• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

A. Desain Studi

memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatan studi ini adalah dapat menggunakan data insidensi, prevalensi maupun mortalitas. Studi ini tepat digunakan untuk penyelidikan awal hubungan penyakit karena mudah dilakukan dan murah dengan memanfaatkan informasi yang tersedia. Kelemahan dari desain studi ini adalah tidak dapat dipakain untuk menganalisis hubungan sebab akibat karena tidak mampu menjembatani kesenjangan status pajanan dan status penyakit pada tingkat populasi dan individu, seta tidak mampu engontrol faktor perancu potensial (Supriyadi, 2009).

E. Kerangka Teori

Lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan salah satu resiko dan sumber penularan berbagai jenis penyakit. ISPA merupakan salah satu penyakit yang erat hubungannya dengan kondisi higiene bangunan. Kondisi higiene bangunan tersebut yang merupakan lingkungan fisik ruangan meliputi suhu, kelembaban, kepadatan hunian, ventilasi dan lantai ruangan.

Suhu dalam suatu ruangan dapat mempengaruhi kelembaban. Kelembaban yang tinggi dan debu dapat menyebabkan berkembang biaknya organisme patogen maupun organisme yang bersifat alergen. Virus, bakteri dan jamur dapat tumbuh dan berkembangbiak dengan baik pada kondisi optimum

(suhu dan kelembaban yang optimal). Sehingga host akan terpapar mikroorganisme dan berpeluang terhadap kejadian ISPA.

Selain suhu dan kelembaban, faktor lain yang dapat menyebabkan perkembangbiakan kuman adalah kepadatan hunian, ventilasi dan lantai. Kepadatan hunian berpengaruh terhadap terjadinya cross infection. Ketika ada penderita ISPA yang berada dalam satu ruangan, maka pada saat batuk/bersin maka kuman penyakit dapat menyebar melalui udara dan akan mempercepat proses penularan terhadap orang lain. Ventilasi berfungsi membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen. Ventilasi juga berperan dalam mengontrol suhu dan kelembaban dalam ruang. Lantai yang tidak memenuhi standar adalah media yang baik untuk perkembangbiakan bakteri atau virus penyebab ISPA.

Selain kondisi lingkungan, karakteristik individu juga mempengaruhi kejadian ISPA. Karakteristik individu tersebut meliputi umur, jenis kelamin, dan status gizi. Berdasarkan umur, balita lebih rentan terkena ISPA karena daya tahan tubuh yang masih rentan terhadap penyakit. Berdasarkan jenis kelamin, anak laki-laki lebih rentan karena lebih banyak beraktivitas di luar sehingga pajanan faktor resiko ISPA lebih besar. Status gizi berpengaruh terhadap daya tahan tubuh. Status gizi kurang maupun buruk akan meyebabkan daya tahan tubuh lemah sehingga rentan terhadap infeksi kuman penyakit.

Bagan 2.1 Kerangka Teori Kejadian ISPA Pertumbuhan Kuman Kondisi Lingkungan Fisik Ruangan - Suhu - Kelembaban - Kepadatan hunian - Ventilasi Alami - Ventilasi Buatan - Lantai Karakteristik Individu - Umur - Jenis kelamin - Status gizi Jumlah Kuman

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini ingin mengetahui hubungan faktor lingkungan dalam ruang kelas dapat menyebabkan ISPA pada siswa kelas 5 SDN. Kondisi lingkungan dalam ruang kelas meliputi suhu, kelembaban, ventilasi, kepadatan huniandan lantai kelas.

Suhu udara yang rendah dapat menyebabkan polutan dalam atmosfir terperangkap dan tidak menyebar. Peningkatan suhu dapat mempercepat reaksi kimia perubahan polutan udara. Kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan berkembang biaknya organisme patogen maupun organisme yang bersifat alergen. Sedangkan kelembaban yang terlalu rendah dapat menyebabkan kekeringan/iritasi pada membran mukosa, iritasi mata dan gangguan sinus.

Kelembaban udara dalam ruang dapat meningkat jika ventilasi ruang tidak cukup. Ventilasi yang kurang dalam ruang dapat menyebabkan debu yang mengandung mikroorganisme akan berterbangan di dalam ruangan. Akibatnya debu tidak dapat keluar ruangan sehingga menyebabkan timbulnya berbagai penyakit antara lain ISPA. Ruangan juga memerlukan ventilasi buatan (fan

maupun air conditioning)agar di dalam ruangan selalu ada pergerakan atau sirkulasi udara.

Kejadian ISPA juga tidak lepas dari kepadatan hunian. Kepadatan hunian merupakan faktor penularan suatu penyakit antar individu. Gangguan pernafasan yang disebabkan oleh virus disebarkan melalui individu lainnya dan dihantarkan melalui udara. Selain itu lantai yang tidak memenuhi standar adalah media yang baik untuk perkembangbiakan bakteri atau virus penyebab ISPA.Lantai yang baik adalah lantai yang dilapisi ubin atau keramik dan tidak berdebu.

Adapun variabel yang tidak diteliti adalah faktor karakteristik individu. Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, status gizi, status merokok. Penelitian ini merupakan studi ekologi dimana objek penelitian adalah populasi bukan individu, sehingga faktor karakteristik individu tidak diteliti dalam penelitian ini.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Kejadian ISPA Suhu Kelembaban Kepadatan Hunian

Luas Ventilasi Alami

Ventilasi Alami

Ventilasi Buatan

B. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala

Ukur Hasil Ukur

1. Angka

Kejadian ISPA

Jumlah siswa ISPA yang mengalami gejala ISPA berdasarkan keluhan yang dirasakan dibagi total siswa yang menghuni kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat

Wawancara Kuesioner Rasio Incidence Rate/IR (%)

2. Suhu Hasil pengukuran derajat panas atau

dingin udara dalam ruang kelas (Kepmenkes No.1405, 2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industri)

Pengukuran di titik episentrum ruang kelas Thermo hygro meter Rasio 0C 3. Kelem-baban

Hasil pengukuran persentase kandungan uap air udara dalam ruang kelas (Kepmenkes No.1405, 2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja kantoran) Pengukuran di titik episentrum ruang kelas Thermo hygro meter Rasio %

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala

Ukur Hasil Ukur

4. Kepadatan

Hunian

Kepadatan siswa dalam kelas yang diperoleh dari hasil perhitungan luas lantai ruang kelas dibagi jumlah siswa dalam ruang kelas (Permendiknas, 2007)

Pengukuran Meteran Rasio m2/siswa

5. Luas

Ventilasi Alami

Luas jendela dan lubang angin ruangan kelas yang berfungsi untuk aliran udara dari luar kelas ke dalam kelas atau sebaliknya

Pengukuran Meteran Rasio luas ventilasi (m2) : luas lantai (m2)

6. Ventilasi Alami

Keadaan ventilasi alami (jendela dan lubang angin) dalam ruang kelas

Observasi Lembar

Observasi

Ordinal 1. Tidak baik jika aliran udara terhalang barang besar atau kurang dari 4 jendela terbuka saat belajar

2. Baik jika aliran udara tidak terhalang barang besar atau minimal 4 jendela terbuka saat belajar (Kepmenkes, 2011)

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala

Ukur Hasil Ukur

7. Ventilasi Buatan

Pemakaian alat mekanis maupun

elektrik, seperti kipas angin, exhauster

dan pendingin ruangan (Air

Conditioner)

Observasi Lembar

Observasi

Ordinal 1. Tidak baik jika tidak ada kipas angin atau ada kipas angin tetapi kipas angin tidak

digunakan saat kegiatan

belajar berlangsung

2. Baik jika ada kipas angin dan kipas angin digunakan saat kegiatan belajar berlangsung (Moerdjoko, 2004)

8. Lantai Kelas

Jenis dan kondisi lantai ruang kelas saat siswa belajar

Observasi Lembar

Observasi

Ordinal 1. Tidak baik jika dalam keadaan

lembab, tidak dilapisi

ubin/keramik, berdebu

2. Baik jika dalam keadaan kering/tidak lembab, dilapisi ubin/keramik, tidak berdebu (Notoatmodjo, 2007)

C. Hipotesis

1. Ada hubungan antara suhu dengan kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat bulan Juni tahun 2013

2. Ada hubungan antara kelembaban dengankejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat bulan Juni tahun 2013

3. Ada hubungan antara kepadatan hunian dengankejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat bulan Juni tahun 2013

4. Ada hubungan antara luas ventilasi alamidengankejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat bulan Juni tahun 2013

5. Ada hubungan antara ventilasi alami dengan kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat bulan Juni tahun 2013

6. Ada hubungan antara ventilasi buatan dengan kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat bulan Juni tahun 2013

7. Ada hubungan antara lantai dengan kejadian ISPA pada siswa kelas 5 SDN di Kecamatan Ciputat bulan Juni tahun 2013

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Studi

Desain studi dalam penelitian ini adalah desain penelitian studi ekologi dimana unit analisis dalam peneitian ini adalah populasi. Data tingkat pengukuran pajanan pada individu tidak tersedia, tetapi data pada tingkat grup/populasi tersedia. Data pengukuran yang dimaksud yaitu kondisi lingkungandalam ruang kelas meliputi suhu, kelembaban, luas ventilasi, kepadatan hunian, ventilasi alami, ventilasi buatan dan lantai kelas..

Dokumen terkait