• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.2 Analisis Berita 2

Pemblokiran Situs Dinilai Bukan Solusi Cegah Radikalisme Jum’at, 03 April 2015, 00:03

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH—Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) Provinsi Aceh menyatakan pemblokiran situs media Islam oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bukanlah solusi yang tepat untuk mencegah tindakan radikalisme di masyarakat.

64

“Sebenarnya bukan situs yang perlu ditutup, tetapi langkah yang perlu dilakukan adalah memperkuat pemahaman kepada setiap warga negara, “kata juru bicara KWPSI Provinsi Aceh Muhammad Ifdhal di Banda Aceh, Kamis (2/4).

Pernyataan tersebut disampaikan Muhammad Ifdhal menanggapi penutupan puluhan situs Islam oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Republik Indonesia.

Sebelumnya Kementerian Komunikasi telah melakukan pemblokiran terhadap 22 situs yang dinilai radikal atas permintaan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Muhammad Ifdhal menjelaskan dengan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai agama, maka sulit untuk dipengaruhi oleh pihak-pihak yang ingin merusak citra Islam dan mempengaruhi pola pikir setiap warga masyarakat.

“Jika semua warga memahami dengan kuat nilai-nilai agama, maka sulit untuk dipengaruhi baik melalui media sosial atau media lainnya, “ kata Muhammad Ifdhal yang juga wartawan LKBN Antara Biro Aceh.

Muhammad Ifdhal mengatakan penyebaran paham radikalisme tidak hanya melalui situs, tetapi juga bisa dilakukan dengan mendatangi warga. Mendatangi langsung warga ini memiliki efeknya yang lebih berat.

Oleh karena itu, Pemerintah Jokowi-JK perlu melibatkan semua elemen mulai dari guru, orang tua, ulama hingga pemangku kepentingan lainnya dalam menanamkan nilai-nilai agama sebagai benteng bagi setiap warga negara. “Kami yakin dengan benteng yang kuat sulit dpengaruhi oleh berbagai paham yang dapat merusak pola pikir dan tindakan dari paham itu, “ kata Muhammad Ifdhal.

Selain itu, KWPSI juga menilai penutupan situs Islam oleh Kemenkominfo atas dasar permintaan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) juga bagian dari pelanggaran undang-undang kebebasan pers dan mengerdilkan Islam.

“Pemblokiran terhadap situs Islam oleh BNPT telah menutup ruang dakwah bagi umat Islam di Tanah Air. Langkah BNPT telah mencederai semangat kebebasan berpendapat dan menganggap semua yang berbau Islam itu radikal yang harus dilenyapkan, “ tegas dia.

Dikatakannya, memberangus kebebasan berpendapat warga negara yang merupakan hak asasi yang diatur dalam Pasal 28F Undang-Undang Dasar 1945. BNPT tidak melakukan kajian matang atas pemblokiran yang dimintakan ke pihak Kemenkominfo.

65

“Pemblokiran tersebut didasari oleh Surat dari BNPT No. 149/K.BNPT/3/2014 kepada Kemenkominfo untuk memblokir situs media Islam online yang disinyalir mengajarkan paham radikal,” katanya.

Oleh sebab itu, KWPSI mendesak BNPT dan Kemenkominfo mencabut kembali kebijakan itu dan membuka pemblokiran situs-situs Islam. Dan KWPSI mendesak BNPT merespon setiap persoalan di Tanah Air. Yang berkaitan dengan kegiatan bahaya radikalisme dengan pendekatan keagamaan, bukan pendekatan permusuhan.

Pendekatan permusuhan ini berujung kepada pemberangusan media-media Islam yang mulai tumbuh memberikan kontribusi besar bagi pemahaman keagamaan yang baik di dalam masyarakat, kata dia.

KWPSI yang didalamnya terdiri atas wartawan lintas media, akademisi dan ulama, mengajak semua elemen media Islam di Tanah Air untuk membangun satu wadah bersama menghadapi ketidakadilan bagi Islam dan muslimin di Tanah Air.

“BNPT sejatinya memberi solusi akademik, agamais, dan pendekatan kultural bagi penyelesaian persoalan paham radikal di Tanah Air. Bukan sebaliknya, melakukan perlawanan dalam kata perang yang akan melahirkan permusuhan berkepanjangan, “ kata Muhammad Ifdhal.

Analisis Berita 2

Judul : Pemblokiran Situs Dinilai Bukan Solusi Cegah Radikalisme Terbit : Jum’at, 03 April 2015, 00:03 WIB

Frame : Mencegah Radikalisme bukan dilakukan dengan memblokir situs Islam tetapi dengan melakukan pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai agama Islam.

Perangkat Pembingkai (Framing Device)

Perangkat pembingkai merupakan ide atau pemikiran yang dikembangkan untuk memberikan arti pada teks berita. Ide tersebut didukung oleh simbol tertentu. Simbol itu dipakai untuk memberi kesan atau efek penonjolan makna yang disajikan. Simbol itu dapat diamati dari pemakaian kata, kalimat, grafis, atau pemakaian foto dan aksentuasi gambar tertentu. Semua elemen itu dipakai dalam teks, dan dipahami dalam analisis framing bukan sebagai perangkat tulisan berita, melainkan sebagai suatu strategi

66

wacana untuk menekankan makna atau mengedepankan pandangan tertentu agar lebih diterima oleh khalayak.

Semua elemen dalam perangkat pembingkai itu dipakai untuk memberikan konstruksi tertentu atas seseorang atau peristiwa tertentu. Dalam teks berita di atas, perangkat pembingkai dipakai untuk suatu tujuan, yaitu memberikan citra yang baik kepada situs Islam, situs Islam bukanlah penyebab munculnya paham radikal. Dalam teks juga digambarkan bahwa perlunya menanamkan nilai-nilai agama, terutama bagi kaum terpelajar seperti guru, ulama, orang tua yang mendidik anaknya dan pemangku kepentingan lainnya yang menggambarkan bahwa pemerintah juga harus perlu menanamkan nilai-nilai agama didalam dirinya agar tidak mudah terpengaruh oleh tindakan– tindakan yang merusak pola pikir. Konstruksi berita ini memberi gambaran bahwa orang–orang terpelajar harus menanamkan nilai agama didalam dirinya agar tidak terpengaruhi oleh pihak luar yaitu orang yang tidak paham agama. Dalam hal ini, agama ditekankan sebagai benteng yang kuat. Konstruksi ini dilakukan dengan pemakaian metafora (metaphors) seperti:

Methapors:

1. Pemerintah Jokowi-JK perlu melibatkan semua elemen mulai dari guru, orang tua, ulama hingga pemangku kepentingan lainnya dalam menanamkan nilai-nilai agama sebagai benteng bagi setiap warga negara.

2. Kami yakin dengan benteng yang kuat sulit dipengaruhi oleh berbagai paham yang dapat merusak pola pikir dan tindakan dari paham itu.

Methapors diatas menekankan pada kata benteng. Kata benteng dalam teks diatas menekankan simbol dalam memaknakan pengetahuan agama yang dimilki seseorang. Teks tersebut berfokus pada orang – orang yang sangat andil mengajarkan nilai keagamaaan kepada masyarakat Indonesia seperti guru-guru, orang tua, ulama, dan pemangku kepentingan lainnya. Mereka merupakan orang-orang yang sangat berkontribusi dalam mendidik masyarakat Indonesia. Teks datas mengajak elemen negara terutama para pendidik menanamkan

nilai-67

nilai agama agar dapat diajarkan kepada setiap warga negara. Kemudian, pada methapors kedua, benteng diartikan sebagai kekuatan menghadapi pengaruh dari pihak luar. Benteng itu ibarat pondasi di dalam rumah. Jika pondasi tersebut roboh /tidak kuat maka angin kencang pun dapat meruntuhkannya. Begitu juga nilai-nilai agama yang tertanam pada diri seseorang, jika seseorang memiliki nilai dan landasan agama yang kuat, ia akan berpikir lebih matang sehingga dalam mengambil keputusan akan mempertimbangkan baik dan benarnya. Benteng atau nilai agama yang kuat yang dimiliki seseorang bersumber dari pedoman hidup yaitu Al-qur’an dan Hadist. Karena segala urusan telah djelaskan didalam kitab tersebut.

Selain methapors, dalam teks ini juga terdapat catchphrase,

Catchphrases:

1. Langkah BNPT telah mencederai semangat kebebasan berpendapat dan menganggap semua yang berbau Islam itu radikal yang harus dilenyapkan.

Teks diatas menekankan bahwa BNPT sebagai lembaga yang memiliki tanggung jawab kepada masyarakat Indonesia telah melakukan kesalahan dengan memblokir situs Islam. Ditinjau dari penduduk Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan mayoritas umat Islam sehingga pemblokiran situs Islam telah mencederai semangat kebebasan berpendapat masyarakat Indonesia. Teks ini juga menunjukkan bahwa situs Islam memiliki peran penting dalam mengungkapkan pendapat. Tidak semua masyarakat Islam memiliki ruang di media mainstream. Media Islam lah yang memiliki pengaruh besar dalam menilai baik dan buruk suatu peristiwa yang terjadi di dunia ini ditinjau dari nilai-nilai keagamaan, khususnya berpatok kepada Al-Qur’an dan Hadist. Begitupun kaitannya dalam menginformasikan kesehatan, ibadah, sejarah serta mengajarkan akhlak-akhlak mulia. Dalam teks ini juga menunjukkan bahwa BNPT dianggap kontra dengan Islam, hal ini dapat dilihat dari teks yang ditonjolkan diatas, yaitu: “semua yang berbau Islam itu radikal dan harus dilenyapkan”

68 Examplars:

1. Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) Provinsi Aceh menyatakan pemblokiran situs Islam oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bukanlah solusi yang tepat untuk mencegah tindakan radikalisme di masyarakat.

Teks diatas memberi gambaran bahwa KWPSI menilai Kemenkominfo yang memblokir situs Islam bukan cara yang tepat. Namun, malah sebaliknya, hal ini semakin menimbulkan kontroversi yang melibatkan berbagai kalangan dirugikan.

Teks kedua yang termasuk examplars dalam berita diatas, yaitu:

2. Sebelumnya Kementerian Komunikasi dan Informatika telah melakukan pemblokiran terhadap 22 situs yang dinilai radikal atas permintaan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Pada teks diatas dijelaskan bahwa BNPT meminta kepada Kemenkominfo untuk melakukan pemblokiran 22 situs Islam tersebut.

Kemudian, teks ketiga yaitu:

3. Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai agama, maka sulit dipengaruhi oleh pihak-pihak yang ingin merusak citra Islam dan mempengaruhi pola pikir setiap warga masyarakat.

Teks diatas mengajak pemerintah untuk melakukan pemahaman agama kepada masyarakat agar tidak mudah terpengaruh oleh pihak-pihak yang ingin merusak citra dan nilai-nilai Islam khususnya untuk diri sendiri maupun orang banyak. Teks ini juga menggambarkan kurangnya pengetahuan agama Islam oleh masyarakat Indonesia.

4. Oleh sebab itu, KWPSI mendesak BNPT dan Kemenkominfo mencabut kembali kebijakan itu dan membuka pemblokiran situs-situs Islam. Dan

69

KWPSI mendesak BNPT merespon setiap persoalan di Tanah Air. Yang berkaitan dengan kegiatan bahaya radikalisme dengan pendekatan keagamaan, bukan pendekatan permusuhan.

Pada teks diatas dijelaskan bahwa KWPSI meminta situs-situs Islam dibuka kembali. KWPSI menilai bahwa BNPT tidak memahami apa itu radikalisme hingga memblokir situs Islam padahal banyak masalah radikalisme yang terjadi di Indonesia namun tidak begitu dipersoalkan. KWPSI juga memandang bahwa BNPT melakukan pemblokiran situs Islam atas dasar ketidakberpihakan kepada Islam dan menganggapnya sebagai musuh.

Depiction: Tidak ditemukan Visual Imange:

Gambar berisi teks yang bertuliskan keterangan dari peraturan Menteri Kominfo No. 19/2015 tentang internet sehat. Gambar ini dapat dilihat saat membuka stius yang diblokir. Pada gambar tersebut, teks “Accsess Denied” tertulis dengan font besar berwarna putih dan memiliki background merah. Dibawahya terdapat beberapa spasi yang berisi peraturan Menteri Kominfo No. 19/2015 tentang internet sehat yang tertulis dengan tinta merah.

Reasoning Device: Roots:

1. Muhammad Ifdhal menjelaskan dengan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai agama, maka sulit untuk dipengaruhi oleh pihak-pihak yang ingin merusak citra Islam dan mempengaruhi pola pikir setiap warga masyarakat.

Teks ini termasuk Roots karena memberi penekanan kepada setiap warga masyarakat Indonesia untuk meningkatkan nilai-nilai keagamaan agar

70

tidak memiliki dasar pengetahuan yang benar dalam urusan keagamaan sehingga tidak mudah terpengaruh oleh pihak-pihak yang ingin merusak citra Islam itu sendiri.

2. BNPT tidak melakukan kajian matang atas pemblokiran yang dimintakan ke pihak Kemenkominfo.

Teks diatas menekankan bahwa BNPT tidak melakukan peninjauan lebih dalam atas situs-situs Islam yang akan diblokir. Seperti yang telah diperbincangkan yaitu dari 22 situs Islam yang diblokir menjadi 19 situs Islam, kemudian semakin berkurang. Hal ini menunjukkan kinerja BNPT yang terburu-buru.

3. BNPT sejatinya memberi solusi akademik, agamais, dan pendekatan kultural bagi penyelesaian persoalan paham radikal di Tanah Air. Bukan sebaliknya, melakukan perlawanan dalam kata perang yang akan melahirkan permusuhan berkepanjangan

Teks diatas memberitahukan bahwa apa yang seharusnya dilakukan BNPT dalam menghadapi paham radikal yaitu dengan memberi solusi akademik, agamais, dan pendekatan cultural. Fungsi BNPT sangat berpengaruh dalam menghadapi masalah tersebut. Dalam teks menjelaskan bahwa pemblokiran situs yang dilakukan BNPT adalah sebuah perlawanan kepada Islam yang akan menyebabkan permusuhan.

Appeals to Principle:

1. KWPSI juga menilai penutupan situs Islam oleh Kemenkominfo atas dasar permintaan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) juga bagian dari pelanggaran undang-undang kebebasan pers dan mengerdilkan Islam.

71

2. Dikatakannya, memberangus kebebasan berpendapat warga negara yang merupakan hak asasi yang diatur dalam Pasal 28F Undang-Undang Dasar 1945.

3. Pemblokiran tersebut didasari oleh Surat dari BNPT No. 149/K.BNPT/3/2014 kepada Kemenkominfo untuk memblokir situs media Islam online yang disinyalir mengajarkan paham radikal.

Appeals to Principal memberi penekanan dasar atas teks yang telah dbuat sehingga tidak dapat disangkal. Teks diatas memberikan jaminan hukum bahwa tindakan BNPT merupakan pelanggaran undang-undang kebebasan pers dan kebebasan berpendapat seperti yang termaktub dalam pasal 28 F UUD 1945.

Consequence:

1. Pemblokiran terhadap situs Islam oleh BNPT telah menutup ruang dakwah bagi umat Islam di Tanah Air. Langkah BNPT telah mencederai semangat kebebasan berpendapat dan menganggap semua yang berbau Islam itu radikal yang harus dilenyapkan.

2. Oleh sebab itu, KWPSI mendesak BNPT dan Kemenkominfo mencabut kembali kebijakan itu dan membuka pemblokiran situs-situs Islam. Dan KWPSI mendesak BNPT merespon setiap persoalan di Tanah Air. Yang berkaitan dengan kegiatan bahaya radikalisme dengan pendekatan keagamaan, bukan pendekatan permusuhan.

Konsekuensi yang terdapat pada teks diatas yaitu penutupan situs Islam telah menutup ruang dakwah karena melalui situs-situs Islam umat Islam dapat berdakwah dalam jangkauan luas. Umat Islam dapat memberikan pendapatnya ataupun mengajukan pertanyaan atas kehidupan sehari-hari. Dengan ditutupnya situs Islam, maka umat Islam pun tidak dapat membaca, atau mengetahui informasi apa yang sedang terjadi, ceramah ataupun mencari solusi atas permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, teks kedua lebih menekankan pada pengajuan dari KWPSI agar BNPT membuka kembali situs-situs Islam tersebut.

72 IV.2 Hasil dan Pembahasan

Setelah analisis data di atas, berita mengenai pemblokiran situs Islam terkait kebebasan pers dapat diketahui framing berita, yaitu :

Framing berita pertama diatas yaitu Pemerintah sengaja melakukan pemblokiran situs Islam tanpa melakukan analisis media terlebih dahulu. Berita juga mengarah pada pemblokiran situs Islam yang terjadi secara terburu-buru dilakukan untuk mengalihkan isu. Dengan dilakukannya pemblokiran situs Islam, maka akan tercipta isu kontroversial sehingga isu-isu lain mengenai kebijakan negara menjadi tidak dipedulikan oleh masyarakat.

Teks tersebut dapat dilihat di paragraf terakhir yaitu:

“Bisa saja kebijakan ini untuk mengalihkan isu dari sejumlah kebijakan lain yang lebih strategis. Kan selalu begitu, pemerintah menciptakan isu kontroversial untuk mengamankan kebijakan yang lebih substansial. Atau memang ada kekuatan asing yang sedang mempermainkan Indonesia. Kemarin nama Muhammad dan Ali diblokir di imigrasi bandara, sekarang giliran situs Islam diberangus, “ujar dia.”

Berita kedua berisi tindakan pemerintah dalam mencegah paham radikalisme bukan dilakukan dengan memblokir situs Islam. Tetapi banyak cara lain yang harus dilakukan. Frame berita tersebut memberikan solusi kepada pemerintah dalam mencegah radikalisme yaitu dengan memberikan solusi akademik.

Dari hasil pembingkaian berita diatas, peneliti juga menemukan kaitan antara Kebebasan Pers dengan berita Pemblokiran Situs Islam di Republika Online yang dilihat dari sisi kebebasan pers, bahwa dalam berita pemblokiran situs Islam menekankan bahwa Pers tidak boleh dibredel, seperi yang terdapat pada berita pertama. Kemudian berita diatas mengaitkan perlindungan pers yang terdapat pada Undang Pers No. 40 tahun 1999 dan Undang-Undang mengenai kebebasan pers, kebebasan berpendapat dan memperoleh

73

informasi juga telah dilindungi oleh Undang-Undang yaitu pada UU 1945 pasal 28 F, yaitu:

“Setiap orang berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk megembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.

Dalam framing teks berita diatas, pemblokiran situs Islam yang dilakukan secara terburu-buru tidak dbenarkan dalam memblokir sebuah situs. Pemerintah harus menganalis media terlebih dahulu. Sejak zaman Soeharto, pemerintah memblokir situs dengan alasan pemberitaan yang diterbitkan pada media telah menyinggung pemerintah. Namun, saat ini pemerintah Indonesia telah menetapkan kebebasan pers. Seperti pada teks diatas, apabila terdapat pemberitaan yang memberatkan pemerintah hal ini dapat dilakukan melalui jalur mediasi dengan Dewan Pers ataupun jalur hukum. Kedua berita tersebut sama-sama menyalahkan pemerintah, yaitu Kemenkominfo dan BNPT yang memblokir situs Islam secara semene-mena.

Menururt Stuart Hall, media secara aktif membentuk bingkai masalah, yakni hal-hal apa saja yang dianggap sebagai masalah dalam masyarakat. Perbuatan, sikap atau nilai yang menyimpang bukanlah sesuatu yang alamiah, yang terjadi dengan sendirinya melainkan dikonstruksi. Lewat konstruksi media secara akrif mendefinisikan peristiwa dan realitas sehingga membentuk kenyataan apa yang layak, apa yang baik, apa yang sesuai, dan apa yang dipandang menyimpang (Eriyanto, 2015: 232).

Media memainkan peranan yang sangat penting dalam memberitakan suatu peristiwa. Melalui headline yang sensasional, bombastis, maupun kata-kata pilihannya lainnya. Media secara aktif mengkonstruksi fakta yang terjadi sesuai dengan apa yang dianggap benar ataupun salah, apa yang dianggap boleh ataupun tidak boleh. Namun, media memiliki cara pemberitaan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan media tersebut. Media memiliki

74

kecenderungan untuk memihak ataupun pro dan kontra terhadap sesuatu. Berita yang tersaji merupakan hasil dari konstruksi realitas untuk membenarkan peristiwa tertentu agar dapat dipercaya oleh masyarakat dan menganggap sesuatu yang menjadi “musuh media” (folk devis) menjadi berbahaya bagi orang kebanyakan.

Dalam hal ini yang menjadi folk devils Republika Online ialah pemerintah, termasuk didalamnya Badan Nasional Penaggulangan Teroris (BNPT) dan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo). Hal ini seperti terdapat dalam teks berita diatas, seperti:

“KWPSI juga menilai penutupan situs Islam oleh Kemenkominfo atas dasar permintaan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) juga bagian dari pelanggaran undang-undang kebebasan pers dan mengerdilkan Islam”

“Penutupan situs Islam seharusnya tidak terjadi jika pemerintah lebih persuasi dan tidak semena-mena.

Pada dasarnya, penguasa memiliki andil yang kuat dalam mempegaruhi berita di media massa. Namun sebagai insan pers, pers memiliki tanggung jawab dimana hati nuraninya berorientasi terhadap kepentingan khalayak. Karena suatu informasi akan mendatangkan penilaian dan dampak penerimaan yang harus dipertanggungjawabkan.

75 BAB V

Dokumen terkait