TINJAUAN PUSTAKA
3.3 Alat dan Bahan Penelitian
3.4.3 Analisis dan Sintesis
Kesesuaian tapak untuk dijadikan kawasan permukiman ekologis kawasan burung dapat diketahui dengan proses analisis. Analisis pertama adalah menganalisis kebutuhan RTH untuk permukiman dengan cara membandingkan luas eksisting sampel dengan standard berupa aturan PU No.5 tahun 2008. Berikutnya adalah analisis kesesuaian lahan. Analisis kesesuaian lahan terbagi menjadi dua yaitu analisis kesesuaian RTH sebagai tempat bersarang dan analisis biofisik. Analisis kesesuaian RTH sebagai tempat bersarang dilakukan dengan membandingkan luas eksisting dengan kriteria habitat burung ideal menurut The University of Montana (2010) sedangkan analisis biofisik membandingkan jenis tanah, vegetasi, iklim dan hidrologi eksisting dengan kriteria. Adapun tahapan analisis-sintesis tersaji pada Gambar 18.
-tanah -vegetasi -hidrologi, iklim
Gambar 18. Tahapan Analisis- Sintesis
Luas eksisting RTH taman sampel akan dibandingkan dengan standard kebutuhan RTH menurut Menteri Pekerjaan Umum No.5 tahun 2008 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan. Selanjutnya akan didapatkan hasil E<S, E=S atau E>S. Bila E<S atau eksisting lebih kecil dari standard yang ditetapkan maka diperlukan penambahan luasan RTH dengan memanfaatkan ruang-ruang kosong yang belum terpakai. Sedangkan bila luas sudah sesuai dengan standard atau melebihi standard maka tahap analisis dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya.
3.4.3.1Analisis Kebutuhan RTH untuk Permukiman
Pertama-tama dilakukan evaluasi ketersediaan luas RTH berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum (Tabel 10). Hal ini untuk menentukan kebutuhan RTH manusia.
Ket : E Eksisting S Standard Sintesis Kesesuaian Luas RTH untuk Habitat burung Kesesuaian Biofisik Tapak untuk Bersarang E<S Luas Tapak Biofisik Kebutuhan RTH
Luas Tapak Kebutuhan RTH PU
E=S E>S
Kriteria Biofisik
Tabel 10. Kriteria luas berdasarkan peraturan daerah
No Unit Tipe RTH Luas
minimal /unit (m²)
Luas minimal /unit (m²)
Lokasi
1 250 jiwa Taman RT 250 1,0 di tengah
2 2500 jiwa Taman RW 1.25 0,5 di pusat kegiatan
3 30000 jiwa Taman 9 0,3 dikelompokan
4 120000
jiwa
Taman 24 0,2 dikelompokan
Pemakaman Disesuaikan 1,2 tersebar
5 480000
jiwa
Taman kota 144 0,3 di pusat wilayah/
Hutan kota Disesuaikan 4,0 di dalam/ kawasan
Untuk fungsi-fungsi tertentu
Disesuaikan 12,5 disesuaikan dengan
kebutuhan Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.5 Tahun 2008
Data luas kebutuhan RTH berdasarkan PU akan dibandingkan dengan luas RTH yang ada di lapang. Perhitungan luas RTH di lapang menggunakan data tematik yang telah didigitasi. Data luas berdasarkan PU yang telah dihitung kemudian akan dibandingkan dengan luas hasil digitasi. Hasilnya akan diketahui apakah luas RTH kawasan telah sesuai dengan peraturan pemda atau belum.
Untuk cara mendapatkan luas RTH yang ada, digunakan peta hasil dari digitasi penutupan lahan. Berikut adalah cara untuk mendapatkan luas RTH:
• File Arcview yang telah didigitasi (.shp) dipindahkan ke program Adobe Illustrator CS3, lalu di-save as dengan format .dwg.
• Buka file di Autocad 2007, rubah unit satuan menjadi meter. Simpan dalam format .dwg.
• Buka file di Sketch Up7 - Peta dalam bentuk polyline.
- Rubah bentuk polyline peta menjadi bidang (tertutup sempurna) dengan cara membuat kotak di-on face menutupi seluruh peta. Klik kanan pilih “Intersect” lalu tekan “Intersect With Model”.
- Hapus kotak yang telah dibuat sebelumnya.
- Untuk mendapatkan luas, pilih seluruh area lalu klik kanan tekan “Area” pilih “Selection”.
3.4.3.2Analisis Kesesuaian Lahan RTH Sebagai Habitat Burung
Analisis kesesuaian RTH, dilakukan dengan menyepadankan (matching) antara data yang diperoleh dengan kriteria.
a. Analisis kesesuaian RTH sebagai tempat bersarang
Kesesuaian RTH sebagai tempat bersarang ditentukan berdasarkan kriteria yang dikeluarkan The University of Montana (2010) mengenai luas yang dibutuhkan untuk mengoptimalisasi satwa burung yang ada (Tabel 10). Setelah itu dilakukan evaluasi jumlah dari “edges” menggunakan rumus L/2√A , di mana L = keliling patch dan A = luas (Forman and Godron, 1986).
Koridor dianalisis untuk mengetahui kesesuaian fungsi koridor sebagai penghubung antar RTH dan antara RTH dengan sumber di sekitar tapak. Analisis koridor juga berguna untuk mengetahui arah pergerakan burung.
Tabel 11. Kriteria luas habitat burung ideal
Area yang diperlukan
Luas area (meter²) Keterangan Kriteria
Area perlindungan ( sumber )
Lebih dari 50 ha Untuk daerah bertelur -pepohonan yang
ditanam rapat
-perdu tahan naungan yang ditanam di antara pepohonan tersebut Area perlindungan
(penampungan)
5 meter dengan daerah
buffer sebesar 11.3 meter
- Daerah bertelur sebesar 5 meter dan daerah transisi 11.3 meter -Memiliki 30 jenis tanaman -pepohonan yang ditanam rapat
-perdu tahan naungan yang ditanam di antara pepohonan tersebut
Koridor Tak tentu (kontinyu) berupa jalur
pepohonan, semak atau berupa sungai kecil
Luas perlindungan penampung ditentukan dengan melakukan perhitungan luas menggunakan rumus lingkaran. Panjang jari-jari lingkaran bagian dalam sebesar 5 meter dengan daerah transisi sebesar 11.3 meter dari tepi lingkaran
terluar. Pada Gambar 19, terdapat lingkaran untuk memudahkan dalam perhitungan area perlindungan penampung.
Gambar 19. Jarak yang dibutuhkan dalam area penampung
b. Analisis Biofisik
Setelah dilakukan klasifikasi dengan kriteria luas burung ideal kemudian dilakukan klasifikasi habitat burung berdasarkan persaratan atau kriteria biofisik habitat burung disusun dari beberapa sumber (Tabel 11) yaitu berdasarkan teori Van Hoeve (1989) mengenai iklim, jenis tanaman dan jenis makanan yang dihasilkan (Hails et al., 1990), bentuk tajuk (Halle, dalam Rusilawati, 2002) dan tinggi tanaman (Handayani, 1995). Hasil dari klasifikasi dianalisis menurut bagiannya masing-masing.
Tabel 11. Persaratan/Kriteria Biofisik Lokasi Habitat Burung
Karakteristik Lokasi Lahan Persaratan Lokasi Habitat Burung Iklim¹
- Suhu udara - Curah hujan
Berkisar antara 25-30º C 60- 100 mm per bulan
Jenis tanah Subur
Vegetasi
- Jenis tanaman² - Tinggi tanaman³
Pohon, semak, rumput, kompleks a. Strata 1 ( 0-0,6 meter) b. Strata 2 (0,6-1,8 meter) c. Strata 3 (1,8-4,5 meter) d. Strata 4 (4,5- 15 meter) e. Strata 5 ( >15 meter) 5 meter 11.3 meter
² ³ 4 • t k - Jenis dihas - Tipe Saluran drai ¹ http://mbojo. ² Hails (1990) ³ Handayani (1 4 Rusilawati (2 • Analisis Anal telah didapa kesuburan ta s makanan y silkan² arsitektural inase wordpress.com 1995) 2002) Tanah lisis tanah d at dengan anah. yang 4 m/2007/05/02/k dilakukan de deskripsi k Biji, buah a. Ne b. Ro c. Ra d. Al Terbuka klasifikasi-iklim engan cara kesuburan t h, penarik se ezeran oux aux ltim m/.(diakses 7 D membandin anah menur rangga, berb Desember 2010 ngkan data t rut literatur bunga 0] tanah yang mengenai
• Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi menggunakan peta dan data sampel yang telah diperoleh sebelumnya lalu hasilnya diklasifikasi pada Tabel 12. Data vegetasi yang telah diperoleh diklasifikasikan berdasarkan jenis, sumber pakan, tipe arsitektural dan tinggi tanaman. Data vegetasi ini diambil berdasarkan sampel jenis RTH permukiman yang diperoleh.
Analisis vegetasi berguna untuk mengetahui lokasi mayoritas burung untuk bersarang, makan dan mandi serta potensi jenis burung yang dapat dikembangkan.
Tabel 13. Klasifikasi Vegetasi Berdasarkan Kriteria
Nama Tanaman
Jenis tanaman (pohon, semak,
rumput)
Jenis makanan yang dihasilkan ( biji, buah, penarik serangga, berbunga) Tipe arsitektural (Nezeran, Roux, Rauh, Altim) Tinggi Tanaman ( Strata 1, 2, 3, 4, 5) Jenis burung yang sesuai
Klasifikasi ini untuk mempertahankan jenis burung yang telah ada dan menentukan upaya yang diperlukan mempertahankan keberadaan jenis-jenis tanaman tertentu.
• Analisis Iklim
Data iklim yang ada dibandingkan dengan data literatur (Tabel 11). Data iklim yang akan dianalisis adalah data iklim makro selama sepuluh tahun terakhir. Hal ini untuk menghindari kesalahan pada analisis iklim akibat terjadinya perubahan iklim.
• Analisis Saluran Drainase
Peta saluran drainase digunakan untuk mengetahui aliran saluran drainase kawasan BCC. Berdasarkan penelitian Deppe dan Rottenberry (2008), burung-burung di alam mempunyai perilaku mendekati air bersih yang tergenang. Analisis saluran drainase dilakukan untuk mengetahui apakah kawasan memiliki ketersediaan air bersih yang dapat digunakan sebagai sumber kehidupan burung.
Hasil akhir dari tahap analisis adalah untuk mengetahui kesesuaian kawasan BCC untuk dikembangkan sebagai kawasan ekologis habitat burung yang dinilai dari segi ketersediaan luas RTH dan kesesuaian lahan.
3.4.3.3 Sintesis
Sintesis adalah tahap penyusunan program kebutuhan ruang untuk mendapatkan bentuk RTH ekologis serta pembentukan sistem RTH pada lingkungan permukiman yang memiliki fungsi sebagai RTH untuk keseimbangan ekologis wilayah permukiman. Hasil sintesis berupa suatu rumusan alternatif bentuk RTH ekologis yang dapat dikembangkan sesuai dengan karakter tapak dan jenis burung yang potensial untuk dikembangkan berdasarkan hasil analisa tapak dan rumusan penghadiran elemen perlengkapan ruang RTH ekologis yang mendukung habitat satwa. Untuk meningkatkan populasi spesies burung perlu dilakukan perbaikan habitat, misalnya: melakukan penanaman jenis-jenis tumbuhan sumber pakan. Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas, secara garis besar faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan kawasan habitat burung sebagai berikut :
1. Ruang- ruang dalam pengembangan habitat burung di daerah perumahan yaitu daerah perlindungan daerah burung sumber (source), daerah penampung (sink) dan koridor.
2. Jenis burung yang potensial untuk dikembangkan.
3. Jenis tanaman yang akan dikembangkan dapat mendukung dalam perencanaan habitat burung.