• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab Satu menyajikan penjelasan umum kedudukan Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, identifikasi aspek strategis dan isu strategis yang merupakan masalah yang akan terjawab melalui kinerja 2016. Bab Dua memaparkan perencanaan kinerja yang akan menguraikan tahapan secara ringkas penentuan indikator-indikator yang tertuang dalam dokumen perencanaan dan Perjanjian Kinerja. Bab Tiga menjabarkan akuntabilitas kinerja yang terdiri dari capaian kinerja dan realisasi anggaran yang digunakan untuk mencapai kinerja tersebut. Sebagai penutup akan diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah-langkah di masa mendatang untuk meningkatkan kinerja.

6

BAB 2

PERENCANAAN KINERJA

Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah. Pokok-pokok program dan kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi berpedoman pada dokumen perencanaan yang tertuang di dalam:

1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019;

2. Rencana Strategis Tahun 2015-2019;

3. Rencana Kerja Tahun 2016; dan 4. Perjanjian Kinerja Tahun 2016.

A. RENCANA STRATEGIS 2015-2019

Rencana Strategis (Renstra) Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah 2015-2019 merupakan perencanaan jangka menengah organisasi yang berisi gambaran sasaran atau kondisi hasil yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun. Penyusunan Renstra Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah mengacu pada RPJMN Tahun 2015-2019, khususnya terkait dengan prioritas

“Meningkatkan koordinasi kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur prioritas”. Penjabaran strategi jangka menengah untuk menuju hasil yang dicita-citakan dapat dipetakan dalam bagan berikut:

7

Gambar 2

Skema Perencanaan Kinerja di Lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Visi Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sesuai dengan tugas dan fungsinya adalah ”Terwujudnya lembaga koordinasi dan sinkronisasi pembangunan ekonomi di bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah yang efektif dan berkelanjutan”. Visi ini menunjukkan bahwa sebagai bagian dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah mempunyai tugas untuk mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan program/ kegiatan pengembangan perekonomian nasional yang mandiri, berkeadilan, dan berkelanjutan.

8 Sasaran Strategis 1

Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah.

Sasaran Strategis 2

Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah.

Sasaran Strategis 3

Terwujudnya pengembangan kawasan strategis ekonomi baru di luar pulau Jawa.

Sasaran Strategis 4

Tercapainya penetapan proyek infrastruktur prioritas yang diusulkan.

penetapan misi yang disesuaikan dengan peran Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah. Misi Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah adalah

“Meningkatkan sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, penyusunan kebijakan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah”.

Berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai tujuan, yaitu “Sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah yang efektif dalam meningkatkan daya saing perekonomian”. Dengan dirumuskannya tujuan ini maka Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dapat secara tepat mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi untuk mewujudkan visi dan misinya.

Berdasarkan tujuan yang telah direncanakan maka agar terukur dan dapat dicapai secara nyata, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah menentukan sasaran strategis. Sasaran strategis Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah tahun 2015 adalah sebagai berikut:

9 Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah menyusun Rencana Kerja (Renja) yang memuat program, kegiatan, sasaran kegiatan beserta indikatornya, target, dan sumber/alokasi pendanaan.

Kemudian Rencana Kerja dirinci lebih lanjut ke dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L). Di dalam RKA/KL termuat Rincian Anggaran, antara lain: output, komponen input, jenis belanja, dan kelompok belanja.

Secara ringkas Rencana Kerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Tahun Anggaran 2016 dijabarkan dalam matriks sebagai berikut:

Tabel 1

Rencana Kerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Tahun 2016

Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Pagu Awal 2016 Self Blocking 2016

6.934.001.000 1.785.518.000 5.148.483.000 Tersusunnya

10

Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Pagu Awal 2016 Self Blocking 2016

3.020.000.000 386.872.000 2.633.128.000 Tersusunnya

536.309.000 5.013.691.000 Tersusunnya

JABODETABEK 1 Rekomendasi

11

Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Pagu Awal 2016 Self Blocking 2016

12.240.000.000 4,498,085,000 7.741.915.000 Tersusunnya

355.967.000 2.694.033.000 Tersusunnya

Kebijakan MP3EI 3 Rekomendasi

4.456.000.000

686.099.000 3.769.901.000 Tersusunnya Hasil

12

Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Pagu Awal 2016 Self Blocking 2016

7.863.605.000 8.851.150.000 59.012.455.000 Tersusunnya

Total 103.113.606.000 17.100.000.000 86.013.606.000

Sumber : Rencana Kerja 2016 (diolah)

C. PERJANJIAN KINERJA 2016

Perjanjian Kinerja (PK) pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Tujuan dibuatnya Perjanjian Kinerja adalah sebagai berikut:

- untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur sebagai wujud nyata komitmen antara pemberi amanah dengan penerima amanah;

13 - sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan

sasaran organisasi;

- menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan - sebagai dasar pemberian reward and punishment atau penghargaan dan

sanksi.

Perjanjian Kinerja merupakan pelaksanaan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan memedomani Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Dokumen PK merupakan dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja.

Perjanjian Kinerja pada Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah ditetapkan hingga level Eselon II. Untuk level eselon di bawahnya hingga pelaksana, kontrak kinerja individu tertuang dalam Sasaran Kerja Pegawai. Pencapaian sasaran strategis diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU). Penyusunan IKU disesuaikan dengan level organisasi atau kewenangan yang dimiliki oleh pejabat yang bersangkutan. Oleh karena itu Indikator Kinerja dan Target Tahunan yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja adalah merupakan Indikator Kinerja Utama tingkat Eselon I yang telah ditetapkan dan merupakan penjabaran dari Renstra. Indikator Kinerja Utama (IKU) Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Tahun 2016 adalah sebagai berikut:

14

Tabel 2

Pengelompokan IKU dan Sasaran Strategis Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dalam Perjanjian Kinerja 2016

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target

SS.1 Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Tingkat (indeks) efektifitas koordinasi dan pelaksanaan sinkronisasi kebijakan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah

4

SS.2 Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Persentase rekomendasi kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang diimplementasikan

80%

SS.3 Terwujudnya pengembangan kawasan strategis ekonomi baru di luar pulau Jawa

Jumlah Kawasan strategis ekonomi baru (KEK, Kawasan Industri) di luar pulau Jawa

2

SS.4 Tercapainya penetapan proyek infrastruktur prioritas yang diusulkan

Jumlah proyek infrastruktur prioritas nasional yang ditetapkan komite percepatan penyediaan infrastruktur prioritas (KPPIP)

7

Sumber : Perjanjian Kinerja 2016

D. PENGUKURAN KINERJA

Pengukuran tingkat capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan antara target yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja dengan realisasinya. Metode perhitungan Nilai Kinerja Organisasi (NKO) diperoleh dengan menggunakan data target dan realisasi IKU yang tersedia.

Dengan membandingkan antara data target dan realisasi IKU, akan diketahui nilai NKO, dan standar perhitungan polarisasi kinerja IKU ditetapkan sesuai dengan Peraturan Menteri Koordinator Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perjanjian Kinerja dan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

15 Formula perhitungan NKO adalah sebagai berikut:

NKO = Realisasi

×

100%

Target

Adapun Status Kinerja NKO ditandai dengan pemberian warna sesuai nilai NKO, yaitu sebagai berikut:

Keterangan: Perhitungan lebih lanjut dijelaskan pada lampiran pendukung

Gambar 3

Polarisasi Capaian Kinerja Organisasi

Hijau

• X ≥ 100 (memenuhi ekspektasi)

Kuning

• 80 ≤ X < 100 (belum memenuhi ekspektasi)

Merah

• X < 80%

(tidak

memenuhi

ekspektasi)

16

BAB 3

AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

1

Pengukuran tingkat capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan target dengan realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja. Tingkat capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah tahun 2016 berdasarkan hasil pengukurannya dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3

Pengukuran Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Tahun 2016

Sasaran Strategis 1

Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan di Bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja Tingkat (indeks) efektivitas koordinasi dan

pelaksanaan sinkronisasi kebijakan dalam rangka percepatan pembangunan

infrastruktur dan pengembangan wilayah

4 4 100%

Sasaran Strategis 2

Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

17

Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja Persentase rekomendasi kebijakan

percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang

diimplementasikan

80% 94,67% 118,34%

Sasaran Strategis 3

Terwujudnya pengembangan kawasan strategis ekonomi baru di luar Pulau Jawa

Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja Jumlah kawasan strategis ekonomi baru (KEK,

kawasan industri) di luar Pulau Jawa 2 3 150%

Sasaran Strategis 4

Tercapainya penetapan proyek infrastruktur prioritas yang diusulkan

Indikator Kinerja Target Realisasi Kinerja Jumlah proyek infrastruktur prioritas nasional

yang ditetapkan komite percepatan penyediaan infrastruktur prioritas (KPPIP)

7 7 100%

1. ANALISIS CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Capaian sasaran strategis ini diukur dengan tingkat (indeks) efektivitas koordinasi dan sinkronisasi kebijakan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah, dimana pada tahun 2016 ditargetkan sebanyak 107 usulan kebijakan yang ditindaklanjuti oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian melalui:

a) Pembahasan dan keputusan dalam Rapat Koordinasi Tingkat Menteri;

b) Penetapan peraturan dan keputusan Pemerintah/Presiden/Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; dan

Sasaran Strategis 1:

“T

erwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah

18 c) Surat Edaran yang sampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian kepada para pimpinan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.

Selama tahun 2016 telah terealisasi sebanyak 95 usulan kebijakan yang ditindaklanjuti dari 107 usulan kebijakan yang ditargetkan. Dengan demikian, capaian sasaran strategis ini berdasarkan perhitungan tingkat (indeks) telah mencapai indeks 4 dari target 4 yang telah ditetapkan. Rincian dan perhitungan capaian sasaran strategis tersebut disajikan dalam Lampiran yang juga menjadi satu kesatuan dengan laporan ini.

Koordinasi dan pelaksanaan sinkronisasi kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Dalam rangka mendorong percepatan penyelesaian kebijakan dan regulasi bidang sumber daya air, telah disusun beberapa rekomendasi kebijakan, di antaranya:

a. Pembentukan Tim Koordinasi Percepatan Pelaksanaan Program Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara, melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 79 Tahun 2016;

b. Rancangan Peraturan Presiden tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga oleh Pemerintah Pusat dalam rangka Percepatan Penyediaan Air Minum;

c. Menerbitkan Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, No. S-44/M.EKON/02/2016, tanggal 26 Februari 2016, kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, perihal Pendataan dan Pengembangan Sistem Irigasi, yang bertujuan untuk mendorong percepatan pendataan kinerja layanan irigasi secara lengkap per satuan sistem irigasi sehingga dapat digambarkan lahan prioritas irigasi yang prima dan handal untuk percepatan produksi padi nasional;

19 d. Surat Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, No.

S-602/SES.M.EKON/10/2016 tanggal 31 Oktober 2016, kepada Dirjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan dan Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR, perihal Penegasan Alokasi DAK untuk Proyek KPBU SPAM Umbulan, yang bertujuan untuk mendorong penegasan dukungan DAK dari Kementerian Keuangan, Kementerian PUPR dan Kementerian Bappenas, sebagai upaya percepatan pelaksanaan financial close SPAM Umbulan;

e. Surat Menteri Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, No.: S-781/M.EKON/03/2016, tanggal 31 Maret 2016, Kepada Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perihal Audit Komprehensif Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, yang bertujuan untuk memberikan informasi menyeluruh dalam rangka penataan KPBPB Batam selama masa transisi;

f. Surat Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, No. S-580/SES.M.EKON/10/2016, tanggal 20 Oktober 2016, kepada Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, perihal Pelaksanaan Audit Lanjutan BP Batam, yang bertujun untuk melakukan audit terhadap unit usaha pengelolaan air dan limbah BP Batam;

g. Surat Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, No. S-14/D.VI.M.EKON/02/2016, tanggal 3 Februari 2016, kepada Direktur Jenderal Cipta Karya, Kementerian PUPR, perihal Ijin Prakarsa Raperpres Perubahan Atas Perpres No. 29 tahun 2009, yang bertujuan untuk menegaskan kementerian yang akan menjadi prakarsa Raperpres Perubahan Perpres 29 tahun 2019;

h. Surat Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, No. S-94/D.VI.M.EKON/07/2016, tanggal 19 Juli 2016, kepada beberapa pejabat Es 1 di Kementerian PUPR, Kementerian ATR/BPN, Pemerintah Daerah dan Direktur Utama PT.

Perkebunan Nusantara VIII, perihal Percepatan Penyelesaian Kendala

20 Pembangunan Bendungan Karian dan Bendungan Sindang Heula di Provinsi Banten, yang bertujuan untuk percepatan penyelesaian pembangunan Bendungan Karian dan Sindang Heula;

i. Terms of Reference for the Working Group on Batam, Bintan and Karimun and other Special Economic Zones in Indonesia, yang ditandatangani oleh Plt. Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dan Chairman of Singapore Economic Development Board pada tanggal 4 Agustus 2016 di Batam j. Melaksanakan Financial Close SPAM Umbulan pada tanggal 30

Desember 2016 dengan agenda penandatanganan perjanjian pembiayaan antara Direktur Utama PT. SMI, Presiden Direktur IIF dan Dirut PT. Meta Adhya Tirta Umbulan;

k. Rapat Koordinasi Bidang Perekonomian tentang Kebijakan Penyediaan Jaringan Irigasi pada tanggal 19 Februari 2016 dengan agenda pendataan dan pengembangan sistem irigasi;

l. Rapat Koordinasi Bidang Perekonomian tentang Pangan pada tanggal 5 April 2016 dengan agenda koordinasi peningkatan sistem irigasi dalam rangka mendukung ketahanan pangan;

m. Rapat Koordinasi Bidang Perekonomian tentang Lahan, Irigasi dan Alsintan pada tanggal 28 November 2016 dengan agenda koordinasi luasan daerah irigasi dan sawah beririgasi;

n. Rapat Koordinasi perihal Pembahasan Status Kelembagaan Badan Pengusahaan Bintan, Tanjung Pinang, dan Karimun pada tanggal 28 September 2016;

o. Rapat Koordinasi perihal Tindak Lanjut Pembahasan Status Kelembagaan Badan Pengusahaan Bintan, Tanjung Pinang, dan Karimun pada tanggal 23 Desember 2016;

21 p. Rapat Koordinasi Keberlanjutan Kebijakan Pemberian Jaminan dan

Subsidi Bunga oleh Pemerintah Pusat pada tanggal 24 Februari 2016 dengan agenda Pembahasan terhadap pending matters terkait penetapan status dana Pemerintah Daerah kepada PDAM dalam Raperpres tentang Perubahan Perpres Nomor 29 Tahun 2009;

q. Rapat Koordinasi Pembahasan Pembiayaan melalui Perbankan Dan Penyelesaian Piutang Negara kepada PDAM pada tanggal 26 Mei 2016 dengan agenda penyampaian Progres Keberlanjutan Perpres No. 29 Tahun 2009;

r. Rapat Koordinasi Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Bendungan pada tanggal 29 Agustus 2016 dengan agenda progres pelaksanaan pembangunan bendungan beserta permasalahannya serta update revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk mengakomodir rencana pembangunan bendungan;

s. Rapat Koordinasi Mingguan Persiapan Financial Close Proyek KPBU SPAM Umbulan pada tanggal 18 Oktober 2016 yang membahas mengenai pemenuhan persayaratan dilaksanakannya financial close SPAM Umbulan diantaranya dukungan Kementerian PUPR, perjanjian PDAB dan 3 PDAM yang belum melakukan penandatanganan;

t. Rapat Koordinasi Mingguan Persiapan Financial Close Proyek KPBU SPAM Umbulan pada tanggal 27 Oktober 2016 yang membahas hasil laporan kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan persyaratan penandatanganan PKS Gubernur Jawa Timur dengan Walikota Pasuruan;

u. Rapat Koordinasi Mingguan Persiapan Financial Close Proyek KPBU SPAM Umbulan pada tanggal 10 November 2016 dengan agenda progres pelaksanaan pengadaan lahan, addendum AMDAL, Perjanjian Kerjasama Walikota Pasuruan dan Gubernur Jawa Timur;

22 v. Rapat Koordinasi Mingguan Persiapan Financial Close Proyek KPBU

SPAM Umbulan pada tanggal 16 November 2016 dengan agenda pembahasan pemenuhan CP perjanjian PDAB – PDAM Kabupaten Pasuruan;

w. Rapat Koordinasi Mingguan Persiapan Financial Close Proyek KPBU SPAM Umbulan pada tanggal 7 Desember 2016 dengan agenda Pemenuhan pending matter dalam rangka persiapan Financial Close Proyek KPBU SPAM;

x. Rapat Koordinasi Tindak Lanjut Working Group (WG) Batam-Bintan-Karimun (BBK) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) lainnya di Indonesia 2015-2019 pada tanggal 23 Februari 2016 dengan agenda pembahasan penyusunan Terms of Reference (TOR) dan Joint Action Roadmap (JAR);

y. Rapat Koordinasi Finalisasi Terms of Reference (TOR) dan Penyusunan Joint Action Roadmap (JAR) pada tanggal 9 Desember 2016;

z. Senior Official Meeting of Six Bilateral Economic Working Groups Indonesia-Singapore pada tanggal 10 Mei 2016 dengan agenda pembahasan penyampaian laporan perkembangan Working Group Pengembangan Batam-Bintan- Karimun (BBK) d an Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) lainnya di Indonesia dan rencana tindak lanjut kerjasama periode 2015-2019 sebagai bahan Joint Report to Leaders;

aa. Ministerial Meeting of Six Bilateral Economic Working Groups Indonesia-Singapore pada tanggal 30 Mei 2016 dengan agenda pembahasan penyampaian Joint Report to Leaders sebagai bahan pertemuan Leaders’ Retreat atau Kepala Negara;

bb. 9th Co-Chairs Meeting of Working Group on Batam-Bintan-Karimun (BBK) and other Special Economic Zones (SEZs) in Indonesia pada tanggal 4 Agustus 2016 dengan agenda pembahasan (i) penyampaian

23 perkembangan kebijakan FTZ Batam; (ii) diskusi pembahasan Joint Action Roadmap (JAR); dan (iii) penandatanganan Terms of Reference;

cc. Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Working Group on Batam-Bintan-Karimun (BBK) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) lainnya di Indonesia Tahun 2016 pada tanggal 11 Oktober 2016 dengan agenda pembahasan (i) penyampaian dan evaluasi potensi dan peluang investasi FTZ BBK; dan (ii) penyususnan paket/model kebijakan investasi di FTZ BBK.

2. Dalam rangka mendorong percepatan penyelesaian kebijakan dan regulasi bidang penataan ruang, telah disusun beberapa rekomendasi kebijakan, di antaranya:

a. Percepatan revisi Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dan revisi Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Kedua percepatan revisi tersebut dilakukan dalam rangka mendorong percepatan pelaksanaan proyek-proyek strategis nasional dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 dan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Proyek Strategis Nasional yang belum sesuai dengan rencana tata ruang baik di Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

b. Percepatan penetapan Perda RTRW Provinsi. Hingga Desember 2016, telah ditetapkan 30 Perda RTRW Provinsi. Adapun provinsi yang belum menetapkan Perda RTRW-nya yaitu Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, dan Kalimantan Utara.

c. Percepatan penyelesaian Peraturan Presiden di antaranya Penetapan Peraturan Presiden tentang Batas Sempadan Pantai dan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara yang telah mencapai proses paraf menteri dan legalisasi di Sekretariat Kabinet.

24 d. Percepatan pelaksanaan Kebijakan Satu Peta dengan ditetapkannya

Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta dengan Tingkat Ketelitian Peta Skala 1:50.000.

3. Dalam rangka mendorong percepatan penyelesaian kebijakan dan regulasi bidang perumahan, pertanahan, dan pembiayaan infrastruktur, telah disusun beberapa rekomendasi kebijakan, di antaranya:

a. Dalam rangka menghimpun dan menyediakan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk pembiayaan perumahan dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau, telah diterbitkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2016 tentang Tabungan Perumahan Rakyat. Dengan adanya peraturan ini, negara menjamin pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal yang layak dan terjangkau bagi warga negara. Kebijakan tersebut diterbitkan untuk menghimpun dan menyediakan dana murah jangka panjang untuk menunjang pembiayaan perumahan.

b. Dalam rangka mempercepat proses dan mengurangi biaya perizinan pembangunan perumahan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) agar dapat mendorong pengembang dalam upaya pencapaian target Program Sejuta Rumah, telah diterbitkan Paket Kebijakan Ekonomi XIII yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2016 tentang Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Dengan adanya peraturan ini, negara mengupayakan tercapainya pemenuhan kebutuhan tempat tinggal bagi masyarakat. Kebijakan tersebut diterbitkan untuk mempercepat penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

c. Untuk mempercepat penyelesaian proyek strategis nasional, telah dilakukan penetapan Peraturan Presiden Nomor 102 Tahun 2016 tentang Pendanaan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum dalam rangka Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Dengan adanya peraturan ini, diharapkan dapat mempercepat proses pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.

25 Kebijakan tersebut ditetapkan dalam rangka percepatan penyediaan pendanaan oleh Pemerintah atas pengadaan tanah pada Proyek Strategis Nasional.

d. Dalam rangka kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur di daerah, telah diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 96 Tahun 2016 tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment) dalam rangka Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur di Daerah. Kebijakan tersebut bertujuan untuk menyediakan skema pengembalian investasi yang menarik minat Badan Usaha untuk bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dalam penyediaan infrastruktur melalui Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha.

4. Dalam rangka percepatan pembangunan sistem transportasi multimoda, telah dilakukan penetapan sebagai berikut:

a. Finalisasi substansi Memorandum of Understanding (MoU) Pembangunan Infrastruktur Penunjang Kegiatan Industri di Cikarang-Bekasi. Seluruh pihak yang terlibat dalam penandatanganan MoU, di antaranya Kementerian PUPR, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Bekasi, dan kawasan industri, telah menyetujui substansi MoU tersebut. MoU dibutuhkan agar proses lelang untuk proyek-proyek yang terdapat di MoU dapat segera dilakukan.

b. Penyelenggaraan Jalan Tol Trans Jawa, Non Trans Jawa, dan Trans Sumatera. Koordinasi penyelenggaraan jalan tol dengan Kementerian PUPR, BUMMN, dan pihak terkait lainnya untuk memenuhi target penambahan 1.000 km jalan tol.

c. Koordinasi penyusunan dan penetapan Peraturan Presiden untuk percepatan penyelenggaraan perkeretaapian di beberapa kota di

c. Koordinasi penyusunan dan penetapan Peraturan Presiden untuk percepatan penyelenggaraan perkeretaapian di beberapa kota di

Dokumen terkait