Umur Tanaman Pohon= Riap setahun
MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis SWOT
QSPM untuk menentukan prioritas strategi pengelolaan mangrove di dusun tersebut.
III. HASIL PENELITIAN
STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN
MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan suatu analisis kualitatif yang digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk memformulasikan strategi suatu kegiatan.Analisis ini didasarkan pada logika yang dapatmemaksimalkan kekuatan dan peluang suatu kegiatan, yang secara bersamaandapat meminimalkan kelemahan dan ancaman (Rangkuti, 2006).
Dampak kegiatan pengelolaan hutan mangrove di Dusun Taman Jaya dapat dianalisa dengan analisis SWOT, dapat digolongkan kedalam faktor eksternal (peluang dan ancaman) atau dapat dikatakan dampak secara langsung. Sedangkan dampak secara tidak langsung digolongkan kedalam faktor internal (kekuatan dan kelemahan).Kedua faktor tersebut memberikan dampak positif yang berasal dari peluang dan kekuatan dan dampak negatif yang berasal dari ancaman dan kelemahan. Dengan menggunakan matrik internal dan esternal,maka dapat diberikan bobot dan rating pada parameter yang telah ditentukan, sehingga akan diperoleh nilai (skor). Nilai ini yang akan memberikan arahan tentang prospek kedepan untuk pengelolaan mangrove berkelanjutan..
1. Identifikasi Faktor-faktor Internal
dan Eksternal
Beberapa faktor internal dan eksternal yang menjadi pertimbangan untuk 29
menentukan prioritas strategi pengelolaan dan peluang pengelolaan hutan mangrove adalah sebagai berikut : Kekuatan (Strengths)
1. Potensi diversifikasi (flora dan fauna) yang tinggi
2. Pemanfaatan potensi perikanan mangrove oleh masyarakat.
3. Partisipasi masyarakat yang cukup tinggi
4. Aksesibilitas mudah dijangkau 5. Wisatawan dapat menikmati
kenyamanan lingkungan alami 6. Adanya zonasi mangrove a. Kelemahan (Weaknesses)
1. Potensi SDAH belum dimanfaatkan secara optimal.
2. Kesediaan data dan informasi yang belum memadai.
3. Pengawasan kawasan mangrove belum intensif.
4. Kurangnya pemeliharaan sarana dan prasarana.
5. Belum adanya promosi potensi dan keindahan hutan mangrove. b. Peluang (Opportunities)
1. Berpeluang diarahkan sebagai kawasan ekowisata mangrove. 2. Adanya Minat investor untuk
berusaha di bidang wisata mangrove
3. Potensi pendapatan dan keuntungan masyarakat/desa
4. Kebijakan daerah untuk pengelolaan mangrove secara kolaboratif.
5. Ketersediaan mitra untuk promosi dan pemasaran produk olahan mangrove
c. Ancaman (Threats)
1. Adanya penebangan mangrove secara liar.
2. Masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakati
3. Adanya produk olahan pangan mangrove sejenis yang lebih unggul di daerah lain
4. Adanya perubahan iklim .. 5. Kerusakan mangrove 6.
2. Analisa Strategi dengan Pendekatan
SWOT
Untuk memperoleh formulasi strategi yang tepat, maka digunakan analisis SWOT, yang diawali dengan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal. Berdasarkan hasil identifikasi faktor internal dan eksternal kemudian dilakukan pembobotan, rangking dan skor dari masing-masing unsur, yang secara lengkap dan dilanjutkan dengan penetapan strategi pengembangan dengan menggunakan Matrik SWOT.
Tabel 3. Faktor Strategis Internal
Faktor Dimensi Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan (S)
1. Potensi diversifikasi (flora dan fauna) yang tinggi
0,1233978 3,75 0,4627419 2. Pemanfaatan potensi perikanan
mangrove oleh masyarakat 0,1194916 3,63 0,433157 3. Partisipasi masyarakat cukup tinggi 0,1232795 3,75 0,462298 4. Aksesibilitas mudah dijangkau 0,1068386 3,25 0,3472256 5. Wisatawan dapat menikmati
kenyamanan lingkungan alami 0,1106265 3,38 0,3733645 6. Adanya zonasi mangrove 0,1228754 3,75 0,4607827
2,5395697 Kelemahan (W)
1. Potensi SDAH belum dimanfaatkan
secara optimal 0,0409722 1,25 0,0512153
2. Kesediaan data dan informasi yang
belum memadai 0,0571273 1,75 0,0999728
3. Pengawasan kawasan mangrove belum
insentif 0,0530951 1,63 0,0862795
4. Kurangnya pemeliharaan sarana dan
prasarana 0,0448785 1,38 0,0617079
5. Belum adanya promosi potensi dan
keindahan hutan mangrove 0,0485067 1,50 0,07276
TOTAL 0,3719355
Tabel 4 Faktor Strategis Eksternal
Faktor Dimensi Internal Bobot Rating Skor
Peluang (O)
1. Berpeluang diarahkan sebagai kawasan
ekowisata mangrove 0,1221625 3,88 0,4733797
2. Adanya minat investor untuk berusaha di
bidang wisata mangrove 0,1103017 3,50 0,3860559 3. Potensi pendapatan dan keuntungan
masyarakat/desa 0,0791088 2,50 0,1977720
4. Kebijakan daerah untuk pengelolaan
mangrove secara kolaboratif 0,0787606 2,50 0,1969016 5. Ketersediaan mitra untuk promosi dan
pemasaran produk olahan pangan
mengrove 0,0825408 2,63 0,2163170
1.4704262 Tantangan (T)
1. Adanya penebnagan mangrove secara liar 0,0827706 2,63 0,2172730 2. Masih rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat 0,0709175 2,25 0,1595644
3. Adanya produk olahan pangan mangrove
sejenis yang lebih unggul di daerah lain 0,0548984 1,75 0,0960722 4. Adanya perubahan iklim 0,0788790 2,50 0,1971975
5. Kerusakan mangrove 0,0826669 2,63 0,2170006
TOTAL 0.88710771
Berdasarkan hasil pengolahan data pada matrik evaluasi faktor strategis internal dan eksternal, didapatkan besaran nilai dari masing-masing matrik, yang kemudian akan dimasukan kedalam analisa kuadran.
Nilai Matrik Evaluasi Faktor Strategis Internal :
Total Kekuatan – Total Kelemahan 2,54 – 0,37 = 2.17
Nilai Matrik Evaluasi Faktor Strategis Eksternal :
Total Peluang – Total Ancaman 1,47– 0.88 = 0.59
Berdasarkan Gambar 1, hasil analisis kuadran menunjukan bahwa posisi pengelolaan mangrove di Dusun Taman Jaya Kabupaten Seram Bagian Baratberada pada Kuadran I. Posisi ini menggambarkan manajemen pengelolaan menghadapi berbagai macam ancaman, namun masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang perlu dikembangkan adalah dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang sehingga dapat mengatasi kelemahan.
3. Alternatif Strategi Pengelolaan Hutan
Mangrove
Dari hasil analisa SWOT yang dilakukan, pengelolaan mangrove di Dusun Taman Jaya Kabupaten Seram Bagian Barat masuk ke dalam Kuadran Pertama pada diagram SWOT, adapun alternatif strategi yang digunakan adalah SO (Strength and Opportunities). Oleh karena itu dalam pengelolaannya harus menciptakan strategi dengan menggunakan kekuatan (strength)
Gambar 1 . Hasil Analisa Kuadran
Kuadran I (SO) Mendukung Strategi Agresif Kuadran II (ST) Mendukung Strategi Diversifikasi Kuadran IV (WT) Mendukung Strategi Defensif Kuadran III (WO)
Mendukung Strategi Turn Around Peluang (O) Kekuatan (S) Ancaman (T) Kelemahan (W) (
2,17 ; 0,59)
1 2 -1 -2 1 2 - -1 32untuk memanfaatkan peluang (opportunities). Beberapa strategi SO (strength opportunities) yang menjadi alternatif meliputi :
1. Merumuskan kebijakan daerah
tentang pengelolaan Hutan Mangrove
Pemerintah memiliki peran strategis mengembangkan kebijakan konservasi mangrove secara berkelanjutan. Kebijakan mencakup perangkat perundangan strategis seperti penataan ruang konservasi hingga instrumen teknil perihal layanan, yang diperankan oleh pemerintah pusat hingga daerah.Dalam posisi ini pemerintah menetapkan aturan pokok perihal batasan wilayah, potensi, perlindungan dan penyelamatan, perencanaan pengelolaan, infrastruktur partisipasi sektor swasta, dan pemberdayaan penduduk lokal.
2. Mempromosikan nilai potensi
mangrove dan peluang
pengembangannya.
Nilai potensi mangrove dan peluang pengembangannya sebagai kawasan pariwisata, dengan mempertimbangkan keanekaragaman flora dan fauna mangrove dan jasa lingkungan lainnya, khususnya dalam program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Beragam jenis kegiatan wisata yang dapat ditawarkan di kawasan hutan mangrove salah satunya adalah wisata pendidikan yaitu :
Pengenalan terhadap jenis-jenis vegetasi mangrove yang terdapat dalam kawasan,
pengenalan ini dimulai dari nama jenis, ciri serta manfaat atau kekhasan yang dimiliki mulai dari bentuk bunga, buah, daun, ekologi dan penyebarannya.
Pengamatan jenis satwa yang berada di hutan mangrove.
3. Meningkatkan peran dan kinerja
para stakeholdersdalam pengelolaan
Hutan mangrove.
Kegiatan pembangunan pada hakekatnya melibatkan peran dari seluruh pemangku kepentingan yang ada. Pemangku kepentingan dimaksud meliputi 3 (tiga) pihak yaitu : pemerintah, swasta dan masyarakat, dengan segenap peran dan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu dalam kerangka kegiatan pembangunan, setiap upaya atau program pembangunan yang dilaksanakan harus memperhatikan posisi, potensi dan peran masyarakat sebagai subjek atau pelaku pengembangan.
Untuk menjaga keberlanjutan ekosistem mangrove maka harus melibatkan semua pihak yang terkait dalam menjaga dan melestarikan lingkungan tersebut. Instansi terkait yang memili peran sebagai pemangku kepentingan antara lain yaitu Pemerintah Kota, Dinas Kehutanan, Dinas Kehutanan, lembaga Non Pemerintah (Perguruan Tinggi dan LSM). Selain daripada itu keikutsertaan para stakeholders tersebut diharapkan dapat mendukung peningkatan kesejahteraan 33
dan mutu kehidupan masyarakat serta mendorong kelestarian sumber daya alam.
4. Meningkatkan ekonomi kerakyatan
dan pemberdayaan masyarakat
pesisir.
Keikutsertaan masyarakat untuk menjaga dan melestarikan hutan mangrove sebagai langkah awal memberikan kesempatan kepada mereka untuk berperan dalam pengelolaan mangrove berkelanjutan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan kepada masayarakat sekitar mengenai kegiatan usaha yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan dan mendukung pelestarian mangrove, misalnya : melalui pembentukan kelompok konservasi mangrove serta pembuatan dan penjualan produk olahan pangan mangrove, berupa bakso ikan, nugget ikan dan abon ikan.
PRIORITAS STRATEGI PENGELOLAAN