• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODA PENELITIAN

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Data

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data a.Pengujian Normalitas

Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi variabel locus of control, kultur keluarga, kultur sekolah, kecerdasan emosional, dan prestasi belajar. Berikut ini disajikan hasil pengujian normalitas berdasarkan uji satu sampel dari Kolmogorov Smirnov, (lampiran 7, hal 240 ).

Tabel 4.18

Hasil Pengujian Normalitas

371 371 371 371 371 40.01 54.22 59.96 87.62 69.41 2.42 4.33 4.54 6.87 4.37 .126 .062 .067 .088 .085 .066 .062 .067 .088 .085 -.126 -.049 -.048 -.050 -.055 1.142 1.192 1.282 1.701 1.628 .116 .117 .075 .116 .120 N Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Locus of control (X2) Kultur Keluarga (X3) Kultur Sekolah (X4) Kecerdasan Emosi (X1) Prestasi Belajar (Y)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Dari tabel 4.6 di atas, dapat diketahui nilai asymptotic significance

(Asym.Sig.) untuk distribusi data variabel locus of control 0,116; kultur keluarga 0,117; kultur sekolah 0,075; kecerdasan emosional 0,116; dan prestasi belajar adalah 0,120 yang berarti lebih besar dari alpha (α) = 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan distribusi data variabel locus of

control, kultur keluarga, kultur sekolah, kecerdasan emosional, dan prestasi belajar adalah normal.

b. Pengujian Liniearitas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang linier antara variabel kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. Berikut ini disajikan tabel hasil pengujian linieritas, (lampiran 7, hal 240):

Tabel 4.19 Tabel Liniearitas 858.601 36 23.850 1.285 .134 236.233 1 236.233 12.724 .000 622.367 35 17.782 .958 .541 6201.124 334 18.566 7059.725 370 (Combined) Linearity Deviation from Linearity Between Groups Within Groups Total Prestasi Belajar (Y) * Kecerdasan Emosi (X1) Sum of Squares df Mean Square F Sig. ANOVA Table

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel kecerdasan emosional (Χ2) dengan prestasi belajar (Υi) pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (db) pembilang 36 dan derajat kebebasan penyebut 334 adalah linier (Fhitung = 1,285 <Ftabel = 2,240). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel kecerdasan emosional dengan prestasi belajar adalah linier.

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan yang dikembangkan oleh Chow (Gujarati, 1995:512).

a. Pengaruh locus of control pada hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa.

1) Rumusan Hipotesis I

Ho = Tidak ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar

Ha = Ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar.

2) Rumus Hipotesis 1

Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut ( lampiran 8, hal 241 ) :

i Υ = 47,940 + 0,408 X1 + 0,102 X2 + 0,004 (X1X2 ) Keterangan: i Υ = Prestasi belajar 1

Χ = Variabel kecerdasan emosional

2

Χ = Variabel locus of control 2

1Χ

Χ = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel locus of control

Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa adalah 0,004. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa. Nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel locus of control terhadap

prestasi belajar siswa menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ =0,027<α =0,050). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh locus of control terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa adalah signifikan. Artinya, semakin internal locus of control siswa semakin kuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa. Hasil ini sejalan dengan dugaan awal penelitian ini bahwa ada pengaruh positif locus of control terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar.

b. Pengaruh kultur keluarga pada hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa.

1) Rumusan Hipotesis 2

Ho = Tidak ada pengaruh positif kultur keluarga terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar

Ha = Ada pengaruh positif kultur keluarga terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. 2) Pengujian Hipotesis

Variabel kultur keluarga terdiri dari 4 dimensi. Berikut ini akan disajikan hasil pengujian masing-masing dimensi tersebut, yang meliputi:

Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut ( lampiran 8, hal 244) :

i

Υ = 88,813 + 1,771 X1 + 0,204 X2a + 0,023 (X1X3a ) Keterangan:

Υ = Prestasi belajar

1

Χ = Variabel kecerdasan emosional

a

2

Χ = Variabel power distance

a

2 1Χ

Χ = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel power distance

Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahawa nilai koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa adalah 0,026. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa. Nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur keluarga (dimensi power distance) terhadap prestasi belajar siswa menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ =0,034<α =0,050). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur keluarga (dimensi power distance) terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa adalah signifikan. Artinya, semakin kecil jarak kekuasaan (power distance) anak dengan orang tua semakin kuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa.

(b) Dimensi collectivism vs individualism

Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut ( lampiran 8, hal 245 ):

i Υ = 46,381 + 0,232 X1 + 0,669 X3b +0,006 (X1X3b ) Keterangan: i Υ = Prestasi belajar 1

Χ = Variabel kecerdasan emosional

b

3

Χ = Variabel collectivism vs individualism

b

3 1Χ

Χ = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel collectivism vs individualism

Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahawa nilai koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa adalah 0,006. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa. Nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur keluarga (dimensi collectivism vs individualism)

terhadap prestasi belajar siswa menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini

) 050 , 0 017 , 0

(ρ = <α = . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur keluarga (dimensi collectivism vs

individualism) terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa adalah signifikan. Artinya, semakin kultur

keluarga yang berorientasi individualism semakin kuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa. (c) Dimensi feminity vs masculinity

Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut ( lampiran 8, hal 246 ):

i Υ = 59,559 + 0,101 X1 + 0,000X3c +0,032 (X1X3c ) Keterangan: i Υ = Prestasi belajar 1

Χ = Variabel kecerdasan emosional

c

3

Χ = Variabel feminity vs masculinity

c

3 1Χ

Χ = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel feminity vs masculinity

Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahawa nilai koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa adalah 0,001. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa. Nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur keluarga (dimensi feminity vs masculinity)

terhadap prestasi belajar siswa menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini

) 050 , 0 032 , 0

(ρ = <α = . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur keluarga (dimensi feminity vs masculinity) terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan

prestasi belajar siswa adalah signifikan. Artinya, semakin kultur keluarga yang beorientasi masculinity semakin kuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa. (d) Dimensi uncertainty avoidance

Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut ( lampiran 8, hal 247 ) :

i Υ = 58,439 + 0,112 X1 + 0,145 X3d + 0,574 (X1X3d ) Keterangan: i Υ = Prestasi belajar 1

Χ = Variabel kecerdasan emosional

d

3

Χ = Variabel uncertainty avoidance

d

3 1Χ

Χ = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel uncertainty avoidance

Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahawa nilai koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa adalah 0,574. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa. Nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur keluarga (dimensi uncertainty avoidance)

terhadap prestasi belajar siswa menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini

) 050 , 0 0193 , 0

(ρ = <α = . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur keluarga (dimensi uncertaiity avoidance)

terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa adalah signifikan. Artinya, semakin kultur keluarga yang beorientasi uncertanity avoidance lemah semakin kuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa. Hasil pengujian hipotsis II yaitu ada pengaruh positif kultur keluarga (power distance, collectivism vs individualism, femininity vs masculinity, dan uncertainty avoidance) pada hubungan hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa, maka berikut ini disajikan model persamaan regresinya adalah sebagai berikut (lampiran 8, hal 242): i Υ = 68,127 + 0,119 X1 +0,51 X3 + 0,003 (X1X3 ) Keterangan: i Υ = Prestasi belajar 1

Χ = Variabel kecerdasan emosional

2

Χ = Variabel kultur keluarga

2 1Χ

Χ = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur keluarga

Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa adalah 0,003. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa. Nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur keluarga terhadap prestasi belajar siswa menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha

yang digunakan dalam penelitian ini (ρ =0,034<α =0,050). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa adalah signifikan. Artinya, semakin kultur keluarga berorientasi jarak kekuasaan (power distance) kecil, semakin individualis, semakin maskulin, dan semakin lemah tingkat penghindaran akan ketidakpastian, maka akan semakin kuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa. Hasil ini sesuai dengan dugaan awal penelitian ini bahwa ada pengaruh positif kultur keluarga terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar.

c. Pengaruh kultur sekolah pada hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa.

1) Rumusan Hipotesis

Ho = Tidak ada pengaruh positif kultur sekolah terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar

Ha = Ada pengaruh positif kultur sekolah terhadap hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. 2) Pengujian Hipotesis

Variabel kultur sekolah terdiri dari 4 dimensi. Berikut ini akan disajikan hasil pengujian masing-masing dimensi tersebut, yang meliputi:

(a) Dimensi power distance

Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut ( lampiran 8, hal 248 ):

i Υ = 95,245 + 0,316 X1 + 1,429 X4a + 0,017 (X1X4a ) Keterangan: i Υ = Prestasi belajar 1

Χ = Variabel kecerdasan emosional

a

4

Χ = Variabel power distance

a

4 1Χ

Χ = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel power distance

Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahawa nilai koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa adalah 0,017. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa. Nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur sekolah (dimensi power distance) terhadap prestasi belajar siswa menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ =0,043<α =0,050). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur sekolah (dimensi power distance) terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa adalah signifikan. Artinya, semakin kecil jarak kekuasaan (power distance) siswa

dengan guru semakin kuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa.

(b) Dimensi collectivism vs individualism

Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut ( lampiran 8, hal 249 ):

i Υ = 55,760 + 0,190 X1 + 0,154 X4b + 0,004 (X1X4b ) Keterangan: i Υ = Prestasi belajar 1

Χ = Variabel kecerdasan emosional

b

4

Χ = Variabel collectivism vs individualism

b

4 1Χ

Χ = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel collectivism vs individualism

Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahawa nilai koefisien regres

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa adalah 0,004. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa. Nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur sekolah (dimensi collectivism vs individualism)

terhadap prestasi belajar siswa menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini

) 050 , 0 013 , 0

(ρ = <α = . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur sekolah (dimensi collectivism vs

prestasi belajar siswa adalah signifikan. Artinya, semakin kultur sekolah berorientasi individualism semakin kuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa. (c) Dimensi feminity vs masculinity

Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut ( lampiran 8, hal 250 ) :

i

Υ = 49,034 + 0,231 X1 + 1,077 X3c + 0,012 (X1X4c ) Keterangan:

Υ = Prestasi belajar

1

Χ = Variabel kecerdasan emosional

c

4

Χ = Variabel feminity vs masculinity

c

4 1Χ

Χ = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel feminity vs masculinity

Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahawa nilai koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa adalah 65,348. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa. Nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur sekolah (dimensi feminity vs masculinity)

terhadap prestasi belajar siswa menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini

) 050 , 0 028 , 0

(ρ = <α = . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur sekolah (dimensi feminity vs masculinity)

terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa adalah signifikan. Artinya, semakin kultur sekolah yang beorientasi masculinity semakin kuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa.

(d) Dimensi uncertainty avoidance

Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut ( lampiran 8, hal 251) :

i Υ = 47,763 + 0,247 X1 + 1,327 X4d + 248,200 (X1X4d ) Keterangan: i Υ = Prestasi belajar 1

Χ = Variabel kecerdasan emosional

d

4

Χ = Variabel uncertainty avoidance

d

4 1Χ

Χ = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel uncertainty avoidance

Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa adalah 0,015. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa. Nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur sekolah (dimensi uncertainty avoidance) terhadap prestasi belajar siswa menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ =0,017<α =0,050).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur sekolah (dimensi uncertainty avoidance) terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa adalah signifikan. Artinya, semakin kultur sekolah yang beorientasi

uncertainty avoidance lemah semakin kuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa.

Hasil pengujian hipotesa III yaitu ada pengaruh positif kultur sekolah (power distance, collectivism vs individualism, feminity vs masculinity, uncertainty avoidance) pada hubungan hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa maka berikut ini disajikan model persamaan regresinya adalah sebagai berikut ( lampiran 8, hal 243): i Υ = 68,001 + 0,150 X1 + 0,26 X4 + 0,002 (X1X4 ) Keterangan: i Υ = Prestasi belajar 1

Χ = Variabel kecerdasan emosional

2

Χ = Variabel kultur sekolah

2 1Χ

Χ = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur sekolah

Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa adalah 0,002. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel memperkuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa. Nilai signifikansi koefisien regresi

( )

β3 dari interaksi variabel

kecerdasan emosional dengan variabel kultur sekolah terhadap prestasi belajar siswa menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini (ρ =0,043<α =0,050). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur sekolah terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa adalah signifikan. Artinya, semakin kultur sekolah berorientasi semakin kecil jarak kekuasaan (power distance) kecil, semakin individualis, semakin maskulin, dan semakin lemah tingkat penghindaran akan ketidakpastian, maka akan semakin kuat derajat hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa. Hasil ini sesuai dengan dugaan awal penelitian ini bahwa ada pengaruh positif kultur sekolah terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa.

Dokumen terkait