• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Proyek

Dalam dokumen Oleh : DEWI HERLINA A (Halaman 31-38)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Analisis Proyek

Proyek menurut Gittinger (1986), sebuah proyek pertanian merupakan

suatu kegiatan investasi di bidang pertanian yang mengubah sumber-sumber

finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan

atau manfaat setelah beberapa waktu tertentu. Pemilihan diantara berbagai

alternatif penggunaan sumberdaya perlu dilakukan karena sumber-sumber

tersebut sifatnya terbatas.

Tujuan diadakannya analisis proyek adalah untuk melihat apakah suatu

proyek yang dilaksanakan menghasilkan keuntungan atau tidak. Menurut

Gittinger (1986), analisis proyek bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan

yang dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, menghindari

pemborosan sumber-sumber yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek

yang tidak menguntungkan, mengadakan penilaian terhadap peluang investasi

yang ada sehingga dapat dipilih alternatif proyek yang paling menguntungkan

dan menentukan prioritas investasi. Adapun alasan dilakukannya analisis

terhadap suatu proyek pada dasarnya adalah mencoba untuk menentukan atau

menilai biaya-biaya dan manfaat yang timbul dengan adanya proyek dan

membandingkannya dalam situasi tanpa proyek, sehingga dari analisis proyek

juga dapat diketahui apakah proyek tersebut layak untuk dilaksanakan atau

18

Dalam melaksanakan analisis proyek terdapat aspek-aspek yang saling

berkaitan yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang

diperoleh dari suatu investasi tertentu. Gittinger (1986), mengatakan bahwa

aspek-aspek ini harus dipertimbangkan pada setiap tahap dalam perencanaan

proyek dan siklus pelaksanaan. Menurut Husnan dan Suwarsono (1999),

beberapa aspek yang mempengaruhi kelayakan suatu proyek sebut antara lain:

aspek pasar, aspek teknis, aspek keuangan, aspek hukum, aspek finansial, dan

aspek ekonomi negara.

Menurut Gittinger (1986), aspek pasar yaitu hal-hal yang berkenaan

dengan rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek. Sedangkan

aspek teknis, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan penyediaan input dan

output berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Analisis secara teknis akan

menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek yang

diusulkan, misalkan keadaan tanah, iklim dan teknologi yang digunakan.

Selanjutnya Husnan dan Suwarsono (1999) berpendapat bahwa aspek

manajemen, yaitu hal-hal yang berkenaan dengan pertimbangan mengenai

sesuai atau tidaknya proyek dengan susunan organisasi proyek agar sesuai

dengan prosedur organisasi setempat juga berkenaan dengan kesanggupan

atau keahlian staf yang ada untuk menangani proyek. Aspek finansial, yaitu

semua yang berkenaan dengan pengaruh-pengaruh finansial proyek terhadap

peserta proyek.

Kelayakan aspek-aspek di atas akan menentukan apakah suatu usaha

yang sedang dianalisis layak atau tidak untuk diusahakan. Dalam hal ini layak

berarti memberikan manfaat bagi pengusaha yang bersangkutan. Adapun

aspek-aspek yang dianalisis kelayakannya dalam penelitian ini meliputi aspek

non finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial meliputi; aspek pasar,

19

3.1.1. Kelayakan Aspek Pasar

Dalam aspek pasar, analisis kelayakan usaha dilakukan terhadap

kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan rencana pemasaran produk dan rencana

penyediaan input produksi (Gittinger, 1986). Kelayakan aspek pasar akan

sangat berkaitan besarnya penerimaan yang akan diperoleh dalam usaha,

karena aspek ini akan menentukan besarnya penekanan biaya pemasaran dan

peningkatan nilai jual output yang dapat diupayakan. Kotler (1993)

mendefenisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manajerial dimana

individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan

menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.

Dalam memasarkan suatu produk hendaknya manajer pemasaran menerapkan

strategi bauran pemasaran yang meliputi empat komponen yaitu; produk, harga,

saluran distribusi dan promosi.

3.1.2. Kelayakan Aspek Teknis

Menilai kelayakan aspek teknis merupakan langkah awal yang harus

dilakukan sebelum memutuskan untuk memulai atau mengembangkan usaha.

Apabila dari segi teknis saja suatu usaha sudah tidak layak maka tidak mungkin

usaha tersebut dapat berjalan dengan baik dan dikatakan layak untuk

dikembangkan. Menurut Husnan dan Suwarsono (1999), aspek teknis

merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek

secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun.

Menurut Gittinger (1986), analisis secara teknis berhubungan dengan input

proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan

jasa-jasa. Aspek-aspek lain dalam analisis proyek hanya akan berjalan bila

analisis secara teknis dapat dilakukan. Analisis aspek teknis akan menguji

hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek pertanian yang

20

pertanian; ketersediaan air; pH air; salinitas air; suhu udara; kecepatan arus;

kandungan oksigen terlarut; pengadaan input produksi; potensi dan keinginanan

untuk mengadakan mekanisasi; pemupukan; dan alat-alat kontrol yang

diperlukan.

Dalam suatu usaha, khususnya bidang pertanian hubungan-hubungan

teknis di atas sangat menentukan keberhasilan usaha terutama keberhasilan

proses produksi. Masing-masing komponen dalam aspek teknis ini saling terkait

satu sama lain dan ketidaklayakan salah satu komponen akan mengganggu

proses produksi usaha secara keseluruhan. Misalkan jika salah satu input usaha

tidak tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai maka hal ini akan

menggangu atau bahkan menghambat jalannya proses produksi. Atau jika

lingkungan fisik yang ada secara teknis tidak memenuhi syarat habitat yang

sesuai dengan makhluk hidup yang dibudidayakan, maka usaha ini juga tidak

akan berhasil. Mengenai metode atau cara-cara pembudidayaan yang

dilakukan, maka perlu dikaji apakah secara teknis cara-cara yang dilakukan oleh

tenaga kerja sudah optimal dan mencapai tingkat produksi yang relatif tinggi.

Mengingat output yang diusahakan merupakan makluk hidup yang terkait dengan

sifat biologis, maka dalam produksi kerapu perlu diperhatikan apakah kebutuhan

gizi dari pakan yang diberikan sudah terpenuhi agar dapat tercapai pertumbuhan

yang baik.

Selain fasilitas produksi, kelayakan teknis fasilitas pemasaran juga harus

dipenuhi karena akan menentukan keberhasilan pemasaran output, khususnya

dalam upaya menekan biaya pemasaran dan mempertahankan kualitas output

yang dihasilkan untuk mencapai nilai jual yang paling tinggi. Sebagaimana

diketahui bahwa output usaha perikanan termasuk barang yang mudah rusak

(highly perishable) sehingga membutuhkan fasilitas dan penanganan yang baik

21

Menurut Gittinger (1986), bila analisis secara teknis telah dilakukan,

analisis teknis harus terus menerus memastikan bahwa pekerjaan secara teknis

tersebut berjalan lancar dan memang tepat untuk dilakukan, dan bahwa

perkiraan-perkiraan secara teknis cocok dengan kondisi sebenarnya, dan bahwa

petani-petani yang menggunakan teknologi yang diusulkan pada lahan mereka

dapat mewujudkan hasil-hasil seperti yang diperkirakan. Walaupun berdasarkan

evaluasi teknis yang telah dilakukan terhadap suatu usaha menyatakan bahwa

secara teknis usaha tersebut layak, namun menurut Husnan dan Suwarsono

(1999), analis tetap harus memperhatikan pengalaman pada proyek lain yang

serupa di lokasi lain yang menggunakan teknik dan teknologi serupa. Hal ini

penting untuk membantu dalam pengambilan keputusan akhir apakah usaha

tersebut akan dikembangkan atau tidak.

3.1.3. Kelayakan Aspek Manajemen

Aspek manajemen merupakan aspek yang penting untuk dianalisis dalam

suatu usaha, karena walaupun semua aspek yang lain sudah baik, namun jika

tidak dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pihak pengelola maka kegiatan

usaha tersebut tidak akan efisien. Kelayakan pada aspek manajemen pada

suatu usaha khususnya usaha budidaya ikan sangat penting, mengingat usaha

ini memiliki karakter yang khas, yang berbeda dengan usaha pertanian lainya

yang diupayakan di lahan daratan. Apabila pada lahan di darat masalah

penguasaan lahan sangat jelas berdasarkan ukuran-ukuran standar dan

kepemilikan akte lahan, maka lain halnya dengan lahan budidaya perikanan yang

umumnya masalah penguasaan lahannya tidak begitu jelas. Selain itu bentuk

usaha apakah berupa usaha komersial atau non komersial (proyek) juga akan

membutuhkan pengkajian manajemen yang berbeda.

Menurut Gittinger (1986), masalah-masalah dalam persiapan proyek

22

tumpang tindih (overlapping), yang secara jelas mempunyai pengaruh yang

penting terhadap pelaksanaan proyek. Untuk dapat dilaksanakan, suatu proyek

harus dihubungkan secara tepat dengan struktur kelembagaan di suatu negara

atau daerah.

Secara ringkas, Kadariah (1988) menjelaskan bahwa dalam aspek

organisasi perhatian utama ditujukan pada hubungan antara administrasi proyek

dan bagian administrasi pemerintah lainnya untuk melihat apakah hubungan

antara masing-masing wewenang (authority) dan tanggung jawab (responsibility)

dapat diketahui dengan jelas. Sedangkan aspek manajerial menyangkut

kemampuan staf proyek untuk menjalankan administrasi kegiatan dalam ukuran

besar (large scale activities). Keahlian manajemen hanya dapat dievaluasi

secara subyektif; namun kalau hal ini tidak mendapat perhatian khusus, maka

banyak kemungkinan terjadi pengambilan keputusan yang kurang baik dalam

proyek yang direncanakan.

3.1.4. Kelayakan Aspek Finansial

Maksud analisis dari suatu kegiatan adalah untuk memperbaiki pemilihan

investasi, karena sumber-sumber yang tersedia bagi pembangunan ialah

terbatas, maka perlu sekali diadakan pemilihan antar berbagai macam kegiatan.

Dalam analisis pengembangan usaha melalui evaluasi proyek, ada dua macam

analisis yang bisa dilakukan yaitu analisis finansial dan analisis ekonomi. Dalam

analisis finansial, proyek dilihat dari sudut badan-badan atau orang-orang yang

menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam

proyek, sedangkan analisis ekonomi proyek dilihat dari sudut perekonomian

secara keseluruhan (Kadariah, 1988).

Dalam penelitian ini tidak dilakukan analisis ekonomi, melainkan dibatasi

pada analisis finansial saja. Menurut Kadariah (1988), analisis finansial ini

23

yang turut serta dalam mensukseskan proyek, sebab tidak ada gunanya

melaksanakan proyek yang menguntungkan dilihat dari sudut perekonomian

sebagai keseluruhan, jika mereka yang menjalankan kegiatan produksi tidak

bertambah baik keadaannya.

Selain itu dalam analisis finansial yang perlu diperhatikan adalah waktu

diperoleh penerimaan (returns) untuk menentukan apakah individu atau

perusahaan tersebut mampu atau tertarik untuk menanamkan modalnya dalam

kegiatan proyek. Hal ini penting karena bagi pengusaha, dalam jangka waktu

tertentu bila tidak diperoleh return yang memadai maka kemungkinan mereka

akan kehabisan modal. Lain halnya dengan analisis ekonomi, yang perlu

diperhatikan adalah besarnya manfaat bersih tambahan yang diperoleh dari

semua sumber yang digunakan dalam proyek untuk masyarakat atau

perekonomian secara keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan

sumber-sumber tersebut (Kadariah, 1988).

Untuk membuat suatu analisis finansial usaha, diperlukan data mengenai

arus penerimaan yang terdiri atas produksi total, penerimaan pinjaman, bantuan,

nilai sewa dan nilai sisa. Selain itu diperlukan juga data mengenai arus

pengeluaran yang terdiri atas biaya investasi, biaya produksi, pengembalian

pinjaman dan bunga, pemeliharaan peralatan dan bangunan serta biaya lain

seperti pajak, kontribusi dan biaya pemasaran.

Selanjutnya kriteria yang digunakan dalam analisis finansial usaha berupa

kriteria kelayakan investasi. Analisis ini ditekankan pada penilaian kelayakan

investasi karena investasi merupakan unsur yang bersifat jangka panjang dan

akan mengalami perubahan nilai sepanjang tahun. Karena sifatnya yang jangka

panjang ini, maka keputusan penanaman dan penarikan investasi tidak dapat

dilakukan dengan mudah atau tanpa perhitungan, sebab apabila terjadi

24

kerugian yang biasanya berjumlah relatif besar. Dengan diadakannya analisis

kelayakan investasi ini, maka resiko kegagalan investasi dapat dikurangi.

Dalam dokumen Oleh : DEWI HERLINA A (Halaman 31-38)

Dokumen terkait