 cm dipelihara sampai mencapai ikan ukuran 10 cm. Adapun tahap
penggelondongan adalah kegiatan memelihara benih ikan ukuran 10 cm
mencapai ukuran yang dapat digunakan sebagai input dalam kegiatan
pembesaran (ukuran 13-15 cm atau bobot mulai 15-25 gr). Ukuran konsumsi
yang dimaksud adalah ukuran yang diinginkan oleh pasar untuk konsumen akhir
yaitu ukuran 500-1000 gram per ekor.
Selama ini, usaha pembenihan dan pengelondongan ikan kerapu macan di
BBL Pulau Semak Daun yang merupakan proyek pemerintah ini telah merangkul
tiga petani ikan kerapu macan yang ada di Pulau Semak Daun kedalam suatu
49
termasuk anggota kelompok tersebut adalah Bapak Suradi (memiliki 2 kotak
Karamba), Bapak Farudin (memilki satu kotak Karamba) dan Bapak Ruslan
(memiliki enam kotak Karamba). Ketiga petani ini mengusahakan pembesaran
ikan kerapu macan untuk mencapai ukuran konsumsi, sehingga dapat dikatakan
bahwa ketiga petani tersebut merupakan konsumen ikan kerapu macan yang
dihasilkan oleh balai budidaya ini. Ada satu lagi petani yang juga merupakan
konsumen ikan kerapu macan hasil pendederan balai ini, namun petani ini bukan
merupakan anggota kelompok yaitu Bapak Badrun (memilki sepuluh kotak
Karamba).
5.3. Sarana dan Prasarana Budidaya Ikan Kerapu Macan
Sarana dan prasarana yang digunakan dalam usaha budidaya kerapu
macan ini antara lain;
1. Rakit
Konstruksi wadah budidaya ikan kerapu macan di balai budidaya ini merupakan
konstruksi berupa rakit. Rakit adalah bingkai yang dilengkapi dengan pelampung
untuk tempat melekatkan atau mengikat jaring. Rakit dibuat secara satu
kesatuan yang terdiri dari beberapa jaring yang dibagi kedalam beberapa
kotakan. Rakit ini dibuat dari bambu dengan ukuran bingkai rakit 8 x 8 meter
yang terbagi menjadi empat kotak dengan ukuran 3,5 x 3,5 meter per kotak.
Jumlah rakit yang terdapat di balai budidaya ini ada lima rakit yang terbagi
menjadi dua unit KJA. Terdapat satu unit KJA yang terdiri dari tiga rakit atau dua
belas kotakan, dan satu unit KJA yang lain terdiri dari dua rakit atau delapan
kotak. Adapun biaya total untuk pembuatan dua puluh unit konstruksi KJA
50
2. Waring
Waring adalah kantong yang terbuat dari jaring digunakan untkuk pemeliharaan
ikan. Waring sering disebut juga sebagai hapa atau jaring bagan. Pada tahap
penggelondongan, jaring yang digunakan berukuran 1 x 1 x 2 meter dengan
ukuran mata jaring (mesh size) 0,5 inchi. Sedangkan untuk jaring pembesaran
ikan konsumsi, jaring yang digunakan berukuran 3,5 x 3,5 x 3,5 meter dengan
ukuran mata jaring 1-2 inchi. Waring yang digunakan di balai budidaya ini
menggunakan dua macam ukuran tersebut. Terdapat 18 waring dengan ukuran
untuk penggelondongan, dan dua waring dengan ukuran untuk pembesaran
yang digunakan untuk memelihara ikan untuk tujuan indukan.
3. Perahu
Perahu merupakan sarana transportasi bagi pegawai balai budidaya ini. Perahu
tidak hanya digunakan untuk mengangkut benih, pakan dan peralatan budidaya
lainnya, tetapi juga digunakan sebagai alat transportasi antar pulau dalam rangka
pemenuhan kebutuhan hidup pegawai dan urusan administrasi usaha dengan
instansi atau lembaga lain di luar Pulau Semak Daun. Jumlah perahu yang
dimiliki balai budidaya ini ada satu dengan biaya pembelian sebesar Rp
5.000.000,00 untuk badan perahu dan Rp 2.500.000,00 untuk mesin perahu
51