BAB III: KERANGKA KONSEP & DEFINISI OPERASIONAL
C. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis lanjutan dari analisis univariat yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara suhu, kelembaban, luas ventilasi dan kepadatan hunian dengan kejadian ISPA adalah uji Korelasi Spearman. Sedangkan hubungan ventilasi alami, ventilasi buatan dan lantai kelas dengan kejadian ISPA adalah uji Mann-Whitney yang hasilnya akan dijelaskan dibawah ini :
1. Hubungan Suhu dengan Kejadian ISPA
Hasil penelitian mengenai hubungan antara suhu dengan kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat bulan Juni tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.5
Analisis Hubungan Suhu dengan Kejadian ISPA Pada Siswa Kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat
Bulan Juni Tahun 2013
Variabel Independen Variabel Dependen (ISPA) p value r
Suhu 0,653 0,001
Dari Tabel 5.5 terlihat hubungan suhu dengan kejadian ISPA menunjukkan hubungan yang kuat (r=0,653) dan berpola positif yang artinya semakin tinggi suhu maka insidensi kejadian ISPA semakin tinggi. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar0,001, pada tingkat kemaknaan 5% dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian sejalan dengan hipotesis penelitian yaitu ada hubungan antara suhu dengan kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat bulan Juni tahun 2013.
2. Hubungan Kelembaban dengan Kejadian ISPA
Hasil penelitian mengenai hubungan antara kelembaban kelas dengan kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputatbulan Juni tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.6
Hubungan Kelembaban dengan Kejadian ISPA Pada Siswa Kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat
Bulan Juni Tahun 2013 Variabel Independen
Variabel Dependen
(ISPA) p value
r
Dari tabel 5.6 terlihat hubungan kelembaban dengan kejadian ISPA menunjukkan hubungan yang sedang (r=0,487) dan berpola positif yang artinya semakin tinggi kelembaban maka insidensi kejadian ISPA semakin tinggi. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar0,016, pada tingkat kemaknaan 5% dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian sejalan dengan hipotesis penelitian yaitu ada hubungan antara kelembaban dengan kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat bulan Juni tahun 2013.
3. Hubungan Kepadatan Hunian dengan Kejadian ISPA
Hasil penelitian mengenai hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputatbulan Juni tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.7
Hubungan Kepadatan Hunian dengan Kejadian ISPA Pada Siswa Kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat
Bulan Juni Tahun 2013
Variabel Independen Variabel Dependen (ISPA) p value r
Kepadatan Hunian -0,510 0,011
Dari tabel 5.7 terlihat hubungan kepadatan hunian dengan kejadian ISPA menunjukkan hubungan yang kuat (r=0,510) dan berpola negatif yang artinya semakin tinggi nilai kepadatan hunian maka insidensi kejadian ISPA semakin rendah. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value
sebesar0,011,pada tingkat kemaknaan 5% dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian sejalan dengan hipotesis penelitian yaitu ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat bulan Juni tahun 2013.
4. HubunganLuas Ventilasi Alami dengan Kejadian ISPA
Hasil penelitian mengenai hubungan antara luas ventilasi alami dengan kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat bulan Juni tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.8
Hubungan Luas Ventilasi Alami dengan Kejadian ISPA Pada Siswa Kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat
Bulan Juni Tahun 2013
Variabel Independen Variabel Dependen (ISPA) p value r
Luas Ventilasi Alami 0,131 0,540
Dari grafik 5.8 terlihat hubungan luas ventilasi dengan kejadian ISPA menunjukkan hubungan yang lemah (r=0,131) dan berpola positif yang artinya semakin tinggi nilai luas ventilasi maka insidensi kejadian ISPA semakin tinggi. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value
sebesar0,541,pada tingkat kemaknaan 5% dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian tidak sejalan dengan hipotesis penelitian sehingga tidak ada hubungan antara luas ventilasi dengan kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat bulan Juni tahun 2013.
5. Hubungan Ventilasi Alami dengan Kejadian ISPA
Hasil penelitian mengenai hubungan antara ventilasi alami kelas dengan kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputatbulan Juni tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.9
Analisis Hubungan Ventilasi Alami dengan Kejadian ISPA Pada Siswa Kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat
Bulan Juni Tahun 2013 Ventilasi Alami N Rata-rata
ISPA Standar deviasi p value Tidak Baik Baik 13 11 65,31 52 15,745 20,645 0,124
Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa rata-rata kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN yang berada di ruang kelas dengan ventilasi alami tidak baik adalah 65,31 dengan standar deviasi sebesar 15,745, sedangkan rata-rata kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN yang berada di ruang kelas dengan ventilasi alami baik adalah 52 dengan standar deviasi 20,645. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar0,124,pada tingkat kemaknaan 5% dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian tidak sejalan dengan hipotesis penelitian sehingga tidak ada hubungan antara ventilasi alami dengan kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat bulan Juni tahun 2013.
6. Hubungan Ventilasi Buatan dengan Kejadian ISPA
Hasil penelitian mengenai hubunganventilasi buatan dengan kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputatbulan Juni tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.10
Analisis Hubungan Ventilasi Buatan dengan Kejadian ISPA Pada Siswa Kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat
Bulan Juni Tahun 2013 Kejadian ISPA N Rata-rata
ISPA Standar Deviasi p value Tidak Baik Baik 16 8 61,31 55 16,304 24,178 0,602
Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa rata-rata kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN yang berada di ruang kelas dengan ventilasi buatan tidak baik adalah 61,31 dengan standar deviasi sebesar 16,304, sedangkan rata-rata kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN yang berada di ruang kelas dengan ventilasi buatan baik adalah 55 dengan standar deviasi 24,178. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar0,602,pada tingkat kemaknaan 5% dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian tidak sejalan dengan hipotesis penelitian sehinggatidak ada hubungan antara ventilasi buatan dengan kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat bulan Juni tahun 2013.
7. Hubungan Lantai Kelas dengan Kejadian ISPA
Hasil penelitian mengenai hubungan antara lantai kelas dengan kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputatbulan Juni tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.11
Analisis Hubungan Lantai Kelasdengan Kejadian ISPA Pada Siswa Kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat
Bulan Juni Tahun 2013 Kejadian ISPA N Rata-rata
ISPA Standar deviasi p value Tidak Baik Baik 17 7 60,06 57,14 18,552 21,381 0.924
Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa rata-rata kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN yang berada di ruang kelas dengan keadaan lantai tidak baik adalah 60,06 dengan standar deviasi sebesar 18,552, sedangkan rata-rata kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN yang berada di ruang kelas dengan keadaan lantai baik adalah 57,14 dengan standar deviasi 21,381. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar0,924,pada tingkat kemaknaan 5% dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian tidak sejalan dengan hipotesis penelitian sehingga tidak ada hubungan antara lantai kelas dengan kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat bulan Juni tahun 2013.
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu tidak diukurnya besar PM10 dalam ruang kelas selama siswa belajar di kelas karena keterbatasan alat pengukur. Sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajanan debu yang merupakan penyebab terjadinya ISPA. Data kejadian ISPA diperoleh dari siswa kelas 5 SD yang masuk sekolah saat penelitian dilakukan. Sehingga tidak meliputi siswa yang tidak masuk sekolah.