• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.6. Analisis Data

4.6.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan dependen menggunakan uji Chi square pada variabel indeks masa tubuh, kebiasaan merokok dan kesegaran jasmani. Sedangkan uji Kruskall wallis dengan derajat kepercayaan 95% dan tingkat kemaknaan (α) 5% digunkanan pada variabel usia kerja dan masa kerja yang memiliki data numerik serta tidak berdistribusi normal.

Jika P value ≤ nilai α (0,05) maka dapat ditarik kesimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel. Sebaliknya jika P value > nilai α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kedua variabel.

Rumus Uji Chi square Rumus Uji Kruskal wallis

Keterangan: X2 : Chi square O : Nilai observasi E : Nilai ekspektasi Keterangan: N = jumlah sampel

Tg = jumlah peringkat pada kelompok g ng = jumlah sampel pada kelompok g

56

BAB V HASIL

5.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

5.1.1. Sejarah dan Lokasi PT. Caterpillar Indonesia

PT. Caterpillar Indonesia merupakan suatu perusahaan pembuatan alat berat ternama yang berasal dari Amerika. PT. Caterpillar Indonesia bertugas membuat sebagian alat berat tersebut di Indonesia. Sedangkan hasil produksinya dipasarkan oleh Trakindo. PT. Catepillar Indonesia didirikan pertama kali pada tahun 1982 dengan nama PT. Natra Raya hingga kemudian pada saat Maret 2010 berganti nama menjadi PT. Caterpillar Indonesia. Perusahaan ini memiliki luas area sebesar 10 hektar tanah dimana sekitar 15.000 m2 merupakan lahan untuk kegiatan manufacturing yang berlokasi di Jl. Narogong Raya Km 19 Cileungsi Bogor 16820. PT. Caterpillar Indonesia memiliki pekerja sekitar 300 orang. Dimana pekerjanya merupakan pekerja yang handal dan memiliki loyalitas tinggi. Saat ini system CPS (Caterpillar Production System) diberlakukan untuk lebih meningkatkan kualitas produk.

5.1.2. Visi dan Misi PT. Caterpillar Indonesia 1. Visi

“Pekerja dan proses kami bisa membuat produk utama Caterpillar menjadi pesaing handal di pasaran ASEAN. Kami menjadi penyelia yang dipilih oleh masyarakat daerah Asia Pasifik untuk produk work tools dan OHT truck bodies.”

57

2. Misi

Untuk menyediakan produk utama dan work tools Caterpillar yang fleksibel, responsif dan biaya manufacturing yang efektif dengan semangat untuk melakukan continuous improvement. Maka Caterpillar memiliki misi sebagai berikut :

a. Kami memberikan nilai-nilai Caterpillar dan menunjukkannya pada kegiatan sehari-hari.

b. Kami akan menyediakan lingkungan kerja yang aman dan bebas kecelakaan untuk seluruh karyawan.

c. Kami memperbesar posisi kami sebagai perusahaan manufacture tingkat ASEAN.

d. Dengan bekerjasama dengan kelompok produk work tool, kami menemukan bisnis model dan proses optimum untuk merespon kebutuhan yang unik pada bisnis work tool.

e. Kami membangun kemampuan dan proses kelas dunia melalui penggunaan dari Caterpillar Production System.

f. Kami sangat terkait dengan komunitas lokal.

5.1.3. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Caterpillar Indonesia

Keselamatan di PT. Caterpillar Indonesia sangat mendapat perhatian khusus karena sifatnya yang penting. Slogan “Employee Safety First” merupakan salah satu bukti bahwa PT. Caterpillar Indonesia sangat memperhatikan kesejahteraan karyawannya. “Kerjasama, komunikasi yang terbuka dan keterlibatan karyawan sangat penting untuk menciptakan suatu

58

tempat kerja yang aman” merupakan penjelasan dari slogan tersebut. PT. Caterpillar Indonesia menginginkan seluruh karyawannya selamat tiba di rumah, setiap orang dan setiap hari. Untuk lebih meningkatkan keselamatan karyawan, PT. Caterpillar Indonesia memberlakukan Safety Walk setiap hari senin di awal bulan, safety and council meeting setiap hari selasa di tiap minggunya, juga melakukan Safety Sign Off, FMEA Risk Assesment dan SWS Audit.

PT. Caterpillar Indonesia berhasi melakukan 294 hari kerja Zero Recordble Accident mulai tanggal 22 Juni 2006 sampai 26 Agustus 2008, sehingga pada perayaan 2 tahunnya pada tahun 2008 PT. Caterpillar Indonesia mulai memperhatikan masalah ergonomi yang tentunya jika tidak di perhatikan akan menyebabkan masalah kesehatan bagi karyawan di kemudian hari.

1. Visi Keselamatan

“Visi keselamatan Caterpillar adalah dikenal sebagai pemimpin dalam industrinya dengan menciptakan dan memelihara tempat kerja yang bebas kecelakaan. Kami percaya bahwa kecelakaan dan cidera dapat dihindari, karenanya kami dari hal ini adalah nol. keselamatan karyawan merupakan hal utama dalam segala hal yang kami lakukan dan kami percaya dengan terus meningkatkan praktek, proses dan kinerja keselamatan akan mendukung keunggulan usaha, dimana seluruh karyawan Caterpillardikenal seluruh dunia.”

59

2. Kebijakan Mutu

“PT. Caterpillar Indonesia membuat dan mengirimkan produk Caterpillar dengan kualitas unggul pada pelanggan melalui keterlibatan semua karyawan, penerapan Caterpillar Production System dan peningkatan mutu yang berkesinambungan pada setiap aspek bisnis kami. Kami akan bekerja dengan seluruh mitra kerja Value Stream untuk memacu perbaikan ini secara berkesinambungan.”

5.1.4. Gambaran Bagian Produksi PT. Caterpillar Indonesia

HEX merupakan akronim dari Hydraulic Excavator, sedangkan TTT adalah Track-Type Tractor danWTD adalah Work Tool Demand. Sehingga produksi utama PT. Caterpillar Indonesia saat ini adalah HEX, TTT dan WTD.

1. Fabrikasi

Pertama kali PT. Caterpillar Indonesia melakukan kegiatan operasi adalah untuk mengerjakan OTO (One Time Order) work tool yang dipesan hanya satu kali dengan spesefikasi khusus. Semua kegiatan fabrikasi kelas A untuk Excavator dilakukan di PT. Caterpillar Indonesia. Sedangkan Track-Type Tractor yang dikerjakan di fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia antara lain : C-frame, blade, canopy. Untuk memenuhi kebutuhan sumber daya di fabrikasi, maka PT. Caterpillar Indonesia membutuhkan orang-orang yang biasa melakukan kegiatan las dengan berkualitas dan memiliki pengalaman.

60

2. Assembly, Test dan Paint

Mesin dirakit berasal dari material yang didapat dari Caterpilllar pusat, fabrikasi yang diproduksi di PT. Caterpillar Indonesia dan material yang dibeli dari supplier lokal. Sehingga membutuhkan investasi modal yang sangat rendah. Dibutuhkan orang-orang yang teliti mengerjakan bidang ini, karena kesalahan dalam melakukan assembly bisa mengakibatkan ketidakpuasan konsumen.

3. Work Tool

PT. Caterpillar Indonesia memproduksi berbagai macam work tool dalam skala besar. Work tool mengerjakan blade untuk D10 dan D11, bucket tipe 992 dan tipe besar lainnya sesuai dengan pesanan yang diminta. Selain itu, work tool juga menyediakan peralatan untuk kegiatan kehutanan seperti grapples dan log forks.

5.2. Analisis Univariat

5.2.1. Gambaran Keluhan MSDs pada Responden di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Tabel 5.1.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluhan MSDs di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Keluhan Jumlah %

Keluhan Berat 7 9,3

Keluhan Ringan 58 77,3

Tidak ada keluhan 10 13,4

Total 75 100

61

Berdasarkan pengumpulan data dengan kuesioner terhadap 75 responden, diketahui bahwa tidak semua responden mengalami keluhan MSDs. Sebanyak 10 responden (13,4%) sama sekali tidak mengalami keluhan dan sebesar 65 responden merasakan keluhan MSDs yang merasakan keluhan, diantaranya 7 responden mengalami keluhan MSDs berat dan 58 responden mengalami keluhan MSDs ringan.

Indikator keluhan MSDs pada penelitian ini berdasarkan pada 27 titik tubuh. Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan bagian tubuh yang merasakan keluhan MSDs dapat dilihat pada grafik berikut berikut.

Grafik 5.1.

Distribusi Frekuensi Keluhan MSDs Berdasarkan Anggota Tubuh Pada Responden di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Sumber : Data Primer

Berdasarkan data di atas, diperoleh paling banyak keluhan yang dirasakan adalah pada bagian pinggang yaitu sejumlah 45 responden, betis

62

kanan dan kiri, serta sebanyak 30 responden yang merasakan keluhan bagian leher. Sedangkan bagian tubuh yang paling sedikit dirasakan keluhan adalah pada paha kiri yaitu sejumlah dua orang.

5.2.2. Gambaran Risiko Pekerjaan di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Hasil penelitian mengenai faktor pekerjaan diperoleh dari pengukuran bagian tubuh leher, punggung, bahu dan pergelangan tangan dengan mempertimbangkan durasi, frekuensi dan beban pekerjaan. Adapun hasil yang diperoleh mengenai faktor pekerjaan pada responden di bagian Fabrikasi dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Risiko Pekerjaan di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Tingkat Risiko Pekejaan Jumlah %

Sedang 39 52

Rendah 36 48

Total 75 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa paling banyak pekerjaan dengan tingkat risiko sedang yang dialami oleh 39 pekerja (52%) sedangkan tingkat risiko rendah dialami oleh 36 orang pekerja (48%). 5.2.3. Gambaran Usia dan Masa Kerja pada Responden di Bagian Fabrikasi

PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Hasil penelitian mengenai usia dan masa kerja responden pada bagian Fabrikasi di PT. Caterpillar Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.3.

63

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia dan Masa Kerja di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

NO Variabel Mean SD Min – Max

1 Usia Pekerja 30,71 (tahun) 6,281 21 – 43 2 Masa Kerja 84,13 (Bulan) 75,642 8 – 240 Sumber : Data Primer

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata usia responden di bagian Fabrikasi adalah 31 tahun, untuk usia responden paling muda adalah 21 tahun, sedangkan usia responden paling tua adalah 43 tahun.

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang memiliki masa kerja terendah adalah selama 8 bulan, responden yang memiliki masa kerja terlama adalah 20 tahun dan rata-rata masa kerja responden adalah 84,13 bulan (7 tahun).

5.2.4. Gambaran Indeks Masa Tubuh pada Responden di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia 2010

Hasil penelitian mengenai indeks masa tubuh pada responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpilar Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indeks Masa Tubuh di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Indeks Masa Tubuh Jumlah %

Obesitas (IMT >30) 13 17.3

Overweight (IMT 25-29,9) 11 14.7

Normal (IMT 18-24,9) 32 42.7

Underweight (IMT < 18) 19 25.3

Total 75 100

64

Dari data di atas dapat dilihat bahwa responden memiliki obesitas sejumlah 13 pekerja (17,3%), over weight sebanyak 11 pekerja (14,7%), under weight sejumlah 19 pekerja (25,3%) dan pekerja yang memiliki IMT normal sebesar 32 pekerja (42,7%).

5.2.5. Gambaran Kebiasaan Merokok pada Responden di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Hasil penelitian terkait kebiasaan merokok pekerja dapat diketahui berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi setiap hari dengan pengkategorian merokok dan tidak merokok. Adapun distribusi kebiasaan merokok pada responden di bagan Fabrikasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.5.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Kebiasaan Merokok Jumlah %

Berat 1 1.3

Sedang 8 10,7

Ringan 30 40

Tidak merokok 36 48

Total 75 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden paling banyak tidak memiliki kebiasaan merokok yaitu sejumlah 36 orang (48%), responden paling banyak memiliki kebiasaan merokok ringan yaitu sebesar 30 orang, sedangkan responden yang memiliki kebiasaan merokok berat hanya terdapat 1 orang (1,3%).

65

5.2.6. Gambaran Kesegaran Jasmani pada Responden di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Hasil penelitian mengenai gambaran pekerja berdasarkan kesegaran jasmani pada responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia pada tahun 2010 dapat dilihat pada berikut.

Tabel 5.6.

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesegaran Jasmani di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Kesegaran Jasmani N %

Kurang 48 64

Cukup 27 36

Total 75 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 48 pekerja (64%) memiliki kesegaran jasmani yang kurang, sedangkan responden yang memiliki kesegaran jasmani yang baik adalah sebanyak 27 pekerja (36%). 5.3. Analisis Bivariat

5.3.1. Hubungan antara Risiko Pekerjaan dengan Keluhan MSDs pada Welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Analisis Responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia berdasarkan hubungan antara risiko pekerjaan dengan keluhan MSDs dapat dilihat pada tabel berikut:

66

Tabel 5.7.

Analisis Hubungan antara Risiko Pekerjaan dengan Keluhan MSDs Pada Responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010 Risiko

Pekerjaan

Keluhan MSDs

Total

P value Berat Ringan Tidak ada

n % n % n % n %

Sedang 7 17,9 31 79,5 1 2,6 39 100

0,000

Rendah 0 0 27 75 9 25 36 100

Sumber : Data Primer

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 39 responden yang memiliki risiko pekerjaan yang sedang, responden paling banyak mengalami tingkat keluhan MSDs ringan yaitu sebesar 31 pekerja (79,5%). Sedangkan dari 36 responden dengan risiko pekerjaan yang rendah, paling banyak memiliki keluhan MSDs ringan yaitu sejumlah 27 pekerja (75%).

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh p value sebesar 0,000 (p value < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara risiko pekerjaan dengan keluhan MSDs pada welder yang dialami oleh responden.

5.3.2. Hubungan antara Usia Pekerja dengan Keluhan MSDs pada Welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Analisis responden berdasarkan hubungan antara usia pekerja dengan keluhan MSDs diperoleh menggunakan uji non parametrik yaitu uji kruskall-wallis. Hal tersebut tersebut dikarenakan data variabel usia merupakan data yang berdistribusi tidak normal. Adapun hasil uji yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut:

67

Tabel 5.8.

Analisis Hubungan Antara Usia Dengan Keluhan MSDs Pada Responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010

Keluhan MSDs N Mean P value

Berat 7 35.57

0,116

Ringan 58 30.55

Tidak ada keluhan 10 28.20

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Kruskall- wallis diperoleh p value 0,116 (p value > 0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara usia pekerja dengan keluhan MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia pada tahun 2010.

5.3.3. Hubungan antara Masa Kerja dengan Keluhan MSDs pada Welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Hasil penelitian mengenai hubungan antara masa kerja dengan keluhan MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.9.

Analisis Hubungan antara Masa Pekerja dengan Keluhan MSDs Pada Responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar

Indonesia tahun 2010

Tingkat keluhan n Mean P value

Berat 7 170.29

0,002

Ringan 58 82.02

Tidak ada keluhan 10 36.10

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil uji Kruskall-wallis diperoleh p value sebesar 0,002 (P value < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

68

antara masa kerja dengan keluhan MSDs yang dialami oleh welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010.

5.3.4. Hubungan antara Indeks Masa Tubuh dengan Keluhan MSDs pada Welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010

Hasil penelitian mengenai hubungan antara indeks masa tubuh dengan keluhan MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.10.

Analisis Hubungan antara Indeks Masa Tubuh dengan Keluhan MSDs Pada Responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar

Indonesia tahun 2010 Variabel

Keluhan MSDs

Total P value Berat Ringan Tidak ada

n % n % n % n % Obesitas 2 15,4 9 69,2 2 15,4 13 100 0,941 Over weight 1 9,1 8 72,7 2 18,2 11 100 Normal 3 9,4 26 81,2 3 9,4 32 100 Under weight 1 5,3 15 78,9 3 15,8 19 100 Sumber : Data Primer

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 13 responden yang memiliki yang obesitas, paling banyak responden mengalami keluhan MSDs ringan yaitu sebesar 9 (69,2%) dari 13 pekerja. Responden yang under weight, paling banyak mengalami keluhan MSDs ringan yaitu sejumlah 15 (78,9%) dari 19 pekerja. Sedangkan responden yang memiliki IMT normal, paling banyak mengalami keluhan MSDs ringan.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 0,941 (p value > 0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara indeks

69

masa tubuh dengan keluhan MSDs yang dialami oleh welder pada bagian Fabrikasi di PT. Caterpillar Indonesia.

5.3.5. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Keluhan MSDs pada

Dokumen terkait