• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan musculosletal disorders pada welder di bagian fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan musculosletal disorders pada welder di bagian fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan Skripsi dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MUSCULOSCELETAL DISORDERS PADA WELDER DI BAGIAN

FABRIKASI PT. CATERPILLAR INDONESIA TAHUN 2010

Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 20 Desember 2010

Mengetahui,

Iting Shofwati, ST, M.KKK Pembimbing Skripsi I

(2)

ii

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 20 Desember 2010

Penguji I,

Iting Shofwati, ST, MKKK

Penguji II,

Catur Rosidati, SKM, MKM

Penguji III,

(3)

iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhamad Taufik Zulfiqor Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 16 Agustus 1988 Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Narogong Molek 6 Blok F/64 No. 02 RT.02/RW.019, Kel.Kp.Pengasinan, Kec.Rawa Lumbu, Bekasi Timur. 17115

Agama : Islam

Status Pernikahan : Akan menikah Nomor Handphone : +62(21) 9922 5968

Email : zulfiq_or@ymail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

2006-2010 S1-Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2003-2006 SMA Negeri 3 Bekasi

2000-2003 SLTP Negeri 16 Bekasi

1994-2000 SD Negeri Margahayu I Kp.Pengasinan, Bekasi Timur PENGALAMAN MAGANG

Februari – Maret 2010 PT. Perusahaan Gas Negara (Persero), Tbk Strategic Bussines Unit Daerah Wilayah I, Divisi Keselamatan Kerja dan Lingkungan.

PENGALAMAN ORGANISASI

2010-2011 Staff Administrasi Komisi Penanggulangan AIDS Kota Tangerang Selatan

2009-2010 Staf Ahli Departemen Litbang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Ciputat.

2009-2010 Koordinator Lembaga Semi Otonom (LSO) Fund Rising Komisariat Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan (KOMFAKKES) PMII

2008-2009 Koordinator Departemen Kaderisasi Komisariat Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan (KOMFAKKES) PMII

2008-2009 Ketua Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) I & II Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang

2008-2009 Sekretaris Umum Dewan Pimpinan Wilayah Partai Persatuan Mahasiswa (DPW PPM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Alloh SWT yang telah memberikan pertolongan kepada para hambanya. Dan dengan memohon kepada Alloh SWT semoga memberikan tambahan rahmat dan Islam kepada orang yang termulya dari kesekian hambanya, yaitu makhluq-Nya yang paling mulia, Muhammad Saw.

Laporan ini merupakan hasil dari proses kegiatan penelitian yang dilakukan di PT. Caterpillar Indonesia selama 1 bulan. Begitu banyak pengalaman dan pengetahuan yang tidak dapat tertuang dalam laporan ini. Semoga dengan laporan skripsi ini, mudah-mudahan Alloh SWT selalu melimpahkan pertolongan dan ridla-Nya sehingga dapat menjadi manfaat bagi yang membaca secara umumnya dan bagi penulis secara khususnya.

Sebagai akhir kata, dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur memberikan ucapan terimakasih atas terselesaikannya skripsi ini kepada:

1. Keluargaku tercinta, Bapak dan Mama yang selalu memberikan nasihat dan semangat agar selalu menjadi orang yang mengamalkan ilmunya. Serta Kakakku Yuli, yang telah berkenan meminjamkan laptopnya untuk menyelesaikan skripisi ini.

2. Guruku, KH. Drs. Misbahul Anam, At Tijanny yang merupakan sumber inspirasi dan telah banyak memberikan nasihat hingga saat ini.

3. Prof. Dr (Hc). dr. MK. Tadjudin, SP.And selaku Dekan, yang telah banyak memfasilitasi selama kegiatan menuntu ilmu.

4. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS sebagai Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah membuka jalan pengetahuan Kesehatan Masyarakat yang luas.

5. Bunda Iting Shofwati ST, M.KKK selaku pembimbing yang secara tulus dan penuh kesabaran menyalakan pelita di gelapnya dunia.

6. Bunda Minsarnawati, SKM, MKM yang telah memberikan coretan ilmu dan kasih sayang selama penyusun skripsi ini.

(5)

v

8. dr. Ali Nurrahman, M.KKK selaku penguji yang telah memberikan banyak saran terhadap skipsi ini.

9. Pak Ahmad Gozali yang banyak membantu administrasi.

10.Ibu Tari selaku General Manager PT. Caterpillar Indonesia yang secara terbuka menerima penulis untuk melakukan kegiatan penelitian skripsi. 11.Bapak Yogi Daryoto, ST yang telah banyak membantu penlitian dan

memotivasi penulis untuk terus belajar.

12.Bapak Moch. Iswantara, Bapak Rudi dan Bapak Budi yang selalu membimbing di lapangan dan memberikan masukan-masukan bermanfaat serta motivasi dalam memaknai hidup ini.

13.Kawan-kawan di Istana Kertamukti; Kang Surma Adnan, Mas Fajar Iqbal, Mas Ahmad Dharif, Mas Purwanto, Aa Iwang, Bang Masda Hilmi, Kakak Rizwan dan Kakak Bagol.

14.Segenap Insan Pergerakan dan Sahabat-sahabat PMII Komisariat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, terima kasih atas semangatmu dan selalu ‘Yakin Usaha Sampai’.

15.Sahabat-sahabat tercinta di Kesehatan Masyarakat 3G FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga keberkahan selalu menyertai langkah kita. 16.Khushushon ilaa Jam’iyyat el quusn, Blows Band Marawis and The Crazy

Wheelsof zero sixs (Aditya Pratama & Prayudi, Ahmad Fauzi, Defriyan, Dian Rawar, Dauly, Halsariki, Lutfi Fauji, Nouval, Ali Imron, Zaenal Arifin, Yunus, Musthafa Iban, Said Muchsin, Trimunggara).

Selalu bergerak dalam kreatifitas..! 17.Dan Łẳkh, makasih yaa,,,

Ucapan terimakasih ini tidak diberikan kepada penghambat kreatifitas dan kemampuan mahasiswa dalam mengembangkan kemurnian dan ketulusan hati untuk berkarya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan memperluas wisata ilmu, khusunya di dunia Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Jakarta, 20 Desember 2010

(6)

vi UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Skripsi, Desember 2010

Muhamad Taufik Zulfiqor, NIM : 106101003341

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculosceletal Disorders pada Welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010 viii + 114 Halaman, 22 Tabel, 10 Gambar, 2 Skema, 1 Grafik, Lampiran

ABSTRAK

Musculoskeletal disorders (MSDs) adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai sangat sakit. Hasil studi pendahuluan diperoleh 80% pekerja (10 welder) merasakan keluhan MSDs, 40% pekerja mengeluh pada bagian pinggang, 20% pada lengan kanan, betis kanan dan leher bawah, 20% keluhan pada lengan kanan dan pinggang saja.

Penelitian ini dilakukan di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia pada Juni-Desember 2010. Sampel penelitian sebanyak 75 orang menggunakan desain cross sectional study. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square dan Kruskall Wallis. Variabel yang diteliti adalah risiko pekerjaan, usia, masa kerja, indeks masa tubuh, kebiasaan merokok dan kesegaran jasmani.

Hasil penelitian didapatkan tingkat keluhan MSDs ringan sebanyak 58 orang (77,3%) dan keluhan MSDs berat sejumlah 7 orang (9,3%). Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara keluhan MSDs dengan risiko pekerjaan (p value = 0,000), masa kerja (p value = 0,002), kebiasaan merokok (p value = 0,044) dan kesegaran jasmani (p value = 0,000). Sedangkan yang tidak berhubungan adalah usia (p value = 0,116) dan indeks masa tubuh (p value = 0,941).

Pekerja disarankan melakukan istirahat disaat mulai merasakan stres pada otot tubuh, melakukan senam pagi setiap hari dan menggunakan back support untuk meminimalisir keluhan MSDs. Perusahaan dapat melakukan rotasi pekerjaan untuk menghindari stress pada otot tubuh akibat pekerjaan yang menetap, melakukan pengawasan terhadap kegiatan senam pagi dan melakukan program quit smoking untuk mengendalikan kebiasaan merokok pekerja.

Daftar Bacaan : 48 (1987 - 2009)

(7)

vii UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH

CONCENTRATION SAFETY AND HEALTH WORK Thesis, December 2010

Muhamad Taufik Zulfiqor, NIM : 106101003341

Factors Associated to Welders of Musculosceletal Disorders Complaints in Fabrication Division at PT. Caterpillar Indonesia Year 2010

viii + 114 Pages, 22 Tables, 10 Pictures, 2 Skemes, 1 Grafic, 6 Attachments ABSTRACT

Musculoskeletal disorders (MSDs) is a pain on the parts of muscle sceletal when that pain starting from a very mild complaint until the very sick. Preliminary study had been showed that 80% of workers (10 welders) symptoms of MSDs, 40% of workers felt on waist, 20% felt on right arm, right leg and under neck, 20% of pain felt on right arm and waist.

This researched was conducted in the Fabrication of PT. Caterpillar Indonesia on June until December 2010 with 75 samples and using a cross sectional study design. The statistical test had been used chi square and Kruskall Wallis. Variables studied an occupational risk, age, periode of employment, body mass index, smoking habits and physical fitness.

The results showed a mild level of MSDs complaints were 58 peoples (77.3%) and complaints of heavy MSDS number of 7 persons (9.3%). Statistical analysis showed an association between MSDs complaints with occupational risk (p value = 0.000), periode of employment (p value = 0.002), smoking habits (p value = 0.044) and physical fitness (p value = 0.000). While that is not related to age (p value = 0.116) and body mass index (p value = 0.941).

To reduce the MSDs complaints suggested to take a rest while begin to feel stress on the muscles of the body, doing morning exercises every day and use a back support and company can do the job rotation to avoid stress on the muscles of the body due to permanent jobs, would be monitoring stretching activities and conducting a quit smoking program.

Reading list : 48 (1987 - 2009)

(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR SKEMA ... xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

DAFTAR ISTILAH ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Pertanyaan Penelitian ... 7

1.4. Tujuan Penelitian ... 8

1.4.1.Tujuan Umum ... 8

1.4.2.Tujuan Khusus ... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 9

1.5.1.Bagi Perusahaan ... 9

1.5.2.Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ... 10

1.5.3.Bagi Peneliti ... 10

1.6. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Musculoskeletal Disorders (MSDs) ... 12

2.1.1. Jenis-Jenis MSDs ... 13

(9)

ix

2.1.3. Faktor-Faktor Penyebab MSDs ... 16

2.1.4. Pengendalian MSDs ... 29

2.1.5. Metode Penilaian Risiko MSDs ... 30

2.2. Kerangka Teori ... 38

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep ... 40

3.2. Definisi Operasional ... 42

3.3. Hipotesis ... 44

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ... 45

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 45

4.3. Populasi dan Sampel ... 45

4.4. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 46

4.4.1. Variabel Keluhan MSDs ... 46

4.4.2. Variabel Faktor Pekerjaan ... 47

4.4.3. Variabel Usia ... 52

4.4.4. Variabel Kesegaran Jasmani ... 52

4.4.5. Variabel Kebiasaan Merokok ... 52

4.4.6. Variabel Lama Kerja ... 53

4.4.7. Variabel Indeks Masa Tubuh ... 53

4.5. Pengolahan Data ... 53

4.5.1. Menyunting Data (Editing) ... 53

4.5.2. Mengkode data (Coding) ... 54

4.5.3. Memasukkan data (Entry) ... 54

4.5.4. Membersihkan data (Cleaning) ... 54

4.6. Analisis Data ... 54

4.6.1. Analisis Univariat ... 54

(10)

x BAB V HASIL

5.1. Gambaran Umum PT. Caterpillar Indonesia ... 56 5.1.1. Sejarah dan Lokasi PT. Caterpillar Indonesia ... 56 5.1.2. Visi dan Misi PT. Caterpillar Indonesia ... 56 5.1.3. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Caterpillar

Indonesia ... 57 5.1.4. Gambaran Bagian Produksi PT. Caterpillar Indonesia ... 59 5.2. Analisis Univariat... 60

5.2.1. Gambaran Keluhan MSDs Pekerja di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia ... 60 5.2.2. Gambaran Risiko Pekerjaan di Bagian Fabrikasi PT.

Caterpillar Indonesia Tahun 2010 ... 62 5.2.3. Gambaran Usia dan Masa kerja pada Responden di Bagian

Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010 ... 62 5.2.4. Gambaran Indeks Masa Tubuh pada Responden di Bagian

Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia 2010 ... 63 5.2.5. Gambaran Kebiasaan Merokok pada Responden di Bagian

Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010 ... 64 5.2.6. Gambaran Kesegaran Jasmani pada Responden di Bagian

Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010 ... 65 5.3. Analisis Bivariat ... 65

5.3.1. Hubungan antara Faktor Pekerjaan dengan Keluhan MSDs pada welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia ... 65 5.3.2. Hubungan antara Usia Pekerja dengan Keluhan MSDs pada

welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010 ... 66 5.3.3. Hubungan antara Masa Kerja dengan Keluhan MSDs pada

(11)

xi

5.3.4. Hubungan antara Indeks Masa Tubuh dengan Keluhan MSDs pada welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia

Tahun 2010 ... 68

5.3.5. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Keluhan MSDs pada welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010 ... 69

5.3.6. Hubungan antara Kesegaran Jasmani dengan Keluhan MSDs pada welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010 ... 70

BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Keterbatasan Penelitian ... 71

6.2. Gambaran Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan MSDs .. 71

6.2.1. Keluhan Musculosceletal Disorders ... 71

6.2.2. Risiko Pekerjaan ... 75

6.2.3. Usia Pekerja ... 76

6.2.4. Masa Kerja ... 77

6.2.5. Indeks Masa Kerja ... 77

6.2.6. Kebiasaaan Merokok ... 77

6.2.7. Kesegaran Jasmani ... 78

6.3. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan MSDs .. 78

6.3.1. Hubungan antara Faktor Pekerjaan dengan Keluhan MSDs ... 78

6.3.2. Hubungan antara Usia dengan Keluhan MSDs ... 82

6.3.3. Hubungan antara Masa Kerja dengan Keluhan MSDs ... 84

6.3.4. Hubungan antara Indeks Masa Tubuh dengan Keluhan MSDs ... 86

6.3.5. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Keluhan MSDs ... 87

6.3.6. Hubungan antara Kesegaran Jasmani dengan Keluhan MSDs .... 90

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan ... 94

(12)

xii

7.2.1. Bagi Pekerja ... 94 7.2.2. Bagi Perusahaan ... 95 7.2.3. Peneliti Selanjutnya ... 95 DAFTAR PUSTAKA

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Grand Score RULA ... 32

Tabel 2.2. Tabulasi penilaian pada punggung ... 37

Tabel 2.3. Ketegori Nilai Paparan pada Bagian Tubuh ... 38

Tabel 2.4. Kategori Tingkat Paparan & Tindakan ... 38

Tabel 3.1. Definisi Operasional ... 42

Tabel 4.1. Penilaian Risiko Pekerjaan Berdasarkan Postur Tubuh ... 48

Tabel 4.2. Contoh Perhitungan pada Lembar QEC ... 51

Tabel 4.3. Kategori Paparan Total dan Level Tindakan ... 51

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Keluhan MSDs Berdasarkan Keluhan MSDs ... 60

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Risiko Pekerjaan di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010 ... 62

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia dan Masa Kerja di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010 ... 63

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indeks Masa Tubuh di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010 ... 63

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010 ... 64

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesegaran Jasmani di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Tahun 2010 ... 65

Tabel 5.7. Analisis Hubungan antara Risiko Pekerjaan dengan Keluhan MSDs Pada Responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010 ... 66

Tabel 5.8. Analisis Hubungan antara Usia Pekerja dengan Keluhan MSDs Pada Responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010 ... 67

(14)

xiv

Tabel 5.10. Analisis Hubungan antara Indeks Masa Tubuh dengan Keluhan MSDs Pada Responden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010 ... 68 Tabel 5.11. Analisis Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Keluhan MSDs

Pada Resonden di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia Berdasarkan pada tahun 2010 ... 69 Tabel 5.12. Analisis Hubungan antara Kesegaran Jasmani dengan Keluhan MSDs

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. The Trauma Bucket ... 13

Gambar 2.2. Nordic Body Map ... 16

Gambar 2.3. Postur Tubuh Janggal ... 17

Gambar 2.4. Posisi Tubuh yang Akan diukur ... 18

Gambar 2.5. Senam 4-Before ... 25

Gambar 2.6. Proses Penilaian RULA ... 31

Gambar 6.1. Postur Kerja yang Tidak Ergonomis ... 73

Gambar 6.2. Meja Kerja yang Digunakan di PT. Caterpillar Indonesia ... 75

Gambar 6.3. Penggunaan Alat Kerja yang Beratnya mencapai 15 kg ... 81

Gambar 6.4. Back Support ... 82

(16)

xvi

DAFTAR SKEMA

(17)

xvii

DAFTAR GRAFIK

(18)

xviii

DAFTAR ISTILAH

HEX = Alat berat jenis Hydraulic excavator yang terdiri dari Swing Frame, Base frame, Boom, Stick dan Link as.

SWS = Sheet Work System merupakan lembar aturan kerja yang ada di Fabrikasi TTT = Alat berat jenis traktor yang terdir dari C frame, Blade dan Canopy. WTD = Workshop yang hanya mengerjakan bagian HEX & TTT yang berukuran

besar seperti Grapples dan Log forks tipe D10 dan D11. Welder = Orang yang melakukan pengelasan di bagian Fabrikasi A1 = posisi punggung saat netral (< 200).

A2 = posisi punggung saat gerakan fleksi, putaran atau bengkok ( 200-600). A3 = posisi punggung saat fleksi, putaran atau bengkok (> 600).

B1 = pekerjaan yang dilakukan dengan keadaan tidak statis (manual handling). B2 = pekerjaan yang dilakukan dengan keadaan statis.

B3 = intensitas jarang saat melakukan pekerjaan manual handling. B4 = intensitas sering saat melakukan pekerjaan manual handling. B5 = intensitas sangat sering saat melakukan pekerjaan manual handling. C1 = posisi lengan berada pada atau di bawah pinggang.

C2 = posisi lengan pada ketinggian dada.

C3 = posisi lengan berada pada atau lebih di atas bahu. D1 = intensitas lengan jarang bergerak.

D2 = intensitas lengan sering bergerak.

D3 = intensitas lengan sangat sering bergerak.

E1 = posisi pergelangan tangan saat posisi netral (lurus dengan tangan). E2 = posisi pergelangan tangan saat menyimpang atau bengkok ≥ 450. F1 = intensitas jarang ada gerak berulang pada pergelangan tangan. F2 = intensitas sering ada gerak berulang pada pergelangan tangan.

(19)

xix

H1 = berat beban yang dibawa pekerja sebesar ≤ 5 kg. H2 = berat beban yang dibawa pekerja sebesar 6-10 kg. H3 = berat beban yang dibawa pekerja sebesar 11-20 kg. H4 = berat beban yang dibawa pekerja sebesar ≥21 kg.

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat pernyataan telah melakukan penelitian Lampiran 1 Kuesioner penelitian

Lampiran 2 Daftar isian nordic body map Lampiran 3 Gambar nordic body map

Lampiran 4 Lembar pertanyaan quick expossure check

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Musculoskeletal disorders (MSDs) adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon (Grandjean, 1993).

(22)

2 Dalam Media Relations Officer ILO Jakarta, 2007 menyebutkan :

Berdasarkan penelitian yang dilakukan ILO (Organisasi Perburuhan Internasional), sekitar 2,2 juta jiwa per tahun di seluruh belahan dunia kehilangan nyawa akibat kecelakaan ataupun penyakit yang terkait dengan pekerjaan atau rata-rata setiap hari 6.000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik. Akibat pekerjaan juga setiap tahun sebanyak 270 juta jiwa lainnya menderita luka parah dan 160 juta lainnya mengalami penyakit jangka panjang atau pendek.

Pada faktanya, Europan communities (2008) telah memperkirakan sekitar 40% dari MSDs bagian extrimitas atas merupakan akibat dari paparan pekerjaan, atau dengan kata lain lebih dari 500,000 orang telah menderita MSDs setiap tahun. Berdasarkan hasil survey sebelumnya oleh lembaga de santé publique de Montréal pada tahun 2005 didapatkan data bahwa cidera musculoskeletal disorders (MSDs) menyebabkan kehilangan waktu kerja terjadi sekitar 21% pada perusahaan manufacture (Installation, maintenance, and repair occupations) dan sektor pelayanan jasa, mayoritas yang menerima pajanan ini adalah operator ataupun pekerja kasar (dalam Susan Stock et al, 2005).

(23)

3 Berdasarkan hasil survey Departemen Kesehatan RI dalam profil masalah kesehatan tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya, gangguan kesehatan yang dialami pekerja menurut studi yang dilakukan terhadap 482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia, umumnya berupa gangguan MSDs (16%), kardiovaskuler (8%), gangguan syaraf (6%), gangguan pernafasan (3%) dan gangguan THT (1.5%) (Depkes RI, 2005).

Sedangkan hasil studi laboratorium Pusat Studi Kesehatan dan Ergonomi ITB pada tahun 2006-2007, diperoleh data bahwa sebanyak 40-80% pekerja melaporkan keluhan pada musculoskeletal sesudah bekerja (dalam Mega Octarisya, 2009).

(24)

4 sendi. Semakin bertambah usia seseorang, semakin tinggi risiko terjadinya penurunan elastisitas tulang.

Dalam mengatasi masalah elastisitas persendian, Humantech (2003) menjelaskan bahwa seseorang yang tidak pernah melakukan senam ataupun olahraga secara rutin akan menyebabkan otot menjadi tidak fleksibel/kehilangan elastisitasnya sehingga berakibat keluhan MSDs. Sedangkan peningkatan keluhan MSDs itu sendiri juga dipengaruhi oleh umur dan masa kerja, Ohlsson et al. (1989) melaporkan bahwa derajat keluhan MSDs meningkat secara signifikan seiring dengan bertambahnya masa kerja.

Berdasarkan hasil penelitian Juniani dkk, diketahui bahwa ketika melakukan aktifitas pengelasan dengan bebas, pekerja yang sering merasakan kaku pada bahu pada sebanyak 66%, sebanyak 69% pekerja merasa sakit atau nyeri pada leher, 52% nafas pekerja merasa tertekan pada saat melakukan pengelasan dan 77% merasakan nyeri pada bagian punggung.

(25)

5 Setelah dilakukan penerapan fasilitas kerja yang sesuai dengan antropometri pekerja terjadi peningkatan produktivitas sebesar 15% -22%.

Hasil penelitian Hendra dan Suwandi (2008), diketahui bahwa pekerjaan pemanenan kelapa sawit dan pemuatannya ke atas truk mempunyai skor REBA antara 8–10 atau risiko tinggi yang memerlukan tindakan perbaikan segera. Keluhan MSDs terbanyak dialami pada bagian leher dan punggung bawah, yaitu masing-masing sebanyak 98 responden. Sedangkan keluhan paling sedikit adalah pada bagian pantat/bokong. Varibel yang secara signifikan berhubungan dengan keluhan MSDs adalah jenis pekerjaan, umur, dan lama kerja.

(26)

6 pengelasan yang ada terbagi menjadi dua jenis yaitu tack weld (pengelasan titik) dan full weld (pengelasan panjang) dengan posisi pengelasan yang berbeda-beda, sehingga hal tersebut menyumbangkan beberapa variasi bahaya termasuk risiko MSDs. Adapun jumlah pekerja di Fabrikasi yang melakukan proses pengelasan adalah sejumlah 75 orang.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di bulan Juni 2010 terhadap 10 pekerja bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map, diketahui bahwa seluruh pekerja merasakan keluhan MSDs setelah bekerja. Sebanyak dua orang (20%) merasakan keluhan pada bagian pinggang, lengan kanan, betis kanan dan kiri serta leher bawah, sebanyak satu orang (10%) merasakan keluhan nyeri dan pegal-pegal pada pinggang, lengan kanan, betis kanan dan kiri, sejumlah satu orang (10%) merasakan keluhan pada pinggang dan lengan kanan, serta sebanyak empat orang (40%) merasakan keluhan hanya pada pinggang saja.

Selain itu belum ada penelitian yang dilakukan mengenai faktor-faktor yang terkait dengan keluhan MSDs di PT. Caterpillar Indonesia, maka peniliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010”

1.2. Rumusan Masalah

(27)

7 merasakan adanya gejala MSDs seperti nyeri ataupun pegal-pegal setelah bekerja. Gangguan MSDs pada pekerja dapat mempengaruhi penurunan performance kerja, produktivitas dan kualitas kerja, hubungan dalam pekerjaan, penurunan kewaspadaan, gangguan dalam kehidupan keluarga, dan meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan. Juga belum pernah ada penelitian terkait dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan MSDs pada pekerja di PT. Caterpilllar Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pekerjaan, usia pekerja, masa kerja, kebiasaan merokok, indeks masa tubuh dan kesegaran jasmani dengan keluhan MSDs di PT. Caterpilllar Indonesia.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran keluhan MSDs pada welder di PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010?

2. Bagaimana gambaran faktor pekerjaan di PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010?

3. Bagaimana gambaran faktor pekerja (usia, indeks masa tubuh, kebiasaan merokok, masa kerja, kesegaran jasmani) di PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010?

4. Apakah ada hubungan antara risiko pekerjaan dengan keluhan MSDs pada welder di PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010?

(28)

8 6. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan MSDs pada welder

di PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010?

7. Apakah ada hubungan antara indeks masa tubuh dengan keluhan MSDs pada welder di PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010?

8. Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs pada welder di PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010?

9. Apakah ada hubungan antara kesegaran jasmani dengan keluhan MSDs pada welder di PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010?

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan musculoskeletal disorder (MSDs) pada pekerja bagian Fabrikasi di PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran keluhan MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010.

2. Diketahuinya gambaran faktor pekerjaan di PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010.

(29)

9 4. Diketahuinya hubungan antara risiko pekerjaan dengan keluhan MSDs

pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010. 5. Diketahuinya hubungan antara usia dengan keluhan MSDs pada

welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010. 6. Diketahuinya hubungan antara masa kerja dengan keluhan MSDs pada

welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010. 7. Diketahuinya hubungan antara indeks masa tubuh dengan keluhan

MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010.

8. Diketahuinya hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010.

9. Diketahuinya hubungan antara kesegaran jasmani dengan keluhan MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Perusahaan

(30)

10 2. Perusahaan dapat melakukan pertimbangan/koreksi/update terhadap

potensi MSDs yang ada di lingkungan kerja. 1.5.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

1. Diperoleh ilmu/metode baru dalam pengukuran risiko ergonomi pada pekerjaan.

2. Hasil penelitian dapat dijadikan gambaran agar keilmuan K3 yang akan diajarkan di kampus nantinya dapat lebih mendekati kondisi di lingkungan kerja.

3. Terciptanya kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat dengan institusi lain.

1.5.3. Bagi Peneliti

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain yang akan meneliti terkait ergonomi.

2. Dapat mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan terkait risiko ergonomi yang telah didapat di perkuliahan pada tempat kerja yang sesungguhnya.

3. Meningkatkan kemampuan penulis khususnya dalam proses identifikasi bahaya ergonomi di lingkungan kerja.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

(31)
(32)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Musculoskelatal Disorders (MSDs)

MSDs adalah cidera atau penyakit pada sistem syaraf atau jaringan seperti otot, tendon, ligament, tulang sendi, tulang rawan atapun pembuluh darah. Rasa sakit yang akibat MSDs dapat digambarkan seperti kaku, tidak fleksibel, panas/terbakar, kesemutan, mati rasa, dingin dan rasa tidak nyaman. Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang dari mulai keluhan ringan hingga keluhan yang terasa sangat sakit. Apabila otot statis menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Hal inilah yang menyebabkan rasa sakit, keluhan ini disebut keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem Musculoskeletal (Humantech, 2003).

MSDs dapat dilihat dengan menganalogikan pada sebuah ember. Trauma kecil yang diterima dari pekerjaan oleh tubuh “Trauma Bucket”.

Kebetulan, tubuh dapat menyembuhkan MSDs dengan sendirinya akan tetapi dibutuhkan waktu tertentu, sehingga kemampuan tubuh untuk menyembuhkan sendiri diibaratkan seperti “Valve Healing”. Akan tetapi jika terlalu banyak dan

(33)
[image:33.595.111.517.75.554.2]

13 Gambar 2.1.

The Trauma Bucket Theory

Sumber : Applied Ergonomics Training Manual , Humantech 2003

Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Menurut Katharine et al. [2005], Cummulative Trauma Disorders (CTD) atau biasa juga disebut MSDs adalah nyeri muskuloskeletal yang tetap dan selalu muncul akibat trauma setelah 6 (enam) minggu dengan tingkat keluhan ‘mild’, ‘moderate’ and ‘severe discomfort’. Standar ergonomi OSHA mengatakan bahwa “work-related muskuloskeletal

disorder” termasuk CTD disebabkan atau diperberat oleh faktor risiko yang

ada di tempat kerja, termasuk tanda atau gejala yang menetap setidaknya selama 7 hari, atau secara klinis didiagnosis work-related muskuloskeletal disorder.

2.1.1. Jenis-Jenis MSDs

Secara garis besar keluhan otot dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi saat

(34)

14 2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap, walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot terus berlanjut.

Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang terlalu berlebihan akibat pembebanan kerja yang terlalu panjang dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot berkisar antara 15-20% dari kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20% maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot (Suma’mur,1996).

Adapun tiga jenis utama dari MDS tipe extrimitas atas adalah : 1. Tendon disorders (Tendinitis, Tenosynovitis, DeQuervain’s disease,

Ganglion Cyst, Epicondylitis)

2. Nerve disorders & Neuro vascular disorders (carpal tunnel syndrome, cubital tunnel syndrome, thoracic outlet syndrome, H-A Vibration) 3. Back disorders

2.1.2. Gejala MSDs

Menurut Suma’mur (1996), gejala-gejala MSDs yang biasa dirasakan oleh seseorang adalah:

1. Leher dan punggung terasa kaku.

(35)

15 3. Tangan dan kaki terasa nyeri seperti tertusuk.

4. Siku ataupun mata kaki mengalami sakit, bengkak dan kaku.

5. Tangan dan pergelangan tangan merasakan gejala sakit atau nyeri disertai bengkak.

6. Mati rasa, terasa dingin, rasa terbakar ataupun tidak kuat.

7. Jari menjadi kehilangan mobilitasnya, kaku dan kehilangan kekuatan serta kehilangan kepekaan.

8. Kaki dan tumit merasakan kesemutan, dingin, kaku ataupun sensasi rasa panas.

Untuk memperoleh gambaran gejala MSDs dapat menggunakan Nordic Body Map (NBM) dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (sedikit sakit), sakit hingga sangat sakit. Dengan melihat dan menganalisa peta tubuh (NBM) maka dapat diestimasi tingkat dan jenis keluhan otot skelektal yang dirasakan oleh pekerja. Cara ini sangat sederhana, namun kurang teliti karena mengandung nilai subjektifitas yang tinggi (Kuorinka et al, 1997).

(36)
[image:36.595.113.491.138.527.2]

16 pinggang/pantat, lutut dan tumit/kaki (Kroemer, 2001). Adapun gambarnya sebagai berikut:

Gambar 2.2. Nordic Body Map

Sumber : Ketut Tirtayasa, et al. 2003.

(37)

17

1. Faktor Pekerjaan a. Postur Kerja

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiahnya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi, semakin tinggi pula terjadi keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah pada umumnya karena ketidaksesuaian pekerjaan dengan kemampuan pekerja (Grandjen, 1993).

[image:37.595.111.527.193.602.2]

Berdasarkan hasil penilitian Hendra dan Raharjo (2008), diperoleh bahwa skor risiko (REBA) pada pekerjaan pemuatan kelapa sawit ke dalam truk sebesar 8-10/high risk, dan 83,7% dari 117 pekerja merasakan keluhan MSDs pada leher dan punggung bawah. Adapun postur-postur janggal adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3. Postur Tubuh Janggal

Sumber : WMSDs Guide and Tools for Modified Work, Susan Stock (2005)

b. Frekuensi

(38)
[image:38.595.111.495.200.611.2]

18 peregangan otot. Dampak gerakan berulang akan meningkat bila gerakan tersebut dilakukan dengan postur janggal dan beban yang berat. Berdasarkan studi yang dilakukan European Campaign On Musculoskeletal Disorders pada tahun 2008 terhadap 235 juta orang pekerja di Eropa, melaporkan 62% telah terpapar MSDs pada tangan akibat adanya gerak repetitive/berulang dan 46% dilaporkan akibat posisi tubuh yang melelahkan selama bekerja.

Gambar 2.4.

Posisi tubuh yang akan diukur

Sumber : WMSDs Guide and Tools for Modified Work, Susan Stock (2005)

c. Durasi

(39)

19 hari. Durasi terjadinya postur janggal yang berisiko bila postur tersebut dipertahankan lebih dari 10 detik (Brief Survey Methode dalam Humantech, 2003).

Berdasarkan hasil studi Octarisya (2009), diketahui bahwa 59,3% pekerja yang mengalami keluhan MSDs diakibatkan oleh aktifitas mengangkat/manual handling dengan total waktu kerja selama 6 jam setiap hari.

d. Beban

Beban merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan otot rangka. Berat beban yang direkomendasikan adalah 23-25 kg, sedangkan menurut Departemen Kesehatan (2009) mengangkat beban sebaiknya tidak melebihi dari aturan yaitu laki-laki dewasa sebesar 15-20 kg dan wanita (16-18 tahun) sebesar 12-15 kg.

Berdasarkan studi oleh European Campaign On Musculoskeletal Disorders terhadap 235 juta pekerja di beberapa negara Eropa pada tahun 2008, diperoleh 18% pekerja telah mengalami MSDs diakibatkan pekerjaan memindahkan benda berat dari container setiap harinya.

e. Alat Perangkai/Genggaman

(40)

20 rasa nyeri otot menetap. Berdasarkan hasil studi Susan et al. (2004), permasalahan ergonomi pada operator mesin dan assembler adalah ketika tangan digunakan untuk menghidupkan mesin (seperti mendorong tombol dan menekan panel), menggenggam besi untuk membuka kotak, memegang benda atau pun alat kerja dengan ujung jari (Susan, 2005).

2. Faktor Lingkungan a. Getaran

Getaran dengan frekuensi yang tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini akan menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akibatnya menimbulkan rasa nyeri otot (NIOSH, 1997). Hal yang sama ditemukan oleh John (2007) bahwa getaran yang berlebihan menyebabkan rasa sakit pada otot, sendi dan organ-organ internal; menyebabkan mual dan trauma ke tangan, lengan, kaki dan kaki. Getaran diukur dengan arah, kecepatan dan frekuensi pada tubuh.

b. Mikroklimat

Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja, sehingga gerakannya menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot (NIOSH, 1997).

(41)

21 dipengaruhi juga oleh beban kerja fisik dengan kelembaban antara 20 sampai 60 persen.

c. Pencahayaan

Pencahayaan sangat mempengaruhi manusia untuk melihat obyek secara jelas dan tepat tanpa menimbulkan kesalahan. Pencahayaan yang kurang mengakibatkan mata pekerja menjadi cepat lelah karena mata akan berusaha melihat dengan cara membuka mata lebar-lebar. Intensitas cahaya untuk membaca sekitar 300-700 lux, pekerjaan di kantor 400-600 lux, pekerjaan yang memerlukan ketelitian 800-1200 lux dan pekerjaan di gudang 80-170 lux (NIOSH, 1997).

Berdasarkan hasil penelitian Spinger (2007), diperoleh bahwa mengurangi cahaya silau di tempat kerja dapat meningkatkan produktifitas sebanyak 7%, sehingga ketika seseorang bekerja di depan komputer dapat bertahan hingga 8 – 12 jam.

3. Faktor Pekerja a. Usia

(42)

22 saat seseorang berusai 30 tahun. Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan sehingga hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang.

Berdasarkan hasil penelitian Collins dan O'Sullivan (2009) yang dilakukan pada 200 perempuan dan 132 laki-laki dengan jenis pekerjaan yang berbeda di Irlandia dan rentang umur antara 18-66 tahun, diperoleh keluhan pada tulang belakang, bahu dan bagian leher lebih banyak dialami pada pekerja yang muda daripada pekerja yang tua.

Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian Mathiowetz et al. (1985) dalam NIOSH (1997), diperoleh tidak ada hubungan antara munculnya keluhan MSDs dengan usia pekerja, hal tersebut dibuktikan bahwa pada tangan pekerja yang sudah tua tidak mengalami penurunan kekuatan ototnya. Torell er al. [1988] menemukan bahwa tidak ada hubungan antara keluhan MSDs dengan usia, akan tetapi mereka hubungan yang sangat kuat antara beban kerja (dengan kategori rendah, sedang, berat) dengan gejala atau diagnosis MSDs.

b. Jenis Kelamin

(43)

23 Menurut Michael (2001) dalam hasil studinya menemukan bahwa pekerja wanita memiliki asosiasi kuat dalam munculnya keluhan MSDs. Berdasarkan laporan yang diterimanya, pekerja wanita mempunyai risiko lebih dari dua kali lipat.

c. Waktu Kerja

Penentuan waktu dapat diartikan sebagai teknik pengukuran kerja untuk mencatat jangka waktu dan perbandingan kerja mengenai suatu unsur pekerjaan tertentu yang dilaksanakan dalam keadaan tertentu pula serta untuk menganalisa keterangan itu hingga ditemukan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan itu pada tingkat prestasi tertentu.

Berdasarkan hasil studi mengenai keluhan MSDs pada supir bis yang dilakukan oleh Karuniasih [2009], diketahui bahwa supir yang telah bekerja/mengendarai lebih dari 2 jam merasakan pegal-pegal pada punggung dan leher.

d. Kebiasaan Merokok

(44)

24 tidak merokok. Kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuannya untuk mengkonsumsi oksigen akan menurun. Bila orang tersebut dituntut untuk melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah (Jeanie Croasmun. 2003). Sedangkan menurut Bustan (2000), kebiasaan merokok dibagi menjadi 4 kategori yaitu, kebiasaan merokok berat (> 20 batang/hari), sedang (10-20 batang/hari), ringan (< 10 batang/hari) dan tidak merokok.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Annuals of Rheumatic Diseases (Croasmun, 2003) terhadap 13.000 perokok dan non perokok dengan rentang umur antara 16 s.d 64 tahun, dilaporkan bahwa perokok memiliki risiko 50 % lebih besar untuk merasakan MSDs. Hal ini dikarenakan efek rokok akan menciptakan respon rasa sakit atau sebagai permulaan rasa sakit, mengganggu penyerapan kalsium pada tubuh sehingga meningkatkan risiko terkena osteoporosis, menghambat penyembuhan luka patah tulang serta menghambat degenerasi tulang.

e. Kesegaran Jasmani

(45)

25 akan lebih sering mengalami keluhan otot. Tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot. Keluhan otot akan meningkat akibat kurangnya kelenturan otot sejalan dengan bertambahnya aktivitas fisik tanpa kesegaran jasmani (Mitchell, 2008).

[image:45.595.111.521.165.725.2]

Berdasarkan sebuah studi yang dilakukan oleh Evans (1996) yang dilakukan terhadap 10 pekerja dan telah berumur (tua), didapatkan bahwa olahraga telah terbukti efektif meningkatkan daya tahan otot tubuh. Hal ini dapat dilihat karena adanya kenaikan 128 % kapasitas oksigan pada otot akibat olahraga yang dilakukan setiap hari selama 12 pekan (Evans, 1996).

Gambar 2.5. Senam 4-Before

(46)

26 Sejalan dengan penelitian di atas, Moore (1998) telah melakukan penelitian terhadap 60 pekerja di perusahaan manufaktur dengan mengadakan senam selama 5-8 menit setiap harinya dalam dua bulan. Senam tersebut meliputi gerakan pada leher, bahu, tangan, pinggang, punggung dan kaki. Maka diperoleh hasil yang signifikan yaitu pekerja merasakan peningkatan fleksibilitas otot dan pengurangan rasa sakit pada otot.

f. Kekuatan Fisik

Seperti yang dilaporkan oleh NIOSH (2007) bahwa keluhan punggung yang tajam pada para pekerja yang menuntut pekerjaan otot diatas batas kekuatan otot maksimalnya.

Dalam studinya, Chaffin (1991) mengemukakan bahwa pekerja yang memiliki kekuatan otot rendah beresiko tiga kali lipat lebih besar mengalami keluhan otot dibandingkan pekerja yang memiliki kekuatan otot yang tinggi. Namun sama halnya dengan kebiasaan merokok dan jenis kelamin, pendapat ini masih diperdebatkan.

g. Masa Kerja

(47)

27 Berdasarkan penilitian yang dilakukan Octarisya (2009), didapatkan bahwa sebesar 66,7% pekerja yang berumur lebih dari 15 tahun telah mengalami MSDs, diantaranya pada bagian bahu kanan dan kiri, leher dan punggung bawah.

h. Indeks Masa Tubuh

Indeks masa tubuh dapat digunakan sebagai indikator kondisi status gizi pekerja. Dihitung dengan rumus BB2/TB (berat badan2/tinggi badan), adapun menurut WHO (2005) dikategorikan menjadi tiga yaitu kurus (< 18,5) normal (18,5-25) dan gemuk (25-30) serta obesitas (> 30). Kaitan IMT dengan MSDs adalah semakin gemuk seseorang makan bertambah besar risikonya untuk mengalami MSDs. Hal ini dikarenakan seseorang dengan kelebihan berat badan akan berusaha untuk menyangga berat badan dari depan dengan mengontraksikan otot punggung bawah. Dan bila ini berlanjut terus menerus, akan meyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia nucleus pulposus (Tan HC dan Horn SE. 1998).

(48)

28 kelamin wanita dan pria, tapi pada berdasarkan IMT, hanya berpengaruh pada jenis kelamin pria. Selain itu IMT tidak berhubungan terhadap MSD karena pengukuran menggunakan Nordic hanya terkait pada tubuh bagian atas dan MSDs extrimtas atas. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Karuniasih (2009) terhadap 52 orang supir bus travel, 90,4% keluhan MSDs dialami oleh supir yang memiliki indeks masa tubuh > 25 telah mengalami.

4. Faktor Psikososial

Aspek sosial yang tidak baik dapat mempengaruhi terhadap peningkatan insiden MSDs. Dapat juga disebabkan karena beban pekerjaan yang berlebihan (over stress) ataupun beban kerja yang terlampau ringan (under stress). Contohnya pekerjaan yang sangat sedikit aktifitas fisiknya dan hanya menghabiskan waktu dengan banyak duduk, dapat meningkatkan prevalensi MSDs.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh European Agency for Safety and Health at Work (2003), adapun jenis pemicu dari faktor psikososial lainnya adalah permintaan pekerajaan yang berlebih, tugas yang kompleks, tekanan waktu, kontrol kerja yang rendah, kurang motivasi dan lingkungan sosial yang buruk. Gabungan psikososial tersebut dapat memiliki efek yang lebih serius jika dibandingkan dengan pajanan tunggal saja.

(49)

29 kali lipat untuk menyebabkan munculnya MSDs. Berdasarkan hasil survey, hal tersebut biasanya sering dialami oleh laki-laki yang telah berumur/tua (Michael, 2001).

2.1.4. Pengendalian MSDs

Pengendalian pada umumnya terbagi menjadi tiga (Cohen et al, 1997):

1. Mengurangi atau mengeliminasi kondisi yang berpotensi bahaya menggunakan pengendalian teknik.

2. Mengubah dalam praktek kerja dan kebijkan manajemen yang sering disebut pengendalian administratif.

3. Menggunakan alat pelindung diri.

Agar tidak mengalami risiko MSDs pada saat melakukan pekerjaan, maka ada beberapa hal yang harus dihindari. Hal tersebut adalah :

1. Jangan memutar atau membungkukkan badan ke samping.

2. Jangan menggerakkan, mendorong atau menarik secara sembarangan, karena dapat meningkatkan risiko cidera.

3. Jangan ragu meminta tolong pada orang.

4. Apabila jangkauan tidak cukup, jangan memindahkan barang.

5. Apabila barang yang hendak dipindahkan terlalu berat, jangan melanjutkan.

(50)

30

2.1.5. Metode Penilaian Risiko MSDs

1. RULA (Rapid Upper Limb Assessment ) a. Definisi

RULA adalah sebuah metode untuk menilai postur, gaya dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb). Metode ini dikembangkan untuk menyelidiki risiko kelainan yang akan dialami oleh seorang pekerja dalam melakukan aktivitas kerja yang memanfaatkan anggota tubuh bagian atas (upper limb). Metode ini menggunakan diagram postur tubuh dan tiga tabel penilaian untuk memberikan evaluasi terhadap faktor resiko yang akan dialami oleh pekerja. Faktor-faktor risiko yang diselidiki dalam metode ini adalah yang telah dideskripsikan oleh McPhee’

dalam Santon (2005) sebagai faktor beban eksternal (external load faktors) yang meliputi :

1) Jumlah gerakan 2) Kerja otot statis 3) Gaya

4) Postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan dan perabotan 5) Waktu kerja tanpa istirahat

b. Pengukuran 1) Tahap 1

(51)

31 membentuk dua kelompok atau grup yaitu grup A dan B. Grup A meliputi bagian lengan atas dan bawah, serta pergelangan tangan. Sementara grup B meliputi leher, punggung, dan kaki. Hal ini untuk memastikan bahwa seluruh postur tubuh terekam, sehingga segala kejanggalan atau batasan postur oleh kaki, punggung atau leher yang mungkin saja mempengaruhi postur anggota tubuh bagian atas dapat tercakup dalam penilaian.

2) Tahap 2

[image:51.595.110.521.197.537.2]

Sebuah skor tunggal dibutuhkan dari Grup A dan B yang dapat mewakili tingkat pembebanan postur dari sistem muskuloskeletal kaitannya dengan kombinasi postur bagian tubuh. Rekaman video yang dihasilkan dari postur Grup A yang meliputi lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran pergelangan tangan diamati dan ditentukan skor untuk masing-masing postur. Kemudian skor tersebut dimasukkan dalam tabel A untuk memperoleh skor A.

Gambar 2.6. Proses Penilaian Rula

(52)

32 3) Tahap 3

Berdasarkan grand score dari gambar di atas, tindakan yang akan dilakukan dapat dibedakan menjadi 4 action level berikut :

Tabel 2.1. Grand Score RULA

Level Skor Action Level

Low 1 – 2 Postur dapat diterima selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama.

Medium 3 – 4 Penyelidikan lebih jauh dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan.

High 5 – 6 Penyelidikan dan perubahan dibutuhkan segera. Very

High > 7

Penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Sumber : Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods. Santon et al, 2005

2. REBA (Rapid Entire Body Assessment)

(53)

33 Terdapat empat tahapan proses perhitungan yang dilalui yaitu: Mengumpulkan data mengenai postur pekerja tiap kegiatan menggunakan video atau foto.

a. Menentukan sudut pada postur tubuh saat bekerja pada bagian tubuh seperti :

1) badan (trunk) 2) leher (neck) 3) kaki (leg)

4) lengan bagian atas (upper arm) 5) lengan bagian bawah (lower arm) 6) pergelangan tangan (hand wrist)

b. Menentukan berat beban, pegangan (coupling) dan aktivitas kerja.

c. Menentukan nilai Reba untuk postur yang relevan dan menghitung skor akhir dari kegiatan tersebut.

3. Quick Expssure Checklist (QEC) a. Definisi

(54)

34 yang paling berisiko terhadap MSDs. Metode ini telah dikembangkan oleh praktisi/ahli di bidang keselamatan dan kesehatan kerja pada beberapa perusahaan untuk :

1) Mengidentifikasi faktor risko untuk pekerjaan terkait cidera bagian belakang.

2) Mengevaluasi level risiko untuk bagian tubuh yang berbeda. 3) Mengukur perbedaan risiko MSDs pada sebelum dan sesudah

pekerjaan.

4) Mengembangkan tempat kerja menjadi sarana dalam mengurang risiko MSDs dan mengurangi biaya yang dikeluarkan akibat MSDs.

5) Meningkatkan kesadaran tingkat manajer, teknisi, desainer, kesehatan dan pelaksana keselamatan terhadap faktor risiko ergonomi di tempat kerja.

6) Membandingkan tingkat paparan yang diterima oleh dua pekerja atau lebih dengan pekerjaan yang sama, atau perbandingan risiko dengna pekerjaan lainnya.

Keunggulan yang paling utama dalam menggunakan QEC adalah :

1) Mudah untuk diterapkan.

2) Membantu untuk melakukan perubahan ergonomi. 3) Selaras dengan metode pengukuran lainnya. 4) Melindungi bahaya fisik akibat MSDs

(55)

35 6) Mempertimbangkan kombinasi bahaya yang ada di tempat

kerja.

Adapun kekurangan dari metode ini adalah :

a) Metode ini hanya terfokus pada faktor fisik tempat kerja saja. b) Skor/nilai paparan yang disarankan butuh validitas kembali. c) Perlu pengembangan lebih lanjut untuk memberikan

pengukuran yang tepat. b. Pengukuran

1) Punggung

Mengukur postur punggung (fleksi, ekstensi, deviasi, radial, memutar) dengan posisi normal ≤ 200

yang ditulis dengan A1, sedangkan bahaya sedang dengan gerakan fleksi atau putaran atau bengkok 200-600 (A2) dan bahaya kategori berat dengan sudut ≥ 600

(A3). Serta dengan mempertimbangkan jenis pekerjaan kategori statis ataupun manual handling.

2) Bahu dan Lengan

(56)

36 3) Pergelangan Tangan

Postur ini diukur selama pekerjaan dengan posisi pergelangan tangan tidak sesuai. (E1 Posisi netral lurus dengan lengan, E2 Menyimpang atau bengkok ≥ 450, F1 ≤10 kali/menit, F2 11 - 20 kali/menit, F3 ≥ 20 kali/menit) 4) Leher

Posisi leher didefinisikan berbahaya jika terdapat gerakan fleksi, ekstensi, deviasi dan radial lebih dari 200serta gerakan memutar.

5) Berat beban

Berat beban yang dibawa pada saat melakukan pekerjaan dengan kategori beban rendah ≤ 5 kg (H1), beban

sedang 5-10 kg (H2), beban berat 11-20 kg (H3) dan H4, sangat berat (≥ 20 kg). Untuk kategori berat benda yang

digunakan/dibawa dengan menggunakan satu tangan adalah ringan K1 dengan berat benda ≤ 1 kg, K2 sedang 1-4 kg & K3 dengan berat ≥ 4 kg.

6) Waktu kerja

(57)

37

c. Penghitungan

[image:57.595.111.519.162.561.2]

Contoh perhitungan/penilaian MSDs untuk faktor pekerjaan diuraikan sebagai berikut :

Tabel 2.2.

Tabulasi penilaian QEC pada bagian punggung

Sumber : University of Surrey, Buckle 2005

Untuk menetukan besar risiko dari faktor pekerjaan dengan berpedoman pada tabulasi penilaian QEC pada bagian punggung yang menghasilkan nilai kombinasi postur kerja (A1-A3) dan berat (H1-H4).

Jika diperoleh nilai pada A2 dan H2 maka akan didapat nilai 6, kemudian nilai tersebut ditulis pada yang kolom kosong yang tersedia di bagian pojok kanan bawah. Begitu juga dengan tabel berikutnya dihitung dengan cara yang sama.

(58)
[image:58.595.111.521.167.620.2]

38 Untuk mengetahui level risiko/paparan dari hasil perhitungan di atas, dapat mengacu pada tabel berikut ini :

Tabel 2.3.

Kategori Nilai Paparan Pada Bagian Tubuh

Skor Tingkat Paparan

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Punggung (static) 8-15 16-22 23-29 29-40 Punggun (Gerak) 10-20 21-30 31-40 41-56 Bahu/lengan 10-20 21-30 31-40 41-56 Pergelangan tangan 10-20 21-30 31-40 41-56

Leher 4-6 8-10 12-14 16-18

Sumber : University of Surrey, Buckle 2005

Total skor diperoleh dengan menjumlahkan skor pada setiap bagian tubuh, lalu dibagi dengan angka 176 (total skor/176).

Adapun hasil perhitungan tersebut dikategorikan berdasarkan tabel berikut berikut :

Tabel 2.4.

Kategori Tingkat Paparan & Tindakan Tingkatan QEC

skor

Ekuivalen

skor RULA Tindakan

Low ≤ 40 % 1 - 2 Dapat diterima

Medium 41 – 50 % 3 – 4 Perlu investigasi lebih lanjut

High 51 – 70 % 5 – 6 Investigasi lebih lanjut dan perubahan segera

Very

High > 70 % 7+

Invesetigasi dan perubahan seketika

Sumber : QEC work related, Buckle and Li, 2005 2.2. Kerangka Teori

Berbagai faktor risiko ergonomi dapat menyebabkan terjadinya MSDs yaitu, faktor pekerjaan, faktor lingkungan dan faktor manusia atau pekerja. Faktor pekerjaan antara lain gerakan berulang, postur, beban, durasi, frekuensi, sikap paksa tubuh, statis, manual handling beban berat serta postur dan Total Skor = Skor (punggung + leher + bahu + pergelangan tangan

(59)

39 peralatan kerja yang tidak sesuai (Grandjen, 1993; Kuorinka et al, 1995, Cohen et. Al, 1997; NIOSH, 1997; Susan Stock et.al, 2005). Selanjutnya faktor lingkungan antara lain getaran mekanis mikroklimat. Sedangkan faktor manusia atau pekerja antara lain umur, waktu kerja, jenis kelamin, ukuran tubuh atau antropometri dan kesehatan atau kesegaran jasmani serta masa seseorang bekerja (Pheasant, 1995; Oborne, 1995). Faktor organisasi lainnya yang paling berpengaruh sebagai penyebab terjadinya MSDs adalah jadwal kerja/shift kerja, langkah kerja, lingkungan kerja dan psikososial (Susan Stock et.al, 2005). Adapun skema yang didapat sebagai berikut :

Faktor Pekerjaan

(Postur Kerja, Force/beban, Frekuensi, Durasi. Alat perangkai /genggaman) Faktor lingkungan 1. Getaran 2. Mikromiklat 3. Pencahayaan Faktor Pekerja 1. Umur

2. Jenis kelamin 3. Waktu kerja

4. Kebiasaan merokok 5. Kesegaran jasmani 6. Indeks Masa Tubuh 7. Masa kerja

8. Kekuatan fisik Faktor Psikososial

1. Kepuasan kerja 2. Organisasi kerja 3. Stress mental

KELUHAN MSDs Skema 2.1.

Kerangka Teori Keluhan MSDs

(60)

40 BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1.Kerangka Konsep

Kerangka konsep dibuat untuk menjelaskan kaitan antara keluhan MSDs dengan faktor pekerjaan dan faktor pekerja berupa umur, kebiasaan merokok, indeks masa tubuh, kesegaran jasmani, masa kerja. Untuk faktor jenis kelamin tidak diteliti karena seluruh pekerja di bagian Fabrikasi berjenis kelamin laki-laki, sedangkan faktor waktu kerja tidak diteliti karena waktu kerja yang diterapkan kepada seluruh pekerja Fabrikasi adalah sama, yaitu 8 (delapan) jam kerja setiap hari. Faktor lingkungan seperti getaran, mikromiklat dan pencahayaan tidak diteliti karena keterbatasan alat ukur dan memerlukan ahli atau yang telah tersertifikasi untuk mengukurnya.

(61)

41

Skema 3.1.

Kerangka Konsep Penelitian

Keluhan MSDs Risiko Pekerjaan

Usia

Masa Kerja

Indeks Masa Tubuh

Kebiasaan Merokok

(62)

42

[image:62.792.51.742.55.492.2]

3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Keluhan

MSDs

Gejala yang ada pada salah satu bagian

tubuh atau lebih yang dirasakan oleh

responden berupa pegal pada otot,

kaku, nyeri, kesemutan, rasa terbakar

dan bengkak pada persendian.

Mengisi

lembar

Nordic Body

Map

Nordic Body

Map

1. Keluhan berat; jika memiliki satu

gejala atau lebih yang menetap

selama > 3 hari dalam waktu 7

(tujuh) hari terakhir.

2. Keluhan ringan; jika memiliki satu

gejala atau lebih yang menetap

selama 1 hari dalam waktu 7 (tujuh)

hari terakhir.

3. Tidak ada keluhan

(Katharine et al. 2005)

Ordinal

2. Risiko Pekerjaan

Tingkat risiko/paparan dari aktifitas

pekerjaan dengan mengukur postur

leher, bahu, siku, tangan dan

pergelangan tangan, serta punggung

dengan mengacu pada skor Quick

Expossure Check

Observasi, Wawancara

Lembar QEC,

Kuesioner,

Kamera,

Busur, tabel

skor

1. Risiko Sedang; jika diperoleh nilai total QEC 40% - 50%

2. Risiko rendah; jika diperoleh nilai total QEC ≤ 40%

Buckle and Li, 2005

(63)

43

3. Usia Terhitung lama hidup pekerja saat

tahun kelahiran hingga penelitian

dilakukan.

Wawancara Kuesioner Tahun Ratio

4. Masa Kerja Lamanya bekerja sebagai juru las/welder.

Wawancara Kuesioner Tahun Ratio

5. Indeks

Masa

Tubuh

Kondisi status gizi pekerja saat

dilakukan penelitian. Dihitung dengan

rumus BB2/TB (berat badan2/tinggi

badan) (WHO 200).

Pengukuran langsung

Timbangan

badan dan

microtoa

1. Obesitas; jika IMT > 30

2. Overweight ; jika IMT 25-30

3. Normal ; jika IMT 18,5-25

4. Underweight ; jika IMT < 18,5

(WHO, 2003)

Ordinal

6. Kebiasaan

Merokok

Banyaknya jumlah rokok yang

dikonsumsi oleh pekerja setiap hari.

Wawancara Kuesioner 1. Berat jika > 20 batang/hari

2. Sedang jika 10-20 batang/hari

3. Ringan < 10 batang per hari

4. Tidak merokok jika berhenti > 1 tahun

(Bustan, 2000)

Ordinal

7. Kesegaran Jasmani

Kegiatan melakukan senam

pagi/olahraga dalam seminggu.

(Humantech, 2003)

Wawancara dan observasi

Kuesioner 1. Kurang; jika melakukan senam pagi/olahraga < 5 x/minggu

2. Cukup; jika melakukan senam pagi/olahraga ≥ 5 x/minggu

(64)

44

3.3.Hipotesis

1. Ada hubungan antara pekerjaan dengan keluhan MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010.

2. Ada hubungan antara usia dengan keluhan MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010.

3. Ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010.

4. Ada hubungan antara indeks masa tubuh dengan keluhan MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010.

5. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs pada welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia tahun 2010.

(65)

45 BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional study (potong lintang) dimana variabel independen dan dependen diamati pada waktu (periode) yang sama.

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Oktober tahun 2010 di PT. Caterpillar Indonesia yang beralamat di Jl. Raya Narogong KM.19, Cileungsi, Bogor 16820.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia sejumlah 115 orang. Adapun pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus uji beda dua proporsi berikut ini:

Keterangan :

n : Besar sampel

P : Rata-rata proporsi pada populasi {(P1 + P2)/2}

P1 : Proporsi usia pekerja > 35 tahun terhadap keluhan MSDs (28%) P2 : Proporsi usia pekerja ≤ 35 tahun terhadap keluhan MSDs (50%) Z21-/2 : Derajat kemaknaan  pada uji dua sisi (two tail),  = 5% Z1- : Kekuatan uji 90%

n = [ Z1-/2  2 P (1-P) + Z1- P1 (1-P1) + P2 (1-P2) ]2

(66)

46

Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel yang dibutuhkan sebesar :

n = 102

Hasil perhitungan statistik di atas, maka sampel yang dibutuhkan sebanyak 102 sampel. Sampel diambil adalah orang yang melakukan pengelasan di bagian Fabrikasi. Berdasarkan data perusahaan di bagian Fabrikasi, proses pengelasan dikerjakan oleh 75 orang, oleh karena itu sampel yang digunakan adalah seluruh pekerja (total population) pengelasan.

4.4. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Pengumpulan data primer diperoleh langsung pada pekerja bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner, nordic body map, lembar QEC, timbangan berat badan (Laica 36020 Italy), microtoa dan kamera digital serta penggaris busur. Untuk pengumpulan data sekunder diperoleh dengan menggunakan profil perusahaan, dokumen jumlah pekerja dan standard work system (SWS) bagian fabrikasi serta data pendukung lainnya. Adapun penjelasan pengumpulan data berdasarkan variabel beserta instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :

4.4.1. Variabel Keluhan MSDs (Musculoscelatal disorders)

Keluhan MSDs pada pekerja diperoleh dengan menanyakan langsung melalui instrumen kesioner dan menggunakan nordic body map untuk mengetahui dimana letak keluhan yang dirasakan ketika ataupun setelah n = [ 1.96  2 x 0.39 (1-0.39) + 1.28  0.28 (1-0.28) + 0.50 (1-0.50) ]2

(67)

47

bekerja (lampiran 1). Responden yang mengisi kuesioner diminta untuk memberikan tanda ada atau tidaknya gangguan pada bagian-bagian tubuh tersebut. Kuisioner Nordic Body Map ini diberikan kepada seluruh sampel yang terdapat pada stasiun kerja. Selanjutnya keluhan pada Nordic body map dikelompokkan menjadi dua kategori :

1. Keluhan berat apabila responden memiliki satu gejala atau lebih yang menetap selama > 3 hari dalam waktu 7 (tujuh) hari terakhir.

2. Keluhan ringan apabila responden memiliki satu gejala atau lebih yang menetap selama 1 hari dalam waktu 7 (tujuh) hari terakhir.

3. Tidak ada keluhan apabila responden tidak merasakan keluhan dalam waktu 7 (tujuh) hari terakhir.

4.4.2. Variabel Faktor Pekerjaan

Data mengenai faktor pekerjaan diperoleh melalui perhitungan risiko MSDs pada bagian tubuh tertentu (punggung, leher, bahu/lengan, pergelangan tangan) dengan mempertimbangkan faktor durasi, beban serta frekuensi pekerjaan pada penggunaan instrumen quick expossure check. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Persiapan pengukuran

a. Dipilih tempat dan pekerja yang akan diobservasi serta mendiskusikan bersama supervisior atau manajer perusahaan.

(68)

48

c. Dicatat data mengenai nama pekerjaan, detail pekerjaan nama peneliti, waktu dan tanggal penilaian pengukuran.

2. Pelaksanaan pengukuran

a. Pada lembar observer’s assessment, risiko MSDs pada pekerjaan diukur dan di-ceklist pada kotak pertanyaan A-G mengenai postur dan gerakan tubuh. Pada saat mengukur risiko pekerjaan, observer harus melihat pada posisi yang paling jelas.

b. Sedangkan untuk worker’s assessment, pekerja diberikan pertanyaan mengenai beban dan durasi pekerjaanya dalam sehari. Adapun penilaian risiko pada pekerjaan berdasarkan postur tubuh dapat dilihat pada tabel 4.1.

c. Untuk membantu pengukuran dapat menggunakan kamera digital dan busur guna memperoleh besar sudut postur tubuh.

[image:68.612.112.549.86.656.2]

d. Untuk mengetahui berat barang dan berat alat yang digunakan oleh pekerja dapat digunakan timbangan berat.

Tabel 4.1.

Penilaian Risiko Pekerjaan Berdasarkan Postur Tubuh

Contoh Gerakan Keterangan

฀A1 Hampir netral (tegak lurus dengan kaki atau ≤ 200)

฀A2 Fleksi atau putaran atau bengkok ( 200-600)

(69)
[image:69.61

Gambar

Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Gambar 2.3.
Gambar 2.4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan terjadinya musculoskeletal disorder (MSDs) pada pekerja Pembuatan dodol di

Perumusan masalah yang akan dibahas adalah apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada nelayan di Kecamatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan terjadinya musculoskeletal disorder (MSDs) pada pekerja.. Pembuatan dodol di

mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja pembuatan dodol di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat.. 1.2

disebabkan karena 61% pekerja yang memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun sudah memasuki usia lansia awal (&gt;45 tahun) dan selama bekerja pekerja sering

Pekerja dengan kategori umur tua (&gt; 40 Tahun) lebih banyak yang positif mengalami keluhan nyeri punggung bawah yaitu 95.8 % dengan nilai p value = 0,028, pekerja

Ekaputra Prada Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut : Terdapat hubungan masa kerja dan lama penggunaan komputer terhadap keluhan Computer Vision Syndrome pada pekerja pengguna

70 Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.13 tentang hubungan kebiasaan merokok dengan keluhan musculoskeletal disorders MSDs menunjukkan bahwa 76 orang terdapat pekerja yang