Umur Tanaman Pohon= Riap setahun
HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Lebah Madu
3. Analisis dan Model Pengelolaan Madu Hutan
Bertolak dari uraian di atas, maka dapat dikemukakan bahwa sejumlah upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga keberlanjutan usaha lebah madu yang dilakukan oleh masyarakat pada dan di sekitar Hutan Pendidikan Unhas antara lain adalah sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan pelatihan dan pendampingan bagi para petani lebah dan atau warga masyarakat lainnya, tentang budidaya lebah madu, budidaya pohon inang lebah dan budidaya jenis pohon/ tumbuhan berbunga yang secara bergantian (ataupun secara bersamaan) dapat berbunga sepanjang tahun untuk menjadi pakan lebah, sehingga waktu panen dapat dilakukan secara teratur. Melalui budidaya lebah dan juga jenis-jenis penghasil pakan lebah, khususnya di sekitar lokasi permukiman penduduk, maka para pemburu lebah tidak perlu mencari lebah terlalu jauh ke dalam hutan. Dengan demikian, dapat dihindari resiko kebakaran hutan sebagai dampak dari kegiatan pemanenan madu (yang didahului dengan pengusiran lebah melalui pengasapan/pembakaran). Selain itu, kontinyutas dan kuantitas produksi madu hutan akan dapat lebih terjamin.
2. Perlu adanya bantuan peralatan pemanenan lebah, baik peralatan yang berfungsi dalam meningkatkan keamanan para petani lebah, maupun peralatan yang berfungsi dalam meningkatkan efsiensi dan efektifitas
produksi madu. Melalui perbantuan termaksud, maka diharapkan bahwa produksi madu akan meningkat baik dalam hal madu mentahnya (sarang / koloni) maupun hasil bersihnya yang diperoleh melalui pemerasan dan penyaringan yang dapat meningkatkan rendemen pengolahan madu.
3. Perlu keterlibatan para pihak terkait dalam menjaga keberlanjutan lebah. Keterlibatan para pihak termaksud harus terwadahi dalam suatu kelembagaan yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat dan optimalisasi fungsi dan manfaat hutan secara berkelanjutan.
Dalam rangka mendukung keberlanjutan pengelolaan produksi madu hutan pada dan di sekitar Hutan Pendidikan Unhas, maka program pemberdayaan petani merupakan hal yang terpenting untuk diperhatikan. Sehubungan dengan itu sejumlah pihak diharapkan dapat terlibat / melibatkan dirinya, mulai dari hal-hal yang terkait dengan budidaya, pemanenan dan pasca panen, sampai pada pengolahan dan pemasaran hasil. Pihak-pihak yang dihadapkan terlibat antara lain : Pengelola Hutan Pendidikan Unhas, Pemerintah setempat (Camat dan Kepala Desa), Pemerintah Kabupaten beserta dinas teknis terkait seperti Dinas yang mengurusi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan pihak Perbankan. Keterlibatan masing-masing pihak dalam proses produksi madu hutan secara diagramatik dapat dinyatakan melalui model seperti pada Gambar 2.
Tabel 6. Instansi / Pihak terkait dengan pengembangan madu hutan dan peranannya masing-masing
No. Instansi /
Pihak Terkait Peranan
1. Pengelola Hutan Pendidikan
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat melalui upaya-upaya pemberdayaan, pendampingan dan pelatihan tentang hal-hal yang terkait dengan teknik budidaya lebah madu, budidaya jenis tumbuhan inang dan jenis tumbuhan penghasil pakan, yang diikuti pula dengan pembentukan kelembagaan guna menggalang kebersamaan dalam mengelola dan memproduksi madu hutanbesrta hasil turunan dan hasl ikutannya
2. Pemerintah Kabupaten
Memfasilitasi dan atau mendorong perbantuan dari pihak ketiga atapun para donatur pemerhati upaya-upaya pemberdayaan masyarakat, dan jika memungkinkan menjadi penjamin bantuan permodalan dari pihak bank
3. Pemerintah Lokal (Desa & Kecamatan)
Mendorong dan memfasilitasi pembentukan kelembagaan usaha khususnya dalam bentuk koperasi desa yang dapat membantu petani dalam rangka penjualan produk madu dengan harga dan margin keuntungan yang pantas 4. Dinas yang
mengurusi Kehutanan &Lingkungan Hidup
Merencanakan dan melaksanakan kegiatan pelatihan dan penyuluhan, memberi bantuan peralatan pemanenan, memberi bsntusn bibit pohon inang (tempat sarang) dan pohon penghasil sumber pakan lebah madu yang dapat di tanam dan dibudidayakan oleh masyarakat
5. Dinas Perin-dustrian dan Perdagangan
Memberi izin usaha, serta merencanakan dan melakukan kegiatan-kegiatan pelatihan bagi para petani madu atau pelaku usaha permaduan, dan melakukan upaya-upaya yang dapat menjamin stabilitas pasar dan kepantasan harga jual produk
6. Perbankan Memberi pendampingan dalam upaya pengembangan kelayakan dan skala usaha, memberi bantuan permodalan, khususnya untuk mendukung kegiatan budidaya lebah, pohon inang dan tumbuh-tumbuhan penghasil pakan lebah Keterangan : Keterkaitan antara para pihak dalam tabel di atas terstuktur dalam sebuah Model
Kelemgaan Pendukung Usaha Permaduan, sementara Petani yang diharapkan dapat terhimpun / menghimpunkan diri dalam sebuah struktur atau Model Kelembagaan Inti
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pada bagian-bagian terdahulu maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Usaha permaduan yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar Hutan Pendidikan Unhas umumnya masih bersifat tradisional, yang masih lebih banyak menggantungkan diri pada faktor-faktor alami dan pengalaman sendiri ataupun
pengalaman orang tua, dan karena itu belum optimal. Periode waktu produksi dalam setiap tahunnya sangat bervariasi dimana periode waktu produksi terpanjang dapat mencapai sekitar 11 bulan, sementara di beberapa lokasi periode waktu produksi tergolong sangat pendek yaitu hanya sekitar 4 bulan. Terindikasi pula bahwa rendemen hasil pengolahan madu umumnya masih tergolong rendah.
2. Pengembangan usaha permaduan pada dan di sekitar lokasi Hutan Pendidikan Unhas belum terdukung secara melembaga dan optimal oleh para pihak terkait, baik dalam hal pengembangan potensi-potensi pendukung maupun dalam hal pengembangan usahanya.
3. Potensi produksi madu dan potensi alami faktor-faktor produksi usaha lebah madu di sekitar Hutan Pendidikan Unhas, seperti keanekaragaman jenis-jenis penghasil pakan lebah, dan kebiasaan masyarakat dalam mengelola madu hutan, pada dasarnya dapat dikembangkan untuk mendukung optimalisasi pendayagunaan hutan pendidikan pada masa mendatang. 4. Potensi produksi madu termaksud di atas,
selama ini telah berkontribusi secara cukup signifikan bagi pendapatan warga masyarakat setempat, khususnya bagi para pelaku usaha madu hutan. Dengan demikian, pengelolaan dan pengembangan potensi tersebut diharapkan dapat mendorong peningkatan intensitas dan kualitas peran serta warga masyarakat dalam mendukung upaya-upaya pembangunan hutan pendidikan.
SARAN-SARAN
Dalam rangka lebih
mengembangkan usaha permaduan / perlebahan di sekitar Hutan Pendidikan Unhas pada masa mendatang maka :
1. Upaya budidaya jenis-jenis pohon inang dan jenis-jenis tumbuhan penghasil pakan lebah, perlu dilakukan secara terencana, yang berorientasi pada tersedianya jenis
pohon inang dalam jumlah dan kualitas yang cukup dan terwujudnya kombinasi jenis-jenis penghasil pakan yang memungkinkan kontinyutas ketersediaan dan kecukupan bunga untuk menjadi pakan lebah, melalui pembungaan jenis-jenis termaksud secara bergantian ataupun secara bersamaan.
2. Upaya-upaya pengembangan kemampuan petani terkait dengan usaha perlebahan, perlu terus dilakukan dan bahkan semakin ditingkatkan, yang meliputi pengembangan kemampuan dalam memanen, mengolah dan memasarkan madu yang dihasilkan, dengan tujuan untuk mendukung peningkatan efisiensi pada semua tahapan produksi dan mengoptimalkan hasil usaha madu hutan.
3. Kelembagan usaha perlebahan / permaduan pada dan di sekitar kawasan Hutan Pendidikan Unhas, perlu dikembangkan melalui pelibatan sejumlah pihak, secara terkoordinasi dan berkelanjutan. Kelembagaan ini terdiri atas Kelembagaan Inti yaitu berupa Kelompok Tani Madu Hutan dan Kelembagaan Pendukung yang dikoordinir oleh Pengelola Hutan Pendidikan. Kelembagaan pendukung ini diharapkan dapat berperan dalam mewadahi upaya-upaya pendampingan dan fasilitasi bagi usaha perlebahan / permaduan agar usaha termaksud dapat terlaksana secara lebih optimal melalui pendayagunaan semua potensi yang ada pada masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Maros, 2017. Kecamanatan Cenrana dalam Angka 2017.
Budiwijono, T., 2012. Identifikasi produktivitas koloni lebah Apis mellifera,melalui mortalitas dan luas eraman pupa di sarang pada daerah dengan ketinggian berbeda. Jurnal Gamma, Vol.7,No. 2,Hal: 111 – 123, Maret 2012, Issn: 2086-3071.
Hermita, N., 2014. Inventarisasi tumbuhan pakan lebah madu hutan di Desa Ujung Jaya Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Jurnal Agroekotek Vol. 6 No.2, Hal: 123 – 135.
Muflihat, 2014. Identifikasi tanaman pakan lebah madu Trigona spp. (Stingless Bees) di Areal Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin Kabupaten Maros. Skripsi. Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin,Makassar. Novandra, A. dan I. W. Made, 2013. Peluang
pasar produk perlebahan Indonesia. Balai Penelitian. Jakarta.
Setiawan, A., R. Sulaeman dan T. Arlita, 2016. Strategi pengembangan usaha lebah madu Kelompok Tani Setia Jaya di Desa Rambah Jaya Kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Rokan Hulu. Jom Faperta Vol. 3 No.1, Februari 2016. Siombo, A., E. Labiro dan Rahmawati, 2014.
Keanekaragaman jenis pakan lebah madu hutan (Apis spp) di Kawasan Hutan Lindung Desa Ensa, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara. Warta Rimba Vol. 2, No.2 Hal:49-56 Desember 2014,ISSN: 2406-8373.
ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT MASYARAKAT DESA BENUA KENCANA