• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

2.1. Analisis bioteknis 1 Kesesuaian lahan

Kesesuaian lahan merupakan kecocokan suatu lahan untuk tujuan penggunaan tertentu, melalui penentuan nilai (kelas) lahan serta pola tata guna lahan yang dihubungkan dengan potensi wilayahnya sehingga dapat diusahakan penggunaan lahan yang lebih terarah berikut usaha pemeliharaan kelestariannya (Hardjowigeno 2001). Selanjutnya dijelaskan bahwa pengembangan lahan untuk budidaya tambak perlu diperhatikan beberapa faktor sebagai berikut 1) Sumber air, debit dan kualitasnya, yaitu : oksigen terlarut, salinitas, suhu, kecerahan, pH air, ammonia, hidrogen sulfide dan lain-lain, 2) Amplitudo pasang surut, 3) Topografi dan ketinggian tempat, 4) Iklim, dan 5) Sifat tanah, yaitu : lapisan pirit, tekstur tanah, drainase tanah dan gambut.

Poernomo (1992) menyatakan bahwa dalam memilih lokasi untuk pertambakan, faktor yang perlu diperhatikan antara lain : sumber air, amplitudo pasang surut dan ketinggian elevasi, topografi, kualitas tanah, vegetasi, jalur hijau dan kawasan penyangga, kondisi klimat, keragaan (eksposur), kelengkapan fasilitas, pasok bahan dan kemudahan pemasaran, sebaran pertambakan, tata guna lahan dan kebijakan pemerintah serta keamanan dan sarana sosial. Budidaya udang di tambak memerlukan air yang memenuhi persyaratan baik jumlah maupun mutu. Unsur-unsur kimiawi, fisik dan biologik yang menentukan mutu air tambak antara lain : kadar garam, pH, ammonia dan nitrit, nitrogen sulfide, oksigen terlarut, kekeruhan, kandungan plankton, dan sebagainya.

Untuk keperluan pengairan tambak udang akan sangat ideal apabila lahan pertambakan dibuat di kawasan pantai dekat dengan sungai yang dapat memasok air tawar sepanjang tahun agar dapat mengendalikan salinitas yang diperlukan. Selain itu kesempurnaan pengeluaran air buangan dan air limbah ke perairan umum serta pengeringan dasar tambak secara sempurna akan lebih baik dibandingkan dengan yang jauh dari laut dengan syarat lokasi sepanjang pantai tersebut tidak berlumpur yang disebabkan oleh siltasi.

Persyaratan mutu air tambak yang diperlukan untuk budidaya tambak udang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter kualitas air untuk budidaya udang

No Parameter Satuan Nilai

1 Fisika - Suhu ºC 26 - 30 - Salinitas Permil 10 - 30 - Kecerahan Cm 25 - 50 - Turbidity mg/l < 2.000 2 Kimia - pH - 7,5 - 8,5 - BOD mg/l < 10 -COD mg/l < 50 - Alkalinitas mg/l 50 - 200 - Amonia (NH3) mg/l < 0,1 - H2S mg/l < 0,1 - Nitrat mg/l 200 - Nitrit mg/l 0,3 - Fe mg/l < 0,5 - PO4 mg/l 0,26 - Mercuri (Hg) mg/l < 0,002 - Tembaga (Cu) mg/l < 0,02

Sumber: Direktorat Jenderal Perikanan (1996)

Tektur tanah adalah sifat fisik tanah yang menyatakan kasar – halusnya tanah atau yang menunjukkan perbandingan fraksi-fraksi liat, debu dan pasir (Jamulya dalam acuan Hamid 2003). Menurut Poernomo (1992), tanah yang ideal untuk kegiatan pertambakan adalah yang bertekstur liat berpasir. Poernomo dalam acuan Hamid (2003) membagi persyaratan tekstur tanah menurut tingkat teknologi budidaya yang akan diterapkan. Dalam budidaya ekstensif yang tergantung pada jasad benthos sebagai makanan alami bagi udang, maka harus dipilih dasar tambak lempung sampai liat berpasir. Sedangkan untuk budidaya semi intensif dan intensif karena menggunakan pakan buatan sebagai sumber pakannya maka harus dipilih tekstur tanah lempung liat berpasir hingga lempung berpasir.

Parameter kimia dan fisika tanah yang biasa digunakan sebagai syarat minimal adalah tekstur tanah, pH, kandungan bahan organik, unsur hara, kandungan pirit dan tekstur tanah. Kondisi parameter ini menentukan pola penyiapan konstruksi dan sistem budidaya. Tekstur tanah akan berpengaruh pada

konstruksi. Semakin tinggi kadar liat dan semakin sedikit kadar pasir akan semakin stabil dan semakin kedap air. Nilai pH tanah akan berpengaruh pada kesuburan perairan karena kelarutan unsur hara dalam air ditentukan pula oleh derajat keasaman tanah dan air. Sementara kandungan pirit adalah termasuk unsur yang tidak dikehendaki karena mengakibatkan turunnya pH air. Secara ringkas persyaratan kualitas tanah untuk tambak udang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Parameter kualitas tanah untuk budidaya udang

No Parameter Nilai

1 Tekstur Liat s/d liat berpasir

2 pH 6,0 - 7,0 3 Bahan organik 1,6 - 7,0 % 4 Karbon 3 - 5 % 5 Nitrogen 0,40 - 0,75 % 6 Kalsium 5,0 -20,0 me/100 g 7 Magnesium 1,5 - 8,0 me/100 g 8 Kalium 0,5 - 1,0 me/100 g 9 Natrium 0,7 - 1,0 me/100 g 10 Fosfor 30 - 60 ppm 11 Pirit < 2%

Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan (1996)

2.1.2. Daya dukung kawasan

Scones dalam acuan Prasetyawati (2001) membagi daya dukung

lingkungan menjadi dua yaitu daya dukung ekologis (ecological carrying

capacity) dan daya dukung ekonomi (economic carrying capacity). Daya dukung

ekologis adalah jumlah maksimum hewan-hewan pada suatu lahan (tambak) yang dapat didukung tanpa mengakibatkan kematian karena faktor kepadatan maupun

terjadinya kerusakan lingkungan secara permanen (irreversible). Hal ini

ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan seperti suhu, pH, salinitas dan sebagainya. Sedangkan daya dukung ekonomi adalah tingkat produksi yang memberikan keuntungan maksimum dan ditentukan oleh tujuan usaha secara

ekonomi. Dalam hal ini digunakan parameter kelayakan usaha seperti net present

value (NPV), benefit cost ratio (Net B/C) dan internal rate of return (IRR).

adalah suatu yang berhubungan erat dengan produktifitas lestari perairan tersebut, artinya daya dukung lingkungan itu sebagai nilai mutu lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi semua unsur komponen (fisika, kimia dan biologi) dalam suatu kesatuan ekosistem.

Daya dukung suatu perairan untuk budidaya udang di tambak merupakan suatu faktor yang harus diperhitungkan dalam merencanakan pembukaan lahan. Menurut Widigdo (2001), limbah cair tambak biasanya dibuang ke sungai, perairan pantai atau langsung ke laut. Limbah tersebut akan diencerkan oleh perairan penerimanya dan akan diasimilasi (didegradasi) menjadi unsur hara oleh mikroba yang ada di perairan penerima. Kapasitas dan daya tampung perairan penerima limbah berbanding lurus dengan kualitas dan kuantitas perairan. Dengan asumsi bahwa perairan yang digunakan untuk kegiatan budidaya telah memenuhi persyaratan kualitatif, maka kuantitas air penerima akan merupakan faktor penentu berapa banyak limbah yang akan diterima oleh suatu badan perairan agar kualitasnya masih layak untuk digunakan kegiatan budidaya yang berkelanjutan. Menurut Allison dalam acuan Widigdo (2001), menyatakan bahwa untuk menjaga agar kualitas perairan umum masih tetap layak untuk budidaya maka perairan penerima limbah cair dari kegiatan budidaya harus memiliki volume antara 60 – 100 kali lipat dari volume limbah cair yang dibuang ke perairan umum. Daya dukung ini dihitung berdasarkan volume air laut yang masuk ke aliran pantai dengan rumus sebagai berikut :

− = tg h 2x hy 0,5 V0

V0 adalah volume air laut yang masuk ke perairan pantai, h adalah kisaran pasut

(tidal range) setempat, x adalah jarak dari garis surut ke arah laut sampai ke suatu titik dengan kedalaman minimal 2 meter, y adalah lebar areal tambak yang sejajar

garis pantai dan θ adalah kemiringan dasar laut.

Dokumen terkait