• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Dalam dokumen Oleh : DEWI HERLINA A (Halaman 60-65)

5.1. Lokasi dan Kondisi Wilayah

Pulau Semak Daun merupakan pulau dengan kawasan perairan laut

dangkal terlindung (perairan karang dalam) yang relatif luas. Berdasarkan

prinsip keterlindungan saja, perairan laut dangkal di sekitar pulau tersebut

diperkirakan menyimpan potensi yang tinggi sebagai lokasi budidaya laut. Pulau

Semak Daun terletak di sebelah utara Pulau Panggang dan Pulau Karya, dan

sebelah selatan Pulau Karang Bongkok. Pulau ini memiliki daratan seluas 0,5

ha yang dikelilingi karang penghalang (barrier reef) sehingga terbentuk perairan

dangkal terlindung (perairan karang dalam/gosong) seluas 315 ha. Karang

penghalang ini sebagian besar terlihat atau muncul ke permukaan air laut ketika

surut dan masyarakat menyebutnya sebagai gudus, namun sebagian kecil tetap

di bawah permukaan air laut saat surut sekalipun. Bagian ini merupakan “pintu”

keluar masuk air laut ke kawasan perairan laut dangkal dan menjadi pintu pula

untuk keluar masuk perahu nelayan berukuran kecil.

Menurut Pusat Kajian Sumberempat 4 goba yang diperkirakan memiliki

luas total 33,3 ha pada saat pasang. Goba merupakan cerukan (kolom perairan

yang lebih dalam dibandingkan dengan sekitarnya) yang berada di dalam wilayah

perairan karang dalam (gosong). Goba biasanya digunakan sebagai tepat usaha

budidaya laut baik dengan sistem bagan tancap (Pen Culture) maupun sistem

KJA, karena kondisinya yang terlindung dan memilki bentuk berupa cerukan.

Adapun goba-goba tersebut antara lain; Goba Tipis (sebelah utara kawasan),

Goba Nawi dan Goba Blencong (sebelah selatan) serta Goba Sempit (sebelah

barat daya). Diantara keempat goba tersebut, Goba Tipis merupakan tempat

47

KJA. Alasan utama dipilihnya Goba Tipis sebagai lokasi budidaya karena

berdasarkan kriteria secara geofisik, goba ini memenuhi kriteria yang paling tepat

sebagai lokasi budidaya kerapu macan sistem KJA. Mengenai peta lokasi BBL

kerapu macan di Pulau Semak Daun dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta Lokasi Pemanfaatan Pulau Semak Daun

5.2. Gambaran Usaha

Usaha budidaya ikan kerapu macan di BBL Pulau Semak Daun ini

merupakan salah satu model pegembangan (pilot project) bagi Pemda

Kepulauan Seribu yang bekerjasama dengan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir

dan Lautan, Institut Pertanian Bogor (PKSPL-IPB), salah satu Lembaga

Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) di IPB. Usaha ini merupakan

salah satu dari beberapa kegiatan perikanan yang secara keseluruhan disebut

oleh PKSPL IPB sebagai program Sea Farming. Secara garis besar Sea

Farming merupakan salah satu kegiatan perikanan yang terdiri dari kegiatan produksi benih ikan (seed production), budidaya yang berorientasi ekonomi,

pelepasan benih ke laut lepas (restocking), dan penangkapan ikan (recapturing).

48

tujuan dari program Sea Farming adalah untuk memacu produksi perikanan

masyarakat Kepulauan Seribu khususnya kelurahan Pulau Panggang dan Pulau

Karya dengan cara peningkatan produksi perikanan yang dilakukan melalui

aktivitas peningkatan stok ikan dan budidaya, serta peningkatan kesejahteraan

masyarakat melalui penambahan pendapatan dan kegiatan ekonomi lokal. Salah

satu cara yang dilakukan adalah dengan membuka suatu balai budidaya ikan

yang melibatkan masyarakat sekitar. Pada tahap awal usaha budidaya kerapu

macan ini, pemda setempat menyerahkan pengelolaannya kepada PKSPL-LLPM

IPB, yang bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilan proyek ini. Dalam

rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat setempat tentang budidaya ikan,

PKSPL-LPPM IPB melakukan kegiatan pelatihan dan penyuluhan tentang teknik

budidaya ikan kerapu macan, serta memberikan bantuan berupa pinjaman benih

kepada masyarakat di sekitar pulau yang tergabung dalam suatu kelompok tani

pembudidayakan ikan kerapu macan.

Usaha budidaya kerapu macan yang sedang diupayakan ini merupakan

usaha pembesaran tahap pendederan II dan tahap penggelondongan. Tahap

pendederan II ialah tahapan pembesaran benih ikan kerapu macan, mulai benih

ukuran 5-7 cm dipelihara sampai mencapai ikan ukuran 10 cm. Adapun tahap

penggelondongan adalah kegiatan memelihara benih ikan ukuran 10 cm

mencapai ukuran yang dapat digunakan sebagai input dalam kegiatan

pembesaran (ukuran 13-15 cm atau bobot mulai 15-25 gr). Ukuran konsumsi

yang dimaksud adalah ukuran yang diinginkan oleh pasar untuk konsumen akhir

yaitu ukuran 500-1000 gram per ekor.

Selama ini, usaha pembenihan dan pengelondongan ikan kerapu macan di

BBL Pulau Semak Daun yang merupakan proyek pemerintah ini telah merangkul

tiga petani ikan kerapu macan yang ada di Pulau Semak Daun kedalam suatu

49

termasuk anggota kelompok tersebut adalah Bapak Suradi (memiliki 2 kotak

Karamba), Bapak Farudin (memilki satu kotak Karamba) dan Bapak Ruslan

(memiliki enam kotak Karamba). Ketiga petani ini mengusahakan pembesaran

ikan kerapu macan untuk mencapai ukuran konsumsi, sehingga dapat dikatakan

bahwa ketiga petani tersebut merupakan konsumen ikan kerapu macan yang

dihasilkan oleh balai budidaya ini. Ada satu lagi petani yang juga merupakan

konsumen ikan kerapu macan hasil pendederan balai ini, namun petani ini bukan

merupakan anggota kelompok yaitu Bapak Badrun (memilki sepuluh kotak

Karamba).

5.3. Sarana dan Prasarana Budidaya Ikan Kerapu Macan

Sarana dan prasarana yang digunakan dalam usaha budidaya kerapu

macan ini antara lain;

1. Rakit

Konstruksi wadah budidaya ikan kerapu macan di balai budidaya ini merupakan

konstruksi berupa rakit. Rakit adalah bingkai yang dilengkapi dengan pelampung

untuk tempat melekatkan atau mengikat jaring. Rakit dibuat secara satu

kesatuan yang terdiri dari beberapa jaring yang dibagi kedalam beberapa

kotakan. Rakit ini dibuat dari bambu dengan ukuran bingkai rakit 8 x 8 meter

yang terbagi menjadi empat kotak dengan ukuran 3,5 x 3,5 meter per kotak.

Jumlah rakit yang terdapat di balai budidaya ini ada lima rakit yang terbagi

menjadi dua unit KJA. Terdapat satu unit KJA yang terdiri dari tiga rakit atau dua

belas kotakan, dan satu unit KJA yang lain terdiri dari dua rakit atau delapan

kotak. Adapun biaya total untuk pembuatan dua puluh unit konstruksi KJA

50

2. Waring

Waring adalah kantong yang terbuat dari jaring digunakan untkuk pemeliharaan

ikan. Waring sering disebut juga sebagai hapa atau jaring bagan. Pada tahap

penggelondongan, jaring yang digunakan berukuran 1 x 1 x 2 meter dengan

ukuran mata jaring (mesh size) 0,5 inchi. Sedangkan untuk jaring pembesaran

ikan konsumsi, jaring yang digunakan berukuran 3,5 x 3,5 x 3,5 meter dengan

ukuran mata jaring 1-2 inchi. Waring yang digunakan di balai budidaya ini

menggunakan dua macam ukuran tersebut. Terdapat 18 waring dengan ukuran

untuk penggelondongan, dan dua waring dengan ukuran untuk pembesaran

yang digunakan untuk memelihara ikan untuk tujuan indukan.

3. Perahu

Perahu merupakan sarana transportasi bagi pegawai balai budidaya ini. Perahu

tidak hanya digunakan untuk mengangkut benih, pakan dan peralatan budidaya

lainnya, tetapi juga digunakan sebagai alat transportasi antar pulau dalam rangka

pemenuhan kebutuhan hidup pegawai dan urusan administrasi usaha dengan

instansi atau lembaga lain di luar Pulau Semak Daun. Jumlah perahu yang

dimiliki balai budidaya ini ada satu dengan biaya pembelian sebesar Rp

5.000.000,00 untuk badan perahu dan Rp 2.500.000,00 untuk mesin perahu

51

Dalam dokumen Oleh : DEWI HERLINA A (Halaman 60-65)

Dokumen terkait