• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelancaran Keluwesan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

3. Analisis Data

Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi analisis data yang meliputi uji normalitas, uji homogenitas dan uji kemampuan awal siswa.

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan bantuan SPSS 17. Keputusan untuk uji normalitas apabila nilai signifikan value lebih besar dari 0,05. Hasil uji normalitas pretest dapat dilihat pada tabel berikut.

88 Tabel 18. Hasil Uji Normalitas Skor Pretest

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Kelas Significant Value Keputusan

Eksperimen 0,161 H0 diterima

Kontrol 0,481 H0 diterima

Berdasarkan hasil uji normalitas skor pretest kemampuan berpikir kreatif kelas ekperimen maupun kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Kemudian, hasil uji normalitas posttest dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 19. Hasil Uji Normalitas Skor Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Kelas Significant Value Keputusan

Eksperimen 0,109 H0 diterima

Kontrol 0,053 H0 diterima

Berdasarkan hasil uji normalitas skor postest kemampuan berpikir kreatif kelas ekperimen maupun kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Secara lebih lengkap hasil output uji normalitas dapat dilihat pada lampiran.

Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji Levene Statistic dengan taraf signifikansi 0,05. Uji homogenitas menggunakan bantuan SPSS 17. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berasal dari kelompok yang homogen atau tidak. Berikut tabel hasil uji homogentitas skor pretest dan posttest kemampuan berpikir kretaif matematis.

89 Tabel 20. Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest dan Posttest

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Data Significant Value Hasil

Pretest 0,389 Homogen

Posttest 0,529 Homogen

Berdasarkan hasil uji homogenitas, baik skor pretest maupun skor posttest besar signivicant value lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa skor pretest maupun posttest kemampuan berpikur kreatif kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varian yang sama (homogen). Secara lebih lengkap hasil output uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran.

Selanjutnya dilakukan uji kemampuan awal siswa. Hipotesis statistik untuk uji kemampuan awal adalah sebagai berikut:

H0 : EA KA H1 : EA KA Keterangan:

EA

:Rata-rata skor awal kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen.

KA

:Rata-rata skor awal kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol

Dari perhitungan diperoleh thitung = -2,6575 dengan taraf signifikansi ⍺ = 0,05. Diperoleh t0,025(60)= 2,0003 sehingga thitung = -2,6575 < t0,025(v)= 2,0003 yang artinya H0 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang sama.

90 Secara lebih lengkap perhitungan uji kemampuan awal dapat dilihat pada lampiran.

Setelah uji asumsi terpenuhi, selanjutnya adalah menguji hipotesis penelitian untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Hasil kemampuan awal siswa menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang sama sehingga pembelajaran dikatakan efektif apabila rata-rata skor posttest siswa minimal mencapai KKM yaitu 75.

a. Keefektifan Pendekatan Open-Ended dalam Setting Pembelajaran Learning Cycle 7E Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Keefektifan pendekatan open-ended dalam setting pembelajaran learning cycle 7e ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis dapat diketahui dengan uji t. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut.

H0 : 74,99 H1 : 74,99

Perhitungan menunjukkan nilai thitung1,1995, taraf signifikan ⍺ = 0,05 sehingga t0,05(30) 1,6973. Karena thitungt0,05(30)maka H0 ditolak. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan open-ended dalam setting pembelajaran learning cycle 7e efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis. Secara lebih lengkap perhtungan dapat dilihat pada lampiran.

91 b. Keefektifan Pembelajaran Ekspositori Ditinjau dari Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis

Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dengan pembelajaran ekspositori apabila ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. H0 : 74,9

H1 : 74,9

Perhitungan menunjukkan nilai thitung1,2504, taraf signifikan

⍺ = 0.05 sehingga t0,05(31) 1,6955. Karena thitungt0,05(30)maka H0 ditolak. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan ekspositori efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis. Secara lebih lengkap perhitungan dapat dilihat pada lampiran.

c. Perbandingan Keefektifan Pendekatan Open-Ended dalam Setting Pembelajaran Learning Cycle 7E dan Pembelajaran Ekspositori

Pengujian hipotesis rumusan masalah ketiga dilakukan apabila pebelajaran dengan pendekatan open-ended dalam setting pembelajaran learning cycle 7e serta pebelajaran ekspositori efektif ditinjau dari kemapuan berpikir kreatif matematis siswa. Jika salah satu perlakuan pembelajaran tidak efektif, pengujian tidak dilakukan.

Berdasarkan hasil uji hipotesis rumusan masalah 1 dan 2 diperoleh hasil bahwa pendekatan open-ended dalam setting

92 pembelajaran learning cycle 7e dan pembelajaran ekspositori efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Oleh karena itu dilakukan uji beda rata-rata untuk mengetahui perlakuan mana yang lebih efektif. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

H0 : EP KP H1 : EP KP

Perhitungan menunjukkan nilai thitung 1,7309, taraf signifikan ⍺ = 0.05 sehingga t0,05(61) 1,67022. Karena thitungt0,05(61)maka H0 ditolak. Oleh karena itu dapat disimpulkan pebelajaran dengan pendekatan open- ended dalam setting pembelajaran learning cycle 7e lebih efektif dari pada pebelajaran ekspositori ditinjau dari kemapuan berpikir kreatif matematis siswa. Secara lebih lengkap, perhitungan dapat dilihat pada lampiran.

B.Pembahasan

Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti melalui hasil pretest di SMP Negeri 2 Tempel kelas VII, kemampuan berpikir kreatif matematis siswa masih belum maksimal. Siswa terpaku pada satu cara atau satu jawaban saja padahal banyak alternatif jawaban lain yang dapat digunakan. Hal tersebut juga terlihat pada hasil pretest kemampuan berpikir kretaif matematis dimana untuk kelas eksperimen nilai terendahnya adalah 10,34, nilai tertingginya 68,97 dengan ketutasan klasikal 0% yang artinya dari 31 siswa tidak ada siswa yang

93 mencapai KKM. Sedangkan untuk kelas kontrol nilai pretest terendahnya adalah 17,24, nilai tertingginya 55,17 dengan ketuntasan klasikal 0%.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended dalam setting pembelajaran learning cycle 7e yang ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Pembanding yang digunakan yaitu kelas kontrol menggunakan pembelajaran ekspositori. Kedua perlakuan kemudian diuji mana yang efektif dan perlakuan mana yang lebih efektif.

Penelitian ini mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa pada kelas yang diberi perlakuan (kelas eksperimen) menggunakan pendekatan open-ended dalam setting learning cycle 7e dengan siswa pada kelas yang tidak diberi perlakuan (kelas kontrol) menggukan pembelajaran ekspositori. Kemudian diselidiki apakah perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen efefktif diterapkan apabila ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dapat dilihat pada deskripsi data posttest. Dari hasil posttest kelas eksperimen nilai terendah siswa adalah 48,27, nilai tertinggi siswa 100,00 dengan ketuntasan 70,97%. Sedangkan pada kelas kontrol nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 34,48 dan nilai tertingginya adalah 93,10 dengan ketuntasan klasikal 62,50%. Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen adalah 77,14 sedangakan untuk kelas kontrol adalah 72,09. Dari hasil posttest dapat dilihat peningkatan sebesar 45,66 untuk kelas eksperimen sedangkan untuk kelas kontrol terdapat peningkatan sebesar 37,72.

94 Hasil perolehan skor tiap aspek kemampuan berpikir kreatif menunjukkan bahwa rata-rata setiap aspek kelas eksperimen meningkat. Pada aspek kelancaran skor meningkat 43,73, pada aspek keluwesan skor meningkat sebesar 58,33 dan pada aspek kebaruan skor meningkat 6,99. Rata-rata ketiga aspek tersebut juga meningkat sebesar 28,39. Peningkatan yang terjadi cukup signifikan tetapi hanya aspek kelancaran saja yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu 75. Kedua aspek yang lain yaitu keluwesan dan kebaruan telah mencapai kriteria dan telah terjadi peningkatan dibandingkan sebelumnya. Pada aspek keluwesan siswa sudah menggunakan berbagai cara berbeda namun masih banyak siswa yang salah melakukan perhitungan sehingga jawabannya kurang tepat. Sedangkan untuk aspek kebaruan selain rata-rata aspeknya terendah, peningkatannya pun tidak terlalu signifikan. Hal tersebut dikarenakan cara yang digunakan siswa dalam menjawab soal sebagian besar masih merupakan cara yang biasa dan banyak digunakan oleh siswa yang lain.

Hasil perolehan skor tiap aspek kemampuan berpikir kreatif pada kelas kontrol menunjukkan bahwa rata-rata skor aspek kelancaran meningkat sebesar 29,46, skor aspek keluwesan meningkat sebesar 56,48 dan pada aspek kebaruan tidak mengalami peningkatan. Rata-rata ketiga aspek tersebut juga meningkat sebesar 28,47. Sama seperti dengan kelas kontrol peningkatan yang terjadi cukup signifikan tetapi hanya aspek kelancaran saja yang telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu 75. Kedua aspek yang lain yaitu keluwesan dan kebaruan belum mencapai kriteria. Pada aspek keluwesan hanya

95 beberapa siswa yang mengerjakan soal dengan berbagai cara sehingga nialainya maksimal. Hal tesebut dikarenakan siswa tidak terbiasa dalam menyelesaikan permasalahan yang diminta. Pada aspek kebaruan siswa seperti permaslahan pada kelas ekperimen. Siswa masih menggunakan cara yang juga digunakan banyak siswa lain sehingga nilainya kurang maksimal serta hanya beberapa siswa yang mampu menyelesaikan soal pemecahan masalah yang diberikan.

Hasil posttest tiap aspek kedua kelas kemudian dibandingkan. Peningkatan tiap aspek pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Rata-rata nilai aspek kelancaran kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen. Hal ini dikarenakan siswa-siswa kelas kontrol lebih cepat dan tepat dalam menyelesaikan permasalahan yang diminta. Selanjutnya pada aspek keluwesan dan kebaruan peningkatan skor kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal tersebut diduga dikarenakan pada kelas eksperimen terdapat tahap diskusi sehingga siswa akan saling bertukar pikiran dalam proses pembelajarannya. Hal tersebut akan membuka wawasan siswa sehingga siswa akan terbiasa menuliskan cara yang berbeda dalam menjawab soal. Pada aspek kebaruan siswa masih terpaku dengan cara penyelesaian soal yang sering digunakan dan bahkan digunakan oleh hampir seluruh siswa sehingga skor kebaruan yang diperoleh menjadi kurang maksimal. Selain itu, juga dikarenakan siswa kurang dapat memahami soal cerita sehingga mereka menuliskan jawaban dengan cara sulit dipahami.

96 Secara keseluruhan rata-rata ketiga aspek kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

Perbedaan perolehan skor pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara kedua kelas. Perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan perilaku yang diberikan pada kedua kelas. Berikut akan dibahas perbedaan perilaku pada kedua kelas.

1. Keefektifan Pendekatan Open-Ended dalam Setting Pembelajaran