• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA

C. Analisis Data

a. Analisis motivasi awal dan motivasi akhir kelas eksperimen

Analisis statistik Uji T dependen dengan SPSS terkait motivasi sebelum dan setelah siswa diberikan treatment dengan metode Jigsaw II dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.11. Analisis SPSS motivasi awal dan akhir kelas eksperimen

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Awal 38.8333 36 6.89720 1.14953

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 Awal & Akhir 36 .570 .000

Paired Samples Test

Paired Differences T Df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 Awal – Akhir .08333 6.28547 1.04758 -2.04336 2.21003 .080 35 .937 Keterangan t = .080; P= .937 > α = 0,05 maka hasilnya tidak signifikan. Artinya motivasi sebelum dan sesudah diberi treatment kelas eksperimen tidak berbeda atau setara. Motivasi siswa setelah diberikan treatment, tidak meningkat secara signifikan. Dengan melihat

perbandingan rata-rata diperoleh meanawal = 38,83 dan meanakhir = 38,75 motivasi sebelum sedikit lebih tinggi dibanding motivasi sesudah diberi treatment.

b. Analisis motivasi awal dan motivasi akhir kelas kontrol

Analisis statistik dengan SPSS motivasi siswa kelas kontrol dengan metode ceramah dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4.12. Analisis SPSS motivasi awal dan akhir kelas kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Awal 44.9474 38 7.85321 1.27396

Akhir 45.0000 38 7.70749 1.25032

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 Awal & Akhir 38 .448 .005

Paired Samples Test

Paired Differences T df Sig. (2-taile d) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 Awal – Akhir -.05263 8.17692 1.32647 -2.74032 2.63506 -.040 37 .969 Keterangan t = -.040; P= .969 > α = 0,05 maka hasilnya tidak signifikan. Artinya motivasi sebelum dan sesudah diberi treatment kelas kontrol tidak berbeda atau setara. Motivasi siswa kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah tidak meningkat secara signifikan. Dengan melihat perbandingan rata-rata diperoleh 44,94 dan meanakhir = 45 motivasi sesudah sedikit lebih tinggi dibanding motivasi sebelum dengan metode yang sama yaitu metode ceramah.

c. Analisis motivasi awal kelas eksperimen dan kelas kontrol

Analisis secara statistik motivasi awal kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4.13. Analisis SPSS motivasi awal kelas eksperimen dan kontrol

Group Statistics

Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Motivasi E 36 38.8333 6.89720 1.14953

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference F Sig. T Df Sig.(2-tailed) Mean Difference Std. Error

Difference Lower Upper Motiv asi Eq.var. assumed 3.024 .086 -3.551 72 .001 -6.11404 1.72200 -9.54679 -2.68128 Eq. var. not assumed -3.563 71.601 .001 -6.11404 1.71592 -9.53499 -2.69308

Keterangan t = -3.551; P= .001 < α = 0,05 hasilnya signifikan. Artinya kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki motivasi awal yang berbeda. Karena berbeda maka skor tes akhir kedua kelas tidak dapat diuji statistik menggunakan uji T-Test. Maka, analisis menggunakan gain skor yaitu selisih antara skor motivasi akhir dan motivasi awal untuk kedua kelas. Kemudian antara gain skor kelas eksperimen pada tabel 4.4 dan gain skor kelas kontrol pada tabel 4.5 dianalisis dengan uji T Independen. Analisis statistik dengan uji T independen gain skor siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.14.

Tabel 4.14. Gain skor motivasi awal dan motivasi akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol

Group Statistics Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Motivasi E 36 -.08 6.285 1.048 K 38 .05 8.177 1.326

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t Df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Motiv asi Eq. var. Assumed .226 .636 -.080 72 .937 -.136 1.702 -3.529 3.257 Eq.var. not assumed -.080 69.122 .936 -.136 1.690 -3.508 3.236 Keterangan t = -.080; P= .937 > α = 0,05 maka hasilnya tidak signifikan. Artinya motivasi sebelum dan sesudah diberi treatment kelas eksperimen maupun kelas kontrol tidak berbeda atau setara.

d. Analisis kualifikasi tingkat motivasi kelas eksperimen

Karena yang akan dilihat adalah pengaruh metode Jigsaw II terhadap motivasi, maka yang dianalisis porsentase dan kualifikasinya hanya motivasi akhir. Berdasarkan perhitungan porsentase seperti yang disajikan pada tabel 4.6. motivasi akhir siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw diperoleh bahwa sebanyak 16,7 % siswa termasuk dalam kategori motivasi sangat tinggi, sebanyak 75 % siswa termasuk dalam kategori motivasi tinggi, dan sebanyak 8,3 % siswa termasuk dalam kategori motivasi kurang dalam mengikuti pembelajaran. Dari tabel 4.9 diperoleh bahwa rata-rata motivasi akhir kelas eksperimen ialah 38,75. Jadi, siswa kelas eksperimen memiliki tingkat motivasi yang tinggi terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw II.

e. Analisis kualifikasi tingkat motivasi kelas kontrol

Analisis porsentase dan kualifikasi motivasi pada kelas kontrol, hanya dianalisis dari data motivasi akhir. Berdasarkan perhitungan seperti yang disajikan pada tabel 4.7. motivasi akhir siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah diperoleh bahwa sebanyak 57,9 % siswa termasuk dalam kategori motivasi sangat tinggi, sebanyak 39,5 % siswa termasuk dalam kategori motivasi tinggi, dan sebanyak 2,6 % siswa termasuk dalam kategori motivasi kurang dalam mengikuti pembelajaran. Dari tabel 4.9 diperoleh bahwa rata-rata motivasi akhir kelas eksperimen ialah 45. Jadi, siswa kelas kontrol memiliki tingkat motivasi yang sangat tinggi terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah.

f. Analisis kualitatif motivasi kelas eksperimen

Untuk memperkuat data yang diperoleh mengenai motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan metode Jigsaw II, maka diadakan wawancara terhadap beberapa siswa kelas eksperimen. Isi pertanyaan wawancara berdasarkan pernyataaan kuesioner motivasi awal dan akhir siswa pada kelas eksperimen. Pertanyaan terdiri dari 10 item berkaitan dengan motivasi siswa. Ada 7 siswa yang diwawancara terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan baik sekali, baik, sedang, kurang dan kurang sekali. Kemampuan tersebut dinilai berdasarkan nilai posttest dan

berdasarkan informasi guru. Hasil wawancara disajikan pada lampiran 18.

Hasil analisis wawancara dari 7 siswa tersebut dapat disimpulkan : 1) Siswa lebih suka dan nyaman belajar dalam bentuk kelompok

daripada belajar sendiri. Jika kesulitan dalam memahami materi, bisa saling berdiskusi dengan siswa lain dalam kelompok.

2) Siswa hanya mengandalkan handout sebagai bahan belajar, karena lebih ringkas dan mudah dipahami.

3) Siswa kurang terlibat aktif dalam menanggapi materi yang sedang dijelaskan siswa lain dalam kelompok.

4) Siswa lebih semangat jika gurunya yang mengajarkan karena kalau guru yang mengajarkan ilmu yang diberikan sudah benar sedangkan kalau siswa lain takutnya masih salah.

5) Siswa hanya menyiapkan materi yang ditugaskan kepadanya sebelum menerangkan kepada siswa lain tetapi kurang menyiapkan materi lain yang dibahas siswa lain dalam kelompok.

6) Metode yang diberikan tidak mempengaruhi mereka dalam belajar. Jadi metode ceramah dan metode Jigsaw sama saja.

7) Siswa lebih paham jika guru yang menerangkan tetapi juga jika menggunakan Jigsaw II siswa paham hanya pada sub materi yang mereka jelaskan.

8) Siswa tidak merasa terbebani ketika harus menerangkan materi kepada teman kelompoknya.

9) Siswa berusaha untuk mengatasi kesulitan dengan bertanya kepada yang lebih tahu.

10) Siswa mengerjakan latihan soal dengan mencari tahu jawaban yang ada dalam handout.

2. Prestasi siswa

a. Analisis pre-test dan post-test kelas eksperimen

Analisis statistik Uji T dependen dengan SPSS pre-test pos-test kelas eksperimen dianalisis dengan uji t-dependen dan diperoleh hasil seperti tabel 4.15.

Tabel 4.15. Analisis SPSS pre-test dan post-test kelas eksperimen

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Pre-test 33.4722 36 11.91754 1.98626

Post-test 66.3333 36 10.37029 1.72838

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 Pre-test & Post-test 36 .513 .001

Paired Samples Test

Paired Differences T Df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 Pre-test &Post-test -32.86111 11.08449 1.84741 -36.61156 -29.11066 -17.788 35 .000

Keterangan t = -17,788; P= 0,000 < 0,05 maka hasilnya signifikan. Berdasarkan perhitungan rata-rata pre-test post-test kelas eksperimen diperoleh meanpre-test = 33,47 dan meanpost-test = 66,33 . Pembelajaran dengan metode Jigsaw II pada materi Suhu dan Kalor memberikan pengaruh yang baik terhadap prestasi siswa.

b. Analisis pre-test dan post-test kelas kontrol

Analisis statistik Uji T dependen dengan SPSS pre-test dan post-test kelas kontrol dianalisis dengan uji t-dependen dan hasilnya terdapat pada tabel 4.16.

Tabel 4.16. Analisis SPSS pre-test dan post-test kelas kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair

1

Pre-test 34.2105 38 11.62048 1.88509 Post-test 64.5263 38 12.29972 1.99528

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 Pre-test & Post-test 38 .472 .003

Paired Samples Test

Paired Differences T Df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 Pre-test & Post-test -30.31579 12.30492 1.99612 -34.36032 -26.27126 -15.187 37 .000

Keterangan t = -15,187; P = 0,000 < 0,05 maka hasilnya signifikan. Berdasarkan data pretest posttest kelas kontrol diperoleh meanpre-test = 34,73 dan meanpost-test = 64,52. Pembelajaran dengan

metode ceramah pada materi Suhu dan Kalor dapat meningkatkan prestasi siswa.

Berdasarkan uji rata-rata dan uji T diatas, dilihat bahwa perbandingan antara pre-test dan post-test baik kelas eksperimen maupun kontrol post-test lebih besar dibanding pre-test. Hal ini sudah dipastikan karena pre-test diadakan sebelum siswa diberi materi dan post-test setelah diberi materi. Siswa akan lebih paham ketika telah ditanamkan konsep mengenai materi yang diujikan dibandingkan sebelumnya. Subyek yang terdiri dari dua kelas diberi materi yang sama tetapi berbeda metode, untuk melihat metode apa yang paling memberi pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi siswa. Kelas yang digunakan sebagai kelas eksperimen ialah kelas X D yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw II dan kelas X C sebagai kelas kontrol dengan metode ceramah yang sudah biasa digunakan. Untuk mengetahui prestasi atau kemampuan awal siswa, kedua kelas diberikan pre-test. Untuk mengetahui metode mana yang lebih memberi pengaruh baik terhadap prestasi siswa, dilihat dari hasil post-test antara kedua kelas tersebut.

c. Analisis pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen

Analisis statistik Uji T independen dengan SPSS pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis juga dengan uji t-independen didapatkan hasil yang disajikan pada tabel 4.17.

Tabel 4.17. Analisis SPSS pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol

Group Statistics

Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Nilai E 36 33.4722 11.91754 1.98626

K 38 34.2105 11.62048 1.88509

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference F Sig. T Df Sig.(2-tailed) Mean Difference Std. Error

Difference Lower Upper Nilai Eq.var. assumed .000 .984 -.270 72 .788 -.73830 2.73650 -6.19341 4.71680 Eq. var.not assumed -.270 71.542 .788 -.73830 2.73839 -6.19778 4.72118

Keterangan t = -2,70; P= .788 > α = 0,05 maka hasilnya tidak signifikan. Artinya pre-test kelas eksperimen dan pre-test kelas kontrol tidak berbeda atau setara. Secara statistik pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda atau tidak memberikan beda yang signifikan.

Tetapi, dengan melihat perbandingan rata-rata, kelas kontrol sedikit lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen.

Mean pre-test untuk kelas eksperimen = 33, 47 dan mean pre-test untuk

kelas kontrol = 34,73.

d. Analisis post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol

Analisis statistik Uji T independen dengan SPSS post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis juga dengan uji t-independen didapatkan hasil yang terdapat pada tabel 4.18.

Tabel 4.18. Analisis SPSS post-test kelas eksperimen dan kontrol

Group Statistics

Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Nilai E 36 66.3333 10.37029 1.72838

K 38 64.5263 12.29972 1.99528

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference F Sig. T Df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error

Difference Lower Upper Nilai Equal variances assumed 2.246 .138 .681 72 .498 1.80702 2.65203 -3.47971 7.09375 Equal variances not assumed .685 71.062 .496 1.80702 2.63978 -3.45647 7.07051

Keterangan t = -.409; P= .684 > α = 0,05 maka hasilnya tidak signifikan. Artinya post-test kelas eksperimen dan post-test kelas kontrol tidak berbeda atau setara. Secara statistik post-test kelas eksperimen dan kelas

kontrol tidak berbeda atau tidak memberikan beda yang signifikan. Tetapi, dengan melihat perbandingan rata-rata, kelas eksperimen sedikit lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Mean post-test untuk kelas eksperimen = 66, 33 dan mean post-test untuk kelas kontrol = 64,52.

Dokumen terkait