• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KINERJA DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERCEPATAN INFRASTRUKTUR DAN PENGEMBANGAN WILAYAH KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN KINERJA DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERCEPATAN INFRASTRUKTUR DAN PENGEMBANGAN WILAYAH KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KINERJA

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERCEPATAN INFRASTRUKTUR DAN PENGEMBANGAN WILAYAH

2016

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas rahmat dan perkenan-Nya, Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Tahun 2016 ini dapat kami selesaikan.

Ucapan terimakasih tak lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan Laporan Kinerja ini.

Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Tahun 2016 merupakan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah.

Laporan Kinerja ini disusun berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Capaian kinerja yang termuat dalam laporan ini merupakan realisasi dari target-target kinerja yang telah dituangkan dalam Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah yang telah ditandatangani pada awal tahun 2016.

Secara umum, pelaksanaan dari rencana kegiatan pada Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah selama tahun 2016 sudah berjalan dengan baik. Hal ini tentunya tidak lepas dari dukungan seluruh unit kerja di

(3)

ii lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah.

Akhirnya, tak ada gading yang tak retak. Demikian pula, Laporan Kinerja ini tentunya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami memohon masukan dan kritik konstruktif demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga Laporan Kinerja ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak terkait.

Jakarta, Januari 2017

Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Wahyu Utomo

(4)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR v

RINGKASAN EKSEKUTIF vi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, DAN FUNGSI ... 2

C. ASPEK STRATEGIS ... 4

D. ISU STRATEGIS ... 4

E. SISTEMATIKA PENULISAN ... 5

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6

A. RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 ... 6

B. RENCANA KERJA TAHUN 2016 ... 9

C. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 ... 12

D. PENGUKURAN KINERJA ... 14

(5)

iv

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 16

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI ... 16

1. ANALISIS CAPAIAN KINERJA ORGANISASI ... 17

2. ANALISIS CAPAIAN KINERJA DARI WAKTU KE WAKTU ... 39

B. REALISASI ANGGARAN ... 40

BAB IV PENUTUP 45

LAMPIRAN 47

(6)

v

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

GAMBAR

Gambar 1 Struktur Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Percepatan

Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah ... 3 Gambar 2 Skema Perencanaan Kinerja di Lingkungan Deputi Bidang

Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan

Wilayah ... 7 Gambar 3 Polarisasi Capaian Kinerja Organisasi ... 15 Gambar 4 Peta Kesesuaian Lahan KSEP Merauke ... 35

TABEL

Tabel 1 Rencana Kerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan

Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Tahun 2016 ... 9 Tabel 2 Pengelompokan IKU dan Sasaran Strategis Deputi Bidang

Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan

Wilayah dalam Perjanjian Kinerja 2016 ... 14 Tabel 3 Pengukuran Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan

Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Tahun 2016 ... 16 Tabel 4 Realisasi IKU Tahun 2014 - 2016 ... 39 Tabel 5 Realisasi Anggaran per Kegiatan Tahun Anggaran 2016 ... 40

(7)

vi

RINGKASAN EKSEKUTIF

Penyusunan Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Insfrastruktur dan Pengembangan Wilayah Tahun 2016 merupakan wujud pertanggungjawaban atas komitmen yang telah dituangkan dalam Perjanjian Kinerja (PK) 2016 untuk melaksanakan tugas dengan efektif, transparan, dan akuntabel yang berorientasi pada hasil (outcome) berdasarkan Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah ditetapkan, dipantau, dan dievaluasi secara periodik.

Di dalam dokumen Perjanjian Kinerja (PK) 2016, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Insfrastruktur dan Pengembangan Wilayah telah menetapkan empat Sasaran Strategis (SS), yaitu: 1) Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah; 2) Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah; 3) Terwujudnya pengembangan kawasan strategis ekonomi baru di luar Pulau Jawa; dan 4) Tercapainya penetapan proyek infrastruktur prioritas yang diusulkan.

Demi mendukung terwujudnya implementasi program kerja utama, telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang terdiri dari: (1) Tingkat (indeks) efektivitas koordinasi dan pelaksanaan sinkronisasi kebijakan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah; (2) Persentase rekomendasi kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang diimplementasikan; (3) Jumlah kawasan strategis ekonomi baru (KEK, Kawasan Industri) di luar Pulau Jawa; dan (4) Jumlah proyek infrastruktur prioritas nasional yang ditetapkan oleh Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP).

Berdasarkan hasil capaian kinerja Tahun 2016, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dapat menyelesaikan tugas dan fungsinya dengan BAIK, sebagaimana yang dijelaskan dalam Bab III laporan ini,

(8)

vii yang menjadi Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Berdasarkan pengukuran capaian kinerja tahun 2016, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah telah menunjukkan hasil kinerja (outcome) yang BAIK, sebagaimana dipaparkan dalam tabel berikut:

Sasaran Strategis 1

Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan di Bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Indikator Kinerja Target Realisasi % Kinerja Tingkat (indeks) efektivitas koordinasi dan pelaksanaan

sinkronisasi kebijakan dalam rangka percepatan

pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah 4 4 100%

Sasaran Strategis 2

Terwujudnya Pengendalian Kebijakan di Bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Indikator Kinerja Target Realisasi % Kinerja Persentase rekomendasi kebijakan percepatan

pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah

yang diimplementasikan 80% 91,67% 115%

Sasaran Strategis 3

Terwujudnya Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Baru di Luar Pulau Jawa Indikator Kinerja Target Realisasi % Kinerja Jumlah kawasan strategis ekonomi baru (KEK, Kawasan

industri) di luar pulau Jawa 2 3 150%

Sasaran Strategis 4

Tercapainya Penetapan Proyek Infrastruktur Prioritas yang Diusulkan

Indikator Kinerja Target Realisasi % Kinerja Jumlah proyek infrastruktur prioritas nasional yang

ditetapkan oleh Komite Percepatan Penyediaan

Infrastruktur Prioritas (KPPIP) 7 7 100%

(9)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian merupakan unit kerja eselon I yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah.

Komitmen yang sudah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja antara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah pada awal tahun 2016 dilaksanakan dan dituangkan dalam Laporan Kinerja yang merupakan pemenuhan amanat Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan Kinerja menjabarkan capaian-capaian target indikator kinerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama tahun 2016 sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja setiap bagian di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah. Selain untuk memenuhi prinsip akuntabilitas, Laporan Kinerja juga merupakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

(10)

2 Kinerja Instansi Pemerintah.

B. KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, DAN FUNGSI

Berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, maka kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian adalah sebagai berikut:

1. Kedudukan

Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

2. Tugas Pokok

Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/

Lembaga yang terkait dengan isu di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah.

3. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyelenggarakan fungsi:

a. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah;

b. Pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan

(11)

3 c. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang penyediaan

infrastruktur sumber daya air serta infrastruktur dan sistem transportasi multimoda;

d. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang penyediaan perumahan dan permukiman, penataan ruang, serta pengembangan kawasan strategis ekonomi;

e. Pengendalian pelaksanaan di bidang penyediaan perumahan dan permukiman, penataan ruang, serta pengembangan kawasan strategis ekonomi;

f. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang pengadaan tanah dan pembiayaan infrastruktur; dan

g. Pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah.

Gambar 1

Struktur Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Bid.

Konservasi SDA dan Pengendalian

DRA

Bidang Telematika

Bidang Sistem Transportasi

Jalan

Bidang Penataan

Ruang Asdep

Infrastruktur Sumber Daya

Air

Asdep Telematika

dan Utilitas

Asdep Sistem Transportasi

Multimoda

Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Asdep Penataan Ruang dan

KSE

Asdep Perumahan,

Pertanahan dan PI

Bidang Perumahan

dan Pertanahan

Bidang Pendayaguna

an Sumber Daya Air

Bidang Utilitas

Bidang Sistem Transportasi

Non Jalan

Bidang Pengembang

an KSE

Bidang Pembiayaan

Infrastruktur

Bidang Program dan

Tata Kelola

Kelompok Jabatan Fungsional

(12)

4 Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah merupakan bagian integral dalam proses perencanaan strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Perannya merupakan dasar untuk mengkoordinasikan, mensinkronisasikan, mengendalikan, dan menjamin suksesnya pencapaian kinerja jangka panjang bagi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian guna mendukung kinerja pembangunan nasional sebagaimana yang telah ditetapkan Presiden dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2015-2019.

Untuk mewujudkan good governance dan tercapainya target kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang sudah ditetapkan, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai posisi strategis mengkoordinasikan, mensinkronisasikan, dan mengendalikan program- program pembangunan di bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah.

Posisi strategis tersebut menjadi arah gerak Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dalam menentukan Sasaran Strategis yang akan dituju. Sasaran Strategis dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah;

2. Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah;

3. Terwujudnya pengembangan kawasan strategis ekonomi baru di luar Pulau Jawa; dan

4. Tercapainya penetapan proyek infrastruktur prioritas yang diusulkan.

D. ISU STRATEGIS

Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dengan posisi strategisnya sebagai organisasi dituntut untuk mampu

(13)

5 tujuan Kementerian, yaitu: pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, dan kinerja organisasi yang baik. Permasalahan atau tantangan yang dihadapi merupakan isu strategis yang harus diselesaikan sebagai wujud kinerja Tahun 2016. Adapun permasalahan yang dihadapi oleh Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya antara lain sebagai berikut:

1. Rendahnya kapasitas tampungan air per kapita per tahun, menurunnya ketersediaan air dan tingginya alih fungsi lahan;

2. Belum meratanya infrastruktur dan aplikasi telematika serta sarana dan prasarana utilitas;

3. Masih rendahnya kualitas infrastruktur transportasi di Indonesia yang

berakibat pada tingginya biaya logistik dan kelancaran distribusi barang dan jasa;

4. Belum terintegrasinya program-program nasional nawacita, RPJMN, dan Program Strategis Nasional dalam rencana tata ruang serta masih terjadinya tumpang tindih dan konflik pemanfaatan ruang; dan

5. Rumitnya proses perizinan pembangunan perumahan sehingga menghambat tercapainya target pembangunan satu juta rumah.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Bab Satu menyajikan penjelasan umum kedudukan Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, identifikasi aspek strategis dan isu strategis yang merupakan masalah yang akan terjawab melalui kinerja 2016. Bab Dua memaparkan perencanaan kinerja yang akan menguraikan tahapan secara ringkas penentuan indikator-indikator yang tertuang dalam dokumen perencanaan dan Perjanjian Kinerja. Bab Tiga menjabarkan akuntabilitas kinerja yang terdiri dari capaian kinerja dan realisasi anggaran yang digunakan untuk mencapai kinerja tersebut. Sebagai penutup akan diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah-langkah di masa mendatang untuk meningkatkan kinerja.

(14)

6

BAB 2

PERENCANAAN KINERJA

Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah. Pokok-pokok program dan kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi berpedoman pada dokumen perencanaan yang tertuang di dalam:

1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019;

2. Rencana Strategis Tahun 2015-2019;

3. Rencana Kerja Tahun 2016; dan 4. Perjanjian Kinerja Tahun 2016.

A. RENCANA STRATEGIS 2015-2019

Rencana Strategis (Renstra) Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah 2015-2019 merupakan perencanaan jangka menengah organisasi yang berisi gambaran sasaran atau kondisi hasil yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun. Penyusunan Renstra Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah mengacu pada RPJMN Tahun 2015-2019, khususnya terkait dengan prioritas

“Meningkatkan koordinasi kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur prioritas”. Penjabaran strategi jangka menengah untuk menuju hasil yang dicita-citakan dapat dipetakan dalam bagan berikut:

(15)

7

Gambar 2

Skema Perencanaan Kinerja di Lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Visi Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sesuai dengan tugas dan fungsinya adalah ”Terwujudnya lembaga koordinasi dan sinkronisasi pembangunan ekonomi di bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah yang efektif dan berkelanjutan”. Visi ini menunjukkan bahwa sebagai bagian dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah mempunyai tugas untuk mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan program/ kegiatan pengembangan perekonomian nasional yang mandiri, berkeadilan, dan berkelanjutan.

(16)

8 Sasaran Strategis 1

Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah.

Sasaran Strategis 2

Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah.

Sasaran Strategis 3

Terwujudnya pengembangan kawasan strategis ekonomi baru di luar pulau Jawa.

Sasaran Strategis 4

Tercapainya penetapan proyek infrastruktur prioritas yang diusulkan.

penetapan misi yang disesuaikan dengan peran Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah. Misi Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah adalah

“Meningkatkan sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, penyusunan kebijakan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah”.

Berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai tujuan, yaitu “Sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah yang efektif dalam meningkatkan daya saing perekonomian”. Dengan dirumuskannya tujuan ini maka Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dapat secara tepat mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi untuk mewujudkan visi dan misinya.

Berdasarkan tujuan yang telah direncanakan maka agar terukur dan dapat dicapai secara nyata, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah menentukan sasaran strategis. Sasaran strategis Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah tahun 2015 adalah sebagai berikut:

(17)

9 Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah menyusun Rencana Kerja (Renja) yang memuat program, kegiatan, sasaran kegiatan beserta indikatornya, target, dan sumber/alokasi pendanaan.

Kemudian Rencana Kerja dirinci lebih lanjut ke dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L). Di dalam RKA/KL termuat Rincian Anggaran, antara lain: output, komponen input, jenis belanja, dan kelompok belanja.

Secara ringkas Rencana Kerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Tahun Anggaran 2016 dijabarkan dalam matriks sebagai berikut:

Tabel 1

Rencana Kerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Tahun 2016

Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Pagu Awal 2016 Self Blocking 2016

Pagu setelah Self Blocking

2016

Koordinasi Kebijakan Bidang Infrastruktur Sumber Daya Air

Tersusunnya Rekomendasi Hasil Koordinasi Kebijakan Urusan Infrastruktur Sumber Daya Air

4 Rekomendasi

6.934.001.000 1.785.518.000 5.148.483.000 Tersusunnya

Rekomendasi Pengendalian Urusan Infrastruktur Sumber Daya Air

4 Rekomendasi

Tersusunnya Laporan Hasil Pelaksanaan Sosialisasi Kebijakan Bidang Infrastruktur Sumber Daya Air

3 Laporan

Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan JWG Indonesia - Singapura Untuk Pengembangan BBK (Batam-Bintan- Karimun) dan KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Lainnya di

12 Rekomendasi

(18)

10

Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Pagu Awal 2016 Self Blocking 2016

Pagu setelah Self Blocking

2016 Indonesia

Koordinasi Kebijakan Bidang Telematika dan Utilitas

Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Telematika dan Utilitas

8 Rekomendasi

3.020.000.000 386.872.000 2.633.128.000 Tersusunnya

Rekomendasi Hasil Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Telematika dan Utilitas

5 Rekomendasi

Koordinasi Kebijakan Sistem Transportasi Multi Moda

Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Sistem transportasi multimoda

4 Rekomendasi

5.550.000.000

536.309.000 5.013.691.000 Tersusunnya

Rekomendasi Pengendalian Sosialisasi Kebijakan Sistem transportasi multi moda

2 Rekomendasi

Tersusunnya Laporan Hasil Pelaksanaan Sosialisasi Kebijakan Sistem transportasi multi moda

2 Laporan

Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Percepatan Pengembangan Sistem Transportasi

JABODETABEK

2 Laporan

Tersusunnya Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan

Kebijakan Percepatan Pengembangan Sistem Transportasi

JABODETABEK 1 Rekomendasi

(19)

11

Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Pagu Awal 2016 Self Blocking 2016

Pagu setelah Self Blocking

2016

Koordinasi Kebijakan

Penataan Ruang dan

Kawasan Strategis Ekonomi

Tersusunnya Rekomendasi Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Bidang Penataan Ruang Dan Kawasan Strategis Ekonomi

12 Rekomendasi

12.240.000.000 4,498,085,000 7.741.915.000 Tersusunnya

Rekomendasi Hasil Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Penataan Ruang Dan Kawasan Strategis Ekonomi

8 Rekomendasi

Tersusunnya Laporan Sosialisasi Kebijakan Penataan Ruang Dan Kawasan Strategis Ekonomi

1 Laporan

Koordinasi Kebijakan Perumahan, Pertanahan, dan Pembiayaan Infrastruktur

Tersusunnya Rekomendasi

Kebijakan Perumahan, Pertanahan Dan Pembiayaan Infrastruktur

5 Rekomendasi

3.050.000.000

355.967.000 2.694.033.000 Tersusunnya

Rekomendasi Pengendalian Pelaksanaan

Kebijakan Perumahan, Pertanahan Dan Pembiayaan Infrastruktur

4 Rekomendasi

Tersusunnya Laporan Hasil Sosialisasi Kebijakan Perumahan, Pertanahan Dan Pembiayaan Infrastruktur

2 Laporan

Koordinasi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

Tersusunnya Rekomendasi

Kebijakan MP3EI 3 Rekomendasi

4.456.000.000

686.099.000 3.769.901.000 Tersusunnya Hasil

Pengendalian Pelaksanaan Kebijkan Proyek-Proyek P3EI yang akan

3 Rekomendasi

(20)

12

Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Pagu Awal 2016 Self Blocking 2016

Pagu setelah Self Blocking

2016 ditindaklanjuti

Tersusunnya Laporan Sosialisasi /

diseminasi Kebijakan MP3EI

1 Laporan

Koordinasi Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas

Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Ekonomi Terkait Penyediaan Infrastruktur Prioritas

7 Rekomendasi

7.863.605.000 8.851.150.000 59.012.455.000 Tersusunnya

Rekomendasi Hasil Pre FS / Revisi Pre FS Proyek Infrastruktur Prioritas

7 Rekomendasi

Tersusunnya Hasil Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Prioritas

1 Rekomendasi

Tersusunnya Laporan Sosialisasi Kebijakan Penyediaan

Infrastruktur Prioritas

1 Laporan

Total 103.113.606.000 17.100.000.000 86.013.606.000

Sumber : Rencana Kerja 2016 (diolah)

C. PERJANJIAN KINERJA 2016

Perjanjian Kinerja (PK) pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Tujuan dibuatnya Perjanjian Kinerja adalah sebagai berikut:

- untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur sebagai wujud nyata komitmen antara pemberi amanah dengan penerima amanah;

(21)

13 - sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan

sasaran organisasi;

- menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan - sebagai dasar pemberian reward and punishment atau penghargaan dan

sanksi.

Perjanjian Kinerja merupakan pelaksanaan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan memedomani Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Dokumen PK merupakan dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja.

Perjanjian Kinerja pada Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah ditetapkan hingga level Eselon II. Untuk level eselon di bawahnya hingga pelaksana, kontrak kinerja individu tertuang dalam Sasaran Kerja Pegawai. Pencapaian sasaran strategis diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU). Penyusunan IKU disesuaikan dengan level organisasi atau kewenangan yang dimiliki oleh pejabat yang bersangkutan. Oleh karena itu Indikator Kinerja dan Target Tahunan yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja adalah merupakan Indikator Kinerja Utama tingkat Eselon I yang telah ditetapkan dan merupakan penjabaran dari Renstra. Indikator Kinerja Utama (IKU) Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Tahun 2016 adalah sebagai berikut:

(22)

14

Tabel 2

Pengelompokan IKU dan Sasaran Strategis Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dalam Perjanjian Kinerja 2016

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target

SS.1 Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Tingkat (indeks) efektifitas koordinasi dan pelaksanaan sinkronisasi kebijakan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah

4

SS.2 Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Persentase rekomendasi kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang diimplementasikan

80%

SS.3 Terwujudnya pengembangan kawasan strategis ekonomi baru di luar pulau Jawa

Jumlah Kawasan strategis ekonomi baru (KEK, Kawasan Industri) di luar pulau Jawa

2

SS.4 Tercapainya penetapan proyek infrastruktur prioritas yang diusulkan

Jumlah proyek infrastruktur prioritas nasional yang ditetapkan komite percepatan penyediaan infrastruktur prioritas (KPPIP)

7

Sumber : Perjanjian Kinerja 2016

D. PENGUKURAN KINERJA

Pengukuran tingkat capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan antara target yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja dengan realisasinya. Metode perhitungan Nilai Kinerja Organisasi (NKO) diperoleh dengan menggunakan data target dan realisasi IKU yang tersedia.

Dengan membandingkan antara data target dan realisasi IKU, akan diketahui nilai NKO, dan standar perhitungan polarisasi kinerja IKU ditetapkan sesuai dengan Peraturan Menteri Koordinator Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perjanjian Kinerja dan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

(23)

15 Formula perhitungan NKO adalah sebagai berikut:

NKO = Realisasi

×

100%

Target

Adapun Status Kinerja NKO ditandai dengan pemberian warna sesuai nilai NKO, yaitu sebagai berikut:

Keterangan: Perhitungan lebih lanjut dijelaskan pada lampiran pendukung

Gambar 3

Polarisasi Capaian Kinerja Organisasi

Hijau

• X ≥ 100 (memenuhi ekspektasi)

Kuning

• 80 ≤ X < 100 (belum memenuhi ekspektasi)

Merah

• X < 80%

(tidak

memenuhi

ekspektasi)

(24)

16

BAB 3

AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

1

Pengukuran tingkat capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan target dengan realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja. Tingkat capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah tahun 2016 berdasarkan hasil pengukurannya dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3

Pengukuran Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Tahun 2016

Sasaran Strategis 1

Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan di Bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja Tingkat (indeks) efektivitas koordinasi dan

pelaksanaan sinkronisasi kebijakan dalam rangka percepatan pembangunan

infrastruktur dan pengembangan wilayah

4 4 100%

Sasaran Strategis 2

Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

(25)

17

Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja Persentase rekomendasi kebijakan

percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang

diimplementasikan

80% 94,67% 118,34%

Sasaran Strategis 3

Terwujudnya pengembangan kawasan strategis ekonomi baru di luar Pulau Jawa

Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja Jumlah kawasan strategis ekonomi baru (KEK,

kawasan industri) di luar Pulau Jawa 2 3 150%

Sasaran Strategis 4

Tercapainya penetapan proyek infrastruktur prioritas yang diusulkan

Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja Jumlah proyek infrastruktur prioritas nasional

yang ditetapkan komite percepatan penyediaan infrastruktur prioritas (KPPIP)

7 7 100%

1. ANALISIS CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Capaian sasaran strategis ini diukur dengan tingkat (indeks) efektivitas koordinasi dan sinkronisasi kebijakan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah, dimana pada tahun 2016 ditargetkan sebanyak 107 usulan kebijakan yang ditindaklanjuti oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian melalui:

a) Pembahasan dan keputusan dalam Rapat Koordinasi Tingkat Menteri;

b) Penetapan peraturan dan keputusan Pemerintah/Presiden/Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; dan

Sasaran Strategis 1:

“T

erwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah

(26)

18 c) Surat Edaran yang sampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian kepada para pimpinan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.

Selama tahun 2016 telah terealisasi sebanyak 95 usulan kebijakan yang ditindaklanjuti dari 107 usulan kebijakan yang ditargetkan. Dengan demikian, capaian sasaran strategis ini berdasarkan perhitungan tingkat (indeks) telah mencapai indeks 4 dari target 4 yang telah ditetapkan. Rincian dan perhitungan capaian sasaran strategis tersebut disajikan dalam Lampiran yang juga menjadi satu kesatuan dengan laporan ini.

Koordinasi dan pelaksanaan sinkronisasi kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Dalam rangka mendorong percepatan penyelesaian kebijakan dan regulasi bidang sumber daya air, telah disusun beberapa rekomendasi kebijakan, di antaranya:

a. Pembentukan Tim Koordinasi Percepatan Pelaksanaan Program Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara, melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 79 Tahun 2016;

b. Rancangan Peraturan Presiden tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga oleh Pemerintah Pusat dalam rangka Percepatan Penyediaan Air Minum;

c. Menerbitkan Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, No. S- 44/M.EKON/02/2016, tanggal 26 Februari 2016, kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, perihal Pendataan dan Pengembangan Sistem Irigasi, yang bertujuan untuk mendorong percepatan pendataan kinerja layanan irigasi secara lengkap per satuan sistem irigasi sehingga dapat digambarkan lahan prioritas irigasi yang prima dan handal untuk percepatan produksi padi nasional;

(27)

19 d. Surat Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, No. S-

602/SES.M.EKON/10/2016 tanggal 31 Oktober 2016, kepada Dirjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan dan Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR, perihal Penegasan Alokasi DAK untuk Proyek KPBU SPAM Umbulan, yang bertujuan untuk mendorong penegasan dukungan DAK dari Kementerian Keuangan, Kementerian PUPR dan Kementerian Bappenas, sebagai upaya percepatan pelaksanaan financial close SPAM Umbulan;

e. Surat Menteri Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, No.: S- 781/M.EKON/03/2016, tanggal 31 Maret 2016, Kepada Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perihal Audit Komprehensif Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, yang bertujuan untuk memberikan informasi menyeluruh dalam rangka penataan KPBPB Batam selama masa transisi;

f. Surat Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, No. S- 580/SES.M.EKON/10/2016, tanggal 20 Oktober 2016, kepada Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, perihal Pelaksanaan Audit Lanjutan BP Batam, yang bertujun untuk melakukan audit terhadap unit usaha pengelolaan air dan limbah BP Batam;

g. Surat Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, No. S-14/D.VI.M.EKON/02/2016, tanggal 3 Februari 2016, kepada Direktur Jenderal Cipta Karya, Kementerian PUPR, perihal Ijin Prakarsa Raperpres Perubahan Atas Perpres No. 29 tahun 2009, yang bertujuan untuk menegaskan kementerian yang akan menjadi prakarsa Raperpres Perubahan Perpres 29 tahun 2019;

h. Surat Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, No. S-94/D.VI.M.EKON/07/2016, tanggal 19 Juli 2016, kepada beberapa pejabat Es 1 di Kementerian PUPR, Kementerian ATR/BPN, Pemerintah Daerah dan Direktur Utama PT.

Perkebunan Nusantara VIII, perihal Percepatan Penyelesaian Kendala

(28)

20 Pembangunan Bendungan Karian dan Bendungan Sindang Heula di Provinsi Banten, yang bertujuan untuk percepatan penyelesaian pembangunan Bendungan Karian dan Sindang Heula;

i. Terms of Reference for the Working Group on Batam, Bintan and Karimun and other Special Economic Zones in Indonesia, yang ditandatangani oleh Plt. Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dan Chairman of Singapore Economic Development Board pada tanggal 4 Agustus 2016 di Batam j. Melaksanakan Financial Close SPAM Umbulan pada tanggal 30

Desember 2016 dengan agenda penandatanganan perjanjian pembiayaan antara Direktur Utama PT. SMI, Presiden Direktur IIF dan Dirut PT. Meta Adhya Tirta Umbulan;

k. Rapat Koordinasi Bidang Perekonomian tentang Kebijakan Penyediaan Jaringan Irigasi pada tanggal 19 Februari 2016 dengan agenda pendataan dan pengembangan sistem irigasi;

l. Rapat Koordinasi Bidang Perekonomian tentang Pangan pada tanggal 5 April 2016 dengan agenda koordinasi peningkatan sistem irigasi dalam rangka mendukung ketahanan pangan;

m. Rapat Koordinasi Bidang Perekonomian tentang Lahan, Irigasi dan Alsintan pada tanggal 28 November 2016 dengan agenda koordinasi luasan daerah irigasi dan sawah beririgasi;

n. Rapat Koordinasi perihal Pembahasan Status Kelembagaan Badan Pengusahaan Bintan, Tanjung Pinang, dan Karimun pada tanggal 28 September 2016;

o. Rapat Koordinasi perihal Tindak Lanjut Pembahasan Status Kelembagaan Badan Pengusahaan Bintan, Tanjung Pinang, dan Karimun pada tanggal 23 Desember 2016;

(29)

21 p. Rapat Koordinasi Keberlanjutan Kebijakan Pemberian Jaminan dan

Subsidi Bunga oleh Pemerintah Pusat pada tanggal 24 Februari 2016 dengan agenda Pembahasan terhadap pending matters terkait penetapan status dana Pemerintah Daerah kepada PDAM dalam Raperpres tentang Perubahan Perpres Nomor 29 Tahun 2009;

q. Rapat Koordinasi Pembahasan Pembiayaan melalui Perbankan Dan Penyelesaian Piutang Negara kepada PDAM pada tanggal 26 Mei 2016 dengan agenda penyampaian Progres Keberlanjutan Perpres No. 29 Tahun 2009;

r. Rapat Koordinasi Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Bendungan pada tanggal 29 Agustus 2016 dengan agenda progres pelaksanaan pembangunan bendungan beserta permasalahannya serta update revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk mengakomodir rencana pembangunan bendungan;

s. Rapat Koordinasi Mingguan Persiapan Financial Close Proyek KPBU SPAM Umbulan pada tanggal 18 Oktober 2016 yang membahas mengenai pemenuhan persayaratan dilaksanakannya financial close SPAM Umbulan diantaranya dukungan Kementerian PUPR, perjanjian PDAB dan 3 PDAM yang belum melakukan penandatanganan;

t. Rapat Koordinasi Mingguan Persiapan Financial Close Proyek KPBU SPAM Umbulan pada tanggal 27 Oktober 2016 yang membahas hasil laporan kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan persyaratan penandatanganan PKS Gubernur Jawa Timur dengan Walikota Pasuruan;

u. Rapat Koordinasi Mingguan Persiapan Financial Close Proyek KPBU SPAM Umbulan pada tanggal 10 November 2016 dengan agenda progres pelaksanaan pengadaan lahan, addendum AMDAL, Perjanjian Kerjasama Walikota Pasuruan dan Gubernur Jawa Timur;

(30)

22 v. Rapat Koordinasi Mingguan Persiapan Financial Close Proyek KPBU

SPAM Umbulan pada tanggal 16 November 2016 dengan agenda pembahasan pemenuhan CP perjanjian PDAB – PDAM Kabupaten Pasuruan;

w. Rapat Koordinasi Mingguan Persiapan Financial Close Proyek KPBU SPAM Umbulan pada tanggal 7 Desember 2016 dengan agenda Pemenuhan pending matter dalam rangka persiapan Financial Close Proyek KPBU SPAM;

x. Rapat Koordinasi Tindak Lanjut Working Group (WG) Batam-Bintan- Karimun (BBK) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) lainnya di Indonesia 2015-2019 pada tanggal 23 Februari 2016 dengan agenda pembahasan penyusunan Terms of Reference (TOR) dan Joint Action Roadmap (JAR);

y. Rapat Koordinasi Finalisasi Terms of Reference (TOR) dan Penyusunan Joint Action Roadmap (JAR) pada tanggal 9 Desember 2016;

z. Senior Official Meeting of Six Bilateral Economic Working Groups Indonesia-Singapore pada tanggal 10 Mei 2016 dengan agenda pembahasan penyampaian laporan perkembangan Working Group Pengembangan Batam-Bintan- Karimun (BBK) d an Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) lainnya di Indonesia dan rencana tindak lanjut kerjasama periode 2015-2019 sebagai bahan Joint Report to Leaders;

aa. Ministerial Meeting of Six Bilateral Economic Working Groups Indonesia- Singapore pada tanggal 30 Mei 2016 dengan agenda pembahasan penyampaian Joint Report to Leaders sebagai bahan pertemuan Leaders’ Retreat atau Kepala Negara;

bb. 9th Co-Chairs Meeting of Working Group on Batam-Bintan-Karimun (BBK) and other Special Economic Zones (SEZs) in Indonesia pada tanggal 4 Agustus 2016 dengan agenda pembahasan (i) penyampaian

(31)

23 perkembangan kebijakan FTZ Batam; (ii) diskusi pembahasan Joint Action Roadmap (JAR); dan (iii) penandatanganan Terms of Reference;

cc. Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Working Group on Batam- Bintan-Karimun (BBK) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) lainnya di Indonesia Tahun 2016 pada tanggal 11 Oktober 2016 dengan agenda pembahasan (i) penyampaian dan evaluasi potensi dan peluang investasi FTZ BBK; dan (ii) penyususnan paket/model kebijakan investasi di FTZ BBK.

2. Dalam rangka mendorong percepatan penyelesaian kebijakan dan regulasi bidang penataan ruang, telah disusun beberapa rekomendasi kebijakan, di antaranya:

a. Percepatan revisi Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dan revisi Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Kedua percepatan revisi tersebut dilakukan dalam rangka mendorong percepatan pelaksanaan proyek-proyek strategis nasional dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015- 2019 dan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Proyek Strategis Nasional yang belum sesuai dengan rencana tata ruang baik di Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

b. Percepatan penetapan Perda RTRW Provinsi. Hingga Desember 2016, telah ditetapkan 30 Perda RTRW Provinsi. Adapun provinsi yang belum menetapkan Perda RTRW-nya yaitu Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, dan Kalimantan Utara.

c. Percepatan penyelesaian Peraturan Presiden di antaranya Penetapan Peraturan Presiden tentang Batas Sempadan Pantai dan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara yang telah mencapai proses paraf menteri dan legalisasi di Sekretariat Kabinet.

(32)

24 d. Percepatan pelaksanaan Kebijakan Satu Peta dengan ditetapkannya

Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta dengan Tingkat Ketelitian Peta Skala 1:50.000.

3. Dalam rangka mendorong percepatan penyelesaian kebijakan dan regulasi bidang perumahan, pertanahan, dan pembiayaan infrastruktur, telah disusun beberapa rekomendasi kebijakan, di antaranya:

a. Dalam rangka menghimpun dan menyediakan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk pembiayaan perumahan dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau, telah diterbitkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2016 tentang Tabungan Perumahan Rakyat. Dengan adanya peraturan ini, negara menjamin pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal yang layak dan terjangkau bagi warga negara. Kebijakan tersebut diterbitkan untuk menghimpun dan menyediakan dana murah jangka panjang untuk menunjang pembiayaan perumahan.

b. Dalam rangka mempercepat proses dan mengurangi biaya perizinan pembangunan perumahan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) agar dapat mendorong pengembang dalam upaya pencapaian target Program Sejuta Rumah, telah diterbitkan Paket Kebijakan Ekonomi XIII yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2016 tentang Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Dengan adanya peraturan ini, negara mengupayakan tercapainya pemenuhan kebutuhan tempat tinggal bagi masyarakat. Kebijakan tersebut diterbitkan untuk mempercepat penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

c. Untuk mempercepat penyelesaian proyek strategis nasional, telah dilakukan penetapan Peraturan Presiden Nomor 102 Tahun 2016 tentang Pendanaan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum dalam rangka Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Dengan adanya peraturan ini, diharapkan dapat mempercepat proses pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.

(33)

25 Kebijakan tersebut ditetapkan dalam rangka percepatan penyediaan pendanaan oleh Pemerintah atas pengadaan tanah pada Proyek Strategis Nasional.

d. Dalam rangka kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur di daerah, telah diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 96 Tahun 2016 tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment) dalam rangka Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur di Daerah. Kebijakan tersebut bertujuan untuk menyediakan skema pengembalian investasi yang menarik minat Badan Usaha untuk bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dalam penyediaan infrastruktur melalui Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha.

4. Dalam rangka percepatan pembangunan sistem transportasi multimoda, telah dilakukan penetapan sebagai berikut:

a. Finalisasi substansi Memorandum of Understanding (MoU) Pembangunan Infrastruktur Penunjang Kegiatan Industri di Cikarang- Bekasi. Seluruh pihak yang terlibat dalam penandatanganan MoU, di antaranya Kementerian PUPR, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Bekasi, dan kawasan industri, telah menyetujui substansi MoU tersebut. MoU dibutuhkan agar proses lelang untuk proyek-proyek yang terdapat di MoU dapat segera dilakukan.

b. Penyelenggaraan Jalan Tol Trans Jawa, Non Trans Jawa, dan Trans Sumatera. Koordinasi penyelenggaraan jalan tol dengan Kementerian PUPR, BUMMN, dan pihak terkait lainnya untuk memenuhi target penambahan 1.000 km jalan tol.

c. Koordinasi penyusunan dan penetapan Peraturan Presiden untuk percepatan penyelenggaraan perkeretaapian di beberapa kota di Indonesia, di antaranya penetapan Perpres percepatan LRT Sumatera Selatan, LRT Jabodebek, LRT DKI Jakarta, serta penyusunan LRT Bandung Raya dan Trem Surabaya.

(34)

26 d. Pengembangan transportasi perkotaan dan TOD pada kota dan

kabupaten di wilayah Jabodetabek melalui studi JUTPI yang dilakukan melalui koordinasi dengan pemerintah kota dan kabupaten setempat serta JICA.

e. Koordinasi penyusunan Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2016 tentang Penetapan Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang sebagai Proyek Strategis Nasional. Peraturan ini dibuat guna mempercepat proses pembangunan Pelabuhan Patimban. Dalam Peraturan ini diatur mengenai penetapan Pelabuhan Patimban sebagai Proyek Strategis Nasional dan di dalamnya diatur juga mengenai skema pembiayaan yang akan digunakan guna pembangunan pelabuhan tersebut.

f. Koordinasi penyusunan Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 2016 tentang Pendapatan Negara Bukan Pajak di Sektor Perhubungan yang merupakan revisi dari Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2015.

Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur secara lebih rinci mengenai jenis dan besarnya pendapatan yang dapat ditarik oleh Kementerian Perhubungan guna meningkatkan pelayanan di sektor transportasi.

5. Dalam rangka mendorong percepatan penyelesaian kebijakan dan regulasi bidang telematika dan utilitas, telah disusun beberapa rekomendasi kebijakan, di antaranya:

a. Penyusunan Peta Jalan Perdagangan Berbasis Elektronik (Paket Kebijakan Ekonomi XIV);

b. Koordinasi Program Sinergi Aksi Pemanfaatan Aplikasi Telematika Untuk Ekonomi Rakyat;

c. Komitmen terkait Impor Ponsel tanpa TKDN dan ber-TKDN Rendah;

d. Pembahasan Peraturan tentang Layanan dan Konten di Internet (Over The Top);

e. Penyiapan Pembuatan Satelit Inarsat Pertama; Revisi PP 52 dan 53 tahun 2000 tentang Penyelanggaraan Telekomunikasi dan Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit;

f. Koordinasi Pemantapan dan Konsepsi RPP Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (TPMSE);

(35)

27 g. Koordinasi Penyusunan RaPerpres Percepatan PLTSa; Koordinasi

Percepatan Penyusunan RPP Sampah Spesifik;

h. Koordinasi Penyusunan Rekomendasi Integrasi Hulu Hilir Percepatan Pengelolaan Sampah, Air Limbah, dan Drainase di Kawasan Sepanjang Bantaran Sungai Ciliwung; dan

i. Koordinasi Kelembagaan Pengelolaan Sampah.

Capaian sasaran strategis ini diukur dengan persentase rekomendasi kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang diimplementasikan, dimana pada tahun 2016 ditargetkan sebanyak 80%

rekomendasi kebijakan yang diimplementasikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian melalui:

a) pembahasan dan keputusan dalam Rapat Koordinasi Tingkat Menteri;

b) penetapan peraturan dan keputusanPemerintah/Presiden/Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; dan

c) Surat Edaran yang sampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian kepada para pimpinan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.

Selama tahun 2016, dari 75 rekomendasi kebijakan yang ditargetkan, telah terealisasi 71 rekomendasi kebijakan yang implementasikan. Dengan demikian, capaian kinerja sasaran strategis ini mencapai angka 94,67% dari target 80% yang telah ditetapkan. Rincian dan perhitungan capaian sasaran strategis tersebut disajikan dalam Lampiran yang menjadi satu kesatuan dengan Laporan ini.

Sasaran Strategis 2:

“T

erwujudnya pengendalian kebijakan di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah

(36)

28 Adapun rekomendasi pengendalian kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang dapat diimplementasikan selama tahun 2016 adalah sebagai berikut:

1. Dalam rangka mendorong percepatan pelaksanaan program-program strategis nasional, telah disusun beberapa rekomendasi kesesuaian tata ruang melalui penerbitan surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan/atau Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, yaitu:

a. Rekomendasi rencana pembangunan Pembangkit Listrik (PLTU, PLTGU) di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat serta Kabupaten Bangka Barat, Bangka Belitung.

b. Rekomendasi rencana pembangunan SUTET 500 kV di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Riau.

c. Rekomendasi rencana pembangunan kawasan industri kelapa sawit di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, kawasan industri plup dan paper di Kabupaten Pelalawan, Riau, dan rencana pengembangan industri migas PT. CPI di Riau.

d. Rekomendasi rencana pembangunan infrastruktur perhubungan berupa pembangunan High Speed Train Jakarta-Bandung dan pembangunan Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat.

2. Beberapa rekomendasi terkait bidang perumahan, pertanahan, dan pembiayaan infrastruktur melalui penerbitan surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan/atau Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, yaitu:

a. Dalam rangka percepatan pelaksanaan program pembangunan pemerintah, pemberian kemudahan dalam berusaha, serta pemberian perlindungan kepada masyarakat berpenghasilan rendah, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2016 tentang Pajak Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, dan Perjanjian Pengikatan Jual Beli atas Tanah dan/atau Bangunan beserta Perubahannya.

Dengan kebijakan ini diharapkan bahwa harga jual properti menjadi lebih murah sehingga semakin banyak masyarakat yang mampu membeli rumah.

(37)

29 b. Untuk melaksanakan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 103

Tahun 2015, Pemerintah telah menetapkan peraturan mengenai tata cara pemberian, pelepasan, atau pengalihan hak atas pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian oleh orang asing yang berkedudukan di Indonesia melalui Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 13 Tahun 2016. Kebijakan ini diterbitkan untuk mendorong investasi di sektor properti dan memberikan percepatan, ketepatan, dan kepastian bagi investor.

c. Dalam rangka kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur di daerah, telah diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 260 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pembayaran Ketersediaan Layanan pada Proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam rangka Penyediaan Infrastruktur. Kebijakan ini diterbitkan untuk mengatur tata cara perencanaan dan penyiapan skema pembayaran ketersediaan layanan pada proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).

3. Rekomendasi terkait bidang sumber daya air melalui penerbitan surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan/atau Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, yaitu:

a. Tim Gugus Tugas Penyelesaian Kendala Target Pencapaian Pembangunan Bendungan Prioritas, melalui Keputusan Menteri Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 188 Tahun 2016;

b. Rancangan Peraturan Presiden tentang Dewan Sumber Daya Air Nasional;

c. Rancangan Keputusan Presiden tentang Keanggotaan Dewan Sumber Daya Air Nasional;

d. Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Nomor: S- 38/M.EKON/02/2016, tanggal 15 Februari 2016, kepada Direktur Utama PT Surya Bangun Pertiwi, perihal Ijin Pembangunan Estuary Dam Teluk Bintan, yang menjelaskan bahwa skenario pemenuhan kebutuhan air pada

(38)

30 Wilayah Sungai Pulau Batam-Bintan telah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 10/PRT/M/2015.

e. Surat Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, No. S-96/D.VI.M.EKON/07/2016, tanggal 27 Juli 2016, kepada Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR, perihal Air Baku untuk Kebutuhan di Kawasan Industri, yang bertujuan menindaklanjuti surat dari General Manajer PT Batamindo Investment Cakrawala terkait pemenuhan Air Baku untuk Kebutuhan di Kawasan Industri Batamindo.

f. Rapat Koordinasi Pembahasan Usulan Pembangunan Estuary Dam Teluk Bintan untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Baku di Pulau Bintan dan Pulau Batam pada tangal 09 Februari 2016 dengan agenda Pembahasan Neraca Air di Wilayah Sungai Kepulauan Riau dan RTRW Provinsi Kepulauan Riau.

4. Dalam rangka rekomendasi kebijakan pada pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera, pembangunan Mass Rapid Transportation (MRT) Jakarta, pembangunan Light Rail Transit (LRT) di beberapa wilayah, dan pengelolaan transportasi di wilayah Jabodetabek melalui koordinasi dan pelaksanaan sinkronisasi telah diterbitkan beberapa peraturan yaitu di antaranya:

a. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 116 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit di Provinsi Sumatera Selatan. Kebijakan tersebut dikeluarkan untuk menegaskan bahwa PT Waskita Karya selaku penyedia prasarana LRT dapat melaksanakan pembangunan sesuai dengan standar teknis yang ditetapkan Kementerian Perhubungan meskipun perjanjian belum ditandatangani. Selain itu, dijelaskan juga, sistem pembayaran atas pengalihan prasarana oleh Kementerian Perhubungan serta penugasan PT KAI sebagai penyelenggara sarana, sistem tiket otomatis, dan pengoperasian LRT.

b. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2016 tentang Perubahan Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan

(39)

31 Bekasi. Kebijakan tersebut menjelaskan pola penyelenggaraan pembangunan prasarana LRT dengan menggunakan pola Design and Built serta menggunakan standar gauge. Pelaksanaan pembangunan prasarana LRT akan dilakukan oleh PT. Adhi Karya (Persero) Tbk, dan PT Adhi Karya dapat melaksanakan pembangunan berdasarkan persetujuan teknis dan pengawasan oleh Kementerian Perhubungan meskipun perjanjian belum ditandatangani. Selain itu, dijelaskan juga sistem pembayaran yang dilakukan pemerintah terhadap pengalihan prasarana yang telah dibangun oleh PT. Adhi Karya. Pemerintah juga menugaskan PT KAI untuk melaksanakan penyelenggaraan sarana, sistem tiket otomatis, serta pengoperasian dan perawatan prasarana.

c. Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Perkeretaapian Umum di Wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Kebijakan tersebut menjelaskan pelaksanaan pembangunan prasarana perkeretaapian akan dilakukan oleh BUMD secara bertahap dengan menngunakan lebar rel standar gauge, termasuk pendanaan BUMD serta sistem pembayaran atas pengalihan prasarana. Penyelenggaraan sarana perkeretaapian juga akan dilakukan oleh BUMD. Selain itu, untuk meningkatkan keterjangkauan tarif, Pemerintah DKI Jakarta dapat memberikan subsidi dalam penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik sesuai peraturan perundang- undangan yang dialokasikan pada APBD dalam bentuk Belanja Subsidi.

d. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 66 Tahun 2016 tentang Pendelegasian Wewenang Menteri Perhubungan kepada Kepala Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

e. Dalam rangka percepatan pembangunan Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, maka telah dilakukan rapat-rapat dan audiensi percepatan pembangunannya.

Pada tanggal 9 Agustus 2016 sudah diresmikan untuk pengoperasiannya oleh Menteri Perhubungan. Pembangunan Terminal 3 ini diharapkan dapat mengurangi kepadatan penumpang di Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta yang dioperasikan oleh Garuda Indonesia.

f. Dalam rangka percepatan pembangunan Terminal Multi-Purpose Kuala Tanjung maka telah dilakukan rapat-rapat untuk percepatan pembangunannnya serta telah diterbitkan Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomi kepada Otorita

(40)

32 Asahan, perihal Penetapan HPL Otorita Asahan. Selain itu telah diterbitkan juga Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2016 tentang Penanaman Modal Negara untuk PT. Inalum pada lahan di Kuala Tanjung. Peraturan ini dibuat untuk mempercepat pembangunan terminal multi-purpose Kuala Tanjung yang diharapkan akan jadi cikal bakal Pelabuhan Kuala Tanjung yang akan difungsikan sebagai hub internasional.

5. Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran strategis percepatan pembangunan infrastruktur bidang Telematika dan Utilitas, telah dilakukan kegiatan pengendalian yaitu sebagai berikut:

a. Pemantauan Implementasi Rencana Pitalebar Indonesia terkait Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2014;

b. Pemantauan dan Evaluasi Program Sinergi Aksi Pemanfaatan Aplikasi TIK untuk Ekonomi Rakyat;

c. Pengendalian revisi Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi, dan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit.*

d. Pemantauan Pelaksanaan Infrastruktur bersama/sharing di daerah;

e. Percepatan Implementasi Kebijakan Sanitary Landfill;

f. Percepatan Pembangunan PLTSa terkait Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2016.

Adapun yang belum ditidaklanjuti adalah revisi Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi dan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit dikarenakan ada permohonan dari stakeholder untuk ditunda.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai Tingkat Kepentingan didapatkan dari perolehan jumlah seluruh hasil jawaban yang terdapat dalam kuisioner dibagi oleh jumlah responden, seperti yang

Dalam rangka turut menjaga agar perkembangan e- commerce tetap memperhatikan aspek-aspek perlindungan konsumen dan persaingan usaha yang sehat, Kedeputian Bidang

Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah 3 Pada tahun 2019, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2015 Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Insfrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian merupakan

[r]

Rekomendasi kebijakan di bidang fiskal yang diterima deputi adalah dokumen-dokumen usulan kebijakan yang dihasilkan bersama Stakeholder terkait yang disampaikan

Vito Prihartono Kepala Bidang Pengembangan Wilayah, Asisten Deputi Bidang Percepatan infrastruktur, pengembangan wilayah dan industri, Deputi Bidang Perekonomian, Setkab

LAPORAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2015 Unit : Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional6.