ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data dan Pembahasan
Salah satu cara untuk menilai kemampuan keuangan Daerah yaitu dengan
mengukur kemampuan keuangan daerah tersebut menggunakan analisis rasio.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan keuangan
pemerintah daerah Kabupaten Sleman dalam mendukung pelaksanaan otonomi
daerah.
Dalam melakukan penelitian ini, data yang peneliti dapatkan adalah
data Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2010 sampai dengan 2014. Berdasarkan
data tersebut, peneliti menghitung Rasio kemandirian keuangan daerah, Rasio
derajat desentralisasi fiskal, Rasio indeks kemampuan rutin, Rasio keserasian,
Rasio pertumbuhan untuk menganalisis kemampuan keuangan daerah dalam
Berdasarkan kondisi data tentang PAD, bantuan pemerintah pusat dan laporan
Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Sleman, maka untuk rasio
kemandirian pemerintah Kabupaten Sleman tahun 2009-2014 adalah sebagai
berikut halim (2012: L-5)
1. Rasio Kemandirian =
Perhitungan Rasio Kemandirian :
Rasio Kemandirian Tahun 2010 =
=17,48%
Rasio Kemandirian Tahun 2011 =
= 20,90%
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2010-2014
Sumber: Data Diolah Tahun Anggar an Total Pendapatan PAD SPE Rasio Kemandiria n (%) Pola Rp Perkemban gan (%) Rp Perkembang an (%) 2010 1.095.628.887.559,93 163.056.459.137,93 - 932.572.428.422,00 - 17,48 Instruktif 2011 1.311.473.547.855,47 226.723.271.088,47 39,05 1.084.750.276.767,00 16,32 20,90 Instruktif 2012 1.589.722.974.409,13 301.069.539.284,13 32,79 1.288.653.435.125,00 18,80 23,36 Instruktif 2013 1.899.525.636.838,83 449.270.304.864,83 49,22 1.450.255.331.974,00 12,54 30,98 Konsultatif 2014 2.076.820.131.084,13 573.337.599.560,11 27,62 1.503.482.531.524,02 3,67 38,13 Konsultatif Rata-Rata 37,17 12,83 26,17 Konsultatif
Dari tabel diatas rasio kemandirian keuangan daerah Kabupaten Sleman
selama 5 tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Jika dilihat rasio
kemandirian daerah pada tahun 2010, 2011, 2012 sebesar 17,48% , 20,90%, dan
23,36% dengan pola instruktif yang berarti peranan pemerintah pusat masih
dominan terhadap kemandirian pemerintah daerah. Pada tahun 2013 dan 2014
sebesar 30,98% dan 38,13% dengan pola konsultatif dimana peran pemerintah
pusat sudah mulai berkurang karena daerah dianggap sedikit mampu dalam
melaksanakan otonomi.
Selama lima tahun anggaran rata-ratanya sebesar 26,17 %, berada pada skala
interval (25%-50%) yang berarti Kabupaten Sleman belum mampu untuk
menghadapi otonomi daerah.
2. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal
DDF=
Keterangan:
PADt = Total PAD tahun t
TPDt = Total Penerimaan Daerah tahun t
Total penerimaan daerah adalah penjumlahan dari PAD, transfer pusat ke daerah, dan pendapatan daerah lainnya.
Perhitungan Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal :
Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal tahun 2010 =
= 14,88%
Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal tahun 2011 =
=17,29%
Tabel V.2
Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2010-2014 Tahun Anggaran Pendapatan Asli Daerah Total Pendapatan Daerah Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal (%) Keterangan 2010 163.056.459.137,93 1.095.628.887.559,93 14,88 Kurang 2011 226.723.271.088,47 1.311.473.547.855,47 17,29 Kurang 2012 301.069.539.284,13 1.589.722.974.409,13 18,94 Kurang 2013 449.270.304.864,83 1.899.525.636.838,83 23,65 Cukup 2014 573.337.599.560,11 2.076.820.131.084,13 27,61 Cukup Rata-rata 20,47 Cukup Sumber :Data diolah
Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa rasio desentralisasi fiskal pada
tahun 2010 ,2011, dan 2012 sebesar 14,88% , 17,29%, dan18,94%. Ini termasuk
dalam kategori kurang yang maksudnya campur tangan pemerintah pusat sangat
Pada tahun 2013 dan 2014 sebesar 23,65% dan 27,61%. Ini termasuk dalam
kategori cukup yang berarti cukup besar campur tangan pemerintah pusat dalam
pembangunan daerah. Dengan kata lain, berdasarkan perhitungan rasio derajat
desentralisasi fiskal pemerintah Kabupaten Sleman selama lima tahun anggaran
dalam kategori cukup, karena berada pada interval 20,01% sampai 30,00%,
rata-rata rasio derajat desentralisasi fiskal sebesar 20,47%, termasuk dalam kategori
cukup yang berarti cukup besar campur tangan pemerintah pusat dalam
pembangunan daerah . Dilihat dari derajat desentralisasi fiskal, pemerintah daerah
Kabupaten Sleman belum mampu menghadapi otonomi daerah.
3. Rasio Indeks Kemampuan rutin
Rumus :
IKR = x100%
Keterangan :
IKR = Indeks Kemampuan Rutin
PAD = Pendapatan Asli Daerah
Perhitungan Rasio Indeks Kemampuan Rutin
Rasio Indeks kemampuan Rutin tahun 2010 = x100%
= 16,48%
Rasio Indeks Kemampuan Rutin tahun 2011 = X100%
Tabel V.3
Rasio Indeks Kemampuan Rutin Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2010-2014
Tahun Anggaran
Pendapatan Asli Daerah
Belanja Rutin Rasio Indeks Kemampuan Rutin (%) Keterangan 2010 163.056.459.137,93 989.131.133.924,33 16,48 Kurang 2011 226.723.271.088,47 1.142.118.624.078,58 19,85 Kurang 2012 301.069.539.284,13 1.241.689.260.072,05 24,25 Cukup 2013 449.270.304.864,83 1.420.339.683.204,62 31,63 Sedang 2014 573.337.599.560,11 1.542.922.443.616,11 37,16 Sedang Rata-rata 25,87 Cukup Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rasio indeks kemampuan
rutin pada tahun 2010 dan 2011 sebesar 16,48% dan 19,85%., ini termasuk
tergolong dalam kategori kurang, sehingga pemerintah daerah kurang mampu
untuk membiayai pengeluaran rutin dalam melaksanakan kegiatan
pemerintahannya dan campur tangan pemerintah pusat masih sangat besar.
Selanjutnya pada tahun 2012 sebesar 24,25%, ini termasuk dalam kategori
cukup yaitu pemerintah daerah cukup mampu untuk membiayai pengeluaran
rutin dalam melaksanakan kegiatan pemerintahannya.Pada tahun 2013 dan 2014
sebesar 31,63% dan 37,16%, ini termasuk dalam kategori sedang yaitu
pemerintah daerah mampu untuk membiayai pengeluaran rutin dalam
melaksanakan kegiatan pemerintahannya. Jadi, selama lima tahun anggaran
pemerintah Kabupaten Sleman meiliki rasio IKR dalam kategori cukup karena
sebesar 25,87%. Dilihat dari Rasio Indeks Kemampuan rutin, pemerintah daerah
Kabupaten Sleman belum mampu untuk mendukung pelaksanaan otonomi
daerah.
4. Rasio Keserasian:
Rasio Belanja Rutin = X100%
Rasio Belanja pembangunan = X100%
Perhitungan Rasio Keserasian tahun 2010
Rasio Belanja Rutin Tahun 2010
=
= 87,41%
Jadi belanja yang dikeluarkan dari kas umum daerah Kabupaten Sleman dalam
rangka menyelenggarakan operasional pemerintah pada tahun 2010 sebesar
87,41%.
Rasio Belanja Pembangunan Tahun 2010
=
daerah Kabupaten Sleman pada tahun 2010 sebesar 12,59%.
Perhitungan rasio keserasian tahun 2011
Rasio Belanja Rutin Tahun 2011
=
= 89,36%
Jadi belanja yang dikeluarkan dari kas umum daerah Kabupaten
Sleman dalam rangka menyelenggarakan operasional pemerintah pada
tahun 2011 sebesar 89,36%
Rasio Belanja Pembangunan Tahun 2011
=
= 10,64%
Jadi belanja yang dikeluarkan dalam rangka membeli barang modal
Tabel V.4
Rasio Keserasian Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2010-2014
Sumber :Data Diolah Tahu
n Angg
aran
Total Belanja Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tidak Terduga Transfer Rasio
Belanja Operasi (%) Rasio Belanja Modal (%) Rp Perke mban gan (%) Rp Perkem bangan (%) Rp Perkemb angan (%) Rp Perkem bangan (%) 2010 1.131.602.398.904,14 989.131.133.924,33 - 99.812.269.370,81 - 4.404.090.314 - 38.254.905.295 - 87,41 12,59 2011 1.278.055.164.511,30 1.142.118.624.078,58 15,47 96.111.399.134,72 (3,71) 498.223.000 (88,69) 39.335.918.298 2,83 89,36 10,64 2012 1.421.401.170.875,33 1.241.689.260.072,05 8,72 132.536.252.044,00 37,90 1.193.672.563 139,59 45.981.986.196,28 16,90 87,36 12,64 2013 1.693.528.297.005,79 1.420.339.683.204,62 14,39 206.859.865.136,17 56,08 0 (100,00) 66.328.748.665 44,25 83,87 16,13 2014 1.896.630.249.448,36 1.542.922.443.616,11 8,63 282.849.371.259,00 36,73 841.163.588 70.017.270.985,25 5,56 81,35 18,65 Rata-rata 85,87 14,13
Dari tabel V.4 dapat disimpulkan bahwa rasio keserasian pemerintah
Kabupaten Sleman tahun anggaran 2010-2014 lebih memprioritaskan
belanjanya pada belanja operasi daripada belanja modal. Sehingga
pemerintah Kabupaten Sleman perlu menekan besarnya alokasi dana
untuk belanja operasi guna dialokasikan untuk belanja modal untuk
menyediakan sarana dan prasarana bagi masyarakat.
5. Rasio Pertumbuhan
Rasio Pertumbuhan yang menggambarkan seberapa besar kemampuan
pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan
keberhasilan yang dicapai dari periode ke periode lainnya.
Rumus yang digunakan adalah:
r =
Keterangan:
Pn = Data yang dihitung pada tahun ke-n
Po = Data yang dihitung pada tahun ke-0
Perhitungan Rasio Pertumbuhan tahun 2010
Rasio Pertumbuhan PAD tahun 2010
=
= 39,05%
Rasio Pertumbuhan Total Pendapatan tahun 2010
=
=19,70%
Rasio Pertumbuhan Belanja Operasi tahun 2010
=
= 15,47%
Rasio Pertumbuhan Belanja Modal tahun 2010
=
Tabel V.5
Rasio Pertumbuhan Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2010-2014
TA PAD Total Pendapatan Belanja Operasi Belanja Modal Pertumb uhan PAD (%) Pertumbuh an Pendapata n (%) Pertumbuha n Belanja Operasi (%) Pertumbuh an Belanja Modal (%) 2010 163.056.459.137,93 1.095.628.887.559,93 989.131.133.924,33 142.471.264.979,81 - - - - 2011 226.723.271.088,47 1.311.473.547.855,47 1.142.118.624.078,58 135.936.540.432,72 39,05 19,70 15,47 (3,71) 2012 301.069.539.284,13 1.589.722.974.409,13 1.241.689.260.072,05 179.711.910.803,28 32,79 21,22 8,72 37,90 2013 449.270.304.864,83 1.899.525.636.838,83 1.420.339.683.204,62 273.188.613.801,17 49,22 19,49 14,39 56,08 2014 573.337.599.560,11 2.076.820.131.084,13 1.542.922.443.616,11 353.707.805.832,25 27,62 9,33 8,63 36,73
Selama lima tahun anggaran rasio pertumbuhan PAD mengalami
penurunan dan kenaikan. Pendapatan Asli Daerah mengalami kenaikan pada
tahun 2013 sebesar 49,22%, yang pada tahun sebelumnya sebesar 32,79%.
PAD mengalami 2 kali penurunan pada tahun 2012 sebesar 32,79% dan
pada tahun 2014 sebesar 27,62%. Pendapatan asli daerah berada pada
kategori sedang yang berarti pemerintah daerah Kabupaten Sleman belum
mampu untuk melaksanakan otonomi daerah.
Total pendapatan daerah juga mengalami peningkatan pada tahun 2012
sebesar 21,22% yang sebelumnya sebesar 19,70%, total pendapatan daerah
juga mengalami 2 kali penurunan pada tahun 2013 dan 2014 sebesar
19,49% dan 9,33%. Total pendapatan berada pada kategori kurang yang
berarti pertumbuhan total pendapatan daerah masih buruk dan belum
mampu untuk melaksanakan otonomi daerah.
Belanja Operasi mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebesar
14,39% yang sebelumnya sebesar 8,72% dan mengalami 2 kali penurunan
pada tahun 2012 dan 2014 sebesar 8,72% dan8,63%. Belanja Modal
mengalami peningkatan pada tahun 2012 dan 2013 sebesar 37,90%
dan56,08 %, belanja Modal mengalami penurunan sebesar 36,73%. Dilihat
dari rasio pertumbuhan belanja operasi dan belanja Modal, Kabupaten
Rendahnya pertumbuhan Pendapatan asli daerah, total pendapatan
daerah, dan belanja pembangunan diikuti oleh peningkatan pertumbuhan
belanja rutin maka pertumbuhannya adalah negatif, artinya pemerintah kota
belum mampu mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhannya dari
satu periode ke periode berikutnya. Dilihat dari rasio pertumbuhan,
Kabupaten Sleman belum mampu untuk melaksanakan otonomi daerah.
Tabel V.6
Analisis Trend Rasio Kemandirian Daerah Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2010-2014 Tahun Anggaran Tingkat Kemandirian (Y) X XY X2 2010 17,48 -2 -34,96 4 2011 20,90 -1 -20,90 1 2012 23,36 0 0 0 2013 30,98 1 30,98 1 2014 38,13 2 76,26 4 Total 130,85 0 51,38 10 Sumber: Data diolah
Nilai a dan b dicari dengan formula:
a =
=
b
=
=
= 5,14
Jadi persamaan trend dilihat dari tingkat kemandirian keuangan
daerah Y’ = 26,17 + 5,14 X
Jika dilihat dari trend rasio kemandirian daerah besarnya b lebih
dari no( b>0) maka daerah Kabupaten Sleman semakin mampu
dalam melaksanakan otonomi daerah.
Tabel V.7
Analisis Trend Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal Daerah Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2010-2014 Tahun Anggaran Derajat Desentralisasi Fiskal (Y) X XY X2 2010 14,88 -2 -29,76 4 2011 17,29 -1 -17,29 1 2012 18,94 0 0 0 2013 23,65 1 23,65 1 2014 27,61 2 55,21 4 Total 102,37 0 31,81 10 Sumber : Data diolah
a
== 20,47
b = = = 3,18
Jadi, persamaan trend dari derajat desentralisasi fiskal daerah
kabupaten Sleman menjadi Y’= 20,47 + 3,18X
Jika dilihat dari trend rasio derajat desentralisasi fiskal
besarnya b lebih dari nol (b>0) , maka daerah Kabupaten
Sleman semakin mampu dalam melaksanakan otonomi
Gambar V.2 Grafik Trend Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal
Tabel V.8
Analisis Trend Rasio Indeks Kemampuan Rutin
Daerah Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2010-2014 Tahun Anggaran IKR (Y) X XY X2 2010 16,48 -2 -32,96 4 2011 19,85 -1 -19,85 1 2012 24,25 0 0 0 2013 31,63 1 31,63 1 2014 37,16 2 74,32 4 Total 129,37 0 53,14 10 Sumber : Data diolah
b = = = 5,31
Sehingga, persamaan trend dari rasio indeks kemampuan rutin daerah
kabupaten Sleman menjadi Y’= 25,87 + 5,31 X
Jika dilihat dari trend rasio indeks kemampuan rutin besarnya b lebih
dari nol (b>0) , maka daerah Kabupaten Sleman semakin mampu
dalam melaksanakan otonomi daerah.
Tabel V.9
Analisis Trend Rasio Keserasian (Belanja Operasi) Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2010-2014
Sumber : Data diolah
a = = = 85,87
b = =
= -1,76Sehingga, persamaan trend dari rasio keserasian (belanja operasi)
Kabupaten Sleman menjadi Y’=85,87 - 1,76X
Jika dilihat dari trend rasio keserasian (belanja Operasi) besarnya b
kurang dari nol (b<0) , maka daerah kabupaten sleman semakin mampu
untuk menghadapi otonomi daerah karena pada saat ini belanja operasi
lebih besar dibandingkan dengan belanja modal. Jika pertumbuhan
belanja operasi semakin menurun menuju ke belanja modal, maka
keserasian belanja operasi dan belanja modal menjadi semakin baik. Tahun Anggaran Belanja Operasi (Y) X XY X2 2010 87,41 -2 -174,82 4 2011 89,36 -1 -89,36 1 2012 87,36 0 0 0 2013 83,87 1 83,87 1 2014 81,35 2 162,7 4 Total 429,35 0 -17,61 10
Gambar V.4 Grafik Trend Rasio Keserasian (Belanja Operasi)
Tabel V.10
Analisis Trend Rasio Keserasian (Belanja Modal) Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2010-2014
Sumber: Data diolah
a = = = 10,56
Tahun Anggaran Belanja Modal (Y) X XY X2 2010 8,82 -2 -17,64 4 2011 7,52 -1 -7,52 1 2012 9,32 0 0 0 2013 12,21 1 12,21 1 2014 14,91 2 29,82 4 Total 52,78 0 16,87 10b = = =1,69
Sehingga persamaan trend dari belanja modal di dalam rasio keserasian
belanja modal Kabupaten Sleman menjadi Y’ = 10,56 + 1,69X
Jika dilihat dari trend rasio indeks kemampuan rutin besarnya b lebih dari
nol (b>0) , maka daerah kabupaten sleman semakin mampu dalam
melaksanakan otonomi daerah karena pada saat ini belanja modal lebih
kecil dibandingkan dengan belanja operasi. Jika pertumbuhan belanja
modal semakin meningkat menuju ke belanja operasi, maka keserasian
belanja operasi dan belanja modal akan menjadi semakin baik.
Tabel V.11
Analisis Trend Rasio Pertumbuhan (PAD) Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2010-2014
Sumber: Data diolah
a = = = 37,17
b = = = -0,89
Sehingga persamaan trend Rasio Pertumbuhan (PAD) Kabupaten Sleman
menjadi Y’=37,17-0,89 X
Jika dilihat dari trend rasio pertumbuhan (PAD) besarnya b kurang dari nol
(b<0), maka pertumbuhan asli daerah Kabupaten Sleman semakin buruk dan
belum mampu dalam melaksanakan otonomi daerah.
Tahun PAD (Y) X XY X2 2010-2011 39,05 -3 -117,15 9 2011-2012 32,79 -1 -32,79 1 2012-2013 49,22 1 49,22 1 2013-2014 27,62 3 82,86 9 Total 148,68 0 -17,86 20
Gambar V.6 Grafik Trend Rasio Pertumbuhan (Pendapatan Asli Daerah)
Tabel V.12
Analisis Trend Rasio Pertumbuhan ( Total Pendapatan Daerah) Tahun Anggaran 2010-2014 Tahun Pendapatan(Y) X XY X2 2010-2011 19,70 -3 -59,1 9 2011-2012 21,22 -1 -21,22 1 2012-2013 19,49 1 19,49 1 2013-2014 9,33 3 27,99 9 Total 69,74 0 -32,84 20 Sumber: Data diolah
a = = = 17,44
Sehingga persamaan trend Rasio Pertumbuhan (Pendapatan)
Kabupaten Sleman menjadi Y’ =17,44 - 1,64X
Jika dilihat dari trend rasio pertumbuhan (pendapatan) besarnya b
kurang dari nol (b<0) , maka total pertumbuhan daerah kabupaten
sleman semakin buruk dan belum mampu dalam melaksanakan
otonomi daerah.
Gambar V.7 Grafik Trend Rasio Pertumbuhan ( Total Pendapatan Daerah)
Tabel V.13
Analisis Trend Rasio Pertumbuhan (Belanja Operasi) Tahun anggaran 2010-2014 Tahun Belanja Operasi (Y) X XY X2 2010-2011 15,47 -3 -46,41 9 2011-2012 8,72 -1 -8,72 1 2012-2013 14,39 1 14,39 1 2013-2014 8,63 3 25,89 9 Total 47,21 0 -14,85 20
a = = = 11,80
b = = = -0,74
Sehingga Persamaan Trend Rasio Pertumbuhan (Belanja Operasi)
Kabupaten Sleman menjadi Y’=11,80- 0,74X
Jika dilihat dari trend rasio pertumbuhan (belanja operasi) besarnya
b kurang dari nol (b<0) , maka pertumbuhan belanja operasi daerah
Kabupaten Sleman semakin mampu menghadapi otonomi daerah
karena pemerintah mulai menyeimbangkan antara belanja operasi
Gambar V.8 Grafik Trend Rasio Pertumbuhan (Belanja Operasi)
Trend V.14
Trend Rasio Pertumbuhan (Belanja Modal) tahun anggaran 2010-2014 Tahun Belanja Modal (Y) X XY X2 2010-2011 -3,71 -3 -11,13 9 2011-2012 37,90 -1 -37,90 1 2012-2013 56,08 1 56,08 9 2013-2014 36,73 3 110,19 1 Total 127 0 117,24 20
a = = = 31,75
b = = = 5,86
Sehingga Persamaan Trend Rasio Pertumbuhan (Belanja Modal) Kabupaten
Sleman menjadi Y’=31,75 + 5,86 X
Jika dilihat dari trend rasio pertumbuhan (belanja modal) besarnya b lebih
dari nol (b>0) , maka total pertumbuhan daerah kabupaten sleman semakin
mampu dalam melaksanakan otonomi daerah karena pemerintah mulai
menyeimbangkan antara belanja operasi dan belanja modal.
Trend Rasio Pertumbuhan Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Sleman
Grafik V.10 Grafik Trend Pendapatan dan Belanja Daerah
Sumber: Data APBD 2010-2014 (data diolah)
Berdasarkan data dari tahun 2010-2014, dapat dilihat tingkat pertumbuhan
TPD,PAD, Belanja Operasi, dan Belanja Modal. Semakin tingginya nilai
TPD, PAD , dan Belanja Operasi yang diikuti oleh semakin rendahnya
Belanja Modal, maka pertumbuhan trendnya adalah negatif, artinya bahwa
Kabupaten Sleman belum mampu mempertahankan dan meningkatkan
pertumbuhannya dari periode yang satu ke periode yang berikutnya, dan
Kabupaten Sleman belum mampu menghadapi otonomi daerah.
0.00 500,000,000,000.00 1,000,000,000,000.00 1,500,000,000,000.00 2,000,000,000,000.00 2,500,000,000,000.00 2010 2011 2012 2013 2014 PAD Total Pendapatan Belanja Operasi Belanja Modal
92
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemerintah Kabupaten Sleman tahun anggaran
2010-2014 belum mampu dalam melaksanakan otonomi
daerah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan perhitungan
rasio:
a. Rasio kemandirian daerah yang berada pada kategori
rendah yang berarti pemerintah daerah masih sangat
tergantung terhadap sumber-sumber dana bantuan dari
pemerintah pusat.
b. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal yang berada pada
kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa
pemerintah daerah Kabupaten Sleman belum mampu
membiayai pengeluarannya sendiri dan masih
bergantung kepada pemerintah pusat.
c. Berdasarkan kemampuan PAD untuk membiayai
pengeluran rutin daerah yang disebut dengan Rasio
Indeks Kemampuan Rutin yang masih berada pada
kategori kurang berarti PAD Kabupaten Sleman
belum cukup mampu membiayai belanja rutin dalam
d. Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Keserasian,
pemerintah Kabupaten Sleman lebih memprioritaskan
belanja rutin dibandingkan dengan belanja
pembangunan. Hal ini disebabkan keterbatasan dana
yang dimiliki oleh pemerintah kabupaten Sleman
sehingga pemerintah lebih berkonsentrasi pada
pemenuhan belanja rutin dan penghematan pada
belanja lainnya.
e. Rendahnya pertumbuhan Pendapatan asli daerah, total
pendapatan daerah, dan belanja pembangunan diikuti
oleh peningkatan pertumbuhan belanja rutin maka
pertumbuhannya adalah negatif, artinya pemerintah
daerah belum mampu mempertahankan dan
meningkatkan pertumbuhannya dari satu periode ke
periode berikutnya. Dilihat dari rasio pertumbuhan,
Kabupaten Sleman belum mampu untuk
melaksanakan otonomi daerah.
2. Kabupaten Sleman belum mampu dalam menghadapi
otonomi daerah dilihat dari analisis trend menunjukkan
pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah yang negatif
meskipun rasio yang lain menunjukkan perkembangan