• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data dan Pembahasan

Salah satu cara untuk menilai kemampuan keuangan Daerah yaitu dengan

mengukur kemampuan keuangan daerah tersebut menggunakan analisis rasio.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan keuangan

pemerintah daerah Kabupaten Sleman dalam mendukung pelaksanaan otonomi

daerah.

Dalam melakukan penelitian ini, data yang peneliti dapatkan adalah

data Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2010 sampai dengan 2014. Berdasarkan

data tersebut, peneliti menghitung Rasio kemandirian keuangan daerah, Rasio

derajat desentralisasi fiskal, Rasio indeks kemampuan rutin, Rasio keserasian,

Rasio pertumbuhan untuk menganalisis kemampuan keuangan daerah dalam

Berdasarkan kondisi data tentang PAD, bantuan pemerintah pusat dan laporan

Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Sleman, maka untuk rasio

kemandirian pemerintah Kabupaten Sleman tahun 2009-2014 adalah sebagai

berikut halim (2012: L-5)

1. Rasio Kemandirian =

Perhitungan Rasio Kemandirian :

Rasio Kemandirian Tahun 2010 =

=17,48%

Rasio Kemandirian Tahun 2011 =

= 20,90%

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Sleman

Tahun Anggaran 2010-2014

Sumber: Data Diolah Tahun Anggar an Total Pendapatan PAD SPE Rasio Kemandiria n (%) Pola Rp Perkemban gan (%) Rp Perkembang an (%) 2010 1.095.628.887.559,93 163.056.459.137,93 - 932.572.428.422,00 - 17,48 Instruktif 2011 1.311.473.547.855,47 226.723.271.088,47 39,05 1.084.750.276.767,00 16,32 20,90 Instruktif 2012 1.589.722.974.409,13 301.069.539.284,13 32,79 1.288.653.435.125,00 18,80 23,36 Instruktif 2013 1.899.525.636.838,83 449.270.304.864,83 49,22 1.450.255.331.974,00 12,54 30,98 Konsultatif 2014 2.076.820.131.084,13 573.337.599.560,11 27,62 1.503.482.531.524,02 3,67 38,13 Konsultatif Rata-Rata 37,17 12,83 26,17 Konsultatif

Dari tabel diatas rasio kemandirian keuangan daerah Kabupaten Sleman

selama 5 tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Jika dilihat rasio

kemandirian daerah pada tahun 2010, 2011, 2012 sebesar 17,48% , 20,90%, dan

23,36% dengan pola instruktif yang berarti peranan pemerintah pusat masih

dominan terhadap kemandirian pemerintah daerah. Pada tahun 2013 dan 2014

sebesar 30,98% dan 38,13% dengan pola konsultatif dimana peran pemerintah

pusat sudah mulai berkurang karena daerah dianggap sedikit mampu dalam

melaksanakan otonomi.

Selama lima tahun anggaran rata-ratanya sebesar 26,17 %, berada pada skala

interval (25%-50%) yang berarti Kabupaten Sleman belum mampu untuk

menghadapi otonomi daerah.

2. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal

DDF=

Keterangan:

PADt = Total PAD tahun t

TPDt = Total Penerimaan Daerah tahun t

Total penerimaan daerah adalah penjumlahan dari PAD, transfer pusat ke daerah, dan pendapatan daerah lainnya.

Perhitungan Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal :

Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal tahun 2010 =

= 14,88%

Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal tahun 2011 =

=17,29%

Tabel V.2

Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Sleman

Tahun Anggaran 2010-2014 Tahun Anggaran Pendapatan Asli Daerah Total Pendapatan Daerah Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal (%) Keterangan 2010 163.056.459.137,93 1.095.628.887.559,93 14,88 Kurang 2011 226.723.271.088,47 1.311.473.547.855,47 17,29 Kurang 2012 301.069.539.284,13 1.589.722.974.409,13 18,94 Kurang 2013 449.270.304.864,83 1.899.525.636.838,83 23,65 Cukup 2014 573.337.599.560,11 2.076.820.131.084,13 27,61 Cukup Rata-rata 20,47 Cukup Sumber :Data diolah

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa rasio desentralisasi fiskal pada

tahun 2010 ,2011, dan 2012 sebesar 14,88% , 17,29%, dan18,94%. Ini termasuk

dalam kategori kurang yang maksudnya campur tangan pemerintah pusat sangat

Pada tahun 2013 dan 2014 sebesar 23,65% dan 27,61%. Ini termasuk dalam

kategori cukup yang berarti cukup besar campur tangan pemerintah pusat dalam

pembangunan daerah. Dengan kata lain, berdasarkan perhitungan rasio derajat

desentralisasi fiskal pemerintah Kabupaten Sleman selama lima tahun anggaran

dalam kategori cukup, karena berada pada interval 20,01% sampai 30,00%,

rata-rata rasio derajat desentralisasi fiskal sebesar 20,47%, termasuk dalam kategori

cukup yang berarti cukup besar campur tangan pemerintah pusat dalam

pembangunan daerah . Dilihat dari derajat desentralisasi fiskal, pemerintah daerah

Kabupaten Sleman belum mampu menghadapi otonomi daerah.

3. Rasio Indeks Kemampuan rutin

Rumus :

IKR = x100%

Keterangan :

IKR = Indeks Kemampuan Rutin

PAD = Pendapatan Asli Daerah

Perhitungan Rasio Indeks Kemampuan Rutin

Rasio Indeks kemampuan Rutin tahun 2010 = x100%

= 16,48%

Rasio Indeks Kemampuan Rutin tahun 2011 = X100%

Tabel V.3

Rasio Indeks Kemampuan Rutin Kabupaten Sleman

Tahun Anggaran 2010-2014

Tahun Anggaran

Pendapatan Asli Daerah

Belanja Rutin Rasio Indeks Kemampuan Rutin (%) Keterangan 2010 163.056.459.137,93 989.131.133.924,33 16,48 Kurang 2011 226.723.271.088,47 1.142.118.624.078,58 19,85 Kurang 2012 301.069.539.284,13 1.241.689.260.072,05 24,25 Cukup 2013 449.270.304.864,83 1.420.339.683.204,62 31,63 Sedang 2014 573.337.599.560,11 1.542.922.443.616,11 37,16 Sedang Rata-rata 25,87 Cukup Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rasio indeks kemampuan

rutin pada tahun 2010 dan 2011 sebesar 16,48% dan 19,85%., ini termasuk

tergolong dalam kategori kurang, sehingga pemerintah daerah kurang mampu

untuk membiayai pengeluaran rutin dalam melaksanakan kegiatan

pemerintahannya dan campur tangan pemerintah pusat masih sangat besar.

Selanjutnya pada tahun 2012 sebesar 24,25%, ini termasuk dalam kategori

cukup yaitu pemerintah daerah cukup mampu untuk membiayai pengeluaran

rutin dalam melaksanakan kegiatan pemerintahannya.Pada tahun 2013 dan 2014

sebesar 31,63% dan 37,16%, ini termasuk dalam kategori sedang yaitu

pemerintah daerah mampu untuk membiayai pengeluaran rutin dalam

melaksanakan kegiatan pemerintahannya. Jadi, selama lima tahun anggaran

pemerintah Kabupaten Sleman meiliki rasio IKR dalam kategori cukup karena

sebesar 25,87%. Dilihat dari Rasio Indeks Kemampuan rutin, pemerintah daerah

Kabupaten Sleman belum mampu untuk mendukung pelaksanaan otonomi

daerah.

4. Rasio Keserasian:

Rasio Belanja Rutin = X100%

Rasio Belanja pembangunan = X100%

Perhitungan Rasio Keserasian tahun 2010

Rasio Belanja Rutin Tahun 2010

=

= 87,41%

Jadi belanja yang dikeluarkan dari kas umum daerah Kabupaten Sleman dalam

rangka menyelenggarakan operasional pemerintah pada tahun 2010 sebesar

87,41%.

Rasio Belanja Pembangunan Tahun 2010

=

daerah Kabupaten Sleman pada tahun 2010 sebesar 12,59%.

Perhitungan rasio keserasian tahun 2011

Rasio Belanja Rutin Tahun 2011

=

= 89,36%

Jadi belanja yang dikeluarkan dari kas umum daerah Kabupaten

Sleman dalam rangka menyelenggarakan operasional pemerintah pada

tahun 2011 sebesar 89,36%

Rasio Belanja Pembangunan Tahun 2011

=

= 10,64%

Jadi belanja yang dikeluarkan dalam rangka membeli barang modal

Tabel V.4

Rasio Keserasian Kabupaten Sleman

Tahun Anggaran 2010-2014

Sumber :Data Diolah Tahu

n Angg

aran

Total Belanja Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tidak Terduga Transfer Rasio

Belanja Operasi (%) Rasio Belanja Modal (%) Rp Perke mban gan (%) Rp Perkem bangan (%) Rp Perkemb angan (%) Rp Perkem bangan (%) 2010 1.131.602.398.904,14 989.131.133.924,33 - 99.812.269.370,81 - 4.404.090.314 - 38.254.905.295 - 87,41 12,59 2011 1.278.055.164.511,30 1.142.118.624.078,58 15,47 96.111.399.134,72 (3,71) 498.223.000 (88,69) 39.335.918.298 2,83 89,36 10,64 2012 1.421.401.170.875,33 1.241.689.260.072,05 8,72 132.536.252.044,00 37,90 1.193.672.563 139,59 45.981.986.196,28 16,90 87,36 12,64 2013 1.693.528.297.005,79 1.420.339.683.204,62 14,39 206.859.865.136,17 56,08 0 (100,00) 66.328.748.665 44,25 83,87 16,13 2014 1.896.630.249.448,36 1.542.922.443.616,11 8,63 282.849.371.259,00 36,73 841.163.588 70.017.270.985,25 5,56 81,35 18,65 Rata-rata 85,87 14,13

Dari tabel V.4 dapat disimpulkan bahwa rasio keserasian pemerintah

Kabupaten Sleman tahun anggaran 2010-2014 lebih memprioritaskan

belanjanya pada belanja operasi daripada belanja modal. Sehingga

pemerintah Kabupaten Sleman perlu menekan besarnya alokasi dana

untuk belanja operasi guna dialokasikan untuk belanja modal untuk

menyediakan sarana dan prasarana bagi masyarakat.

5. Rasio Pertumbuhan

Rasio Pertumbuhan yang menggambarkan seberapa besar kemampuan

pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan

keberhasilan yang dicapai dari periode ke periode lainnya.

Rumus yang digunakan adalah:

r =

Keterangan:

Pn = Data yang dihitung pada tahun ke-n

Po = Data yang dihitung pada tahun ke-0

Perhitungan Rasio Pertumbuhan tahun 2010

Rasio Pertumbuhan PAD tahun 2010

=

= 39,05%

Rasio Pertumbuhan Total Pendapatan tahun 2010

=

=19,70%

Rasio Pertumbuhan Belanja Operasi tahun 2010

=

= 15,47%

Rasio Pertumbuhan Belanja Modal tahun 2010

=

Tabel V.5

Rasio Pertumbuhan Kabupaten Sleman

Tahun Anggaran 2010-2014

TA PAD Total Pendapatan Belanja Operasi Belanja Modal Pertumb uhan PAD (%) Pertumbuh an Pendapata n (%) Pertumbuha n Belanja Operasi (%) Pertumbuh an Belanja Modal (%) 2010 163.056.459.137,93 1.095.628.887.559,93 989.131.133.924,33 142.471.264.979,81 - - - - 2011 226.723.271.088,47 1.311.473.547.855,47 1.142.118.624.078,58 135.936.540.432,72 39,05 19,70 15,47 (3,71) 2012 301.069.539.284,13 1.589.722.974.409,13 1.241.689.260.072,05 179.711.910.803,28 32,79 21,22 8,72 37,90 2013 449.270.304.864,83 1.899.525.636.838,83 1.420.339.683.204,62 273.188.613.801,17 49,22 19,49 14,39 56,08 2014 573.337.599.560,11 2.076.820.131.084,13 1.542.922.443.616,11 353.707.805.832,25 27,62 9,33 8,63 36,73

Selama lima tahun anggaran rasio pertumbuhan PAD mengalami

penurunan dan kenaikan. Pendapatan Asli Daerah mengalami kenaikan pada

tahun 2013 sebesar 49,22%, yang pada tahun sebelumnya sebesar 32,79%.

PAD mengalami 2 kali penurunan pada tahun 2012 sebesar 32,79% dan

pada tahun 2014 sebesar 27,62%. Pendapatan asli daerah berada pada

kategori sedang yang berarti pemerintah daerah Kabupaten Sleman belum

mampu untuk melaksanakan otonomi daerah.

Total pendapatan daerah juga mengalami peningkatan pada tahun 2012

sebesar 21,22% yang sebelumnya sebesar 19,70%, total pendapatan daerah

juga mengalami 2 kali penurunan pada tahun 2013 dan 2014 sebesar

19,49% dan 9,33%. Total pendapatan berada pada kategori kurang yang

berarti pertumbuhan total pendapatan daerah masih buruk dan belum

mampu untuk melaksanakan otonomi daerah.

Belanja Operasi mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebesar

14,39% yang sebelumnya sebesar 8,72% dan mengalami 2 kali penurunan

pada tahun 2012 dan 2014 sebesar 8,72% dan8,63%. Belanja Modal

mengalami peningkatan pada tahun 2012 dan 2013 sebesar 37,90%

dan56,08 %, belanja Modal mengalami penurunan sebesar 36,73%. Dilihat

dari rasio pertumbuhan belanja operasi dan belanja Modal, Kabupaten

Rendahnya pertumbuhan Pendapatan asli daerah, total pendapatan

daerah, dan belanja pembangunan diikuti oleh peningkatan pertumbuhan

belanja rutin maka pertumbuhannya adalah negatif, artinya pemerintah kota

belum mampu mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhannya dari

satu periode ke periode berikutnya. Dilihat dari rasio pertumbuhan,

Kabupaten Sleman belum mampu untuk melaksanakan otonomi daerah.

Tabel V.6

Analisis Trend Rasio Kemandirian Daerah Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2010-2014 Tahun Anggaran Tingkat Kemandirian (Y) X XY X2 2010 17,48 -2 -34,96 4 2011 20,90 -1 -20,90 1 2012 23,36 0 0 0 2013 30,98 1 30,98 1 2014 38,13 2 76,26 4 Total 130,85 0 51,38 10 Sumber: Data diolah

Nilai a dan b dicari dengan formula:

a =

=

b

=

=

= 5,14

Jadi persamaan trend dilihat dari tingkat kemandirian keuangan

daerah Y’ = 26,17 + 5,14 X

Jika dilihat dari trend rasio kemandirian daerah besarnya b lebih

dari no( b>0) maka daerah Kabupaten Sleman semakin mampu

dalam melaksanakan otonomi daerah.

Tabel V.7

Analisis Trend Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal Daerah Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2010-2014 Tahun Anggaran Derajat Desentralisasi Fiskal (Y) X XY X2 2010 14,88 -2 -29,76 4 2011 17,29 -1 -17,29 1 2012 18,94 0 0 0 2013 23,65 1 23,65 1 2014 27,61 2 55,21 4 Total 102,37 0 31,81 10 Sumber : Data diolah

a

=

= 20,47

b = = = 3,18

Jadi, persamaan trend dari derajat desentralisasi fiskal daerah

kabupaten Sleman menjadi Y’= 20,47 + 3,18X

Jika dilihat dari trend rasio derajat desentralisasi fiskal

besarnya b lebih dari nol (b>0) , maka daerah Kabupaten

Sleman semakin mampu dalam melaksanakan otonomi

Gambar V.2 Grafik Trend Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal

Tabel V.8

Analisis Trend Rasio Indeks Kemampuan Rutin

Daerah Kabupaten Sleman

Tahun Anggaran 2010-2014 Tahun Anggaran IKR (Y) X XY X2 2010 16,48 -2 -32,96 4 2011 19,85 -1 -19,85 1 2012 24,25 0 0 0 2013 31,63 1 31,63 1 2014 37,16 2 74,32 4 Total 129,37 0 53,14 10 Sumber : Data diolah

b = = = 5,31

Sehingga, persamaan trend dari rasio indeks kemampuan rutin daerah

kabupaten Sleman menjadi Y’= 25,87 + 5,31 X

Jika dilihat dari trend rasio indeks kemampuan rutin besarnya b lebih

dari nol (b>0) , maka daerah Kabupaten Sleman semakin mampu

dalam melaksanakan otonomi daerah.

Tabel V.9

Analisis Trend Rasio Keserasian (Belanja Operasi) Kabupaten Sleman

Tahun Anggaran 2010-2014

Sumber : Data diolah

a = = = 85,87

b = =

= -1,76

Sehingga, persamaan trend dari rasio keserasian (belanja operasi)

Kabupaten Sleman menjadi Y’=85,87 - 1,76X

Jika dilihat dari trend rasio keserasian (belanja Operasi) besarnya b

kurang dari nol (b<0) , maka daerah kabupaten sleman semakin mampu

untuk menghadapi otonomi daerah karena pada saat ini belanja operasi

lebih besar dibandingkan dengan belanja modal. Jika pertumbuhan

belanja operasi semakin menurun menuju ke belanja modal, maka

keserasian belanja operasi dan belanja modal menjadi semakin baik. Tahun Anggaran Belanja Operasi (Y) X XY X2 2010 87,41 -2 -174,82 4 2011 89,36 -1 -89,36 1 2012 87,36 0 0 0 2013 83,87 1 83,87 1 2014 81,35 2 162,7 4 Total 429,35 0 -17,61 10

Gambar V.4 Grafik Trend Rasio Keserasian (Belanja Operasi)

Tabel V.10

Analisis Trend Rasio Keserasian (Belanja Modal) Kabupaten Sleman

Tahun Anggaran 2010-2014

Sumber: Data diolah

a = = = 10,56

Tahun Anggaran Belanja Modal (Y) X XY X2 2010 8,82 -2 -17,64 4 2011 7,52 -1 -7,52 1 2012 9,32 0 0 0 2013 12,21 1 12,21 1 2014 14,91 2 29,82 4 Total 52,78 0 16,87 10

b = = =1,69

Sehingga persamaan trend dari belanja modal di dalam rasio keserasian

belanja modal Kabupaten Sleman menjadi Y’ = 10,56 + 1,69X

Jika dilihat dari trend rasio indeks kemampuan rutin besarnya b lebih dari

nol (b>0) , maka daerah kabupaten sleman semakin mampu dalam

melaksanakan otonomi daerah karena pada saat ini belanja modal lebih

kecil dibandingkan dengan belanja operasi. Jika pertumbuhan belanja

modal semakin meningkat menuju ke belanja operasi, maka keserasian

belanja operasi dan belanja modal akan menjadi semakin baik.

Tabel V.11

Analisis Trend Rasio Pertumbuhan (PAD) Kabupaten Sleman

Tahun Anggaran 2010-2014

Sumber: Data diolah

a = = = 37,17

b = = = -0,89

Sehingga persamaan trend Rasio Pertumbuhan (PAD) Kabupaten Sleman

menjadi Y’=37,17-0,89 X

Jika dilihat dari trend rasio pertumbuhan (PAD) besarnya b kurang dari nol

(b<0), maka pertumbuhan asli daerah Kabupaten Sleman semakin buruk dan

belum mampu dalam melaksanakan otonomi daerah.

Tahun PAD (Y) X XY X2 2010-2011 39,05 -3 -117,15 9 2011-2012 32,79 -1 -32,79 1 2012-2013 49,22 1 49,22 1 2013-2014 27,62 3 82,86 9 Total 148,68 0 -17,86 20

Gambar V.6 Grafik Trend Rasio Pertumbuhan (Pendapatan Asli Daerah)

Tabel V.12

Analisis Trend Rasio Pertumbuhan ( Total Pendapatan Daerah) Tahun Anggaran 2010-2014 Tahun Pendapatan(Y) X XY X2 2010-2011 19,70 -3 -59,1 9 2011-2012 21,22 -1 -21,22 1 2012-2013 19,49 1 19,49 1 2013-2014 9,33 3 27,99 9 Total 69,74 0 -32,84 20 Sumber: Data diolah

a = = = 17,44

Sehingga persamaan trend Rasio Pertumbuhan (Pendapatan)

Kabupaten Sleman menjadi Y’ =17,44 - 1,64X

Jika dilihat dari trend rasio pertumbuhan (pendapatan) besarnya b

kurang dari nol (b<0) , maka total pertumbuhan daerah kabupaten

sleman semakin buruk dan belum mampu dalam melaksanakan

otonomi daerah.

Gambar V.7 Grafik Trend Rasio Pertumbuhan ( Total Pendapatan Daerah)

Tabel V.13

Analisis Trend Rasio Pertumbuhan (Belanja Operasi) Tahun anggaran 2010-2014 Tahun Belanja Operasi (Y) X XY X2 2010-2011 15,47 -3 -46,41 9 2011-2012 8,72 -1 -8,72 1 2012-2013 14,39 1 14,39 1 2013-2014 8,63 3 25,89 9 Total 47,21 0 -14,85 20

a = = = 11,80

b = = = -0,74

Sehingga Persamaan Trend Rasio Pertumbuhan (Belanja Operasi)

Kabupaten Sleman menjadi Y’=11,80- 0,74X

Jika dilihat dari trend rasio pertumbuhan (belanja operasi) besarnya

b kurang dari nol (b<0) , maka pertumbuhan belanja operasi daerah

Kabupaten Sleman semakin mampu menghadapi otonomi daerah

karena pemerintah mulai menyeimbangkan antara belanja operasi

Gambar V.8 Grafik Trend Rasio Pertumbuhan (Belanja Operasi)

Trend V.14

Trend Rasio Pertumbuhan (Belanja Modal) tahun anggaran 2010-2014 Tahun Belanja Modal (Y) X XY X2 2010-2011 -3,71 -3 -11,13 9 2011-2012 37,90 -1 -37,90 1 2012-2013 56,08 1 56,08 9 2013-2014 36,73 3 110,19 1 Total 127 0 117,24 20

a = = = 31,75

b = = = 5,86

Sehingga Persamaan Trend Rasio Pertumbuhan (Belanja Modal) Kabupaten

Sleman menjadi Y’=31,75 + 5,86 X

Jika dilihat dari trend rasio pertumbuhan (belanja modal) besarnya b lebih

dari nol (b>0) , maka total pertumbuhan daerah kabupaten sleman semakin

mampu dalam melaksanakan otonomi daerah karena pemerintah mulai

menyeimbangkan antara belanja operasi dan belanja modal.

Trend Rasio Pertumbuhan Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten

Sleman

Grafik V.10 Grafik Trend Pendapatan dan Belanja Daerah

Sumber: Data APBD 2010-2014 (data diolah)

Berdasarkan data dari tahun 2010-2014, dapat dilihat tingkat pertumbuhan

TPD,PAD, Belanja Operasi, dan Belanja Modal. Semakin tingginya nilai

TPD, PAD , dan Belanja Operasi yang diikuti oleh semakin rendahnya

Belanja Modal, maka pertumbuhan trendnya adalah negatif, artinya bahwa

Kabupaten Sleman belum mampu mempertahankan dan meningkatkan

pertumbuhannya dari periode yang satu ke periode yang berikutnya, dan

Kabupaten Sleman belum mampu menghadapi otonomi daerah.

0.00 500,000,000,000.00 1,000,000,000,000.00 1,500,000,000,000.00 2,000,000,000,000.00 2,500,000,000,000.00 2010 2011 2012 2013 2014 PAD Total Pendapatan Belanja Operasi Belanja Modal

92

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pemerintah Kabupaten Sleman tahun anggaran

2010-2014 belum mampu dalam melaksanakan otonomi

daerah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan perhitungan

rasio:

a. Rasio kemandirian daerah yang berada pada kategori

rendah yang berarti pemerintah daerah masih sangat

tergantung terhadap sumber-sumber dana bantuan dari

pemerintah pusat.

b. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal yang berada pada

kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa

pemerintah daerah Kabupaten Sleman belum mampu

membiayai pengeluarannya sendiri dan masih

bergantung kepada pemerintah pusat.

c. Berdasarkan kemampuan PAD untuk membiayai

pengeluran rutin daerah yang disebut dengan Rasio

Indeks Kemampuan Rutin yang masih berada pada

kategori kurang berarti PAD Kabupaten Sleman

belum cukup mampu membiayai belanja rutin dalam

d. Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Keserasian,

pemerintah Kabupaten Sleman lebih memprioritaskan

belanja rutin dibandingkan dengan belanja

pembangunan. Hal ini disebabkan keterbatasan dana

yang dimiliki oleh pemerintah kabupaten Sleman

sehingga pemerintah lebih berkonsentrasi pada

pemenuhan belanja rutin dan penghematan pada

belanja lainnya.

e. Rendahnya pertumbuhan Pendapatan asli daerah, total

pendapatan daerah, dan belanja pembangunan diikuti

oleh peningkatan pertumbuhan belanja rutin maka

pertumbuhannya adalah negatif, artinya pemerintah

daerah belum mampu mempertahankan dan

meningkatkan pertumbuhannya dari satu periode ke

periode berikutnya. Dilihat dari rasio pertumbuhan,

Kabupaten Sleman belum mampu untuk

melaksanakan otonomi daerah.

2. Kabupaten Sleman belum mampu dalam menghadapi

otonomi daerah dilihat dari analisis trend menunjukkan

pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah yang negatif

meskipun rasio yang lain menunjukkan perkembangan

Dokumen terkait