• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

1. ANALISIS CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Capaian sasaran strategis ini diukur dengan tingkat (indeks) efektivitas koordinasi dan sinkronisasi kebijakan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah, dimana pada tahun 2016 ditargetkan sebanyak 107 usulan kebijakan yang ditindaklanjuti oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian melalui:

a) Pembahasan dan keputusan dalam Rapat Koordinasi Tingkat Menteri;

b) Penetapan peraturan dan keputusan Pemerintah/Presiden/Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; dan

Sasaran Strategis 1:

“T

erwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah

18 c) Surat Edaran yang sampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian kepada para pimpinan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.

Selama tahun 2016 telah terealisasi sebanyak 95 usulan kebijakan yang ditindaklanjuti dari 107 usulan kebijakan yang ditargetkan. Dengan demikian, capaian sasaran strategis ini berdasarkan perhitungan tingkat (indeks) telah mencapai indeks 4 dari target 4 yang telah ditetapkan. Rincian dan perhitungan capaian sasaran strategis tersebut disajikan dalam Lampiran yang juga menjadi satu kesatuan dengan laporan ini.

Koordinasi dan pelaksanaan sinkronisasi kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Dalam rangka mendorong percepatan penyelesaian kebijakan dan regulasi bidang sumber daya air, telah disusun beberapa rekomendasi kebijakan, di antaranya:

a. Pembentukan Tim Koordinasi Percepatan Pelaksanaan Program Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara, melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 79 Tahun 2016;

b. Rancangan Peraturan Presiden tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga oleh Pemerintah Pusat dalam rangka Percepatan Penyediaan Air Minum;

c. Menerbitkan Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, No. S-44/M.EKON/02/2016, tanggal 26 Februari 2016, kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, perihal Pendataan dan Pengembangan Sistem Irigasi, yang bertujuan untuk mendorong percepatan pendataan kinerja layanan irigasi secara lengkap per satuan sistem irigasi sehingga dapat digambarkan lahan prioritas irigasi yang prima dan handal untuk percepatan produksi padi nasional;

19 d. Surat Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, No.

S-602/SES.M.EKON/10/2016 tanggal 31 Oktober 2016, kepada Dirjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan dan Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR, perihal Penegasan Alokasi DAK untuk Proyek KPBU SPAM Umbulan, yang bertujuan untuk mendorong penegasan dukungan DAK dari Kementerian Keuangan, Kementerian PUPR dan Kementerian Bappenas, sebagai upaya percepatan pelaksanaan financial close SPAM Umbulan;

e. Surat Menteri Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, No.: S-781/M.EKON/03/2016, tanggal 31 Maret 2016, Kepada Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perihal Audit Komprehensif Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, yang bertujuan untuk memberikan informasi menyeluruh dalam rangka penataan KPBPB Batam selama masa transisi;

f. Surat Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, No. S-580/SES.M.EKON/10/2016, tanggal 20 Oktober 2016, kepada Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, perihal Pelaksanaan Audit Lanjutan BP Batam, yang bertujun untuk melakukan audit terhadap unit usaha pengelolaan air dan limbah BP Batam;

g. Surat Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, No. S-14/D.VI.M.EKON/02/2016, tanggal 3 Februari 2016, kepada Direktur Jenderal Cipta Karya, Kementerian PUPR, perihal Ijin Prakarsa Raperpres Perubahan Atas Perpres No. 29 tahun 2009, yang bertujuan untuk menegaskan kementerian yang akan menjadi prakarsa Raperpres Perubahan Perpres 29 tahun 2019;

h. Surat Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, No. S-94/D.VI.M.EKON/07/2016, tanggal 19 Juli 2016, kepada beberapa pejabat Es 1 di Kementerian PUPR, Kementerian ATR/BPN, Pemerintah Daerah dan Direktur Utama PT.

Perkebunan Nusantara VIII, perihal Percepatan Penyelesaian Kendala

20 Pembangunan Bendungan Karian dan Bendungan Sindang Heula di Provinsi Banten, yang bertujuan untuk percepatan penyelesaian pembangunan Bendungan Karian dan Sindang Heula;

i. Terms of Reference for the Working Group on Batam, Bintan and Karimun and other Special Economic Zones in Indonesia, yang ditandatangani oleh Plt. Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dan Chairman of Singapore Economic Development Board pada tanggal 4 Agustus 2016 di Batam j. Melaksanakan Financial Close SPAM Umbulan pada tanggal 30

Desember 2016 dengan agenda penandatanganan perjanjian pembiayaan antara Direktur Utama PT. SMI, Presiden Direktur IIF dan Dirut PT. Meta Adhya Tirta Umbulan;

k. Rapat Koordinasi Bidang Perekonomian tentang Kebijakan Penyediaan Jaringan Irigasi pada tanggal 19 Februari 2016 dengan agenda pendataan dan pengembangan sistem irigasi;

l. Rapat Koordinasi Bidang Perekonomian tentang Pangan pada tanggal 5 April 2016 dengan agenda koordinasi peningkatan sistem irigasi dalam rangka mendukung ketahanan pangan;

m. Rapat Koordinasi Bidang Perekonomian tentang Lahan, Irigasi dan Alsintan pada tanggal 28 November 2016 dengan agenda koordinasi luasan daerah irigasi dan sawah beririgasi;

n. Rapat Koordinasi perihal Pembahasan Status Kelembagaan Badan Pengusahaan Bintan, Tanjung Pinang, dan Karimun pada tanggal 28 September 2016;

o. Rapat Koordinasi perihal Tindak Lanjut Pembahasan Status Kelembagaan Badan Pengusahaan Bintan, Tanjung Pinang, dan Karimun pada tanggal 23 Desember 2016;

21 p. Rapat Koordinasi Keberlanjutan Kebijakan Pemberian Jaminan dan

Subsidi Bunga oleh Pemerintah Pusat pada tanggal 24 Februari 2016 dengan agenda Pembahasan terhadap pending matters terkait penetapan status dana Pemerintah Daerah kepada PDAM dalam Raperpres tentang Perubahan Perpres Nomor 29 Tahun 2009;

q. Rapat Koordinasi Pembahasan Pembiayaan melalui Perbankan Dan Penyelesaian Piutang Negara kepada PDAM pada tanggal 26 Mei 2016 dengan agenda penyampaian Progres Keberlanjutan Perpres No. 29 Tahun 2009;

r. Rapat Koordinasi Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Bendungan pada tanggal 29 Agustus 2016 dengan agenda progres pelaksanaan pembangunan bendungan beserta permasalahannya serta update revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk mengakomodir rencana pembangunan bendungan;

s. Rapat Koordinasi Mingguan Persiapan Financial Close Proyek KPBU SPAM Umbulan pada tanggal 18 Oktober 2016 yang membahas mengenai pemenuhan persayaratan dilaksanakannya financial close SPAM Umbulan diantaranya dukungan Kementerian PUPR, perjanjian PDAB dan 3 PDAM yang belum melakukan penandatanganan;

t. Rapat Koordinasi Mingguan Persiapan Financial Close Proyek KPBU SPAM Umbulan pada tanggal 27 Oktober 2016 yang membahas hasil laporan kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan persyaratan penandatanganan PKS Gubernur Jawa Timur dengan Walikota Pasuruan;

u. Rapat Koordinasi Mingguan Persiapan Financial Close Proyek KPBU SPAM Umbulan pada tanggal 10 November 2016 dengan agenda progres pelaksanaan pengadaan lahan, addendum AMDAL, Perjanjian Kerjasama Walikota Pasuruan dan Gubernur Jawa Timur;

22 v. Rapat Koordinasi Mingguan Persiapan Financial Close Proyek KPBU

SPAM Umbulan pada tanggal 16 November 2016 dengan agenda pembahasan pemenuhan CP perjanjian PDAB – PDAM Kabupaten Pasuruan;

w. Rapat Koordinasi Mingguan Persiapan Financial Close Proyek KPBU SPAM Umbulan pada tanggal 7 Desember 2016 dengan agenda Pemenuhan pending matter dalam rangka persiapan Financial Close Proyek KPBU SPAM;

x. Rapat Koordinasi Tindak Lanjut Working Group (WG) Batam-Bintan-Karimun (BBK) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) lainnya di Indonesia 2015-2019 pada tanggal 23 Februari 2016 dengan agenda pembahasan penyusunan Terms of Reference (TOR) dan Joint Action Roadmap (JAR);

y. Rapat Koordinasi Finalisasi Terms of Reference (TOR) dan Penyusunan Joint Action Roadmap (JAR) pada tanggal 9 Desember 2016;

z. Senior Official Meeting of Six Bilateral Economic Working Groups Indonesia-Singapore pada tanggal 10 Mei 2016 dengan agenda pembahasan penyampaian laporan perkembangan Working Group Pengembangan Batam-Bintan- Karimun (BBK) d an Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) lainnya di Indonesia dan rencana tindak lanjut kerjasama periode 2015-2019 sebagai bahan Joint Report to Leaders;

aa. Ministerial Meeting of Six Bilateral Economic Working Groups Indonesia-Singapore pada tanggal 30 Mei 2016 dengan agenda pembahasan penyampaian Joint Report to Leaders sebagai bahan pertemuan Leaders’ Retreat atau Kepala Negara;

bb. 9th Co-Chairs Meeting of Working Group on Batam-Bintan-Karimun (BBK) and other Special Economic Zones (SEZs) in Indonesia pada tanggal 4 Agustus 2016 dengan agenda pembahasan (i) penyampaian

23 perkembangan kebijakan FTZ Batam; (ii) diskusi pembahasan Joint Action Roadmap (JAR); dan (iii) penandatanganan Terms of Reference;

cc. Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Working Group on Batam-Bintan-Karimun (BBK) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) lainnya di Indonesia Tahun 2016 pada tanggal 11 Oktober 2016 dengan agenda pembahasan (i) penyampaian dan evaluasi potensi dan peluang investasi FTZ BBK; dan (ii) penyususnan paket/model kebijakan investasi di FTZ BBK.

2. Dalam rangka mendorong percepatan penyelesaian kebijakan dan regulasi bidang penataan ruang, telah disusun beberapa rekomendasi kebijakan, di antaranya:

a. Percepatan revisi Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dan revisi Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Kedua percepatan revisi tersebut dilakukan dalam rangka mendorong percepatan pelaksanaan proyek-proyek strategis nasional dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 dan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Proyek Strategis Nasional yang belum sesuai dengan rencana tata ruang baik di Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

b. Percepatan penetapan Perda RTRW Provinsi. Hingga Desember 2016, telah ditetapkan 30 Perda RTRW Provinsi. Adapun provinsi yang belum menetapkan Perda RTRW-nya yaitu Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, dan Kalimantan Utara.

c. Percepatan penyelesaian Peraturan Presiden di antaranya Penetapan Peraturan Presiden tentang Batas Sempadan Pantai dan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara yang telah mencapai proses paraf menteri dan legalisasi di Sekretariat Kabinet.

24 d. Percepatan pelaksanaan Kebijakan Satu Peta dengan ditetapkannya

Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta dengan Tingkat Ketelitian Peta Skala 1:50.000.

3. Dalam rangka mendorong percepatan penyelesaian kebijakan dan regulasi bidang perumahan, pertanahan, dan pembiayaan infrastruktur, telah disusun beberapa rekomendasi kebijakan, di antaranya:

a. Dalam rangka menghimpun dan menyediakan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk pembiayaan perumahan dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau, telah diterbitkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2016 tentang Tabungan Perumahan Rakyat. Dengan adanya peraturan ini, negara menjamin pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal yang layak dan terjangkau bagi warga negara. Kebijakan tersebut diterbitkan untuk menghimpun dan menyediakan dana murah jangka panjang untuk menunjang pembiayaan perumahan.

b. Dalam rangka mempercepat proses dan mengurangi biaya perizinan pembangunan perumahan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) agar dapat mendorong pengembang dalam upaya pencapaian target Program Sejuta Rumah, telah diterbitkan Paket Kebijakan Ekonomi XIII yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2016 tentang Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Dengan adanya peraturan ini, negara mengupayakan tercapainya pemenuhan kebutuhan tempat tinggal bagi masyarakat. Kebijakan tersebut diterbitkan untuk mempercepat penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

c. Untuk mempercepat penyelesaian proyek strategis nasional, telah dilakukan penetapan Peraturan Presiden Nomor 102 Tahun 2016 tentang Pendanaan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum dalam rangka Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Dengan adanya peraturan ini, diharapkan dapat mempercepat proses pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.

25 Kebijakan tersebut ditetapkan dalam rangka percepatan penyediaan pendanaan oleh Pemerintah atas pengadaan tanah pada Proyek Strategis Nasional.

d. Dalam rangka kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur di daerah, telah diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 96 Tahun 2016 tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment) dalam rangka Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur di Daerah. Kebijakan tersebut bertujuan untuk menyediakan skema pengembalian investasi yang menarik minat Badan Usaha untuk bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dalam penyediaan infrastruktur melalui Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha.

4. Dalam rangka percepatan pembangunan sistem transportasi multimoda, telah dilakukan penetapan sebagai berikut:

a. Finalisasi substansi Memorandum of Understanding (MoU) Pembangunan Infrastruktur Penunjang Kegiatan Industri di Cikarang-Bekasi. Seluruh pihak yang terlibat dalam penandatanganan MoU, di antaranya Kementerian PUPR, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Bekasi, dan kawasan industri, telah menyetujui substansi MoU tersebut. MoU dibutuhkan agar proses lelang untuk proyek-proyek yang terdapat di MoU dapat segera dilakukan.

b. Penyelenggaraan Jalan Tol Trans Jawa, Non Trans Jawa, dan Trans Sumatera. Koordinasi penyelenggaraan jalan tol dengan Kementerian PUPR, BUMMN, dan pihak terkait lainnya untuk memenuhi target penambahan 1.000 km jalan tol.

c. Koordinasi penyusunan dan penetapan Peraturan Presiden untuk percepatan penyelenggaraan perkeretaapian di beberapa kota di Indonesia, di antaranya penetapan Perpres percepatan LRT Sumatera Selatan, LRT Jabodebek, LRT DKI Jakarta, serta penyusunan LRT Bandung Raya dan Trem Surabaya.

26 d. Pengembangan transportasi perkotaan dan TOD pada kota dan

kabupaten di wilayah Jabodetabek melalui studi JUTPI yang dilakukan melalui koordinasi dengan pemerintah kota dan kabupaten setempat serta JICA.

e. Koordinasi penyusunan Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2016 tentang Penetapan Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang sebagai Proyek Strategis Nasional. Peraturan ini dibuat guna mempercepat proses pembangunan Pelabuhan Patimban. Dalam Peraturan ini diatur mengenai penetapan Pelabuhan Patimban sebagai Proyek Strategis Nasional dan di dalamnya diatur juga mengenai skema pembiayaan yang akan digunakan guna pembangunan pelabuhan tersebut.

f. Koordinasi penyusunan Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 2016 tentang Pendapatan Negara Bukan Pajak di Sektor Perhubungan yang merupakan revisi dari Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2015.

Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur secara lebih rinci mengenai jenis dan besarnya pendapatan yang dapat ditarik oleh Kementerian Perhubungan guna meningkatkan pelayanan di sektor transportasi.

5. Dalam rangka mendorong percepatan penyelesaian kebijakan dan regulasi bidang telematika dan utilitas, telah disusun beberapa rekomendasi kebijakan, di antaranya:

a. Penyusunan Peta Jalan Perdagangan Berbasis Elektronik (Paket Kebijakan Ekonomi XIV);

b. Koordinasi Program Sinergi Aksi Pemanfaatan Aplikasi Telematika Untuk Ekonomi Rakyat;

c. Komitmen terkait Impor Ponsel tanpa TKDN dan ber-TKDN Rendah;

d. Pembahasan Peraturan tentang Layanan dan Konten di Internet (Over The Top);

e. Penyiapan Pembuatan Satelit Inarsat Pertama; Revisi PP 52 dan 53 tahun 2000 tentang Penyelanggaraan Telekomunikasi dan Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit;

f. Koordinasi Pemantapan dan Konsepsi RPP Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (TPMSE);

27 g. Koordinasi Penyusunan RaPerpres Percepatan PLTSa; Koordinasi

Percepatan Penyusunan RPP Sampah Spesifik;

h. Koordinasi Penyusunan Rekomendasi Integrasi Hulu Hilir Percepatan Pengelolaan Sampah, Air Limbah, dan Drainase di Kawasan Sepanjang Bantaran Sungai Ciliwung; dan

i. Koordinasi Kelembagaan Pengelolaan Sampah.

Capaian sasaran strategis ini diukur dengan persentase rekomendasi kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang diimplementasikan, dimana pada tahun 2016 ditargetkan sebanyak 80%

rekomendasi kebijakan yang diimplementasikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian melalui:

a) pembahasan dan keputusan dalam Rapat Koordinasi Tingkat Menteri;

b) penetapan peraturan dan keputusanPemerintah/Presiden/Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; dan

c) Surat Edaran yang sampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian kepada para pimpinan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.

Selama tahun 2016, dari 75 rekomendasi kebijakan yang ditargetkan, telah terealisasi 71 rekomendasi kebijakan yang implementasikan. Dengan demikian, capaian kinerja sasaran strategis ini mencapai angka 94,67% dari target 80% yang telah ditetapkan. Rincian dan perhitungan capaian sasaran strategis tersebut disajikan dalam Lampiran yang menjadi satu kesatuan dengan Laporan ini.

Sasaran Strategis 2:

“T

erwujudnya pengendalian kebijakan di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah

28 Adapun rekomendasi pengendalian kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang dapat diimplementasikan selama tahun 2016 adalah sebagai berikut:

1. Dalam rangka mendorong percepatan pelaksanaan program-program strategis nasional, telah disusun beberapa rekomendasi kesesuaian tata ruang melalui penerbitan surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan/atau Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, yaitu:

a. Rekomendasi rencana pembangunan Pembangkit Listrik (PLTU, PLTGU) di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat serta Kabupaten Bangka Barat, Bangka Belitung.

b. Rekomendasi rencana pembangunan SUTET 500 kV di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Riau.

c. Rekomendasi rencana pembangunan kawasan industri kelapa sawit di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, kawasan industri plup dan paper di Kabupaten Pelalawan, Riau, dan rencana pengembangan industri migas PT. CPI di Riau.

d. Rekomendasi rencana pembangunan infrastruktur perhubungan berupa pembangunan High Speed Train Jakarta-Bandung dan pembangunan Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat.

2. Beberapa rekomendasi terkait bidang perumahan, pertanahan, dan pembiayaan infrastruktur melalui penerbitan surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan/atau Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, yaitu:

a. Dalam rangka percepatan pelaksanaan program pembangunan pemerintah, pemberian kemudahan dalam berusaha, serta pemberian perlindungan kepada masyarakat berpenghasilan rendah, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2016 tentang Pajak Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, dan Perjanjian Pengikatan Jual Beli atas Tanah dan/atau Bangunan beserta Perubahannya.

Dengan kebijakan ini diharapkan bahwa harga jual properti menjadi lebih murah sehingga semakin banyak masyarakat yang mampu membeli rumah.

29 b. Untuk melaksanakan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 103

Tahun 2015, Pemerintah telah menetapkan peraturan mengenai tata cara pemberian, pelepasan, atau pengalihan hak atas pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian oleh orang asing yang berkedudukan di Indonesia melalui Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 13 Tahun 2016. Kebijakan ini diterbitkan untuk mendorong investasi di sektor properti dan memberikan percepatan, ketepatan, dan kepastian bagi investor.

c. Dalam rangka kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur di daerah, telah diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 260 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pembayaran Ketersediaan Layanan pada Proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam rangka Penyediaan Infrastruktur. Kebijakan ini diterbitkan untuk mengatur tata cara perencanaan dan penyiapan skema pembayaran ketersediaan layanan pada proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).

3. Rekomendasi terkait bidang sumber daya air melalui penerbitan surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan/atau Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, yaitu:

a. Tim Gugus Tugas Penyelesaian Kendala Target Pencapaian Pembangunan Bendungan Prioritas, melalui Keputusan Menteri Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 188 Tahun 2016;

b. Rancangan Peraturan Presiden tentang Dewan Sumber Daya Air Nasional;

c. Rancangan Keputusan Presiden tentang Keanggotaan Dewan Sumber Daya Air Nasional;

d. Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Nomor: S-38/M.EKON/02/2016, tanggal 15 Februari 2016, kepada Direktur Utama PT Surya Bangun Pertiwi, perihal Ijin Pembangunan Estuary Dam Teluk Bintan, yang menjelaskan bahwa skenario pemenuhan kebutuhan air pada

30 Wilayah Sungai Pulau Batam-Bintan telah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 10/PRT/M/2015.

e. Surat Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, No. S-96/D.VI.M.EKON/07/2016, tanggal 27 Juli 2016, kepada Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR, perihal Air Baku untuk Kebutuhan di Kawasan Industri, yang bertujuan menindaklanjuti surat dari General Manajer PT Batamindo Investment Cakrawala terkait pemenuhan Air Baku untuk Kebutuhan di Kawasan Industri Batamindo.

f. Rapat Koordinasi Pembahasan Usulan Pembangunan Estuary Dam Teluk Bintan untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Baku di Pulau Bintan dan Pulau Batam pada tangal 09 Februari 2016 dengan agenda Pembahasan Neraca Air di Wilayah Sungai Kepulauan Riau dan RTRW Provinsi Kepulauan Riau.

4. Dalam rangka rekomendasi kebijakan pada pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera, pembangunan Mass Rapid Transportation (MRT) Jakarta, pembangunan Light Rail Transit (LRT) di beberapa wilayah, dan pengelolaan transportasi di wilayah Jabodetabek melalui koordinasi dan pelaksanaan sinkronisasi telah diterbitkan beberapa peraturan yaitu di antaranya:

a. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 116 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit di Provinsi Sumatera Selatan. Kebijakan tersebut dikeluarkan untuk menegaskan bahwa PT Waskita Karya selaku penyedia prasarana LRT dapat melaksanakan pembangunan sesuai dengan standar teknis yang ditetapkan Kementerian Perhubungan meskipun perjanjian belum ditandatangani. Selain itu, dijelaskan juga, sistem pembayaran atas pengalihan prasarana oleh Kementerian Perhubungan serta penugasan PT KAI sebagai penyelenggara sarana, sistem tiket otomatis, dan pengoperasian LRT.

b. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2016 tentang Perubahan Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan

31 Bekasi. Kebijakan tersebut menjelaskan pola penyelenggaraan pembangunan prasarana LRT dengan menggunakan pola Design and Built serta menggunakan standar gauge. Pelaksanaan pembangunan prasarana LRT akan dilakukan oleh PT. Adhi Karya (Persero) Tbk, dan PT Adhi Karya dapat melaksanakan pembangunan berdasarkan persetujuan teknis dan pengawasan oleh Kementerian Perhubungan meskipun perjanjian belum ditandatangani. Selain itu, dijelaskan juga sistem pembayaran yang dilakukan pemerintah terhadap pengalihan prasarana yang telah dibangun oleh PT. Adhi Karya. Pemerintah juga menugaskan PT KAI untuk melaksanakan penyelenggaraan sarana, sistem tiket otomatis, serta pengoperasian dan perawatan prasarana.

c. Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Perkeretaapian Umum di Wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Kebijakan tersebut menjelaskan pelaksanaan pembangunan prasarana perkeretaapian akan dilakukan oleh BUMD secara bertahap dengan menngunakan lebar rel standar gauge, termasuk pendanaan BUMD serta sistem pembayaran atas pengalihan prasarana. Penyelenggaraan sarana perkeretaapian juga akan dilakukan oleh BUMD. Selain itu, untuk meningkatkan keterjangkauan tarif, Pemerintah DKI Jakarta dapat memberikan subsidi dalam penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik sesuai peraturan perundang-undangan yang dialokasikan pada APBD dalam bentuk Belanja Subsidi.

d. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 66 Tahun 2016 tentang Pendelegasian Wewenang Menteri Perhubungan kepada Kepala Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

e. Dalam rangka percepatan pembangunan Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, maka telah dilakukan rapat-rapat dan audiensi percepatan pembangunannya.

Pada tanggal 9 Agustus 2016 sudah diresmikan untuk pengoperasiannya oleh Menteri Perhubungan. Pembangunan Terminal 3 ini diharapkan dapat mengurangi kepadatan penumpang di Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta yang dioperasikan oleh Garuda Indonesia.

f. Dalam rangka percepatan pembangunan Terminal Multi-Purpose Kuala Tanjung maka telah dilakukan rapat-rapat untuk percepatan pembangunannnya serta

f. Dalam rangka percepatan pembangunan Terminal Multi-Purpose Kuala Tanjung maka telah dilakukan rapat-rapat untuk percepatan pembangunannnya serta

Dokumen terkait