• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERCEPATAN INFRASTRUKTUR DAN PENGEMBANGAN WILAYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERCEPATAN INFRASTRUKTUR DAN PENGEMBANGAN WILAYAH"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

LAPANGAN BANTENG TIMUR NO 2-4 [JAKARTA PUSAT]

www.ekon.go.id

BIDANG PEREKONOMIAN

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERCEPATAN INFRASTRUKTUR DAN PENGEMBANGAN

WILAYAH

4

4

44 3

8 5 6

1 31 21

3 1

8 2 1 1 1

1

2 5

9 2

7 6

6 1

0 4

4

2 6 4

4 2 7 1 5

3 0

2 3

1 6

2 9

1 21 9

2 9

2 9

2

9 2

2 9 9 2 9

2 9

2 9

2 9 4

4 8

1 4

1 9 2

0

2 2 2

4

2 8

(2)

KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kedeputian Infrastruktur dan Percepatan Pengembangan Wilayah Tahun 2015 merupakan suatu pertanggungjawaban formal Kedeputian Infrastruktur dan Percepatan Pengembangan Wilayah sebagai pengguna anggaran negara sebagaimana diamanatkan PP No. 8/2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

Kedeputian Infrastruktur dan Percepatan Pengembangan Wilayah sebagai salah satu unit kerja eselon I mandiri di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyusun LAKIP tahun 2015 sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dibidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dan atas realisasi anggaran selama tahun 2015.

Laporan Kinerja ini disusun berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 53 tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Capaian kinerja yang termuat dalam laporan ini merupakan realisasi kinerja dari target-target kinerja yang telah diperjanjikan dalam Penetapan/Perjanjian Kinerja. Pada umumnya sasaran yang direncanakan tahun 2015 dapat direalisasikan dengan baik.

Keberhasilan pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dicapai oleh Kedeputian Infrastruktur dan percepatan pengembangan wilayah karena adanya dukungan dari seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, meskipun masih terdapat indikator yang masih perlu diperbaiki.

(3)

Tiada kata yang dapat kita panjatkan , selain puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dapat menyelesaikan Laporan Kinerja Tahun 2015.

Laporan ini merupakan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2015, Semoga buku laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Stakeholders dalam rangka membangun perekonomian Indonesia yang lebih baik.

Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 2015

Deputi Bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Luky Eko Wuryanto

(4)

DAFTAR ISI

Halaman Kata Pengantar

Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang ……… 1

B. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi ……….. 2

C. Aspek Strategis ……….……….. 5

D. Isu Strategis ………...……… 6

E. Sistematika Penulisan .…..……...…………... 7

BAB II PERENCANAAN KINERJA ………... 8

A. Rencana Strategis ... 8

a. Visi ...……….………..…………... 9

b. Misi ………... 9

c. Tujuan ……….... 10

d. Sasaran Strategis ……….. 10

B. Rencana Kinerja Tahun 2015 ………. 11

C. Perjanjian Kinerja ………... 13

D. Pengukuran Kinerja ...………... 14

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ... 16

A. Capaian Kinerja Organisasi ...…………..……….… 16

B. Analisis Capaian Kinerja Organisasi ……….… 18

C. Analisis Capaian Kinerja Dari waktu ke waktu ... 40

D. Realisasi Anggaran ………... 41

BAB IV PENUTUP ………... 47 LAMPIRAN

(5)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2015 Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Insfrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian merupakan wujud pertanggungjawaban atas komitmen yang telah diperjanjikan dalam dokumen Penetapan Kinerja (PK) 2015, untuk melaksanakan tugas dengan efektif, transparan, akuntabel yang berorientasi pada hasil (outcome), berdasarkan sasaran strategis dan indikator kinerja utama (IKU) yang telah ditetapkan dan dilakukan monitoring dan evaluasi secara periodik.

Didalam dokumen Penetapan Kinerja (PK) 2015, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Insfrastruktur dan Pengembangan Wilayah telah menetapkan 4 (empat) Sasaran Strategis (SS) yaitu: 1) Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan di Bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah; 2) Terwujudnya Pengendalian Kebijakan di Bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah; 3) Terwujudnya Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Baru di Luar Pulau Jawa; dan 4) Tercapainya Penetapan Proyek Infrastruktur Prioritas yang Diusulkan.

Untuk mendukung terwujudnya implementasi program kerja utama telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang terdiri dari : (1) Tingkat (indeks) efektifitas koordinasi dan pelaksanaan sinkronisasi kebijakan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah;

(2) Persentase rekomendasi kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang diimplementasikan; (3) Jumlah Kawasan strategis ekonomi baru (KEK, Kawasan Industri) di luar pulau Jawa; dan (4) Jumlah proyek infrastruktur prioritas nasional yang ditetapkan komite percepatan penyediaan infrastruktur prioritas (KPPIP).

(6)

Berdasarkan hasil capaian kinerja Tahun 2015, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Insfrastruktur dan Pengembangan Wilayah dapat menyelesaikan tugas dan fungsinya dengan BAIK, sebagaimana yang dijelaskan dalam Bab III laporan ini, melalui penghitungan komposit indeks dari masing-masing program kerja utama yang menjadi Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Berdasarkan pengukuran capaian kinerja tahun 2015, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Insfrastruktur dan Pengembangan Wilayah, telah menunjukkan hasil kinerja (outcome) yang BAIK, sebagaimana tercermin dalam tabel sebagai berikut:

Sasaran Staregis 1

Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Indikator Kinerja Target Realisasi % Kinerja

Tingkat (indeks) efektifitas koordinasi dan pelaksanaan sinkronisasi kebijakan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah

4 4 100 %

Sasaran Strategis 2

Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Indikator Kinerja Target Realisasi % Kinerja

Presentase rekomendasi kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang di implementasikan

80% 85,71% 107%

Sasaran Strategis 3

Terwujudnya pengembangan kawasan strategis ekonomi baru di luar pulau Jawa

Indikator Kinerja Target Realisasi % Kinerja Jumlah Kawasan strategis ekonomi baru (KEK,

Kawasan industri) di luar pulau Jawa 4 4 100%

(7)

Sasaran Strategis 4

Tercapainya penetapan proyek infrastruktur prioritas yang diusulkan

Indikator Kinerja Target Realisasi % Kinerja

Jumlah proyek infrastruktur prioritas nasional yang ditetapkan komite percepatan penyediaan infrastruktur prioritas (KPPIP)

6 30 500%

Hasil penghitungan terhadap capaian target Indikator Kinerja Utama (IKU) tahun 2015, merupakan hasil kinerja (outcome) Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Insfrastruktur dan Pengembangan Wilayah sebagai unit kerja eselon 1 (satu) yang memiliki tugas menyiapkan sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah.

(8)

1 BAB I . PENDAHULUAN

Latar Belakang,

Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi

Aspek Strategis – Isu Strategis – Sistematika Penulisan

A. LATAR BELAKANG

Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian adalah unsur pembantu pimpinan yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah.

Komitmen yang sudah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja antara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah pada Awal Tahun 2015 dilaksanakan dan dituangkan dalam Laporan Kinerja yang merupakan pemenuhan amanat Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan Kinerja menjabarkan capaian-capaian target indikator kinerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama Tahun 2015, dan sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja setiap Bagian di lingkungan Kedeputian Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah. Selain untuk memenuhi prinsip akuntabilitas, Laporan Kinerja tersebut juga merupakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

(9)

2

B. KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, DAN FUNGSI

Berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian maka kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian adalah sebagai berikut:

1. Kedudukan

Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

2. Tugas Pokok

Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian adalah unsur pembantu pimpinan yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah.

3. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah;

b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga yang terkait dengan isu di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah;

c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang penyediaan infrastruktur sumber daya air serta infrastruktur dan sistem transportasi

(10)

3

multimoda;

d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang penyediaan perumahan dan permukiman, penataan ruang, serta pengembangan kawasan strategis ekonomi;

e. pengendalian pelaksanaan di bidang penyediaan perumahan dan permukiman, penataan ruang, serta pengembangan kawasan strategis ekonomi;

f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang pengadaan tanah dan pembiayaan infrastruktur;

g. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah.

Bagan struktur organisasi Kedeputian Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dapat dilihat dalam Gambar berikut:

(11)

4

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Kedeputian Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian

Sumber: Permenko Nomor 5 Tahun 2015 Bidang

Konservasi Sumber Daya

Air dan Pengendalian Daya Rusak Air

Bidang Pendayaguna

an Sumber Daya Air

Bidang Program dan

Tata Kelola

Bidang Telematika

Bidang Utilitas

Bidang Sistem Transportasi

Jalan

Bidang Sistem Transportasi

Non Jalan

Bidang Penataan

Ruang

Bidang Pengembanga

n Kawasan Strategis Ekonomi

Bidang Perumahan

dan Pertanahan

Bidang Pembiayaan Infrastruktur Asisten Deputi

Infrastruktur Sumber Daya

Air

Asisten Deputi Telematika

dan Utilitas

Asisten Deputi Sistem Transportasi

Multimoda

Asisten Deputi Penataan Ruang dan

Kawasan Strategis Ekonomi

Asisten Deputi Perumahan,

Pertanahan dan Pembiayaan Infrastruktur

Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Kelompok Jabatan Fungsional

(12)

5

C. ASPEK STRATEGIS

Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah merupakan bagian integral dalam proses perencanaan strategis. Perannya merupakan dasar untuk untuk mengkoordinasikan, mensinkronisasikan dan mengendalikan, dan menjamin suksesnya pencapaian kinerja jangka panjang dan menyeluruh bagi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian guna mendukung kinerja pembangunan nasional sebagaimana yang telah ditetapkan Presiden dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Periode 2015-2019.

Untuk mewujudkan good governance dan tercapainya target kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang sudah ditetapkan, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai posisi strategis mengkoordinasikan, mensinkronisasikan dan mengendalikan dalam bidang Percepatan Infrastruktur dan pengembangan Wilayah. Posisi strategis tersebut menjadi arah gerak Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dalam menentukan Sasaran yang akan dituju. Sasaran Strategis yang akan dituju adalah sebagai berikut:

1. Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah;

2. Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah;

3. Terwujudnya pengembangan kawasan strategis ekonomi baru di luar pulau Jawa;

4. Tercapainya penetapan proyek infrastruktur prioritas yang di usulkan.

(13)

6

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas fungsi penunjang Kementerian, antara lain:

1. Rendahnya kapasitas tampungan air per kapita per tahun, menurunnya ketersediaan air, serta tingginya alih fungsi lahan.

2. Pemerataan sarana dan prasarana telematika serta penyediaan utilitas khususnya terkait persampahan dan drainase dan air limbah sebagai sistem penunjang kesehatan masyarakat.

3. Pemenuhan sistem transportasi yang handal.

4. Harmonisasi berbagai peraturan perundangan sektoral yang mengatur pemanfaatan ruang dalam skala besar.

5. Tingginya angka Backlog perumahan.

D. ISU STRATEGIS

Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dengan posisi strategisnya sebagai organisasi dituntut mampu menggerakan dan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan Kementerian, yaitu: pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, dan kinerja organisasi yang baik. Permasalahan atau tantangan yang dihadapi merupakan isu strategis yang harus diselesaikan sebagai wujud kinerja Tahun 2015.

Adapun permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi antara lain sebagai berikut:

Permasalahan tersebut menjadi ukuran kinerja yang dalam proses SAKIP akan tertuang dalam laporan ini.

(14)

7

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Bab Satu telah menyajikan penjelasan umum kedudukan Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, identifikasi aspek strategis dan isu strategis yang merupakan masalah yang akan terjawab melalui kinerja 2015. Bahasan selanjutnya akan terdiri tiga bab, meliputi Bab Dua tentang Perencanaan Kinerja yang akan menguraikan tahapan secara ringkas penentuan indikator-indikator yang tertuang dalam dokumen perencanaan dan perjanjian kinerja; Bab Tiga menjabarkan Akuntabilitas Kinerja yang terdiri dari : Capaian Kinerja Kedeputian Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan Realisasi Anggaran yang digunakan untuk mencapai kinerja tersebut; sebagai penutup akan diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah-langkah di masa mendatang untuk meningkatkan kinerja.

(15)

8

BAB II . PERENCANAAN KINERJA

Rencana Strategis, Rencana Kerja 2015,

Perjanjian Kinerja, Perngukuran Kinerja

Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah. Pokok-pokok program dan kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi berpedoman pada dokumen perencanaan yang tertuang didalam:

1. RPJMN 2015-2019;

2. Renstra Kedeputian Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian;

3. Perjanjian Kinerja Tahun 2015.

A. RENCANA STRATEGIS

Rencana Strategis Kedeputian Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah 2015-2019 merupakan perencanaan jangka menengah organisasi yang berisi gambaran sasaran atau kondisi hasil yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun. Penyusunan Renstra Kedeputian Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah mengacu pada RPJMN tahun 2015-2019 yang telah ditetapkan, khususnya terkait dengan prioritas “Meningkatkan koordinasi kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur prioritas”. Penjabaran strategi jangka menengah untuk menuju hasil yang dicita-citakan dapat dipetakan dalam bagan berikut:

(16)

9

Gambar 2.1. Skema Perencanaan Kinerja a. Visi

Sesuai dengan tugas dan fungsi, serta kondisi yang ingin diwujudkan, maka visi Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian adalah ”Terwujudnya lembaga koordinasi dan sinkronisasi pembangunan ekonomi bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah yang efektif dan berkelanjutan”. Visi ini menunjukan bahwa sebagai bagian dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah mempunyai tugas untuk mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan program/kegiatan pengembangan perekonomian nasional yang mandiri, berkeadilan, dan berkelanjutan.

b. Misi

Dalam rangka pencapaian visi, dibutuhkan tindakan nyata melalui penetapan Misi yang sesuai dengan peran Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah. Misi diharapkan dapat terlaksana

(17)

10

Sasaran Strategis 1

Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah.

Sasaran Strategis 2

Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah.

Sasaran Strategis 3 :

Terwujudnya pengembangan kawasan strategis ekonomi baru di luar pulau Jawa.

Sasaran Strategis 4 :

Tercapainya penetapan proyek infrastruktur prioritas yang diusulkan.

demi terwujudnya visi yang telah ditetapkan sebelumnya. Misi Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah adalah

“Meningkatkan sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, penyusunan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan di bidang Percepatan Infrastruktur dan pengembangan wilayah”.

c. Tujuan

Berdasarkan Visi dan Misi yang ingin dicapai, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai tujuan, yaitu “Sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan bidang infrastruktur dan pengembangan wilayah yang efektif dalam meningkatkan daya saing perekonomian”. Dengan dirumuskannya tujuan ini maka Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dapat secara tepat mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi untuk mewujudkan visi dan misinya.

d. Sasaran Srategis

Dari tujuan yang telah direncanakan maka agar terukur dan dapat dicapai secara nyata, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah menentukan sasaran strategis. Sasaran strategis Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah tahun 2015 adalah sebagai berikut:

(18)

11

Indikator Kinerja Utama tercapainya sasaran strategis tersebut akan dijabarkan pada Sub Bahasan mengenai Perjanjian Kinerja.

B. RENCANA KERJA 2015

Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah menyusun Rencana Kerja (Renja) yang memuat program, kegiatan, sasaran kegiatan beserta indikatornya, target, dan sumber/alokasi pendanaan. Rencana Kerja yang telah disusun dan dibahas, dirinci kedalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L). Di dalam RKA memuat Rincian Anggaran, antara lain: output, komponen input, jenis belanja, dan kelompok belanja. Rencana Kerja yang disusun tersebut adalah dalam rangka mencapai sasaran strategis organisasi.

Secara ringkas Renja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Tahun Anggaran 2015, dijelaskan dalam matriks berikut:

Tabel 2.1. Rencana Kerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah TA 2015

Kegiatan Sasaran Kegiatan Output Target Alokasi Dana 2015

Koordinasi Kebijakan Bidang Infrastruktur Sumber Daya Air

Tersusunnya rekomendasi kebijakan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur sumber daya air

Rekomendasi

Kebijakan 4 Rekomendasi

7,500,000,000 Rekomendasi

Pengendalian 4 Rekomendasi Laporan

Sosialisasi 4 Laporan Tersusunnya rekomendasi kebijakan

dalam rangka peningkatan JWG Indonesia - Singapura untuk pengembangan BBK (Batam-Bintan- Karimun) dan KEK (Kawasan Ekonomi Khusus)

Rekomendasi

Kebijakan 4 Rekomendasi Rekomendasi

Pengendalian 4 Rekomendasi

Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan dalam Rangka Percepatan Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara

Indonesia

Rekomendasi

Kebijakan 5 Rekomendasi Rekomendasi

Pengendalian 4 Rekomendasi Laporan

Sosialisasi 2 Laporan

(19)

12

Kegiatan Sasaran Kegiatan Output Target Alokasi Dana 2015

Terwujudnya Pelayanan Administrasi dan Tata Kelola pada Deputi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Jumlah Layanan Administrasi dan Tata Kelola pada Deputi

Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

6 bulan

Koordinasi Kebijakan Sistem Transportasi Multi Moda

Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan dalam percepatan pembangunan transportasi multi moda

Rekomendasi

Kebijakan 3 Rekomendasi

7,300,000,000 Rekomendasi

Pengendalian 1 Rekomendasi Laporan

sosialisasi 2 Laporan Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan

dalam percepatan pengembangan sistem transportasi jabodetabek

Rekomendasi

Kebijakan 2 Rekomendasi Rekomendasi

Pengendalian 1 Rekomendasi Koordinasi

Kebijakan Penataan Ruang dan Kawasan Strategis Ekonomi

Tersusunnya rekomendasi kebijakan bidang penataan ruang dan kawasan strategi ekonomi

Koordinasi

Kebijakan 9 Rekomendasi

5,400,000,000 Rekomendasi

Pengendalian 8 Rekomendasi Laporan

sosialisasi 8 Laporan Koordinasi

Kebijakan Perumahan, Pertanahan, dan Pembiayaan Infrastruktur

Tersusunnya rekomendasi kebijakan perumahan, pertanahan dan pembiayaan infrastruktur yang ditindaklanjuti

Rekomendasi

Kebijakan 5 Rekomendasi

4,000,000,000 Rekomendasi

Pengendalian 4 Rekomendasi Laporan

sosialisasi 2 Laporan

Kegiatan Sasaran Kegiatan Output Target Alokasi

Dana 2015

Koordinasi Kebijakan Bidang Telematika dan Utilitas

Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Telematika dan Utilitas yang

ditindaklanjuti

Rekomendasi

Kebijakan 4 Rekomendasi

3,900,000,000 Rekomendasi

Pengendalian 2 Rekomendasi Laporan

Sosialisasi 3 Laporan Koordinasi

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

Tersusunnya dalam rangka mendorong percepatan dan perluasasn

pembangunan ekonomi Indonesia

Rekomendasi

Kebijakan 5 Rekomendasi

14,500,000,000 Rekomendasi

pengendalian 2 Rekomendasi Laporan

sosialisasi 2 Laporan Koordinasi

Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas

Tersusunnya rekomendasi kebijakan penyediaan infrastruktur prioritas yang ditindaklanjuti

Rekomendasi

Kebijakan 9 Rekomendasi

56,406,500,000 Rekomendasi

hasil pre FS /revisi pre FS proyek infrastruktur

11 Rekomendasi

Sumber : Dokumen Renja 2015, diolah

(20)

13

C. PERJANJIAN KINERJA

Perjanjian Kinerja (PK) pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Tujuan khusus Perjanian Kinerja antara lain adalah untuk:

meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur; sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah; sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi; menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur;

dan sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi. Perjanjian Kinerja merupakan pelaksanaan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan mempedomani Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Dokumen PK merupakan dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Perjanian Kinerja pada Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah ditetapkan hanya hingga level Eselon II. Untuk level eselon di bawahnya hingga pelaksana, kontrak kinerja individu tertuang dalam Sasaran Kerja Pegawai. Pencapaian sasaran strategis diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU). Penyusunan IKU disesuaikan dengan level organisasi atau kewenangan yang dimiliki oleh pejabat yang bersangkutan. Oleh karena itu Indikator kinerja dan target tahunan yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja adalah merupakan indikator kinerja utama tingkat Eselon I yang telah ditetapkan dan merupakan penjabaran dari Renstra. Indikator Kinerja Utama (IKU) Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah tahun 2015 adalah sebagai berikut:

(21)

14

Tabel 2.2. Pengelompokan IKU dan Sasaran Strategis Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dalam

Perjanjian Kinerja 2015

SS Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target

SS.1 Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Tingkat (indeks) efektifitas koordinasi dan pelaksanaan sinkronisasi kebijakan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah

4

SS.2 Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Persentase rekomendasi kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang diimplementasikan

80%

SS.3 Terwujudnya pengembangan kawasan strategis ekonomi baru di luar pulau Jawa

Jumlah Kawasan strategis ekonomi baru (KEK, Kawasan Industri) di luar pulau Jawa

4

SS.4 Tercapainya penetapan proyek infrastruktur prioritas yang diusulkan

Jumlah proyek infrastruktur prioritas nasional yang ditetapkan komite percepatan penyediaan infrastruktur prioritas (KPPIP)

6

Sumber : Dokumen PK 2015

D. PENGUKURAN KINERJA

Pengukuran tingkat capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dengan realisasinya. Metode perhitungan Nilai Kinerja Organisasi (NKO) diperoleh melalui penghitungan dengan menggunakan data target dan realisasi IKU yang tersedia. Dengan membandingkan antara data target dan realisasi IKU, akan diketahui nilai NKO, standar perhitungan polarisasi kinerja IKU ditetapkan sesuai dengan Peraturan Menteri Koordinator nomor 9 tahun 2015 tentang perjanjian kinerja dan indikator kinerja utama di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Formula penghitungan NKO adalah sebagai berikut :

NKO =

Realisasi

×

100%

Target

(22)

15

Adapun Status Kinerja NKO ditandai dengan warna, pemberian warna sesuai nilai NKO, adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3. Polarisasi Capaian Kinerja Organisasi

Perhitungan didalam menentukan masing-masing IKU dijelaskan lebih lanjut di dalam lampiran pendukung.

Hijau

• X ≥ 100 (memenuhi ekspektasi)

Kuning

• 80 ≤ X < 100 (belum

memenuhi ekspektasi)

Merah

• X < 80% (tidak

memenuhi

ekspektasi)

(23)

16

BAB III . AKUNTABILITAS KINERJA

Capaian Kinerja Organisasi, Analisis Capaian Kinerja,

Analisis Capaian Kinerja Dari Waktu ke Waktu, Realisasi Anggaran

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Pengukuran tingkat capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target (rencana) dengan realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah dalam Penetapan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah tahun 2015 dengan realisasinya. Tingkat capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah tahun 2015 berdasarkan hasil pengukurannya dapat disajikan dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1. Pengukuran Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Sasaran Staregis 1

Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Indikator Kinerja Target Realisasi % Kinerja

Tingkat (indeks) efektifitas koordinasi dan pelaksanaan sinkronisasi kebijakan dalam rangka percepatan

pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah

4 4 100 %

Sasaran Strategis 2

Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Indikator Kinerja Target Realisasi % Kinerja

Presentase rekomendasi kebijakan percepatan

pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang di implementasikan

80% 85,71% 107%

Sasaran Strategis 3

Terwujudnya pengembangan kawasan strategis ekonomi baru di luar pulau Jawa

Indikator Kinerja Target Realisasi % Kinerja

Jumlah Kawasan strategis ekonomi baru (KEK, Kawasan

industri) di luar pulau Jawa 4 4 100%

(24)

17

Sasaran Strategis 4

Tercapainya penetapan proyek infrastruktur prioritas yang diusulkan

Indikator Kinerja Target Realisasi % Kinerja

Jumlah proyek infrastruktur prioritas nasional yang ditetapkan komite percepatan penyediaan infrastruktur prioritas (KPPIP)

6 30 500%

(25)

18

B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Capaian sasaran strategis ini diukur dengan tingkat (indeks) efektifitas koordinasi dan pelaksanaan sinkronisasi kebijakan dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah, dimana pada tahun 2015 ditarget sebanyak 30 usulan kebijakan yang ditindaklanjuti oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian melalui: a) pembahasan dan keputusan dalam Rapat Koordinasi Tingkat Menteri; b) penetapan peraturan dan keputusan Pemerintah/Presiden/Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; dan c) Surat Edaran yang sampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian kepada para pimpinan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.

Berdasarkan capaiannya selama tahun 2015 telah terealiasasi 27 usulan kebijakan yang ditindaklanjuti dari 30 usulan kebijakan yang ditargetkan.

Dengan demikian, capaian sasaran strategis ini berdasarkan perhitungan tingkat (indeks) telah mencapai

indeks 4

dari

target 4

yang telah ditetapkan.

Rincian dan perhitungan capaian sasaran strategis tersebut disajikan dalam Lampiran yang juga menjadi satu kesatuan dengan dokumen ini.

Adapun koordinasi dan pelaksanaan sinkronisasi kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang dilaksanakan diantaranya sebagai berikut:

a. Dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur sumber daya air, melalui melalui koordinasi dan pelaksanaan sinkronisasi kebijakan telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum pada tanggal 28 Desember 2015. Outcome kedua kebijakan tersebut adalah: a) sebagai dasar hukum baru pembentukan lembaga pemerintah yang berwenang dalam mengawal proses penyehatan Perusahaan

Sasaran Strategis 1

:

“T

erwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

(26)

19

Daerah Air Minum (PDAM) dan penyediaan air minum; dan b) kepastian investasi pengembangan SPAM oleh badan usaha swasta yang hanya mencakup kegiatan di unit air baku, unit produksi, dan unit distribusi.

b. Dalam bidang telematika telah dilakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan menghasilkan inisiasi penyusunan peta jalan perdagangan elektronik atau roadmap e-commerce yang finalisasinya akan di perkenalkan pada bulan Januari 2016. Roadmap e-commerce tersebut dapat mendorong pengembangan sistem perdagangan berbasis elektronik, pengembangan usaha dan logistik nasional untuk percepatan pertumbuhan ekonomi. Roadmap e-commerce menerapkan lima prinsip dasar sebagai wujud digital economy, yaitu: (1) Seluruh warga Indonesia harus diberi kesempatan untuk mengakses dan melakukan transaksi e-commerce; (2) Seluruh warga Indonesia harus dilengkapi dengan keahlian dan kemampuan untuk memanfaatkan keuntungan dari ekonomi informasi; (3) Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) harus diminimalisasi selama proses transisi menuju ekonomi digital dan tambahan lapangan pekerjaan harus positif setelah dikurangi oleh dampak penghancuran kreatif (creative destruction); (4) Kerangka hukum yang jelas harus diterapkan untuk menjamin industri e-commerce yang aman dan terbuka, termasuk di dalamnya netralitas teknologi, transparansi, dan konsistensi internasional; dan (5) Pemain nasional (terutama start-up dan UKM) harus dilindungi dengan sebaik- baiknya dan pertumbuhan industri nasional harus menjadi prioritas utama.

(27)

20

Gambar 3.1. Ruang Lingkup Peta Jalan e-Dagang Nasional

c. Dalam rangka percepatan pembangunan sistem transportasi multimoda melalui koordinasi dan pelaksanaan sinkronisasi kebijakan telah dilakukan penetapan:

 Peraturan Presiden Nomor 116 Tahun 2015 Tentang Percepatan Penyelenggaran Kereta Api Ringan/Light Rail Transit (LRT) di Provinsi Sumatera Selatan pada tanggal 21 Oktober 2015. Kebijakan tersebut diterbitkan untuk memberikan kemudahan perizinan, keringanan biaya perizinan, serta fasilitas perpajakan dan kepabeanan untuk peningkatan pelayanan transportasi dalam mendukung pembangunan di Provinsi Sumatera Selatan khususnya untuk mendukung pelaksanaan Asian Games Tahun 2018;

(28)

21

Gambar 3.2 Rencana LRT Sumatera Selatan

 Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat antara Jakarta dan Bandung pada 6 Oktober 2015. Outcome kebijakan tersebut adalah untuk peningkatan pelayanan transportasi di wilayah Jakarta – Bandung melalui kemudahan perizinan, biaya perizinan, serta fasilitas perpajakan dan kepabeanan sesuai dengan kewenangannya masing-masing.

d. Dalam rangka percepatan penyelesaian permasalahan konflik pemanfaatan ruang yang disebabkan oleh adanya tumpang-tindih regulasi sektor dan belum adanya standar kebijakan peta yang sama, telah dilakukan harmonisasi Rperpres dan Rencana Aksi tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta (One Map Policy) pada tingkat Ketelitian Peta Skala 1: 50.000, dengan tujuan terpenuhinya standar kesamaan format, struktur, serta skala peta informasi geospasial tematik. Dengan adanya standarisasi data peta yang sama, diharapkan terjadi sinkronisasi pemanfaatan ruang yang terintegrasi dalam sebuah dokumen Rencana Tata Ruang.

e. Dalam rangka penyelenggaraan pemanfaatan ruang, telah diterbitkan SE Menteri Perekonomian Nomor 163 Tahun 2015 tanggal 14 Juli Tahun 2015

(29)

22

Perihal Peninjauan Kembali dan Revisi RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Dengan adanya Surat Edaran tersebut, Pemerintah Daerah dapat melakukan revisi RTRW satu kali dalam 5 tahun dan dapat mengakomodir proyek- proyek infrastruktur prioritas nasional kedalam RTRW.

f. Dalam rangka melaksanakan amanat UU 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang untuk menyusun peraturan perundang-undangan sebagai peraturan turunan, telah ditetapkan Perpres RTR KSN dan Perpres terbaru yaitu Perpres No.31 Tahun 2015 tentang RTR Kawasan Perbatasan Negara di Kalimantan, Perpres No.32 Tahun 2015 tentang RTR Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Papua, Perpres No.33 Tahun 2015 tentang RTR Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Maluku, dan Perpres No.34 Tahun 2015 tentang RTR Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Maluku Utara dan Provinsi Papua Barat. Dengan adanya RTR KSN tersebut diharapkan dapat mendukung pengembangan kawasan khususnya di perbatasan.

g. Dalam rangka mendorong peningkatan investasi asing yang masuk ke Indonesia melalui koordinasi dan pelaksanaan sinkronisasi kebijakan telah dilakukan penetapan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2015 Tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal Atau Hunian Oleh Orang Asing Yang Berkedudukan Di Indonesia. Dengan adanya peraturan tersebut akan memberikan kepastian hukum bagi Warga Negara Asing (WNA) untuk mendapatkan kepemilikan rumah/tempat tinggal/hunian yang berkedudukan di Indonesia. Kebijakan tersebut ditetapkan untuk mendorong perluasan pasar sektor properti sejalan dengan adanya keterbukaan Masyarakat Ekonomi ASEAN.

h. Dalam rangka mendorong dan meningkatkan peran BUMN untuk mendapatkan pembiaayaan pembangunan infrastruktur dalam upaya percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia melalui koordinasi dan pelaksanaan sinkronisasi kebijakan telah dilakukan penetapan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2015 Tentang Jaminan Pemerintah Pusat Atas Pembiayaan Infrastruktur Melalui Pinjaman Langsung Dari Lembaga

(30)

23

Keuangan Internasional Kepada Badan Usaha Milik Negara. Kebijakan tersebut diterbitkan dalam rangka mengurangi beban pemerintah secara langsung terkait dengan pembiayaan infrastruktur.

i. Dalam rangka revitalisasi peran Perum Perumnas sebagai pelaku utama penyediaan rumah rakyat dan permukiman melalui koordinasi dan pelaksanaan sinkronisasi kebijakan telah dilakukan penetapan Peraturan Pemerintah No 83 Tahun 2015 tentang Perusahaan Umum (Perum) Pembangunan Perumahan Nasional. Dengan adanya peraturan ini sebagai dasar operasional penugasan Perum Perumnas dalam rangka penyedia perumahan dan permukiman rakyat serta pengelola dan pengembang wilayah permukiman yang meliputi fungsi perencanaan, pembangunan berkelanjutan, pengelolaan beserta monitor dan evaluasinya. Peraturan tersebut merupakan upaya penguatan kapasitas Perum Perumnas untuk menjadi penyedia utama perumahan rakyat.

j. Dalam rangka menarik minat pihak swasta untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan pengelolaan infrastruktur melalui koordinasi dan pelaksanaan sinkronisasi kebijakan telah dilakukan penetapan Peraturan Presiden No 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Dengan adanya peraturan tersebut akan memberikan kepastian hukum yang jauh lebih baik dalam menyelenggarakan pembangunan infrastuktur di Indonesia. Peraturan tersebut mendorong keterlibatan peran swasta dalam penyediaan infrastruktur di Indonesia.

(31)

24

Capaian sasaran strategis ini diukur dengan persentase rekomendasi kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang di implementasikan, dimana pada tahun 2015 ditarget sebanyak 80% rekomendasi kebijakan yang diimplementasikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian melalui: a) pembahasan dan keputusan dalam Rapat Koordinasi Tingkat Menteri; b) penetapan peraturan dan keputusan Pemerintah/ Presiden/

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; dan c) dan Surat Edaran yang sampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian kepada para pimpinan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah. Berdasarkan capaiannya selama tahun 2015 telah terealiasasi 12 rekomendasi kebijakan yang implementasikan dari 14 rekomendasi kebijakan yang ditargetkan. Dengan demikian, capaian sasaran strategis ini berdasarkan persentase kinerja capaiannya telah mencapai angka

107%

dari

target 80%

yang telah ditetapkan. Rincian dan perhitungan capaian sasaran strategis tersebut disajikan dalam Lampiran yang juga menjadi satu kesatuan dengan dokumen ini. Adapun rekomendasi pengendalian kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang dapat diimplementasikan selama tahun 2015 adalah sebagai berikut:

1. Dalam rangka mendorong percepatan pencapaian target kedaulatan pangan dan ketahanan air nasional melalui koordinasi dan pelaksanaan sinkronisasi telah disusun rekomendasi kebijakan untuk penanganan dampak sosial kemasyarakatan dan lingkungan pembangunan Waduk Jatigede, percepatan implementasi Program Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara, percepatan pembangunan 65 bendungan prioritas, Percepatan Pemanfaatan Sumber Daya Air Untuk Pembangunan PLTA dan percepatan pencapaian target 100% air minum layak pada akhir tahun 2019, yaitu:

Sasaran Strategis 2

:

“T

erwujudnya Pengendalian kebijakan di bidang Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

(32)

25

a. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penanganan Dampak Sosial Dan Kemasyarakatan Pembangunan Waduk Jatigede; Surat Menteri Koordinator Perekonomian kepada Gubernur Jawa Barat dan Bupati Sumedang, No: S–109/M.EKON/05/2015, tanggal 15 Mei 2015, perihal Penggunaan Dana APBD Untuk Mendukung Kegiatan Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan Pembangunan Waduk Jatigede; dan Surat Menko Bidang Perekonomian kepada Direktur Utama PT PLN (Persero), No: S–128/M.EKON/05/2015, tanggal 29 Mei 2015, perihal Partisipasi PT PLN (Persero) Dalam Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan Pembangunan Waduk Jatigede. Kebijakan tersebut di atas ditetapkan dan diterbitkan guna percepatan penanganan dampak sosial kemasyarakatan pembangunan Waduk Jatigede dan percepatan pelaksanaan penggenangannya. Infrastruktur waduk tersebut memiliki peran cukup signifikan dalam mendorong pencapaian target kedaulatan pangan dan ketahanan air nasional khususnya untuk wilayah Provinsi Jawa Barat;

b. Surat Menko Bidang Perekonomian kepada Presiden Republik Indonesia, No: S–12/M.EKON/05/2015, tanggal 20 Januari 2015, perihal Laporan Program Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negera (PTPIN). Selain itu, dalam rangka mendorong percepatan pembangunan Tanggul Tahap A telah ditandatangani Letter of Intent on Korea-Netherlands Partnership for NCICD Project. Surat tersebut disampaikan kepada Presiden Republik Indonesia sebagai laporan implementasi Program Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negera (PTPIN) yang telah diinisiasi sejak Tahun 2014 dan sebagai pertimbangan Presiden Republik Indonesia dalam mengambil langkah kebijakan selanjutnya untuk penyelamatan wilayah Ibukota Negara dari degradasi lingkungan;

c. Surat Edaran Menteri Koordinator Bidang Perekonomian kepada suluruh Gubernur/Bupati di seluruh Indonesia, nomor: S-150/M.EKON/06/2015, perihal Penggunaan Dana APBD untuk Mendukung Percepatan Pembangunan Waduk. Surat tersebut diterbitkan sebagai arahan kepada seluruh Kepala Daerah di Indonesia untuk dapat memberikan

(33)

26

kontribusi dalam rangka pencapaian target pembangunan 65 waduk sesuai amanat dalam RPJMN 2015 – 2019;

d. Draft Peraturan Presiden terkait kebijakan pemberian jaminan dan subsidi kepada PDAM sebagai kelanjutan dari Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pemberian Jaminan Dan Subsidi Bunga Oleh Pemerintah Dalam Rangka Percepatan Penyediaan Air Minum. Kebijakan tersebut disusun sebagai penyempurnaan dari kebijakan sebelumnya terkait dukungan fasilitasi Pemerintah kepada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dalam melakukan pengembangan bisnisnya. Penyusunan kebijakan tersebut juga dilakukan untuk mendorong percepatan pencapaian target 100% air minum layak pada akhir tahun 2019 dan penyehatan Perusahaan Daerah Air Minum;

e. Surat Sesmenko Perekonomian atas nama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas kepada Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Direktur Jenderal Sumber Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, No.: S–85/SES.M.EKON/03/2015, tanggal 17 Maret 2015, perihal Keberlanjutan Rapid Assessment Potensi PLTA dari Waduk Eksisting. Surat tersebut diterbitkan sebagai arahan kepada instansi terkait untuk dapat meneruskan pelaksanan rapid assessment potensi PLTA dari waduk eksisting, guna mendorong pencapaian target RPJMN 2015 – 2019 tentang kedaulatan energi melalui percepatan pemanfaatan potensi sumber daya air untuk pembangunan PLTA.

2. Dalam rangka Dalam bidang telematika dan utilitas telah dilakukan redesain bersama peraturan pelaksanaan kewajiban pelayanan universal (Univesal Service Obligation) telekomunikasi dan informatika dengan menghasilkan Permenkominfo Nomor 25 Tahun 2015. Peraturan ini untuk mengurangi resiko kesulitan teknis dan administrasi pelaksanaan sebagai wujud pemerataan akses telematika di daerah sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2014 tentang Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019. Pada program Palapa Ring telah diresmikannya proyek

(34)

27

pembangunan infrastruktur jaringan tulang punggung serat optik pitalebar Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS) di Manokwari Papua Barat oleh Presiden Repulik Indonesia sebagai bentuk penguatan konektivitas dan ekosistem broadband untuk menunjang ekonomi digital secara nasional.

Dalam menunjang industri perangkat telematika nasional telah dihasilkan Permenkominfo Nomor 27 Tahun 2015 tentang Persyaratan Teknis Alat dan Perangkat Telekomunikasi Berbasis Standar Teknologi Long Term Evolution (LTE) untuk menciptakan suasana kondusif nasional guna mendorong perkembangan industri perangkat telematika sebagai kegiatan ekonomi utama yang memperkuat daya saing bangsa.

Gambar 3.3. Rencana dan Realisasi Jaringan Tulang Punggung Serat Optik Pitalebar Nasional 2015

3. Dalam Rangka rekomendasi kebijakan pada pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera, pembangunan MRT Jakarta, pembangunan LRT di beberapa wilayah, dan pengelolaan transportasi di wilayah Jabodetabek melalui koordinasi dan pelaksanaan sinkronisasi telah diterbitkan beberapa peraturan yaitu diantaranya:

(35)

28

a. Peraturan Presiden Nomor 117 tahun 2015 perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera;

b. Peraturan Menteri Kordinator Bidang Perekonomian Nomor 3 Tahun 2015 sebagai revisi dari Peraturan Menteri Kordinator Bidang Perekonomian Nomor 4 tahun 2014;

c. Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan / LRT Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi; Peraturan Presiden Nomor 99 tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Perkeretaapian Umum di Wilayah Provinsi Daerah Ibu Kota Jakarta; dan Peraturan Presiden Nomor 116 Tahun 2015 Tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/LRT di Sumatera Selatan;

d. Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2015 tentang Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

4. Pengembangan terminal peti kemas Kalibaru, yaitu dengan mendorong PT Pelindo II untuk melakukan percepatan pembangunan terminal kalibaru sebagai implementasi Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2012; Percepatan pembangunan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta, sudah mencapai 89,57% dengan target penyelesaian Gedung Terminal 3 tahap 1 (Gedung Utama) pada bulan Mei 2016.

5. Percepatan pembangunan Terminal Multi Purpose Kuala Tanjung dengan diterbitkan Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomi kepada PT Pelindo I, perihal Penetapan HPL Otorita Asahan Seluas 9,04 Hektar. Arahan tersebut dikeluarkan untuk mempercepat pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung yang akan difungsikan sebagai hub Internasional. Dan untuk mempercepat pembangunan pelabuhannya secara umumnya juga telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 sebagai revisi Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan.

6. Dalam rangka pengendalian konflik pemanfaatan ruang telah dilakukan koordinasi dan sinkronisasi yang ditindaklanjuti dengan terbitnya:

a. Surat Menko Perekonomian No. S-9/M.EKON/01/2015 tanggal 14 Januari

(36)

29

2015 untuk percepatan penyelesaian Perda RTRW Provinsi Riau dan Surat Menko Perekonomian kepada Menteri LHK dan Menteri ATR No. S-169/M.EKON/07/2015 tangal 23 Juli Tahun 2015 Perihal Penyelesaian RTRW Provinsi Riau dan Izin Lingkungan untuk Addendum AMDAL. Surat tersebut bertujuan untuk Percepatan Penyelesaian Perda RTRW Provinsi Riau;

b. Surat Menko Perekonomian kepada Gubernur Provinsi Maluku No. S-27/M.Ekon/01/2015 tanggal 29 Januari 2015 Perihal Rekomendasi Peruntukan Ruang Kawasan Militer untuk Pembangunan Dermaga AL di Desa Tawiri Kota Ambon. Surat tersebut bertujuan untuk Penyelesaian Konflik Peruntukan Ruang Kawasan Militer di Kota Ambon;

c. Surat Menko Perekonomian kepada Bupati Kabupaten Konawe No: S 174/M.EKON/07/2015 tanggal 29 Juli 2015 Perihal Rekomendasi Penataan Ruang untuk Pengembangan Kawasan Industri Konawe, Sulawesi Tenggara. Surat tersebut bertujuan untuk Penyelesaian Konflik Rencana Pembangunan Kawasan Industri di Konawe.

7. Dalam rangka rekomendasi kebijakan untuk percepatan penyediaan infrastruktur prioritas telah diterbitkan keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian antara lain:

a. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas No.127 Tahun 2015 tentang Tim Pelaksana Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas;

b. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas No.129 Tahun 2015 tentang Tim Kerja Percepatan Penyediaan Infrastruktur Ketenagalistrikan;

c. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas No.159 Tahun 2015 tentang Tim Kerja Percepatan Pembangunan Kilang Minyak Bontang.

(37)

30

Capaian sasaran strategis ini diukur dengan jumlah kawasan strategis ekonomi baru (KEK, Kawasan industri) di luar pulau Jawa yang dikembangkan, dimana pada tahun 2015 ditarget sebanyak 4 kawasan strategis ekonomi baru yang dapat dikembangkan melalui: a) pembahasan dan keputusan dalam Rapat Koordinasi Tingkat Menteri; b) penetapan peraturan dan keputusan Pemerintah/Presiden/Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Berdasarkan capaiannya selama tahun 2015 telah terealiasasi pengembangan 4 kawasan strategis ekonomi baru dari 4 strategis ekonomi baru yang ditargetkan yang dapat dikembangkan. Dengan demikian, apabila dihitung berdasarkan persentase kinerja capaiannya maka telah mencapai

100%

dari

target 100%

yang telah ditetapkan. Rincian dan perhitungan capaian sasaran strategis tersebut disajikan dalam Lampiran yang juga menjadi satu kesatuan dengan dokumen ini. Adapun kawasan strategis ekonomi baru (KEK, Kawasan industri) di luar pulau Jawa yang dikembangkan pada tahun 2015 adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Perbatasan di Entikong, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat

Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2015 tentang Percepatan Pembangunan 7 Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu di Kawasan Perbatasan menginstruksikan kepada K/L terkait untuk melakukan percepatan pembangunan Pos Lintas Batas Negara Terpadu dan sarana penunjang di kawasan perbatasan, salah satunya adalah PLBN Entikong. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan pengembangan kawasan strategis ekonomi perbatasan Entikong untuk menunjang pembangunan PLBN dan diharapkan dapat menjadi pusat pengembangan kawasan strategis ekonomi baru di luar Pulau Jawa.

Sasaran Strategis 3

:

“T

erwujudnya pengembangan kawasan strategis ekonomi baru di luar Pulau Jawa

(38)

31

Untuk mencapai kegiatan tersebut, telah dilakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan K/L terkait mengenai pengembangan kawasan strategis ekonomi perbatasan di Entikong yaitu berupa rapat – rapat koordinasi, Focus Group Discussion (FGD) untuk membahas isu – isu dalam pengembangan kawasan perbatasan, kunjungan lapangan ke Entikong, kajian Pengembangan dan Pengelolaan Pusat – Pusat Pertumbuhan Ekonomi (P5E) di kawasan perbatasan negara Kecamatan Entikong, sosialisasi grand design rencana pengembangan kawasan strategis ekonomi perbatasan di Kecamatan Entikong.

Pada saat ini sedang dilakukan pembahasan legalisasi rencana pengembangan kawasan strategis ekonomi perbatasan di Kecamatan Entikong untuk mendukung terwujudnya kawasan strategis ekonomi perbatasan tersebut.

2. Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Perbatasan di Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2015 tentang Percepatan Pembangunan 7 Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu di Kawasan Perbatasan menginstruksikan kepada K/L terkait untuk melakukan percepatan pembangunan Pos Lintas Batas Negara Terpadu dan sarana penunjang di kawasan perbatasan, salah satunya adalah PLBN Motaain yang terletak di Kabupaten Belu. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan pengembangan kawasan strategis ekonomi perbatasan Kabupaten Belu untuk menunjang pembangunan PLBN dan diharapkan dapat menjadi pusat pengembangan kawasan strategis ekonomi baru di luar Pulau Jawa.

Untuk mencapai kegiatan tersebut, telah dilakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan kemanterian/lembaga terkait mengenai pengembangan kawasan strategis ekonomi perbatasan di Kabupaten Belu yaitu berupa rapat – rapat koordinasi, Focus Group Discussion (FGD) untuk membahas isu – isu dalam pengembangan kawasan perbatasan, kunjungan lapangan ke Kabupaten Belu, kajian Pengembangan dan Pengelolaan Pusat – Pusat Pertumbuhan Ekonomi (P5E) di kawasan perbatasan negara Kabupaten

Gambar

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Kedeputian Bidang Koordinasi Percepatan  Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang
Gambar 2.1. Skema Perencanaan Kinerja  a.  Visi
Tabel 2.1. Rencana Kerja Deputi Bidang Koordinasi  Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah TA 2015
Tabel 2.2. Pengelompokan IKU dan Sasaran Strategis Deputi Bidang  Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dalam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka turut menjaga agar perkembangan e- commerce tetap memperhatikan aspek-aspek perlindungan konsumen dan persaingan usaha yang sehat, Kedeputian Bidang

Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah 3 Pada tahun 2019, Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah

Majot Project telah ditetapkan pemerintah sebanyak total 42 program terdiri dari Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Proyek Infrastruktur Prioritas (PIP) yang apabila

Adhi Karya (Persero) Tbk, dan PT Adhi Karya dapat melaksanakan pembangunan berdasarkan persetujuan teknis dan pengawasan oleh Kementerian Perhubungan meskipun

Demi mendukung terwujudnya implementasi Sasaran Strategis, telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang terdiri dari: (1) Persentase Percepatan Pelaksanaan

Rekomendasi kebijakan hortikultura yang diterima Deputi adalah rekomendasi kebijakan yang disampaikan oleh Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura yang

Pada periode triwulan II tahun 2018 ini, telah dilakukan beberapa kegiatan seperti rapat bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam pembahasan model bisnis

Vito Prihartono Kepala Bidang Pengembangan Wilayah, Asisten Deputi Bidang Percepatan infrastruktur, pengembangan wilayah dan industri, Deputi Bidang Perekonomian, Setkab